Title : Shadow Warrior chapter 9
Genre : Friendship/Brothership, fantasy, action, horor
Rating : Fiction T
Cast : Kyuhyun, Leeteuk, Sungmin, Yesung, Kangin, Kibum, Donghae
Disclaimer : All them belong to themselves and GOD.I own only the plot.
Warning : Fanfic just Fanfic, typos, geje , if read don't bash, jangan meng-copy paste meskipun menyertakan nama; Share saja dalam bentuk link ffn, tidak kurang dari itu. Gomawo
Summary :
.Shindong yang merasa lega setelah bertemu Sungmin, memasuki rumah utama sambil tersenyum lebar. Ia menyapa setiap pelayan yang lewat dengan gembira. Meski belum terwujud, ia kini memiliki harapan untuk hidup bersama Kyuhyun sebagai orang biasa, di mana Kyuhyun bisa melakukan apapun yang disukai dan dicita-citakannya.
"Ada apa dengan dahimu, ajussi?"
Pertanyaan Kyuhyun itu membuat Shindong membeku di tempatnya berdiri.
..
Shadow Warrior
Chapter 9.
"Jeonha…" Shindong bergegas menghapus tanah yang mengotori dahinya. Ia meringis ketika Kyuhyun mendekat dan membantu membersihkan. Ditundukkannya wajahnya saat kedua alis Kyuhyun bertaut. Dari rasa sakit yang muncul, ia yakin ada luka goresan di sana sehingga memancing kecurigaan namja yang diasuhnya sejak kecil itu.
"Cuma luka kecil." Mulut Kyuhyun tersenyum. Kelegaan tampak jelas di sana. Ketika Shindong mencoba melihat lebih jauh, ada kesedihan di dalam senyum itu. "Ajussi sangat penting bagiku. Jangan lakukan apapun yang bisa membuatmu terluka. Setiap aku kembali dan ajussi berada di sini untuk menyambutku, itu sudah lebih dari cukup."
Kyuhyun berlalu menuju kamar mandi, meninggalkan Shindong yang masih berdiri terpaku di tempatnya semula.
.
.
Seperti ruangan lain di bangunan utama, ruang yang berfungsi sebagai kamar mandi itu sangat luas. Hanya saja jendela dan pintu yang ada tidak terbuka seperti di ruangan yang lain. Begitu Kyuhyun melepas sepatu dan menginjakkan kakinya ke lantai kayu, perasaan hangat mulai menjalari tubuhnya. Seluruh lantai di ruangan itu ikut terasa hangat karena di bagian bawah lantai terdapat tungku pemanas yang diatur untuk menjaga kestabilan suhu air di dalam bak mandi.
Kyuhyun melepaskan pakaiannya satu per satu kemudian meletakkannya di bangku kayu yang ada di sana. Sebelum memasuki bak mandi yang cukup menampung sepuluh orang sekaligus itu, ia mencelupkan jemarinya untuk mengukur suhu air. Mulutnya tersenyum ketika panas yang menyentuh tangannya dianggap cocok untuknya.
Mata Kyuhyun terpejam saat seluruh tubuhnya terendam di dalam air hingga sebatas leher. Disandarkannya kepalanya dengan nyaman, menikmati air berbaur ginseng dan teh hijau. Pikirannya terasa tenang, meski asap putih berputar di sekitarnya karena perbedaan suhu air dan ruangan yang cukup tajam.
Kyuhyun mencoba melepaskan beban pikirannya selama mandi, sehingga nanti ia bisa berpikir lebih baik. Ia menyingkirkan rasa penasarannya tentang apa yang dilakukan Shindong, meski ia sedikit banyak bisa menduganya. Ia juga mencoba menekan rasa curiganya akan sikap Zhoumi dan Siwon yang tampak menyembunyikan sesuatu. Ia yakin 100 persen bahwa semua keanehan pengawalnya itu berkaitan dengan Donghae.
Namja itu mulai menggosok tubuhnya untuk membersihkan diri, sambil memikirkan sosok Donghae yang muncul setelah 8 tahun pergi dari hidupnya. Kyuhyun memang sakit dan sangat mengantuk tadi malam, tetapi ia juga tahu saat Donghae memulihkannya. Donghae memanggilnya 'Jeoha' waktu mereka hanya berdua di dalam kamar, namun meralatnya seakan itu kesalahan pengucapan ketika ada orang lain di sekitar mereka.
