Title : Shadow Warrior chapter 14

Genre : Friendship/Brothership, fantasy, action, horor

Rating : Fiction T

Cast : Member Super Junior, member SJ M & Il Kook

Disclaimer : All them belong to themselves and GOD. I own only the plot.

Warning : Fanfic just Fanfic, typos, geje , if read don't bash, jangan mengcopypaste meskipun menyertakan nama; Share saja dalam bentuk link ffn, tidak kurang dari itu. Gomawo ^^

Summary :

. .

.

Shadow Warrior

Chapter 14

.

.

Kibum menghantam gagang kemudi dengan perasaan kesal ketika mereka tiba di sebuah persimpangan. "Setelah seratus meter ke depan, aku tidak tahu harus ke mana mencarinya…"

"Belok ke kanan setelah lampu hijau menyala," kata Donghae tegas.

Kibum dengan terkejut menatap namja yang memaksa duduk di sampingnya tadi. Namun wajah Donghae tampak serius. Sepasang matanya menatap tak sabar ke arah lampu merah.

"Kanan!" seru Donghae ketika Kibum masih termangu sementara lampu hijau sudah menyala.

"Ikuti saja kata-katanya, Kibum sshi." Siwon menepuk bahu Kibum dari belakang.

"Dia bisa merasakan keberadaan Jeonha." Zhoumi ikut meyakinkan meski ia sendiri tidak terlalu yakin. Keraguan itu tertangkap oleh Kibum sehingga mobil tidak beranjak sedikit pun.

"Kita akan berbelok atau aku akan mencari Jeonha sambil berlari?" Donghae mulai kehilangan kesabarannya. "Cepatlah! Jeoha dalam bahaya! Aku bisa merasakannya!"

Kibum mencoba menangkap keraguan di wajah Donghae. Nihil. "Ok, ok, aku akan mengikuti petunjukmu. Tolong beritahu jalan yang harus aku lalui." Kibum mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan lambat.

"Kita sangat dekat, cepatlah sedikit!"

"Mengemudikan mobil tidak sama dengan berlari!" seru Kibum kesal. "Bersabarlah sedikit! Setelah pertigaan ini kita ke arah kanan. Semoga tidak ada jalan yang berlawanan arah..."

"Sayang sekali," ucap Siwon sambil menunjuk larangan berbelok ke arah kanan. Donghae dan Zhoumi mengeluh dengan keras. Kibum sama sekali tidak bereaksi dengan hal itu. Ia melajukan mobilnya lurus sehingga ketiga namja yang lain terkejut.

"Kenapa..."

"Aku akan mencari jalan ke arah kanan." Kibum memotong ucapan Donghae. Ia menunjuk GPS yang terdapat di dalam mobil. "Kau konsentrasi saja ke arah mana Jeonha berada. Aku akan mencari jalan terdekat ke arah itu."

"Kenapa kita tidak berlari saja?"

"Barang yang kita butuhkan nanti, terlalu berat untuk dibawa berkeliling," sahut Kibum. "Aku akan mencoba membuat versi yang lebih ringannya. Saat ini konsentrasi saja untuk menemukan Jeonha."

Donghae menghembuskan napas lega. Kini dia lebih berkonsentrasi kepada keberadaan Kyuhyun daripada petunjuk jalan. Tidak ada yang berbicara lagi selain Donghae. Mereka semua ingin menemukan Kyuhyun secepatnya.

"Jeonha berada di arah kiri," cetus Donghae untuk kesekian kali. "Kita sudah sangat dekat dan anehnya Jeonha tidak berpindah tempat semenjak tadi… Apakah dia sedang bertarung? Itukah sebabnya aku merasa Jeonha dalam bahaya?"

Mendengar hal itu wajah Kibum tetap tanpa ekspresi, berbeda dengan ketiga namja lainnya yang tampak cemas. Namun ia tiba-tiba menepikan mobilnya. "Kita berjalan kaki saja," kata Kibum sebelum keluar. Siwon, Zhoumi, dan Donghae dengan tergopoh-gopoh mengikuti tindakan Kibum meski mereka tidak tahu apa yang terjadi.

