Title : Shadow Warrior chapter 13
Genre : Friendship/Brothership, fantasy, action, horor
Rating : Fiction T
Cast : Kyuhyun, Leeteuk, Sungmin, Yesung, Kangin, Kibum, Siwon, Shindong dan Donghae
Disclaimer : All them belong to themselves and GOD.I own only the plot.
Warning : Fanfic just Fanfic, typos, geje , if read don't bash, jangan meng-copy paste meskipun menyertakan nama; Share saja dalam bentuk link ffn, tidak kurang dari itu. Gomawo
Summary :
. ..
Shadow Warrior
Chapter 13.
.
Kyuhyun tercekat ketika pedangnya mengenai salah satu tammaseu. Makhluk menyerupai manusia namun bertanduk dan berekor itu menjerit kesakitan dan menggeliat dengan kuat. Pedang Kyuhyun ikut terombang-ambing oleh tammaseu yang kini berusaha mencengkeramnya.
"Jangan setengah-setengah!"
Tiba-tiba sepasang tangan mencengkeram kedua tangannya yang memegang pedang dari belakang. Dengan kuat tangan Kyuhyun diayunkan sehingga pedang yang menyangkut di tubuh tammaseu bergerak menebas makhluk itu menjadi dua. Tammaseu menjerit keras sebelum tubuhnya pecah menjadi serpihan.
"Tebas mereka dengan kekuatan penuh! Kalau kau berdiam diri dengan pedang tersangkut, mereka dengan mudah akan berbalik menyerang dan memakanmu, Jeonha!"
"Tapi…tapi dia kesakitan…." Kyuhyun berusaha sekuat tenaga menahan rasa mual dan ngeri yang muncul. Masih terasa olehnya bagaimana tubuh tammaseu menggeliat dan tertebas oleh pedang yang ia pegang.
"Mereka itu gaekgwi yang berusaha membunuh manusia!" Hardikan kembali datang, membuat Kyuhyun berjengkit dan akhirnya mulai menangis.
Selama ini Leeteuk dan Shindong tidak pernah menghardiknya. Seperti apapun keadaannya, mereka selalu berkata dengan lembut. Tetapi malam ini, gurunya sudah membentaknya beberapa kali.
"Kenapa….kenapa aku yang harus melawan mereka, Seonsaengnim? Para pengawal…."
"Para pengawal memang bertugas menjagamu. Tetapi kau seorang guardian, Jeonha. Apa kau tidak sadar nyawa mereka semua berada di tanganmu? Seorang guardian bukan hanya menjaga orang-orang di sekelilingnya, tetapi menjaga keempat wilayah di bumi! Sampai kapan kau mau berlindung di belakang para pengawal?"
Kyuhyun menatap mata gurunya dan langsung tertunduk ketika mata itu menegur jauh lebih keras dari kata-kata yang terucap. Tiba-tiba sang guru memeluk pinggangnya dan melompat tinggi hingga ke atap.
"Bersembunyilah di sini bersamaku jika itu yang kau inginkan, Jeonha. Lupakan tugasmu sebagai guardian."
"Maksud seonsaengnim?"
Sang guru hanya menaruh telunjuk di mulut, lalu jarinya menunjuk ke arah gerbang luar. Kyuhyun memicingkan mata, berusaha melihat lebih jelas. Beberapa sosok tammaseu berlompatan dari luar gerbang. Bukan hanya beberapa, tetapi puluhan makhluk serupa muncul. Mereka mulai bergerak menuju bangunan utama. Para pengawal bertarung dengan tammaseu sementara para pelayan yang berada di bangunan luar yang terletak tepat sesudah gerbang, berlarian untuk menyelamatkan diri. Tetapi para tammaseu yang seakan tidak pernah habis membuat pertempuran tidak seimbang. Jerit dan tangis mulai terdengar ketika para pengawal terkapar dan para pelayan satu per satu diserang tanpa bisa melawan.
Kyuhyun baru saja bergerak ketika tangan sang guru menahannya.
"Bukankah kau ingin selamat? Seorang Jeonha tidak perlu bertarung. Biarkan para pengawal itu menjagamu. Bukankah begitu? Lagipula, kalau kau bertarung seperti tadi, kau hanya akan terbunuh."
"Apa yang ingin seonsaengnim katakan?"
Lagi-lagi sang guru hanya meletakkan telunjuk di depan mulutnya, lalu mengarahkan jarinya itu ke bangunan utama. Mata Kyuhyun terbelalak ketika Shindong keluar dengan sebuah tombak panjang. Pengasuhnya yang bertubuh besar itu menusukkan tombak secara serampangan, berusaha menghalau para tammaseu yang mulai menuju bangunan utama sesudah melewati bangunan tengah di mana perlawanan dari pihak Kyuhyun semakin lemah. Beberapa pengawal yang selamat ikut bertempur di sisi Shindong.
"Jangan biarkan mereka masuk ke bangunan utama!"
"Siap!" Para pengawal menjawab perintah Shindong dengan suara keras.
Kesungguhan mereka semua membuat Kyuhyun merasa terharu. Namun para tammaseu berada di atas angin. Satu per satu pengawal yang sudah kepayahan tumbang. Begitu pula Shindong. Kini tak ada lagi pengawal yang berjaga di sisinya, yang menahan setiap serangan yang datang kepada namja yang tidak bisa bertarung itu. Semua sudah kewalahan dengan pertarungannya sendiri.
Tak ayal lagi, seorang tammaseu lolos dari serangan Shindong dan menerjang hingga Shindong terkapar. Belum sempat Shindong bangkit, beberapa tammaseu langsung mengerubunginya.
"He ajussi!" Kyuhyun hendak menolong Shindong, namun sang guru memegangnya dengan erat. Kyuhyun berusaha berontak sekuat tenaga, tetapi kedua tangan yang jauh lebih besar dan kuat darinya itu memeluknya dari belakang hingga ia tidak mampu melepaskan diri. "Lepaskan aku, seonsaengnim! Aku harus menolong He ajussi!"
"Tidak ada yang bisa kau lakukan! Kau hanya menyerahkan nyawa dengan cara bertarungmu yang seperti tadi!" Sang guru memperketat pelukannya. "Perhatikan baik-baik dari sini, Jeonha. Inilah yang akan terjadi jika kau tidak melakukan tugasmu sebagai guardian dan justru mengasihani musuhmu!"
Kyuhyun terbelalak mendengar teriakan Shindong yang kesakitan ketika para tammaseu mulai memakannya hidup-hidup. Para pengawal yang tersisapun sudah tidak berdaya. Mereka semua hanya bisa meronta dan berteriak saat makhluk-makhluk tanpa perasaan itu mencabik-cabik dan menjadikan mereka santapan.
"Lepaskan! Lepaskan! Seonsaengnim, aku harus menolong mereka!"