"Jeoha….sampai kapan kau seperti ini? Dirimu yang sesungguhnya saja sudah menolak dengan keras, apalagi aku yang selama ini menunggu. Menjadi seorang Jeonha…. Jeoha, kau benar-benar bodoh!"
Saat Donghae mengucapkan kalimat itu, kondisi Kyuhyun mulai pulih. Ia bisa menyadari sekitarnya karena rasa sakit di tanda Jujak sudah lenyap.Namun ia berpura-pura tetap tertidur untuk mendengar kalimat-kalimat lain yang mungkin diucapkan Donghae, sehingga ia bisa mengerti artinya. Namun semua yang ia dengar justru membuatnya semakin bingung. Anehnya, setelah tahu sosok itu adalah Donghae, Kyuhyun merasa tenang dan benar-benar tertidur.
"Jeoha, segel seperti ini, maupun yang dibuat oleh orang lain, tidak akan bisa mencegahku berada di sisimu. Bahkan Jeoha tinggal memanggil namaku, maka aku akan berada di sana dalam sekejap mata." "Ck, dasar pembual…. Mana bisa kau berada di sini dalam sekejap mata? Apa kau itu hantu?" Kyuhyun mengerucutkan mulutnya, memandang sekeliling ruangan luas yang sepi dan tenang itu, kemudian mengukir sebuah smirk tipis di wajahnya. Sebuah pikiran iseng melintas. "Donghae-ya…." Panggil Kyuhyun pelan sambil tersenyum. "Ne, uri Jeoha…." "M…MWO?!" Kyuhyun berbalik ke arah suara. Sosok Donghae berlutut dengan satu kaki di sisi kirinya, tersenyum lebar melihat keterkejutan Kyuhyun. "Ada apa Jeoha memanggilku?" "Da…darimana kau muncul?" Kyuhyun langsung menenggelamkan dirinya ke dalam air, mencoba menghindari pandangan Donghae. "Jeoha! Kau bisa mati!" Donghae bergegas menarik bahu Kyuhyun keluar dari dalam air hingga baju yang dikenakannya basah. Mata Kyuhyun terbelalak dan mendorong Donghae menjauh. "Keluar! Aku sedang mandi!" "Tapi tadi Jeoha yang memanggilku!" Donghae mengerjap polos, namun senyumnya berkebalikan dengan itu. Ia sangat senang melihat wajah Kyuhyun memerah karena tertangkap basah mengujinya. "Jeoha, kenapa kau mandi sendirian? Sini aku gosokkan punggungmu. Seharusnya minimal ada 10 orang pelayan yang melayanimu mandi." "Yak! Pergi! Aku bisa menggosok punggungku sendiri! Ajussiiii!" . . Di Istana Gerbang Selatan, Sungmin sedang menikmati acara mandi yang sama. Beberapa pelayan menaburkan ginseng dan teh hijau, juga beberapa tumbuhan lain yang dipercaya bisa menghilangkan perasaan lelah, stress, dan bermanfaat untuk kesehatan. Yesung berdiri di dekat bak mandi, mengawasi pekerjaan para pelayan. "Jeonha, apakah semuanya sudah cukup baik?" Sungmin mencoba menakar panas air, menikmati harum tumbuh-tumbuhan yang terhirup olehnya, kemudian mengangguk pelan. "Yesungie, suruh para pelayan keluar. Kau tetap di sini." Yesung memberi kode agar para pelayan yang membawa tumbuh-tumbuhan keluar, dan meminta para pelayan yang memegang nampan berisi handuk, sabun, dan pakaian ganti Sungmin meninggalkan bawaan mereka di bangku panjang sebelum meninggalkan ruangan. Kini hanya mereka berdua yang berada di ruangan itu, meski para pelayan tadi tetap bersiaga di luar pintu. Yesung mendekati bak mandi dan mulai membantu Sungmin membersihkan diri. Biasanya hal itu dikerjakan oleh para pelayan, namun Yesung tahu ada hal penting yang ingin Sungmin bicarakan berdua saja dengannya. "Jeonha, kenapa kau kembali ke istana ini? Apakah Jeonha akan kembali