Kibum mengeluarkan sebuah tas lain yang tampak sama beratnya dengan tas yang ia bawa sebelumnya dari dalam bagasi. "Jalanan di sekitar sana tidak diperuntukkan untuk kendaraan bermotor. Lebih baik kita berjalan kaki. Bawa perlengkapan kalian!"

.

.

Kini mereka berempat berjalan mengikuti keberadaan Kyuhyun. Donghae memimpin di depan.

"Jeonha di sana!" Donghae berlari dengan wajah gembira sehingga Kibum merutuk pelan akibat beratnya tas yang harus ia bawa.

"Serahkan padaku," kata Siwon sambil mengambil alih tas tersebut.

"Kenapa tidak dari tadi?" Kibum menegur.

"Kau tipe orang yang tidak mau dibantu, jadi aku menunggu saat yang tepat yang tidak mungkin kau tolak," jawab Siwon sambil tersenyum.

Mereka berjalan dengan langkah cepat.

Tiba-tiba Donghae berhenti. Wajahnya tampak kebingungan.

"Ada apa?" Zhoumi mengitari pandangannya. Mereka berada di sebuah area pertokoan.

"Seharusnya Jeonha di sini…." Donghae menatap ragu. Ia meraba udara kosong di depannya. "Aku tidak mungkin salah. Jeonha…."

"Dia memakai kemampuannya membuat ruang dimensi." Kibum memberi kode agar Siwon meletakkan tas miliknya di tepi jalan. Ia mengeluarkan laptop dan beberapa peralatan lainnya. Ia tidak mempedulikan beberapa pejalan kaki yang tertarik dengan tingkah lakunya.

PEMERIKSAAN TINGKAT KEBISINGAN.

Kibum memasang sebuah papan di sisinya, membuat orang-orang yang penasaran bergumam untuk kemudian pergi.

"Kau selalu mempersiapkan segala sesuatunya?" tanya Zhoumi takjub.

Kibum tidak menjawab. Ia justru memberi tanda agar Donghae mendekat. "Donghae-sshi, kau benar-benar bisa mengetahui keberadaan Jeonha?"

Donghae mengangguk. "Aku bisa berada di manapun dia berada. Ah!" Sesuatu yang melintas di pikirannya membuat namja itu bertepuk tangan. "Kalau begitu aku…. WHOAAAA!"

Donghae nyaris terjungkal ketika Kibum menariknya dengan kuat. "Apa yang kau lakukan?!"

"Kau hendak menyusulnya?"

Donghae tertegun. "Benar."

"Percuma kalau seorang diri. Kau tidak ada gunanya," kata Kibum datar.

"MWO?"

"Jika kau ke sana begitu saja, ia tidak akan membuka ruang dimensinya. Kalian hanya bertempur berdua."

"Lalu apa yang kau inginkan?"

"Katakan bahwa aku bisa menggantikannya sejenak. Katakan kepadanya untuk membuka segel agar Siwon dan Zhoumi bisa ikut serta. Setelah itu, aku akan menggantikannya sejenak sampai ia dapat kesempatan membuat ruang dimensi kembali."

"Tidak perlu serepot itu." Tiba-tiba Il Kook dan Eunhyuk muncul.

Siwon dan Zhoumi langsung bersiaga menghadapi kemunculan dua orang yang tidak mereka kenal.

"Appa? Hyukkie?" Donghae langsung melompat memeluk Eunhyuk.

"Eunhyuk bisa melakukannya." Il kook tersenyum melihat pandangan bertanya yang lain.

"Aku ikut!" Kehadiran Sungmin mengejutkan mereka semua. Sungmin yang mengikuti Kyuhyun namun terpisah oleh ruang dimensi, menyaksikan semua percakapan dengan diam-diam. Ia akhirnya menampakkan dirinya setelah keinginannya untuk menolong Kyuhyun jauh lebih besar.

"Sungmin sshi, sebaiknya kau tidak beranjak dari sisiku." Kata-kata Il Kook yang tegas membuat Sungmin mengerutkan kening ketika mengenali sosok itu.

"Seon…saengnim?"

Alih-alih menjelaskan kepada Sungmin yang kebingungan, Il Kook justru memusatkan perhatiannya kepada Donghae.

"Donghae-ya, pergilah dan yakinkan Kyuhyun sshi untuk membuka ruang dimensi."