Kyuhyun berontak semakin keras. Begitu sang guru melonggarkan cengkeramannya, Kyuhyun langsung melompat turun dari atap. Dengan cepat ia berlari ke arah Shindong, menebas satu per satu tammaseu yang ada. Tammaseu yang mengerubungi prajurit lain langsung berkumpul mengepungnya. Kyuhyun sama sekali tidak berpikir tentang berapa banyak jumlah musuhnya. Ia hanya mengayunkan pedangnya terus menerus, menebas mereka tanpa pikir panjang, hingga tak ada lagi tammaseu yang tersisa.
Napas Kyuhyun begitu cepat. Peluh sudah membasahi baju yang ia kenakan. Rasa mual kembali muncul, tetapi Kyuhyun menahannya dan mengawasi sekeliling. Hanya ada puluhan tubuh tergeletak. Kyuhyun benar-benar terpukul. Ia terisak ketika melihat Shindong terbaring beberapa meter darinya. Dihampirinya pengasuhnya itu dengan langkah gemetar. Lututnya terasa lemas menyaksikan sebagian tubuh Shindong sudah terkoyak-koyak dan wajahnya nyaris tidak bisa dikenali karena tertutup oleh darah yang mengalir dari luka-luka bekas gigitan.
"Ajussi… He ajussi…" Kyuhyun jatuh berlutut dan menangis dengan keras di sisi jasad Shindong. Pedangnya ia geletakkan begitu saja di sisinya. Tangannya dengan gemetar diulurkan untuk menyentuh tubuh yang bersimbah darah itu, namun ia tidak menyentuh apapun. "…Ajussi?"
Kyuhyun kembali mengayunkan tangannya untuk menyentuh Shindong, namun ia tidak merasakan apapun. Shindong seperti sebuah bayangan tembus pandang. Dengan panik, Kyuhyun mengayunkan kedua tangannya, namun hanya udara kosong yang ia dapat.
"Ini semua ilusi yang kubuat." Sang guru berdiri di sisi Kyuhyun.
"Ilusi?" Kyuhyun mengedarkan pandangannya ke sekitar. Semua bangunan menghilang, begitu juga sosok para pengawal, pelayan, dan Shindong. Semua berganti pepohonan rindang. Kyuhyun ingat, ini adalah tempat ia dan gurunya berlatih tadi ketika tammaseu diberitakan datang menyerang. Ia bangkit dengan kemarahan luar biasa. "Seonsaengnim menipuku? Jadi semua pertarungan tadi hanya ilusi? Tapi…tapi aku bisa merasakan tubuh tammaseu yang…."
"Kekuatan ilusiku bisa diatur sesuai yang aku inginkan. Tepatnya sesuai yang kau bayangkan, Jeonha. Semuanya ada di dalam pikiranmu sendiri. Aku hanya memancingnya keluar."
Kyuhyun kembali memandang sekitarnya, mencoba memastikan kembali. Dan ketika semua itu terbukti tidak nyata, kemarahan Kyuhyun meledak dan ia menyerang ke arah sang guru. Tetapi gurunya menangkap lengan Kyuhyun jauh lebih cepat dan menahannya.
"Seonsaengnim menipuku! Berani-beraninya kau menipuku!" Kyuhyun berusaha melepaskan tangannya, namun sang guru mencengkeram dengan kuat.
"Aku akan melakukan apapun untuk membuatmu sadar dunia seperti apa yang kau hadapi, Jeonha! Membunuh atau dibunuh! Suka atau tidak, kau hidup di jalan yang penuh darah! Kau sama sekali tidak boleh lemah!"
"Aku tidak lemah!"
"Kau memang lemah! Berulang kali aku melihatmu menangis hanya untuk hal-hal sepele!"
"Aku menangis bukan karena lemah! Aku…"
"Dengar baik-baik, Jeonha!" Sang guru mengguncang Kyuhyun dengan keras. "Aku tidak peduli apa yang orang lain pikirkan tentang arti sebuah tangisan. Tetapi musuhmu… mereka akan merendahkanmu begitu kau menangis. Sedikit saja kau memperlihatkan perasaanmu kepada mereka, hal itu akan digunakan untuk menjatuhkanmu!"
Kyuhyun memandang gurunya dengan mata memicing tak percaya.
"Aku ingin memperlihatkan padamu apa yang akan terjadi jika kau bertarung setengah-setengah. Para pengawal memang bertugas menjagamu, tetapi nyawa mereka semua ada di tanganmu. Kau harus semakin kuat untuk menjadi guardian, karena yang kau lindungi bukan hanya Shindong sshi dan para pelayan di sekitarmu!"
"Seonsaengnim sudah membohongiku…. Aku membenci seonsaengnim," desis Kyuhyun dengan pandangan tajam.
"Bencilah sebesar yang kau mau! Asal kau mendengar kata-kataku tadi dan menurutinya, itu sudah cukup! Kadang ada orang-orang yang harus berbohong untuk membuat semuanya berjalan sesuai rencana. Jika hal itu memang penting dan bisa menyelamatkan banyak nyawa, bisa melindungi sesuatu yang lebih berharga, aku tidak keberatan menjadi orang yang berada di posisi itu."
"Pergi! Jangan muncul lagi di hadapanku!"
"Kau bersungguh-sungguh?"
"Tentu saja!"
"Aku tidak bisa mengikuti perintahmu, Jeonha. Tetapi kali ini aku akan menghilang dan tidak menemuimu lagi. Suatu saat aku akan kembali muncul. Aku akan muncul kapanpun aku menginginkannya."
Kyuhyun membuang wajahnya ke arah lain, tidak bersedia menatap sosok yang melatihnya selama ini. Namun tiba-tiba sang guru menariknya dengan keras hingga Kyuhyun mau tak mau memandangnya.
"Kau tidak punya pilihan yang lebih baik selain mengikutiku, Nak, tidak peduli seberapa besar kebencianmu kepadaku. Katakan bahwa kau anakku, dan kita akan pergi dari sini."
"ANDWAEEEE!"
Kyuhyun tersentak dari mimpinya. Ia mengerjap, bingung untuk beberapa saat menghadapi dinding serba putih di sekelilingnya. Ia tidak berada di tengah hutan. Rumah sakit. Namja itu langsung menyibak selimutnya dan berusaha turun dari tempat tidur. "APPO!"
Kyuhyun meringis, merasakan sakit pada belikat kanannya.
"Kau sudah sadar, Kyuhyun sshi?" Dokter Jung masuk dengan sebuah nampan berisi beberapa peralatan medis. "Duduklah. Kemarin aku menjahit ulang lukamu. Biar aku periksa apakah semua masih dalam kondisi bagus."
Kyuhyun ingin banyak bertanya mengapa ia bisa berada di sini, namun ia memilih untuk menundanya. Ia membiarkan Dokter Jung memeriksa lukanya. Kyuhyun hanya memejamkan mata ketika rasa sakit muncul. Sama sekali tidak ada keluhan dari mulutnya.