menjadi Jujak?" Sungmin tersenyum sambil memejamkan mata ketika Yesung memijat bahunya yang tegang. Ia terdiam hingga tubuh bagian bahu dan punggungnya terasa lebih nyaman. "Sejak awal dan sampai kapanpun, aku tetaplah guardian Jujak, Yesungie." "Tapi kagemusha itu…." "Yesungie, apa kau benar-benar membenci Kyuhyunie?" Pertanyaan Sungmin membuat Yesung terdiam. "Jeonha, jangan terlalu dekatnya dengannya. Aku tidak ingin kejadian yang lalu terulang kembali," jawab Yesung nyaris berbisik. "Aku tidak menyukai sikapnya yang seperti pemimpin keluarga ini, padahal…" "Bagaimana dia harus bersikap?" Sungmin berbalik menghadap Yesung, agar mata mereka bisa saling bertatapan langsung. "Jika kau sejak kecil dibesarkan sebagai seorang Jeonha, calon pemimpin keluarga ini, dengan semua pelayan dan pengawal di sekitarmu….Sikap seperti apa yang kau harapkan?" "Tapi…" "Dan saat kau tahu bahwa itu semua kebohongan, hanya dirimu dan orang terdekatmu yang mengetahuinya, bagaimana kau bersikap tenang di depan semua pelayan dan pengawal itu? Di satu pihak kau dituntut tampil seperti Jeonha yang sesungguhnya, di sisi lain kau tahu pasti bahwa kau cuma seorang kagemusha." Ucapan Sungmin sangat lembut, nyaris seperti bergumam kepada dirinya sendiri. Namun kata-kata itu menegur Yesung hingga wajahnya tertunduk. "Untuk orang seperti itu aku kembali ke sini." Sungmin memejamkan matanya sambil bersandar, mencoba menghirup aroma ginseng dan teh hijau untuk mengendurkan pikirannya yang tegang. "Jeonha, aku punya satu permohonan." Kata-kata Shindong kembali berputar di benaknya. "Jagalah diri Jeonha baik-baik. Jika tersedia dua pilihan, antara Kyuhyun sshi dan Jeonha, jangan pernah ragu untuk memilih diri Jeonha sendiri. Jeonha harus paham, semua ini terjadi untuk melindungi nyawa satu-satunya orang yang bisa menyegel Jenderal Agma, yaitu Jeonha." Sungmin menghembuskan napas panjang. "Jeonha, kau belum cukup kuat untuk menyegel Jenderal Agma. Sampai saat itu, jagalah dirimu baik-baik. Itu adalah tugas terakhir dari gurumu ini. Setiap kau ingin melakukan hal bodoh, ingatlah bahwa kau satu-satunya yang dapat menyegel penjahat itu. Aku mohon, turutilah kata-kataku. Demi Hankyung–niga appa, demi Kyuhyunie, demi kami semua." Yesung terkejut ketika Sungmin memukul permukaan air dengan keras, hingga banyak dari kumpulan air itu yang terlempar keluar. Wajah Sungmin tampak merah padam. Kata-kata Shindong dan Leeteuk membuat pikirannya sama sekali tidak bisa tenang. "Kenapa mereka memaksaku untuk seperti itu? Bagaimana dengan janji yang kuucapkan kepada Kyuhyunie? Apakah aku harus melanggarnya?!""Aku telah berjanji kepada Leeteuk sshi, agar Kyuhyun sshi bisa menjadi kagemusha sebaik mungkin. Tetapi jika Jeonha sudah berhasil menguasai jurus Jujak tertinggi, dan ketiga kristal guardian berhasil dikumpulkan, bukankah tugas Kyuhyun sshi sudah selesai?"
"Aku rasa, aku tidak bisa meminta terlalu banyak. Membebaskan Kyuhyunie dari kewajibannya, cuma itu yang bisa aku lakukan untuk melindunginya. Sampai saat itu tiba, aku harus menutup mata dengan semua yang terjadi…."
Yesung menautkan kening mendengar Sungmin berbicara seorang diri, namun ia tidak mengatakan apa-apa.
"Yesungie, aku sudah selesai."