"Kalian terlalu berisik!" Sebuah suara muncul di sekitar mereka, suara yang mereka kenali dengan jelas. Namun sosok Kyuhyun tidak tampak di manapun ketika mereka semua mengedarkan pandangannya. "Donghae-ya, lekas kemari! Biar Kibum sshi yang mengatur hal lainnya!"

"Baik, Jeonha." Meski tidak tahu dari mana suara itu berasal, Donghae tidak peduli. Ia memejamkan matanya, memusatkan pikiran, mencoba merasakan benar-benar kehadiran Kyuhyun. Jeoha, aku datang!

Semua yang ada di sana kecuali Il Kook dan Eunhyuk, tertegun ketika tubuh Donghae lenyap dari pandangan mata.

"Siapa dia sebenarnya? Dia bisa teleportase?"

Pertanyaan Kibum hanya dijawab senyuman oleh Il Kook dan Eunhyuk. Tetapi keheranan itu hanya sepersekian detik. Semua nyaris terlonjak di tempatnya ketika Kibum meraung sangat keras hingga wajahnya yang putih memerah.

"DIA…! BAGAIMANA DIA BISA TAHU PERCAKAPAN KITA?!"

Tak seorangpun berkata-kata ketika Kibum tampak marah luar biasa.

.

.

Begitu Donghae membuka mata, sebuah serangan langsung mengarah kepadanya tanpa ia sempat menghindar. Namun sebilah pedang menangkis serangan itu.

"Dasar ceroboh! Seharusnya kau bersiap saat hendak menyusul ke sini!"

Suara yang Donghae rindukan selama beberapa hari itu membuat pandangannya seketika mengabur oleh air mata. "Jeoha!"

"Bukan waktunya menangis!"

Suara pedang yang berputar dengan cepat untuk menghalau tammaseu membuat Donghae tersadar. Ia segera menghunus pedangnya dan bertarung bersama Kyuhyun.

"Jeoha, tolong buka ruang dimensi! Siwon dan Zhoumi sudah ber…"

"Aku tahu."

Donghae tertegun, nyaris melupakan tugasnya untuk melindungi Kyuhyun ketika ia tak perlu bersusah payah membujuk namja itu.

Begitu segel terbuka, Siwon dan Zhoumi yang sudah mengenakan perlengkapan buatan Kibum langsung masuk ke arena sebelum Eunhyuk menyegel kembali dimensi daerah tersebut.

"Whoaaaa! Aku bisa bergerak dengan cepat!" Siwon tertawa senang. Ia melaju ke arah gerombolan tammaseu dengan pistol di tangan kanan dan perisai hologram di tangan kirinya. Namun saat bersiap membidik, ia justru kehilangan keseimbangan dan menabrak makhluk-makhluk itu.

"Siwon-ah!" Donghae hendak menolong namun gerombolan tammaseu di sekitarnya tidak memberi kesempatan.

Zhoumi menghentakkan sepatunya yang memiliki tenaga pendorong sama seperti milik Siwon, berusaha untuk mendekat dengan cepat. Namun ia juga mengalami hal yang sama. Sepatu tersebut melesat jauh lebih cepat dari dugaannya sehingga bukannya menarik Siwon keluar, ia justru jatuh ke tengah-tengah tammaseu yang hendak melahap Siwon hidup-hidup.

Kedua namja itu berusaha berontak agar para tammaseu tidak bisa menyerang mereka. Meski perisai dari Kibum sangat menolong, tetapi tidak seluruh tubuh mereka terlindung. Mereka mulai putus asa saat beberapa tammaseu berhasil menghunjamkan gigi tajamnya.

Tiba-tiba api yang besar menghanguskan seluruh tammaseu yang berkerumun. Tetapi keduanya tidak terbakar sama sekali. Di hadapan mereka berdiri Kyuhyun dengan mimik wajah yang membuat keduanya meringis.

"Lepaskan sepatu itu! Kalian tidak membutuhkannya saat ini!" seru Kyuhyun.

Belum sempat Zhoumi dan Siwon menyahut, Kyuhyun jatuh terduduk dengan wajah pucat dan napas tersengal. Hanya pedang yang ditancapkannya ke tanah yang membuat Kyuhyun masih sanggup menyanggah tubuhnya.