"Muridku yang cengeng ternyata sudah berubah banyak." Suara itu membuat Kyuhyun menoleh. Song Il Kook berdiri di mulut pintu sambil tersenyum lebar. "Hanya itu reaksimu saat bertemu gurumu setelah 5 tahun berpisah?"
"Seonsaengnim mengharapkan aku menangis atau berteriak kegirangan?" Kyuhyun bertanya dengan nada datar, membuat Il Kook tergelak.
"Kau benar-benar berubah menjadi guardian Jujak yang mengagumkan, padahal kabar terakhir yang aku dengar, kau hendak meninggalkan posisimu tak lama setelah aku pergi."
"Aku masih 12 tahun dan belum bisa berpikir panjang." Kyuhyun kembali memejamkan mata ketika rasa sakit menyengatnya dengan tajam.
"Luka jahitanmu masih baru, tetapi kau tampaknya tidak meminum obat penahan sakit." Dokter Jung menempelkan pembalut yang bersih dengan hati-hati, meski tak urung menimbulkan rasa sakit. "Berada semalaman di luar rumah membuat lukamu lembab dan nyaris menimbulkan infeksi. Aku rasa dokter yang menanganimu tidak menyangka kau akan berjalan-jalan dengan luka seperti ini, sehingga hanya menggunakan pembalut yang biasa."
"Kau kabur?" Song Il Kook memandang Kyuhyun dengan tajam. "Apa dengan alasan yang sama seperti lima tahun lalu?"
"Aku tidak perlu menjawabnya." Kyuhyun menjejalkan jaket dan kemeja yang sudah bernoda darah ke dalam ransel, lalu mengeluarkan kemeja lainnya.
"Kau memilih pergi agar Jenderal Agma dan anak buahnya bisa membunuhmu dengan mudah?"
Kyuhyun tidak menjawab. Ia kini mengenakan sepatunya.
"Apapun alasanmu kau harus bertahan selama mungkin. Atau… kau tidak sanggup menjalani jalan yang selama ini aku pilih?"
"Dokter Jung, di mana topiku?" Kyuhyun beranjak berdiri, mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.
"Kau hendak lari? Tidak bisakah kau tetap berada di tempatmu seberat apapun itu?"
Kyuhyun memandang Il Kook dengan pandangan tidak senang. "Aku memang cengeng. Aku memang lemah. Aku selalu lari dari masalah yang kuhadapi. Apa Seonsaengnim puas?"
Namja itu langsung meraih topinya yang tergeletak di atas nakas dan beranjak ke pintu. Namun Il Kook tanpa ampun mencengkeram bahu kanannya dari belakang hingga Kyuhyun meringis kesakitan.
"Il Kook sshi!"
Il Kook tidak mempedulikan dokter Jung yang menegurnya. Ia tidak melepaskan pandangannya dari Kyuhyun. Kyuhyun balik menatap gurunya dengan berani, berusaha sebisa mungkin untuk tidak berteriak kesakitan.
"Kau tidak boleh beranjak kemanapun sebelum Sungmin sshi menguasai jurus Jujak tertinggi! Lebih lama kau hidup, itu lebih baik. Bukankah begitu, kagemusha?"
Wajah Kyuhyun serasa ditampar mendengar kata-kata penuh ejekan itu. Hatinya kembali terasa sakit, namun Kyuhyun justru menyalangkan tatapan matanya, sama sekali tidak memperlihatkan bahwa kata-kata sang guru menyakitinya begitu dalam.
"Seonsaengnim, apakah ini salah satu tugas muliamu? Untuk mencapai tujuan yang bisa menyelamatkan lebih banyak orang?" sindir Kyuhyun, berusaha tersenyum sesinis mungkin.
"Bagaimana menurutmu?" Il Kook memperkuat cengkeramannya.
Kyuhyun mati-matian menahan sakit. Ia bisa merasa lukanya seperti nyaris terbuka kembali. Ia membutuhkan waktu untuk menarik napas dalam-dalam sebelum bisa mengeluarkan suaranya. "Kau sangat menyedihkan, Seonsaengnim. Sama sepertiku. Aku masih tak habis pikir bagaimana Donghae-ya bisa tumbuh sepolos itu di tanganmu."
Cengkeraman Il Kook langsung terlepas. Kyuhyun limbung untuk beberapa saat sebelum bisa berdiri tegak di atas kedua kakinya.
Mengapa kalian semua memperlakukanku seperti ini? Seonsaengnim, Appa, He ajussi…. Kenapa kalian memintaku begitu banyak tanpa mempedulikan apa yang aku inginkan? Kenapa, Seonsaengnim? Apakah aku melakukan kesalahan yang begitu besar sehingga kalian semua menghukumku dengan cara seperti ini? Aku hanya ingin menjadi orang biasa. Aku tidak meminta apapun lagi selain kehidupanku sendiri! Bahkan hal itu saja tidak bisa kalian berikan!
Kyuhyun memejamkan matanya sejenak, menelan semua kata-kata yang hendak ia teriakkan sejak dulu.
Aku selalu bertanya-tanya apa yang kalian semua lakukan jika aku pergi, tidak mengikuti rencana yang kalian buat; berusaha tidak mempedulikan apapun lagi selain diri sendiri. Jika aku melakukan hal itu, apakah kalian akan membunuhku? Seonsaengnim, jika aku pergi dari sini; Jika aku tidak akan kembali sebagai guardian Jujak; Apa yang akan Seonsaengnim lakukan?
"Dokter Jung, terima kasih atas semua pertolongan Dokter. Aku harus pergi."
"Tapi, Kyuhyun sshi….kau harus beristirahat." Dokter Jung menggeleng tidak setuju. "Kau bahkan tertidur seharian penuh. Itu menandakan tubuhmu tidak sehat. Biar kuperiksa lukamu sekali lagi."
Kyuhyun nyaris tersenyum melihat Dokter Jung melemparkan pandangan menegur kepada Il Kook.
"Aku tidak apa-apa. Dokter Jung tidak perlu khawatir. Ini hanya luka kecil."
Dokter Jung kali ini memandang Il Kook dengan harapan pria itu akan membantunya mencegah Kyuhyun, namun Il Kook bergeming.
Baru saja Kyuhyun sampai di gerbang rumah sakit, seorang pemuda menghadangnya.
"Seperti inikah orang yang paling utama dalam hidup saudaraku?"
Kyuhyun mengerutkan kening. Tidak perlu bertanya untuk memastikan Eunhyuk adalah saudara Donghae. "Benar. Karena itu, kau memiliki alasan kuat meminta saudaramu kembali ke rumah, di manapun rumah kalian. Katakan dia tidak perlu mencariku. Aku tidak membutuhkannya."