Yesung meraih handuk besar yang terlipat rapi di sisi bak, membentangkannya lalu mengangkat handuk itu tinggi melebihi kepalanya, sehingga ia tidak bisa melihat saat Sungmin keluar dari dalam bak. Sungmin mengambil handuk itu dan melilitkannya ke pinggang. Ia berjalan menuju pakaian yang dipersiapkan dan mengenakannya, sementara Yesung berbalik. "Yesungie, ambil pedangmu. Mulai hari ini, kita akan mencari gaekgwi sungguhan untuk berlatih." Yesung berbalik dengan cepat. Wajahnya menunjukkan protes ketika Sungmin tampak bersungguh-sungguh dengan ucapannya. "Waeyo? Apa kau pikir aku tidak bisa mengalahkan gaekgwi-gaekgwi itu? Jika mereka saja tidak bisa aku kalahkan, bagaimana aku mampu menghadapi Jenderal Agma?" Mengakui kebenaran kata-kata Sungmin, Yesung terpaksa mengangguk. "Aku dan beberapa orang akan menemani Jeonha." "Bagus. Ayo kita berburu." . . Kyuhyun menurunkan buku yang dibacanya ketika salah seorang pengawal yang diutus untuk memantau Sungmin selama ini, melaporkan bahwa Sungmin berkeliaran menumpas para gaekgwi bersama para pemburu gaekgwi yang lain. Banyaknya orang yang berpartisipasi dengan website yang Kibum buat, memungkinkan identitas asli Sungmin terjaga. Namun tetap saja hal itu membuat Kyuhyun khawatir. Ada apa dengan hari ini? Semua membuat kepalaku pusing… Kyuhyun menutup bukunya setelah pengawal itu kembali ke kediaman Sungmin untuk melanjutkan tugas. Dipijatnya keningnya yang terasa berdenyut. Percakapannya dengan Donghae di kamar mandi tadi masih memenuhi pikirannya. . Saat itu Kyuhyun berusaha menolak Donghae yang berniat membantunya mandi. Namun Donghae sangat kuat, bukan lawan yang bisa ia taklukkan dalam keadaan tanpa busana. Donghae menahan Kyuhyun dengan keras hingga bisa leluasa menggosokkan sabun ke bahu dan punggungnya. "Apa yang dilakukan He ajussi membiarkanmu mandi sendirian begini? Apa Jeoha tidak merasa kesepian?" Kyuhyun berdecak kesal ketika Donghae mulai membersihkan rambutnya. Ia tidak lagi melawan meski wajahnya menunjukkan protes. Sepertinya sia-sia memasang wajah itu karena Donghae tetap saja terlihat riang. "Kenapa kau menyebutku Jeoha?" Tangan Donghae yang berhenti sejenak membuat Kyuhyun tahu pertanyaan itu cukup penting. Tapi beberapa detik kemudian Donghae kembali sibuk membereskan rambut Kyuhyun dengan sisir kayu yang tersedia di sana. Donghae menyisir dengan sangat hati-hati, sehingga rambut yang sudah bersih itu jatuh dengan lurus hingga menyentuh tengkuk Kyuhyun. "Karena kau uri Jeoha; Orang yang kelak akan menjadi raja." Jawaban itu membuat Kyuhyun menoleh dengan heran, namun Donghae hanya menatapnya sambil tersenyum. Kyuhyun tahu Jeonha adalah sebutan untuk pangeran yang belum tentu menjadi raja; Sedangkan Jeoha adalah sebutan untuk pangeran yang kelak akan menjadi raja. Tetapi keempat guardian hanya menempati Istana Gerbang Utara, Selatan, Timur dan Barat, sesuai daerah yang mereka jaga. Dan Kyuhyun tahu pasti dia tidak termasuk dari guardian yang manapun. "Kau tidak tahu siapa aku," ucap Kyuhyun pelan. "Aku lebih tahu dari siapapun, bahkan dari Jeoha sendiri." "Kau tidak tahu siapa aku!" tegas Kyuhyun. "Jeoha keturunan seorang demon yang mengikat perjanjian dengan guardian Jujak sebagai Kagemusha. Secara turun temurun. Itukah yang Jeoha maksud?" Wajah Kyuhyun pucat pasi. Bahkan Shindongpun tidak mengetahui hal ini. Shindong hanya tahu bahwa Leeteuk adalah seorang kagemusha untuk Hankyung; Sama halnya dengan Kyuhyun untuk Sungmin. Sepertinya