"Jeonha!" Donghae melompat ke dekat Kyuhyun untuk melindunginya dari serangan lawan.

Siwon dan Zhoumi bergegas melepas sepatu mereka. Keduanya hendak membantu Donghae yang masih melawan beberapa tammaseu yang tersisa, namun Kyuhyun memberi kode agar keduanya mendekat.

"Jeonha, gwenchana?"

Kyuhyun mencoba tersenyum sambil memberi isyarat agar keduanya mendengarkan baik-baik tanpa banyak bertanya. Ia melirik sekilas ke arah Donghae untuk memastikan apakah Donghae masih sanggup bertahan, kemudian mengalihkan perhatiannya kepada Siwon dan Zhoumi.

"Itu perisai buatan Kibum sshi?"

"Benar, Jeonha." Siwon menyahut dengan cepat.

"Bagus." Kyuhyun mencoba mengatur napasnya. Menggunakan jurus api Jujak beberapa kali untuk memusnahkan banyak tammaseu sekaligus, benar-benar telah menguras tenaganya. "Aku hanya bisa sekali lagi melancarkan jurus api Jujak. Setelah itu, aku tidak tahu apakah masih bisa melakukannya."

"Katakan saja apa yang harus kami lakukan," kata Zhoumi. "Aku berjanji, kali ini tidak akan melawan perintahmu lagi, Jeonha."

Kyuhyun tersenyum mendengar kesungguhan namja itu. "Aku mempelajari serangan Belpegoleu berkali-kali, dan menemukan polanya. Jika aku bisa mengumpulkan tenaga untuk jurus Jujak sebanyak mungkin, aku rasa dia bisa dikalahkan. Tapi aku memerlukan kalian semua untuk mempersiapkan diri."

"Jeonha benar-benar membutuhkan kami? Senangnya…APPO!"

Detik berikutnya Siwon berteriak kesakitan ketika Zhoumi menyikutnya.

Kyuhyun mengabaikan kedua pengawalnya yang hendak bertengkar mulut itu. "Kalau aku memanggil kalian nanti, artinya kalian harus menggunakan perisai untuk membendung serangannya. Posisikan dengan rapat satu sama lain, dan tahan serangan selama mungkin. Jika kalian sudah tidak mampu, beri tanda dengan memanggil Donghae, arra? Jangan menahan lebih dari kemampuan kalian."

"Kami mengerti."

"Ayo kita selesaikan secepatnya!"

"SIAP!"

Baru saja mereka menyahut, Kyuhyun bangkit berdiri dan membantu Donghae mengalahkan tammaseu yang masih terus menerus muncul.

"Mereka tidak pernah habis…" Donghae saling beradu punggung dengan Kyuhyun.

"Belpegoleu kuncinya. Kita harus mengalahkan dia." Kyuhyun menimbang sejenak apa yang harus ia lakukan. Ia tersenyum ketika sebuah ide muncul di kepalanya. "Kalian bertiga lindungi aku, arra? Aku mengandalkan kalian!"

Tanpa menunggu, Kyuhyun menerobos gerombolan tammaseu. Ia bergerak cepat menuju lubang di mana tammaseu dari sungai Henggi keluar. Melihat hal itu, ketiga pengawalnya bergegas menyusul sambil melindungi Kyuhyun dari serangan di sekitarnya.

Kyuhyun menebaskan pedangnya tanpa ampun. Semua tammaseu yang menghalangi jalannya terkapar. Yang masih hidup menjadi serpihan begitu Donghae, Siwon, dan Zhoumi menyusul. Tak satupun yang dibiarkan hidup oleh mereka, namun tammaseu baru terus bertambah.

"Aku akan coba menyegel lubang ini! Kalian jangan lengah!"

"BAIK!"

Sementara Kyuhyun menyegel lubang itu, tiga namja lainnya memberantas tammaseu satu per satu hingga hanya sedikit yang tersisa. Mereka merasa lega karena pertarungan tanpa akhir tadi mulai mereda.

"Segel ini tidak akan bertahan lama. Kita harus membinasakan Belpegoleu," bisik Kyuhyun ketika Donghae melompat ke sisinya untuk menangkis serangan yang ditujukan kepada Kyuhyun. "Donghae-ya, aku perlu waktu untuk mengeluarkan jurus api Jujak. Biarkan Siwon dan Zhoumi yang menghadapi mereka dahulu. Setelah itu…."