"Kau! Apa yang kau katakan?!" Eunhyuk mencengkeram leher kemeja Kyuhyun dengan berang. "Apa kau tahu seperti apa dia berlatih selama ini? Semua itu untuk melindungimu!"
"Kemampuannya tidak lebih baik dari pengawalku yang lain. Kau tidak perlu membanggakannya."
"Mwo?!"
"Tarik dia pulang, dan pastikan agar dia tidak mengikutiku lagi!"
Eunhyuk ingin melayangkan tinjunya ke wajah Kyuhyun, tetapi sesuatu di sorot mata itu membuatnya mengurungkan niatnya. Kemarahannya terserap begitu cepat.
Aku sudah bosan berbohong. Aku sudah bosan menipu orang lain. Setelah aku menemukan kedua kristal itu, aku akan mencari Jenderal Agma. Lebih cepat semua ini berakhir akan lebih baik. Apa yang seharusnya tidak ada, lebih baik kembali tidak ada.
Melihat Eunhyuk terdiam, Kyuhyun melepaskan tangan namja itu dari kemejanya dan berlalu. Eunhyuk masih terpaku di tempat semula saat Il Kook, sang ayah, berdiri di sisinya.
"Appa, siapa dia sebenarnya? Ketika memandang ke dalam matanya, aku seperti tertelan oleh kehampaan yang paling besar yang pernah aku temui."
"Siapa dia hanya dirinya sendiri yang menentukan; Apakah dia benar-benar sebuah kehampaan, atau menjadi sesuatu yang lain. Tidak ada seorangpun yang bisa menolongnya kecuali dirinya sendiri. Dia harus tersadar dengan sendirinya."
"Jika tidak?"
"Jika tidak, dia akan menghilang. Sama seperti Shadow Warrior lainnya."
"Bagaimana dengan Donghae-ya? Apa yang akan terjadi dengannya jika Jeonha menghilang?" Eunhyuk menatap dengan cemas, tetapi Il Kook hanya tersenyum masam. Hal itu membuat kecemasan Eunhyuk semakin besar
"Ah, semua ini benar-benar membuatku lapar." Il Kook menatap putranya yang masih termenung. "Eunhyuk-ah, belilah makanan untuk kita berdua. Makanan di rumah sakit tidak enak."
"Kan Appa yang memutuskan untuk tinggal di sini," kata Eunhyuk sambil meraih dompet di saku belakang celananya. Namun seketika itu juga wajahnya memucat. "Appa, dompetku hilang!"
"Mwo? Jangan bercanda!" Il Kook ikut menepuk semua saku di celana dan kemeja putranya. Tidak ada hasil. "Eunhyuk-ah, kenapa kau begitu ceroboh? Uang kita semuanya ada di dompet itu!"
"Aku tidak keluar dari tempat ini, Appa. Mana mungkin….." Mata Eunhyuk terbelalak. Ia memandang Il Kook dengan ragu.
"Ada apa? Cepat katakan! Kau bertemu seseorang yang menyenggolmu di jalan? Atau kau pergi ke kamar mandi dan meninggalkan dompet di sana?"
Eunhyuk menggeleng keras, namun wajahnya tetap menyiratkan keraguannya. "Appa…. Jeonha tidak mungkin mengambil dompetku bukan?"
"MWO?! Jeonha?!"
Eunhyuk meringis setelah mengutarakan dugaannya. Ia hanya bisa menatap wajah sang Appa yang balik menatapnya dengan tajam.
"Tapi hanya dia yang berada di dekatmu…."
Eunhyuk menggigit bibirnya, tidak berani menanggapi ucapan sang appa. Il Kook sendiri tidak tahu apa yang harus ia lakukan mengenai dugaan itu. Ditatapnya jalanan di depan rumah sakit yang lenggang dengan pikiran sama kosongnya.
.
.
Kyuhyun menimang dompet kulit berwarna cokelat itu dengan senyum lebar, terlebih setelah ia mengintip isinya tadi. Sejumlah uang yang cukup banyak.
"Kadang kita harus melakukan hal buruk untuk sesuatu yang sangat penting, yang bisa menyelamatkan banyak nyawa. Bukankah begitu, Seonsaengnim? Aku juga tidak keberatan menjadi orang yang berada di posisi itu. Dan aku membutuhkan uang ini untuk bertahan hidup sampai kedua kristal kutemukan. Terima kasih untuk pinjamannya."
Kyuhyun memasukkan dompet tadi ke dalam tas ransel, kemudian meneruskan perjalanan. Sesekali ia berhenti untuk menikmati hal-hal yang menarik baginya. Belajar dari pengalaman kemarin, Kyuhyun menyembunyikan wajahnya rapat-rapat dengan penutup kepala yang menyambung pada jaket barunya dan sebuah masker yang ia beli di salah satu toko pakaian yang ia lewati tadi. Ia tidak ingin ada polisi lain yang mengiranya sebagai siswa yang membolos dari sekolah.
Kini ia memasuki jalan yang cukup sepi dengan banyak persimpangan kecil. Di salah satu perempatan, Kyuhyun berbelok lebih cepat dari biasanya.
.
.
"Dia menghilang?" Sungmin menatap jalan kosong yang terbentang di hadapannya. Tadi ia melihat Kyuhyun berbelok ke arah kiri. Namun saat ia tiba di jalan yang sama, sosok Kyuhyun tidak nampak. "Seharusnya dia belum sampai di ujung jalan…."
"Memang belum."
Suara itu membuat Sungmin secepat mungkin berbalik badan, namun Kyuhyun jauh lebih cepat. Sungmin hanya bisa meringis ketika Kyuhyun membenturkan tubuhnya ke pagar tembok di belakangnya.
"Sampai kapan kau mau mengikutiku, Sungmin sshi? Di mana para pengawalmu?" tanya Kyuhyun dingin.
"Aku…aku…."
KRIYUUUK
Kyuhyun menautkan kedua alisnya mendengar suara itu, sementara wajah Sungmin memerah dengan cepat.
.
.
Hari sudah siang, namun Siwon dan Zhoumi belum juga beranjak dari dalam kamar. Sudah beberapa hari Kyuhyun menghilang dan Donghae tidak juga memberi kabar. Dengan lamgkah tertatih Siwon membuka pintu kamarnya yang menghadap taman lebar-lebar, sehingga angin musim gugur masuk dengan leluasa. Zhoumi menyusul duduk di sebelahnya.
"Jeonha masih belum kembali," gumam Siwon sedih. Seandainya Shindong dan dokter tidak melarangnya, ia ingin sekali berusaha mencari Kyuhyun, sama seperti yang Donghae lakukan. Ia hanya berharap Donghae saat ini sudah menemukan Kyuhyun dan menjaganya. "Apa yang He ajussi maksud dengan memulihkan perasaan? Kita berdua terluka karena melindungi Jeonha. Apakah Jeonha menjadi tertekan karena itu?"