Donghae tidak berbohong. Kemunculannya yang cepat ketika Kyuhyun memanggilnya sudah membuktikan hal itu. "Bisa kau jelaskan siapa aku selain kata 'Jeoha' dan 'Raja'?" "Mianhamnida…. Jeoha harus mengetahuinya sendiri." Donghae kembali tersenyum. "Jeoha, setelah aku bisa muncul di hadapan Jeoha, apakah Jeoha percaya bahwa setiap kali Jeoha memanggilku, aku akan muncul?" "Apa hubungan hal itu dengan pertanyaanku?" "Jeoha adalah sosok yang berada di kehampaan; Hanya akan muncul jika ada yang mempercayainya, termasuk diri Jeoha sendiri. Tetapi jika kepercayaan itu tidak ada, maka Jeoha tetaplah sebuah kehampaan." "Kehampaan?" Kyuhyun memandang Donghae yang mengangsurkan handuk kepadanya. "Donghae-ya, kau sebenarnya siapa?" "Aku hanyalah seseorang yang mempunyai tempat di sisimu, Jeoha," jawab Donghae sambil mengukir senyum. . "Ck, senyum yang menyebalkan!" Kyuhyun meletakkan buku di tangannya dengan sedikit keras, untuk kemudian berjalan berkeliling di dalam kamar. Semua masih merupakan teka-teki untuknya, dan Donghae tampak tidak berniat membocorkan hal itu. Sikap Shindong yang mulai menutupi sesuatu darinya membuat Kyuhyun semakin kesal. "Sepertinya aku memerlukan makanan manis…. Kata Siwon-ah dan Zhoumi-ya, makanan manis bisa membuat perasaan kesal menghilang dengan cepat." Kyuhyun membuka laci lemari kayu, hendak mengambil sebuah permen, namun laci yang semula penuh dengan permen dan kue kecil itu sudah kosong. . . "Donghae-ya!" Kyuhyun masuk ke aula tengah dengan langkah cepat, membuat Siwon, Zhoumi, dan Shindong yang tengah membaca di sana nyaris terlonjak. "Di mana Donghae-ya?! Aku yakin dia yang mengambil semua permen dan kue milikku!" "Dia melakukan itu?" Siwon melompat berdiri, mencoba mendekati Kyuhyun. "Jeonha, jangan berprasangka dulu, siapa tahu…." "Siapa lagi yang bisa masuk ke kamarku selain dia?" Kyuhyun memotong ucapan Zhoumi. "Donghae-ya! Cepat ke sini!" Zhoumi, Siwon, dan Shindong terbelalak saat Donghae tiba-tiba muncul di dekat mereka. Namja itu langsung berlutut dengan sebelah kaki ke arah Kyuhyun. "Jeonha memanggilku?" "Jangan basa basi!" Kyuhyun menarik Donghae berdiri dengan cepat, mencengkeram leher bajunya sehingga Shindong mencoba menahan tangan Kyuhyun sementara Zhoumi dan Siwon menarik keduanya ke arah yang berbeda. Namun Kyuhyun tidak melepaskan cengkeramannya. "Katakan di mana permen dan kue milikku! Kau tidak boleh mengambilnya begitu saja!" "Ah…permen dan kue?" Donghae tersenyum meski tangan Kyuhyun masih mencengkeramnya, sementara ketiga sosok yang lain mencoba melerai mereka. "Kemarin aku menghabiskan banyak energi untuk memulihkan Jeonha, jadi aku memakan semuanya." "Kau!" Kyuhyun melepaskan cengkeramannya dan mendorong Donghae dengan keras. Untunglah Zhoumi menahan hingga Donghae tidak terjungkal. Siwon dan Shindong menggamit tangan Kyuhyun yang hendak merangsek ke depan. "Kau keterlaluan!" "Ada apa ini?" Donghae melepaskan diri dari Zhoumi. Ia menatap Kyuhyun yang tampak begitu marah dengan perasaan heran. "Itu hanya permen dan kue. Jeonha bisa membelinya kapan saja bukan? Aku bisa membelikannya sekarang juga. Itu bukan hal besar!" Wajah Kyuhyun yang masih saja terlihat marah membuat Donghae memicingkan matanya, apalagi Shindong dan Siwon tampak mencoba menghibur Kyuhyun dengan bersungguh-sungguh. "Jangan-jangan…. Jeonha tidak pernah merasakan permen dan kue-kue itu?" "Donghae sshi!" Zhoumi mengguncang tangan Donghae dengan wajah cemas. Pertanyaan Donghae membuat