"Serahkan pada kami, Jeonha," sahut Donghae sambil tersenyum. "Kami akan berusaha memberimu waktu selama mungkin."

Kyuhyun mengangguk. Kini mereka berempat menyerang Belpegoleu bersama-sama, meski begitu kekuatan Gaekgwi level atas memang tidak bisa diremehkan. Donghae, Siwon dan Zhoumi mengambil banyak serangan, memberi Kyuhyun waktu sebanyak mungkin untuk mengumpulkan tenaganya.

"JUJAK!" Belpegoleu berteriak penuh amarah ketika menyadari semua tammaseu sudah musnah dan lubang penghubung dengan sungai Henggi terhalang segel yang dibuat oleh Kyuhyun. Ia tadi terlalu sibuk menghadapi serangan keempat lawannya sehingga terlambat menyadari hal itu. "Jangan berpikir kalian sudah menang! Aku berjuta kali lipat lebih kuat dari tammaseu bodoh itu!"

"Aku tidak pernah berpikir begitu. Tetapi aku berpikir, hari ini kau akan musnah di tanganku." Kyuhyun mengukir smirk di wajahnya sementara ketiga pengawalnya bersiaga di sisinya.

"KAU?!" Pancingan Kyuhyun mengena. Belpegoleu merasa terhina dan meraung dengan keras. "JUJAK, HARI INI KAU YANG AKAN MATI DI TANGANKU!"

"SIWON! ZHOUMI!" Kyuhyun bergeming.

"JEONHA!" Donghae terbelalak melihat hal itu.

Belpegoleu yang murka langsung mengerahkan kekuatan penuh untuk menyerang sang Guardian Jujak. Namun Donghae langsung memposisikan dirinya di depan Kyuhyun. Siwon dan Zhoumi yang tahu bahwa ini waktunya melaksanakan rencana mereka, menahan serangan yang datang sebelum mengenai tubuh Donghae dengan perisai.

"Donghae-ya, bersiaplah!"

Bisikan dari belakang itu menyadarkan Donghae akan rencana mereka. Alih-alih membantu Siwon dan Zhoumi, ia kini memperkokoh posisi kakinya, dan menggenggam pedangnya erat-erat. Kedua matanya memicing tajam, bersiap menghadapi serangan.

"Aku mempercayai kalian," gumam Kyuhyun sebelum menutup matanya. Ia mundur selangkah kemudian meletakkan jari telunjuk dan tengahnya di pangkal pedang, mengumpulkan tenaga untuk mengeluarkan jurus Jujak. Hanya ada satu kesempatan. Aku tidak boleh gagal. Kyuhyun menarik napas panjang, berusaha mengosongkan emosi dan menenangkan pikiran supaya bisa mengumpulkan seluruh kekuatannya.

Kedua perisai yang dipegang Siwon dan Zhoumi begitu rapat satu sama lain, sehingga tidak ada serangan yang mampu menembusnya. Namun serangan itu sangat kuat sehingga sedikit demi sedikit keduanya terdorong mundur. Sekuat tenaga mereka mencoba bertahan hingga kedua tangan mereka mulai gemetar dan kaki mereka menjadi goyah.

"Jika kalian sudah tidak mampu, beri tanda dengan memanggil Donghae, arra? Jangan menahan lebih dari kemampuan kalian."

Kata-kata Kyuhyun terngiang, membuat mereka saling memandang dengan wajah yang meringis menahan sakit. Mereka ingin bertahan lebih lama, tetapi mereka juga sudah berjanji untuk menaati kata-kata Kyuhyun. Akhirnya Zhoumi berteriak memanggil Donghae sebagai tanda bahwa mereka akan melepaskan pertahanan mereka.

"SIAP!"

Begitu Donghae menyahut, Siwon dan Zhoumi serentak menggulingkan tubuhnya ke arah yang berlawanan sejauh mungkin, sehingga serangan Belpegoleu tidak mengenai mereka. Meski begitu keduanya tetap saja terhempas dengan keras oleh angin yang ditimbulkan, menandakan besarnya kekuatan Belpegoleu.