Zhoumi memandang langit sambil menarik napas panjang. "Siwon-ah, apa kau tidak merasa sikap Jeonha sangat aneh? Sudah beberapa kali Jeonha meminta kita menghindar dan tidak melindunginya. Untuk seorang Guardian Jujak yang harus menjaga keselamatan dirinya sebaik mungkin, itu sangat aneh. Apa Jeonha tidak sadar dia satu-satunya harapan untuk menyegel Jenderal Agma?"
"Entahlah. Aku saja belum paham yang He ajussi katakan. Sepertinya semua ini jauh lebih berat dari yang kita tahu." Siwon mengetukkan jari ke dagunya sambil berpikir.
"Siwon-ah, apa kau pernah membayangkan seperti apa rasanya menjadi Jeonha?" tanya Zhoumi tiba-tiba.
"Mwo?" Siwon menatap Zhoumi dengan bingung.
"Aku memikirkan tentang hal itu beberapa hari ini."
Siwon membayangkan kata-kata Zhoumi tadi, dan senyum lebar terukir di wajahnya. "Tentu sangat menyenangkan menjadi Jeonha. Banyak orang yang melayani dan menghormatiku, bahkan memujaku sebagai dewa penolong mereka. APPO! Yak! Zhoumi-ah, kenapa kau memukulku?"
Siwon meringis sambil mengelus tangannya. Ia bersyukur rekannya itu tidak memukul kepalanya yang masih dibalut perban.
"Jangan asal bicara! Mereka memang memujamu, tapi hidup orang-orang itu berada di dalam tanganmu! Mereka akan mempertaruhkan hidup mereka seperti yang kita lakukan kemarin!"
"Jadi kau hendak bilang bahwa Jeonha pergi karena tertekan akan hal itu?" Siwon tertegun. "Jeonha satu-satunya andalan kita untuk menyegel Jenderal Agma, jadi sudah seharusnya dia tidak boleh mati. Kita harus melindunginya apapun yang terjadi."
Zhoumi menghela napas panjang. "Untuk memastikan dirinya tetap hidup, Jeonha harus mengabaikan keselamatan bahkan kematian para pengawalnya. Mungkin saja dia akan mengalami kondisi di mana hanya dia sendiri yang bertahan hidup. Apakah kau bisa melakukannya, Siwon-ah?"
Pertanyaan Zhoumi membuat Siwon terdiam, untuk kemudian menggeleng. "Aku tidak pernah memikirkan hal itu. Selama ini, semua orang yang aku lindungi pasti memikirkan keselamatan mereka. Untuk itulah kita dibayar bukan?"
"Tetapi Jeonha berbeda." Zhoumi tersenyum getir. "Seandainya aku yang berada di posisi Jeonha, aku tidak sanggup. Aku akan memilih membuang statusku sebagai Jeonha daripada menanggung beban sebesar itu."
"Zhoumi-ah, kau pikir Jeonha melarikan diri? Itu tidak mungkin." Siwon menggeleng. "Aku percaya pada kata-kata He ajussi. Jeonha pasti kembali."
"Aku juga yakin akan hal itu." Zhoumi tersenyum. "Meski aku juga yakin, kadang Jeonha ingin lari dari semua ini."
Kedua namja itu terpekur sambil memandangi dedaunan yang bergemerisik tertiup angin. Bukan hanya Siwon yang merenungi kata-kata Zhoumi. Shindong yang hendak menengok keadaan keduanya, menjadi terdiam di muka pintu.
Tiba-tiba ketiganya dikejutkan oleh suara dering handphone milik Siwon. Zhoumi yang tidak mengalami luka berarti pada kakinya, bergegas mengambilkan benda itu untuk rekannya.
"Yeoboseyo," sapa Siwon. Sedetik kemudian ia mengangkat salah satu alisnya dengan wajah keheranan, mendengarkan kalimat yang diucapkan oleh sang penelepon.
"Dari Donghae-ya?" tanya Zhoumi penasaran. Shindong keluar dari persembunyiannya, ikut duduk di dekat mereka dengan pandangan penuh tanya.
"Ilmuwan aneh itu… Si penyiksa kelinci… Dia meminta kita menemuinya." Siwon meringis ketika si penelepon merespon kalimat yang ia ucapkan kepada Zhoumi dan Shindong. "Arraseyo, kami akan ke sana secepatnya."
Siwon menutup telepon, mencoba mengabaikan pandangan penasaran kedua orang di depannya. "Kibum sshi bilang, ia tahu di mana Jeonha berada, dan dia punya barang yang berguna bagi kita sehingga bisa membantu Jeonha."
"Kalian mempercayainya?" Shindong meminta penegasan.
"Yang aku tahu, Jeonha sangat mempercayainya," jawab Zhoumi cepat.
"Kalau begitu, aku akan siapkan mobil untuk mengantar kalian menemuinya. Sudah saatnya kita menjemput Jeonha."
Zhoumi dan Siwon berpandangan dengan heran.
"Ajussi, kami pikir, ajussi tidak menginginkan Jeonha kembali."
"Mianheyo, malam itu, kami tidak sengaja mendengar percakapan He ajussi dan Donghae-ya." Zhoumi meneruskan kata-kata Siwon.
"Jeonha pasti kembali," jawab Shindong sambil tersenyum getir. "Daripada dia kembali berjalan kaki, lebih baik kita menjemputnya dengan mobil." Shindong terkekeh melihat mata kedua anak muda di depannya terbelalak lebar. "Percayalah, Jeonha tidak tahu jalan pulang ke tempat ini. Dia bahkan tidak akan tahu di mana dirinya berada."
"Aku percaya itu." Siwon meringis sementara Zhoumi tersenyum lebar.
Tiba-tiba Shindong membungkukkan tubuhnya hingga dahinya menyentuh lantai. Dengan cepat, Zhoumi dan Siwon menghampiri dan memaksa pria setengah baya itu bangkit.
"Ajussi, apa yang kau lakukan?!"
"Ajussi, jangan berbuat seperti ini…"
Shindong memandang Siwon dan Zhoumi dengan mata berkaca-kaca. "Apa yang harus orang tua ini katakan kepada kalian? Ajussi benar-benar meminta maaf… Semua ini adalah keinginanku. Aku yang memaksa Jeonha mengambil kalian untuk menemaninya. Sejak awal, Jeonha tidak ingin kalian terlibat. Bahkan hingga saat terakhir, Jeonha tetap tidak menginginkan kalian berada di situasi berbahaya ini. Karena itulah Jeonha selalu mengatakan hal yang menyakitkan untuk mengusir kalian semua. Ajussi benar-benar meminta maaf…. Tolong maafkan Jeonha…."
"Ajussi…" Siwon memeluk Shindong dengan erat, hingga Shindong tak mampu menahan air matanya lagi.