Kyuhyun berhenti memberontak. "Jangan katakan…bahwa selama ini…Jeonha tidak pernah merasakan hal-hal semacam itu?" Ketika Donghae melontarkan pertanyaan kedua dengan mata melebar tak percaya, Kyuhyun merasa malu akan tindakannya tadi. Perlahan ia melepaskan pegangan Siwon dan Shindong. "Jeonha…" "Aku tidak apa-apa." Kyuhyun tersenyum ke arah Siwon yang menatapnya dengan pandangan cemas, membuat Kyuhyun merasa semakin malu. Ia merasa telah bertindak terlalu berlebihan. "Aku akan berlatih pedang." Kyuhyun pergi dari aula tengah tanpa menoleh sedikitpun ke belakang. . . Malam sudah tiba, namun Kyuhyun masih saja memainkan pedangnya di halaman belakang yang sangat luas. Lampu-lampu penerang sudah menyala di beberapa tempat, meski tidak cukup menerangi tempatnya berlatih. Namun Kyuhyun tidak mempedulikan hal itu. Sesekali saja ia berhenti untuk mengusap peluhnya, untuk kemudian kembali mengayunkan pedang. Tiba-tiba sebuah pedang mengarah ke sisinya, membuat Kyuhyun langsung menangkis pedang itu. Matanya memandang heran kepada Zhoumi yang meringis ketika tenaga Kyuhyun yang begitu kuat membuat tangannya yang memegang pedang seperti mati rasa. Namun Zhoumi berhasil bertahan sehingga pedangnya tidak terlepas. "Jeonha, apa salahnya Jeonha mengakui kalau permen dan kue yang tidak berharga buat orang lain itu sangat penting bagimu?" "Jangan berisik! Menyingkir dari sini!" Kyuhyun berbalik dan kembali mengayunkan pedangnya ke arah lain, namun Zhoumi menghadangnya dengan pedang terhunus. Kyuhyun kembali menangkisnya. "Zhoumi sshi, jangan menggangguku!" Zhoumi tersenyum, berusaha sekuat tenaga menahan tekanan dari Kyuhyun. "Aku dan Siwon sshi mulai berlatih pedang pada Donghae sshi. Kami ingin bisa membantu Jeonha." Ketika Kyuhyun menarik pedangnya, Zhoumi dengan nekad kembali menyerang, namun lagi-lagi Kyuhyun dengan mudah menangkisnya. Zhoumi meringis ketika tenaga yang Kyuhyun keluarkan membuat tangannya terasa nyeri. "Jeonha, kalau kau mau, pedangku bisa terlempar sejak tadi. Aku belum menguasai apapun, bahkan baru mempelajarinya beberapa jam saja. Apa Jeonha menghargai usahaku, sehingga berusaha membuat aku percaya diri?" Senyum di wajah Zhoumi membuat Kyuhyun merengut tidak senang. Dengan sekali ayun, kali ini pedang Zhoumi terlempar jauh dari pemiliknya. "Berlatih beberapa tahunpun, kau bukan tandinganku. Sekarang pergilah!" "Aku tidak akan pergi sampai Jeonha mengakui bahwa Jeonha marah tentang permen itu; Bahwa Jeonha kesal karena kue-kue itu." Zhoumi mengambil kembali pedangnya, namun baru saja ia hendak berbalik, pedang Kyuhyun sudah berada di dekat lehernya. "Itu semua bukan salah Donghae. Aku yang kekanak-kanakan. Selama ini aku bisa hidup tenang tanpa semua itu, begitu pula sekarang. Aku benar-benar bersyukur belum sempat menyukainya. Jadi…" "Apakah menyukai hal-hal kecil semacam itu sebuah kelemahan?" Zhoumi menggunakan tangannya yang telanjang untuk mendorong pedang Kyuhyun. Seperti yang ia duga, Kyuhyun menarik mundur pedang itu sebelum menggores tangan Zhoumi. Namun ia menggelengkan kepala ketika Kyuhyun menyarungkan pedangnya dan berbalik hendak meninggalkan halaman belakang. "Jeonha! Apakah selama ini kau berusaha menjauh dari kami dengan alasan yang sama? Kau takut menjadi dekat untuk kemudian merasa kehilangan?!" Pertanyaan Zhoumi membuat langkah Kyuhyun terhenti. "Aku tidak pernah menganggap kalian ada. Jadi aku tidak akan kehilangan apapun." "Jeonha berbohong." Siwon muncul dari