"JUJAK! KAU PIKIR MEREKA BISA MENAHANKU?!" Belpegoleu menghardik dengan keras. Kini ia melancarkan serangan yang jauh lebih gencar.

"KAU TIDAK BOLEH MENYENTUH JEONHA!" Donghae menghadapi Belpegoleu dengan dua buah pedang.

"Donghae…."

"Jeonha…"

Siwon dan Zhoumi mengamati arena pertarungan. Donghae sekuat tenaga berusaha menangkis setiap bola serangan yang dilemparkan Belpegoleu. Kedua pedangnya berkelebat begitu cepat. Ia tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya, untuk melindungi Kyuhyun yang tengah mempersiapkan jurus Jujak di belakangnya.

"Tidak kusangka dia sekeren itu," gumam Siwon takjub. Donghae yang kekanakkan dan lucu tidak ada lagi, berganti dengan sosok seorang pengawal yang tengah mati-matian melindungi tuannya.

"Ugh!"

"Donghae-ya…!" Zhoumi berteriak cemas.

Sebuah serangan menyerempet lengan atas Donghae yang mulai kewalahan oleh serangan yang bertubi-tubi. Ia berusaha tetap fokus kepada Belpegoleu dan mengabaikan rasa sakit dibahunya.

Belpegoleu tertawa keras melihat sikap tubuh lawannya yang mulai goyah. Ia semakin bersemangat meluncurkan serangan. Ingin rasanya Zhoumi dan Siwon kembali ke arena pertarungan, namun mereka khawatir tindakan mereka yang sepihak hanya akan membahayakan rencana Kyuhyun.

"HANCUR!"

Seruan Belpegoleu bersamaan dengan teriakan yang keluar dari mulut Donghae. Namja itu terlempar jauh dengan mulut memuntahkan darah segar.

Belum sempat Belpegoleu bersorak kegirangan, matanya melebar melihat pedang berselimut api yang sangat besar di hadapannya. Ia sama sekali tidak menyangka Kyuhyun bukan berlindung di belakang pengawalnya, melainkan tengah mempersiapkan serangan.

Pedang berselimut api Jujak itu membelah tubuhnya menjadi atas dan bawah. Belpegoleu tidak sempat meraung kesakitan. Pedang api Jujak kini menembus jantungnya. Tubuh gaekgwi level atas itu terbakar dan berubah menjadi serpihan sebelum sempat jatuh ke tanah.

"Jeonha!" Siwon berlari menghampiri Kyuhyun yang berdiri terhuyung.

"Donghae?"

Kyuhyun melayangkan matanya ke arah Zhoumi yang berlari ke tempat Donghae terbaring. Ia memperhatikan saat Zhoumi menepuk pipi teman kecilnya, dan tersenyum ketika Donghae tampak membuka matanya. Donghae terlihat melambai dengan lemah, membuat senyum Kyuhyun semakin melebar.

"Dia tidak apa-apa, Jeonha." Siwon merangkulkan lengannya ke bahu Kyuhyun, membiarkan namja itu bersandar kepadanya.

Meski begitu mata Kyuhyun tetap mengawasi Donghae yang dipapah oleh Zhoumi. Keduanya berjalan menghampirinya. Donghae tampak menghapus darah yang masih mengalir dari sela bibirnya.

"Gwenchana, Donghae-ya?" Kyuhyun tidak berhasil menyembunyikan kecemasan dalam suaranya, membuat ketiga pengawalnya tersenyum.

"Gwenchanayo, Jeonha. Akan lebih membaik jika Jeonha membagiku beberapa butir permen."

Ketiganya tergelak melihat Kyuhyun memajukan bibirnya tanda tak setuju.

"Kalau Jeonha tidak ingin kami mengambilnya, Jeonha jangan meninggalkan kantung-kantung permen itu lagi." Zhoumi menikmati ekspresi Kyuhyun yang kini melebarkan kedua matanya.

"Ne. Akan aku habiskan sampai tak tersisa satupun." Siwon meringis ketika mendapat lirikan tajam dari Kyuhyun.

"Kibum-sshi, buka ruang dimensinya!" Kyuhyun kehilangan akal menghadapi ketiga pengawalnya. Kini suasana di sekitar mereka kembali normal, tanpa bekas pertarungan apapun.