"Ajussi, jangan berpikir terlalu jauh," kata Zhoumi sambil menepuk bahu Shindong dengan lembut. "Meski Jeonha berkata yang menyakitkan, tetapi setiap kami berada di dalam bahaya, Jeonha tidak pernah berpikir dua kali untuk melindungi kami. Bahkan meski hal itu membahayakan nyawanya sendiri. Aku rasa, tindakannya itu sudah menjelaskan banyak hal."
"Benar, ajussi." Siwon meregangkan pelukannya. Namja itu tersenyum lebar sambil menghapus air mata yang membasahi pipi Shindong. "Kami akan menjemput Jeonha kembali. Ajussi siapkan saja semua makanan kesukaan Jeonha. Dia pasti merindukan masakan di tempat ini."
Shindong tidak mampu berkata-kata. Ia hanya mengangguk dan mengiringi kepergian keduanya hingga menghilang di balik gerbang.
.
.
"Jeonha, kumohon… Sekali saja, panggillah namaku." Donghae terduduk lemas di tepian sungai. Sudah dua hari ini ia mencoba mencari Kyuhyun, namun keberadaan junjungannya itu belum memasuki wilayah pantauannya. Perutnya yang lapar meminta diisi. Donghae mengeluarkan uang dari sakunya dan berhitung, lalu mengeluh dengan keras ketika uang yang ada semakin menipis. "Kalau seperti ini, aku harus kembali ke tempat He ajussi. Perlu dua hari lagi aku sampai di sini. Sementara itu Jeonha pasti sudah semakin jauh. Bagaimana aku bisa menemukan Jeonha?"
Donghae menoleh ketika suara hembusan napas keras terdengar. Seorang namja dengan kemeja lengan panjang yang dikancingkan hingga kancing teratas, memegang sebuah payung dengan motif bunga yang meriah, lengkap dengan sebuah tas hitam yang bertengger di bahunya, menatap Donghae dengan prihatin dari balik kacamata.
"Aku pikir, kedua orang bodyguard itu saja yang tidak bisa diandalkan. Ternyata kau sama parahnya dengan mereka." Tanpa menghiraukan Donghae yang kebingungan, namja itu duduk di sisi Donghae, tetap dengan payung menaunginya. "Seoul begitu panas. Kulitku bisa terbakar dengan cepat. Untung ada gadis kecil yang berbaik hati mau menukar payung ini dengan sejumlah uang. Ck, merepotkan. Kalau bukan dia, aku tidak mau repot-repot seperti ini."
Namja itu mengeluarkan sebuah kipas dari dalam tas hitam dan mulai mengipas dirinya sendiri dengan raut wajah tidak senang.
"Ini musim gugur. Kau kepanasan di cuaca sesejuk ini?" Donghae tak bisa menahan keheranannya.
"Aku nyaris 24 jam sehari, 6 hari seminggu, berada di dalam kantorku yang bersuhu jauh lebih dingin dari ini. Apa kata-kataku aneh?" Namja itu memandang tajam.
"Ani." Donghae menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Seandainya uangmu habis dan kau harus kembali ke tempatmu semula, tidak perlu dua hari untuk tiba di tempat ini lagi."
"Bagaimana bisa? Aku perlu dua hari untuk sampai ke sini."
Namja di sisinya mendengus lebih keras dari sebelumnya. "Kau bisa meminta He ajussi untuk mengantarmu sampai ke titik ini sebelum melanjutkan pencarian."
"Ah!" Donghae tercengang, untuk kemudian tersipu menyadari pemikirannya yang pendek. Namun saat menyadari namja asing itu mengenal Shindong, Donghae langsung berdiri dengan sikap waspada. "Bagaimana kau mengenal He ajussi?"
"Aku sama seperti kalian bertiga. Hanya saja aku menggunakan otakku, sedangkan kalian menggunakan otot."
"Kibum sshi!"
Panggilan itu membuat keduanya menoleh ke asal suara.
Siwon dan Zhoumi berjalan ke luar dari mobil untuk menghampiri mereka. Siwon sudah melepas perban di kepalanya sebelum berangkat, menyisakan sebuah bantalan kassa kecil di luka yang belum mengering.
"Kalian mengenalnya?"
Pertanyaan Donghae dijawab dengan anggukkan. "Kibum sshi orang kepercayaan Jeonha di kantor. Meski ia mencoba memberi makan kelinci dengan rumput laut."
"Itu sangat kejam!" Donghae mengalihkan pandangannya dari Siwon kepada Kibum. "Kau benar-benar melakukan hal itu? Memaksa kelinci tak berdosa memakan rumput laut?"
"Kelinci lucu yang nasibnya mengenaskan," timpal Zhoumi.
"Satu kalimat lagi kalian mengejekku, kita batalkan pertemuan ini, dan kupastikan nasib Jeonha kalian tidak kalah mengenaskan dari kelinci yang kalian anggap lucu itu."
"ANDWAE!" Ketiganya serempak menutup mulut dan memandang Kibum dengan wajah memelas. Hal itu membuat Kibum memutar matanya dengan kesal.
"Bagaimana dia bisa bertahan menghadapi kalian?" Kibum mendengus. "Kalau saja bukan karena Kyuhyun sshi, aku tidak mau membantu kalian. Kalian benar-benar menyebalkan."
"Kau lebih menyeb…. APPO!" Zhoumi memelototi Siwon yang menginjak kakinya dengan keras.
"Tindakan yang pintar," puji Kibum untuk Siwon sambil memberi tatapan datar ke arah Zhoumi sehingga namja itu sadar akan kesalahannya.
"Aku tidak akan melakukannya lagi. Sungguh," ucap Zhoumi pelan.
Kibum diam sejenak memandangi ketiga namja yang berdiri di hadapannya. "Sebaiknya kita segera mulai sebelum aku berubah pikiran karena ulah kalian."
Siwon, Zhoumi, dan Donghae memperhatikan Kibum yang meletakkan tas hitamnya di atas rumput. Ketiganya terbelalak saat resleting tas itu terbuka lebar.
"Sejak melihat kemampuan kalian, aku pikir aku harus melakukan sesuatu untuk Kyuhyun sshi. Semua ini akan membantu kalian mengimbangi kemampuannya, setidaknya untuk melindungi diri kalian sendiri."
Kibum mengambil salah satu alat dan memeriksanya sejenak.
"Bagaimana kau tahu di mana Jeonha berada?" Donghae ikut mengamati alat itu.
Kedua alis Kibum merapat membentuk sebuah garis lurus. "Semua bajunya dilengkapi sebuah kancing yang sebenarnya sebuah kamera mini. Tahan air, benturan, juga serangan hingga tahap tertentu. Kalian pikir bagaimana cara Kyuhyun sshi merekam semua pertarungannya?"
"Dia merekam semua pertarungannya?" Siwon terkejut. "Untuk apa?"