persembunyiannya. "Jeonha sudah menerima kami, karena itu kami menjadi beban untuk Jeonha. Saat Donghae sshi muncul, Jeonha menolaknya, karena keberadaan Donghae sshi tidak lebih dari sebuah beban baru. Bukankah begitu?" Kyuhyun memejamkan matanya sejenak, mencoba menenangkan hatinya yang bergejolak. "Kalian bertiga tidak tahu apa yang kalian hadapi. Ini peperangan yang belum tentu bisa kumenangkan. Kalian akan terseret ke dalamnya tanpa bisa keluar hidup-hidup." "Hal yang sama terjadi saat kami melindungi klien kami," cetus Siwon. "Tidak ada jaminan kami akan menyelesaikan tugas dalam keadaan hidup. Tetapi mereka semua layak kami lindungi, karena itu kami tidak akan menyesal." "Aku berbeda!" teriak Kyuhyun dengan keras, membuat Siwon dan Zhoumi tertegun di tempatnya masing-masing. "Aku berbeda dengan mereka! Aku…." Aku hanya seorang kagemusha…. Kalian mempertaruhkan nyawa untuk seseorang yang bukan siapa-siapa…. Kyuhyun kembali memejamkan mata, menahan rasa sakit yang muncul begitu saja setiap ia teringat keberadaan dirinya. Digenggamnya pedangnya kuat-kuat agar rasa sakit di tangannya bisa mengalihkan pikirannya. Melihat Zhoumi dan Siwon masih terdiam menunggu penjelasan kalimatnya tadi, Kyuhyun berbalik hendak berlalu dari mereka. Namun sebuah bola dari kain mengenai kepalanya sehingga ia menoleh. Donghae, yang datang ke halaman belakang itu untuk membujuk Kyuhyun bersama Zhoumi dan Siwon, muncul dari persembunyiannya. Kedua mata namja itu sudah tertutup oleh cairan bening, yang langsung dihapusnya dengan lengan bajunya. "Pabo! Kau sungguh pabo!" Donghae melempari Kyuhyun dengan beberapa bola kain yang dibuatnya untuk menghibur Kyuhyun setelah mendengar keterangan dari Siwon dan Zhoumi tentang permen dan kue itu. "Kenapa memangnya jika Jeonha menyukai permen dan kue? Kenapa memangnya jika Jeonha memiliki teman? Itu bukan sebuah kelemahan! Bahkan jika hal itu pada akhirnya menyakitkan, Jeonha harus menikmatinya sebaik mungkin! Bukankah itu harga hidup seorang manusia? Justru karena tidak abadi, kita harus mengisinya dengan hal-hal yang menggembirakan!" Donghae mendekati Kyuhyun dan menepuk dadanya sendiri dengan keras. "Kau memang orang yang akan aku junjung seumur hidupku! Appa memang mengatakan bahwa aku akan menjadi pengawalmu, pelindungmu, dan memang untuk itulah aku lahir! Tetapi Jeonha, aku sudah memutuskan sendiri untuk berada di sisimu! Itu keputusanku dan bukan keputusanmu! Apapun yang kau lakukan, betapapun kau menolaknya dengan keras, kau tidak bisa merubah pendirianku! Kau paham itu?!" Kyuhyun memandang Donghae yang masih berdiri di depannya dengan diam. "Selama ini aku telah melatih diriku dengan keras. Seperti janji kita dulu; Saat kau menjadi Jujak, aku akan kembali untuk berada di sisimu, Jeonha. Aku akan menyerahkan hidupku ini ke dalam tanganmu! Bahkan jika kau tetap saja sebodoh ini!" "Kalian bertiga sudah selesai?" Pertanyaan Kyuhyun yang dingin membuat Siwon, Zhoumi, dan Donghae tidak tahu harus bereaksi bagaimana, apalagi ketika sebuah senyum sinis bermain di wajah Kyuhyun. "Baiklah, sementara ini aku akan menerima kalian semua. Kapanpun kalian hendak keluar, katakan saja. Aku tidak akan menghalangi. Saat nyawa kalian menjadi taruhannya, semua pasti berubah." Kyuhyun tiba-tiba menghunus pedangnya, dan meletakkan senjata tajam itu di atas pundak Donghae. "Sebelum aku menerimamu, kau harus mengumpulkan permen dan kue sebanyak yang kau makan… Lebih tidak masalah, tetapi tidak boleh kurang