"Ayo, kita pulang!" Kyuhyun mendorong Siwon dengan keras dan berjalan menuju tempat Kibum berada. Ia mengibaskan lengannya ketika Kibum hendak membuka mulutnya. "Aku tahu kau marah. Kita bicarakan hal ini nanti. Aku ingin pulang sekarang."

Melihat kondisi Kyuhyun dan Donghae yang terluka, Kibum terpaksa menahan diri. Ia menggidikkan bahu saat Donghae menanyakan keberadaan Ayah dan saudaranya yang menghilang. Kibum hanya tahu jika mereka pergi begitu ruang dimensi Kibum bisa menggantikan buatan Eunhyuk.

.

.

Sejak tiba di Istana Gerbang Selatan, Sungmin lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Il Kook menjelaskan dengan detail semua hal yang perlu Sungmin ketahui. Sesekali Sungmin mengalihkan pandangannya ke arah Eunhyuk yang begitu waspada mengawasi sekitarnya meski mereka berada di dalam ruang dimensi.

"Jadi itu sebabnya Seonsaengnim meminta agar aku tidak menceritakan apapun tentang Seonsaengnim?"

"Aku hanya berjaga-jaga." Il Kook tersenyum lebar. "Tidak seorangpun di antara kami bertiga yang yakin akan hal itu."

"Kalian tidak yakin tetapi tega membuat Kyuhyunie seperti itu?! Seonsaengnim, dengan segala hormat, kalian sedang mempermainkan hidup seseorang! Dan orang itu adalah orang yang paling ingin kulindungi!"

Rasanya baru kali ini Il Kook melihat Sungmin begitu marah. Selama 20 tahun mengenalnya, Sungmin adalah anak yang sangat sabar dan penurut, meski jika menyangkut tentang Kyuhyun namja itu mendadak keras kepala.

Pikiran Il Kook melayang pada kejadian 17 tahun yang lalu. Kejadian itu terasa seperti baru saja terjadi. Mereka akhirnya berhasil menemukan apa yang mereka cari selama ini…

Hankyung terkesima saat bayi yang sedari tadi menangis terus dalam gendongannya, tampak begitu tenang ketika Leeteuk mengambil alih. Bayi itu bahkan tampak tersenyum dalam tidurnya. Leeteuk bersenandung kecil, berharap bayi mungil itu akan membiarkan mereka bertiga berbicara dengan tenang.

"Kalau benar bayi ini seperti yang kalian katakan, kita tidak mungkin menyembunyikan kekuatannya," kata Hankyung nyaris berbisik. Ia khawatir bayi dalam gendongan Leeteuk akan terbangun dan menangis jika mendengar mereka berbicara dengan keras.

"Itu benar. Menyembunyikannya sampai ia tersadar, itu sangat sulit. Kita tahu temperamen seperti apa yang ia miliki… jika dugaan kita benar."

"Tidak sulit," jawab Il Kook, membuat Leeteuk dan Hankyung menatapnya penuh rasa ingin tahu. "Menyembunyikan matahari memang mustahil. Tetapi jika kita menyembunyikan matahari di balik matahari lainnya..."

Il Kook tersenyum melihat perubahan wajah kedua sahabatnya. Ia tahu mereka bisa memahami apa yang ia maksud.

"Seonsaengnim!" seruan Sungmin membuyarkan kenangan Il Kook. Kini ia kembali ke dunia di mana Sungmin yang lemah lembut menatapnya dengan tajam. "Apakah seonsaengnim sadar, kalian menempatkan Kyuhyunie di tempat yang paling berbahaya?! Rencana kalian bisa membunuhnya!"

"Apa kau pikir kalau kami menyembunyikannya dengan damai, dia akan selamat?" Il Kook menggeleng dengan tegas. "Jika mereka tahu siapa dia sebenarnya, dan Kyuhyun belum juga tersadar, serangan mereka akan jauh lebih besar dari sekarang. Mereka akan mengerahkan seluruh kekuatan mereka untuk membunuhnya."

"Sebagai Guardian Jujak dia juga…"

"Sebagai Guardian Jujak dia hanya mengancam keberadaan Jenderal Agma! Tetapi sebagai dirinya yang sesungguhnya…."