Kibum mendengus kesal. "Sepertinya kalian tidak tahu apapun tentang dia."
"Bukan salah kami. Jeonha yang tidak mau membuka diri." Zhoumi kini berjongkok di dekat Kibum agar bisa mengamati alat yang dipegang Kibum dari dekat.
Sedangkan orang yang selama ini kalian kenal sebagai guardian Jujak…, tidak lebih dari seorang penipu.Kata-kata Kyuhyun, pandangan mata namja itu yang menatapnya seakan Kibum satu-satunya orang yang bisa membuatnya menyelesaikan kalimat itu, membuat Kibum merasa cemas. Perasaan yang jarang ia rasakan kepada siapapun. Namun kali ini ia benar-benar mencemaskan Kyuhyun.
Kibum meraih laptop dari dalam tas, menghidupkannya, mencoba mengecek keberadaan Kyuhyun sebelum ia melanjutkan kegiatannya. Tetapi sinyal yang memancar dari kamera di kemeja tidak tampak lagi di layar monitor. Kibum menutup laptop dengan kasar.
"BRENGSEK!"
Makian itu membuat ketiga namja lainnya terlonjak dan saling berpandangan. Kibum menyadari di mana dia berada, kemudian menghembuskan napas dengan kesal. "Aku pikir, aku orang yang paling menyebalkan. Ternyata dia jauh lebih menyebalkan dari siapapun!"
Tak ada yang bertanya siapa yang Kibum maksud, namun ketiganya bisa menduga bahwa yang namja itu maksud adalah Kyuhyun.
"Kita selesaikan ini dengan cepat. Lokasinya 15 menit yang lalu masih aku ingat. Kita bisa mencarinya dengan mempertimbangkan kecepatan geraknya." Kibum berusaha menghibur diri.
"Bawa aku ke lokasi itu. Mungkin aku bisa merasakan kehadiran Jeonha di sana."
Kibum menautkan kening. Ia tidak tahu banyak mengenai Donghae karena Kyuhyun tidak bercerita apapun tentang namja itu kepadanya. Namun nada yakin di suara Donghae membuatnya tenang. "Aku harap kau benar."
Sekarang Kibum mengeluarkan semua isi tasnya. "Aku membuat beberapa alat bertempur untuk kalian. Biar kuterangkan cara menggunakannya."
.
.
Kyuhyun memandang kamera-kamera berbentuk kancing yang tadi diinjaknya hingga hancur saat bersembunyi menunggu Sungmin di belokan jalan. Keberadaan Sungmin yang mengikutinya membuat namja itu teringat akan kamera yang selalu terpasang di setiap pakaiannya. Kyuhyun kemudian menarik kancing kamera itu hingga lepas, termasuk kancing kamera yang ada di pakaian lainnya di dalam ransel, kemudian menginjak semuanya sekaligus.
Seorang pelayan mengantarkan pesanan mereka. Kyuhyun segera mengantungi kembali kancing-kancing tadi.
Sungmin sendiri memilih diam dan memperhatikan segala tindak tanduk Kyuhyun. Ia juga tidak berkomentar saat pelayan hanya mengantarkan sepiring besar daging, dua mangkuk saus perendam, semangkuk kecil gerusan bawang putih, semangkuk kecil cabai halus, semangkuk kimchi, dan semangkuk daun selada segar.
"Makanlah, hyung."
Sungmin memandang Kyuhyun beberapa saat karena mendengar panggilan yang sudah lama tidak didengarnya itu. Namun ia hanya tersenyum dan memilih diam ketika Kyuhyun tampak tidak menyadari apa yang baru saja diucapkan.
"Mungkin ini tidak sebaik makanan yang ada di istana. Aku harus berhemat."
"Ini lebih dari cukup. Terima kasih."
Kyuhyun memandang Sungmin sejenak, namun kemudian mengalihkan pandangan ke sekeliling. Ia berharap bisa meneruskan perjalanan dengan cepat sebelum Kibum menemukannya. Juga Donghae-ya. Sebersit perasaan bersalah membuat Kyuhyun merasa tidak terlalu lapar.
Sungmin mengambil selembar daun selada, meletakkan nasi di atasnya, mencelupkan sepotong daging sebelum menaruhnya di atas nasi. Ia juga mengambil sedikit bawang putih dan sejumput Kimchi untuk kemudian membungkus semuanya dengan rapi. Disodorkannya ssambap itu ke arah Kyuhyun.
Meski terkejut, Kyuhyun membuka mulutnya dan membiarkan Sungmin menyuapkan ssambap itu. Dengan was-was Kyuhyun mengunyahnya, bersiap menghadapi rasa pedas yang muncul. Ia merasa lega ketika tak ada cabai di dalam ssambap, dan mengunyah sisanya dengan cepat.
Sungmin tersenyum melihatnya. Namun saat Kyuhyun mengalihkan perhatian kepada Sungmin, namja itu bergegas membuat ssambap untuk dirinya sendiri. Ia tidak ingin Kyuhyun kembali menarik diri jika merasa Sungmin terlalu dekat.
Keduanya melanjutkan makan dengan diam. Tidak satupun yang berbicara hingga semua makanan di meja tandas.
"Kembalilah ke Istana Gerbang Selatan, hyung. Aku harus pergi," kata Kyuhyun sambil meraih ranselnya.
Namun Sungmin menahan lengan Kyuhyun saat berjalan melewatinya. "Aku ingin menunjukkan sesuatu kepadamu. Hanya sebentar. Setelah itu aku akan kembali. Aku janji."
Kyuhyun memandang Sungmin beberapa detik, kemudian duduk di tempatnya semula. Sungmin mengeluarkan beberapa brosur dari balik jaketnya. Kyuhyun baru sadar kalau Sungmin tidak lagi mengenakan hanbok. Namja itu mengenakan kaos, celana panjang kain, jaket, dan sepatu kets. Rambutnya sudah dipotong rapi menyesuaikan dengan bentuk wajahnya. Mengingat tindakannya memotong ikat kepala Sungmin membuat Kyuhyun meringis.
"Aku memeriksa banyak universitas. Ini beberapa yang aku anggap bagus untukmu." Sungmin meletakkan brosur-brosur tadi di hadapan Kyuhyun yang hanya melihat tanpa menyentuhnya. "Soal identitas dan lain-lain bisa disiapkan dengan cepat. Direktur Kim akan mengaturnya. Aku akan mengangkatmu sebagai adikku. Kau juga bisa membeli sebuah rumah untuk kau tinggali bersama He ajussi di dekat universitas yang kau pilih."
Kyuhyun bergeming.
"Dengan kemampuanmu, aku yakin ujian kelulusan sekolah dan ujian masuk universitas bisa kau lalui dengan mudah. Kau tinggal…."