dari semula." "EH?!" Wajah Donghae langsung pucat pasi. Ketika Kyuhyun berlalu, Siwon dan Zhoumi menggamit kedua tangannya sambil tersenyum lega. "Kau berhasil membuat Jeonha tersenyum, Donghae ya." "Yup, aku sempat melihat senyumnya sesaat sebelum berbalik." Zhoumi mengangguk membenarkan. "Tetapi Jeonha belum sepenuhnya menerima kita." Donghae tidak bisa tersenyum. "Ini jauh lebih baik. Kami juga diusir beberapa kali sebelum Jeonha tidak mengatakan hal seperti itu lagi." Siwon meringis. "Benarkah?" "Benar." Zhoumi ikut meringis. "Sepertinya kita akan sering mendengar hal itu dari mulut Jeonha." "Oh ya?" Wajah Donghae kembali cerah. "Sebentar lagi Halloween bukan? Aku akan meminta bantuan Jeonha untuk mengumpulkan permen dan kue." "Mana mungkin?" "Jeonha tidak akan mau!" "Kita lihat saja." Donghae tertawa lepas ketika Zhoumi dan Siwon mengeluh dengan keras di sekitarnya. . . Perayaan Halloween yang akan dirayakan beberapa hari lagi di Seoul, tidak kalah meriah dari negara lain. Berbagai hidangan di pinggir jalan akan bernuansa menyeramkan; Sebagian orang akan berlalu lalang dengan kostum-kostum bertema hantu. Toko-toko sudah mempersiapkan diri menghiasi bagian muka dan halaman dengan pernak-pernik Halloween. Seorang pelajar putri baru saja pulang dari sekolah. Ia melangkah dengan tergesa-gesa agar segera tiba di rumah, untuk kemudian keluar membeli perlengkapan Halloween bersama teman-temannya yang lain. Melihat kemacetan yang ada, ia berbelok ke jalan yang jarang ia lalui. Meski jalan itu kecil dan tidak banyak dilalui orang, ia hafal dengan seluk beluknya, dan yakin akan tiba di rumah lebih cepat jika melalui jalan itu. Tiba-tiba seseorang menyekapnya dari belakang, menekankan saputangan yang sudah dibubuhi obat bius ke hidungnya. Sosok itu menyeret pelajar putri tadi hingga ke salah satu tepian sungai Han yang sepi, yang jauh dari pengamatan orang lain. Ia melemparkan tubuh pelajar putri itu ke dalam sungai. Merasakan dinginnya air di musim gugur, sang pelajar tersadar dan berusaha berenang kembali ke tepi sungai, namun sosok penyerangnya mendorongnya kembali, hingga ia tidak berhasil menepi. Tidak kehilangan akal, sang pelajar putri mencoba berenang ke sisi lain sungai. Namun sesuatu menarik kakinya. Ia ketakutan, mencoba meronta melepaskan diri, namun tarikan itu semakin kuat hingga akhirnya tubuhnya yang tenggelam di dalam air tidak lagi bergerak. Penyerang tadi duduk menunggu hingga seraut wajah lain muncul dari dalam air. "Mul gwisin, aku sudah membawakan seorang teman lagi untukmu. Bisakah aku meminta upahku?" Sosok itu tertawa dengan keras saat menyadari kulit tangannya yang berkeriput, kini kembali kencang seperti ketika ia muda. Ia masih saja duduk bercermin di tepi sungai saat sosok hantu sungai yang tidak menyukai kesendirian itu kembali ke dasar sungai untuk bermain dengan teman barunya. "Satu korban lagi…. Jika aku bisa membawakan satu korban lagi, maka wajahku akan kembali cantik." Sosok itu tersenyum, menatap wajah keriput yang tampak aneh karena seluruh bagian tubuhnya yang lain tampak begitu muda. "Setelah aku kembali cantik, akan aku rebut kembali semua milikku, dan mereka yang telah menyingkirkanku selama ini, akan aku jadikan persembahan untuk Mul Gwisin." Suara tawa itu memenuhi pinggirian sungai, menimbulkan perasaan mencekam yang jauh lebih tajam daripada kehadiran mul gwisin di sana. . . . TBC Terima kasih buat semua yang masih setia membaca dan mereview ff ini. Kamsahamnida