"Apa-apaan ini?!" Kyuhyun memandang Sungmin dengan perasaan kacau. Mengikuti ujian sekolah, masuk universitas, tinggal berdua saja dengan Shindong sebagai orang biasa, juga menjadi adik angkat dari Sungmin. Ia tidak yakin harus senang atau marah mendengar semua itu sekaligus.
"Jangan memaksa dirimu lagi, Kyuhyunie. Aku bersungguh-sungguh!" Sungmin memandang Kyuhyun yang langsung mengalihkan wajahnya kembali. "Aku sudah menyelesaikan jurus Jujak tertinggi."
Kata-kata itu membuat Kyuhyun kembali menatap Sungmin. Ia memicingkan matanya tak percaya.
"Aku sudah menguasainya," ulang Sungmin lebih tegas. "Jadi, kau bisa melepaskan semuanya sekarang."
"Benarkah? Hyung sudah menguasainya?"
Sungmin mengangguk. "Apa kau pernah mendengarku berbohong?"
Pertanyaan Sungmin dijawab dengan gelengan oleh Kyuhyun. Selama ini, Kyuhyun tidak pernah mendapati Sungmin berbohong untuk hal apapun. Tidak seperti dirinya yang suka menutupi banyak hal.
Tiba-tiba lantai yang mereka pijak bergetar. Orang-orang di jalan berlarian sambil berteriak ketakutan. Sungmin dan Kyuhyun bergegas keluar dari rumah makan untuk melihat apa yang terjadi. Para gaekgwi yang dipimpin oleh Belpegoleu menyerang di siang hari dengan kekuatan yang jauh lebih besar dari sebelumnya.
"Bagaimana mereka bisa keluar dari sungai Henggi di siang hari?"
"Kekuatan Jenderal Agma mulai pulih. Sebentar lagi mereka bisa menyerang ke dunia manusia dengan bebas tanpa batasan waktu."
Jawaban Kyuhyun membuat Sungmin tertegun.
"Hyung, katakan di mana kedua kristal lainnya berada!" Kyuhyun mencengkeram bahu Sungmin. "Hanya kau yang bisa merasakan keduanya. Beritahu aku! Setelah kedua kristal itu aku dapatkan, aku berjanji akan menyerahkan semuanya yang menjadi hakmu, hyung."
"Ini bukan masalah hak! Aku menginginkan kewajibanku!"
Kata-kata Sungmin tertelan oleh hiruk pikuk keramaian. Belpegoleu dan gaekgwi yang berjumlah ratusan - bukan para tammaseu yang lemah - menghancurkan bangunan-bangunan yang ada dan menyerang manusia.
"Hyung, cepat pergi dari sini! Aku bisa mengatasinya!"
"Kyuhyunie! Tunggu!"
Kyuhyun sudah berlari ke arah gerombolan gaekgwi, melemparkan sebuah bola besi yang ia keluarkan dari dalam ransel. Seketika kabut menyelimuti gerombolan gaekgwi tersebut sekaligus memberi kesempatan orang-orang di sekitar gaekgwi berlari menjauh.
Tubuh Kyuhyun melompat tinggi ke atas sambil melancarkan jurus untuk membuat ruang dimensi, menghindari kemungkinan diserang para gaekgwi sebelum ia berhasil mengunci daerah itu dengan sempurna. Begitu kakinya kembali mendarat di tanah, Kyuhyun menghunuskan pedang sambil berdiri di perbatasan dimensi, agar tidak ada gaekgwi yang menyerang dari belakang.
Belpegoleu tertawa senang melihat siapa yang muncul. Ia memberi kode agar gaekgwi yang lain berkumpul di belakangnya. Kyuhyun bisa melihat ratusan gaekwi yang bersama Belpegoleu. Karena itulah Belpegoleu merasa berada di atas angin.
"Kau muncul sangat cepat, Guardian Jujak. Kali ini kau pasti mati di tanganku! Ah, di mana para pengawalmu? Apakah mereka takut menemuiku atau…. Atau mereka sudah tewas?"
Kyuhyun mengacuhkan ledekan Belpegoleu dan tetap bersiaga dengan pedang terhunus. Belpegoleu dan gerombolannya kembali tertawa keras. Perlahan mereka bergerak mendekat, mengepung Kyuhyun hingga hanya sedikit ruangan yang tersisa. Beberapa gaekgwi langsung berubah menjadi serpihan ketika berada di dalam jangkauan tebasan pedang Kyuhyun.
"Belpegoleu, sebaiknya kau bawa mereka semua pergi!" Kyuhyun kembali menebas gaekgwi yang berada dalam jangkauannya, sehingga menyurutkan para gaekgwi yang lain.
"Aha! Kau masih bisa memasang wajah seperti itu?" Belpegoleu meringis kesal melihat Kyuhyun sanggup menakuti beberapa gaekgwi yang berada di barisan depan. "Jadi, sekarang aku yang menjadi pihak yang lemah? Apa kau tidak sadar posisimu, Guardian Jujak?"
"Kalian akan aku kalahkan!" seru Kyuhyun pasti.
"KAU YANG AKAN MATI!" Belpegoleu menjadi berang dengan sikap Kyuhyun yang tidak takut sedikitpun.
"Bunuh guardian Jujak ini! Siapa yang berani mundur satu langkah saja, aku akan membuat kalian lenyap selamanya!" seru Belpegoleu dengan keras.
Belpegoleu memberi kode agar ratusan gaekgwi itu menyerbu bersamaan. Kyuhyun menghadapi mereka semua dengan pedangnya yang berkelebat ke sana ke mari untuk menjatuhkan lawan. Kali ini Belpegoleu tidak ingin mengambil resiko. Ia membuka portal untuk mendatangkan para gaekgwi dari dalam sungai Henggi sehingga Kyuhyun memasuki pertarungan tanpa akhir.
Melihat hal itu, Kyuhyun langsung mengerahkan jurus Jujak dan memutar pedangnya hingga api Jujak membesar. Dengan sekali tebas, semua gaekgwi yang tersisa hancur berkeping-keping. Namun hal itu juga menguras tenaganya. Kyuhyun mati-matian berusaha tetap berdiri, namun napasnya yang berat dan tubuhnya yang sedikit gemetar tidak tersembunyi dari pandangan Belpegoleu.
Belpegoleu kembali membuka portal. Ratusan gaekgwi baru bermunculan di belakangnya, siap menyerang Kyuhyun yang sudah kepayahan.
"Sepertinya hari ini akan menjadi hari kematianmu, Guardian Jujak." Belpegoleu tersenyum lebar sementara Kyuhyun mempererat genggaman pedangnya.
.
.
TBC
Terima kasih sudah membaca ff ini
Mungkin banyak pertanyaan yang ada di benak para pembaca,
Tapi tenang saja, satu per satu pertanyaan itu akan terjawab di chapter-chapter yang ada
Terima kasih sudah bersedia mereview ff ini
Kamsahmanida