Il Kook tidak meneruskan kata-katanya karena Eunhyuk memberitahu ada seseorang yang datang ke Istana Gerbang Selatan.

"Kami harus pergi!" Il Kook bangkit berdiri. "Jangan ceritakan kepada siapapun apa yang baru saja aku katakan, dan tetaplah berperan sebagai Jujak yang berlindung di balik Kagemusha-nya."

Wajah Sungmin menampakkan kekhawatiran yang dalam.

"Jangan khawatir." Il Kook tersenyum. "Dia bersama pengawal yang mendampinginya dengan setia, jauh sebelum kita semua ada. Aku dan Eunhyuk akan mengawasi mereka dari jauh."

"Kamsahamnida, Seonsaengnim," gumam Sungmin lirih.

Pintu terbuka bertepatan dengan hilangnya kedua sosok itu setelah Eunhyuk mengembalikan dimensi ke asalnya. Direktur Kim masuk dan mengedarkan pandangan ke seluruh aula utama.

"Apakah ada seseorang yang datang?"

"Seperti yang Anda lihat, hanya ada aku, Direktur Kim." Sungmin tersenyum.

Direktur Kim dengan ragu kembali mengedarkan pandangannya. Kosong. Hanya ada Sungmin di dalam aula utama. Bahkan sosok Yesung juga tidak tampak. Tetapi sebelum memasuki ruangan, ia merasakan ada aura yang begitu kuat, aura yang terasa tidak asing baginya. Namun Direktur Kim memilih tersenyum dan tidak bersikeras ketika Sungmin memandangnya penuh tanya.

.

.

.

Suasana di tempat itu begitu sunyi. Hampir semua penghuninya sudah terlelap. Di aula utama, Donghae, Siwon, dan Zhoumi tertidur begitu saja di lantai. Setelah kembali ke sini, mereka mandi dan berobat, kemudian menikmati hidangan besar yang disiapkan Shindong sambil bersenda gurau hingga tertidur. Kyuhyun sendiri beranjak bangkit ketika Shindong masuk untuk menengok kondisi mereka.

"Aku kira Jeonha tertidur juga," bisik Shindong sambil melampirkan selimut untuk Donghae, Siwon dan Zhoumi .

Kyuhyun tersenyum tanpa bicara. Ia berjalan menuju kamarnya diikuti oleh Shindong.

"Kata mereka, Jeonha kembali karena mereka mengancam akan menghabiskan permen milik Jeonha."

Kyuhyun tertawa sambil membuka jendela kamarnya, menatap ke arah bulan yang muncul di langit malam.

"Sepertinya mereka salah menduga, dan Jeonha membiarkan hal itu."

"Kau sangat mengenalku, Ajussi. Kadang hal itu sedikit menyulitkan." Kyuhyun kembali melemparkan senyumnya, membuat Shindong tertegun. Sudah begitu lama sejak Kyuhyun bersikap seceria itu.

"Jeonha…."

Kyuhyun berbalik ke arah Shindong dan menepuk ringan bahu pengasuhnya. "Aku bertemu Sungmin hyung. Kau tahu, ajussi? Dia menyerahkan begitu banyak hal yang menyenangkan untukku; Identitas, adopsi, rumah, sekolah…"

Mata Kyuhyun kembali menatap keluar jendela dengan wajah cerah, hal yang sudah lama Shindong harapkan, namun justru membuatnya bergetar ketakutan malam ini.

"Aku baru menyadari, ternyata orang yang aku lindungi adalah orang yang pantas aku lindungi. Sebelumnya tidak masalah asal dia adalah Sungmin hyung. Namun setelah mengetahui betapa besar ia memperhatikanku, aku merasa….aku merasa benar-benar rela menjadi penggantinya. Aku bahkan bersyukur bisa menjadi tameng untuknya."

"Jeonha…." Tubuh Shindong kini benar-benar gemetar. Ia memegang lengan Kyuhyun dengan wajah cemas sehingga Kyuhyun berbalik menatapnya.

"Ada apa, ajussi?"

Baru saja Shindong hendak membuka mulutnya, kata-kata Kyuhyun terngiang kembali di benaknya.

"Ajussi, jangan memberiku alasan untuk mengusir ajussi dari sini. Aku ingin bertanya untuk pertama dan terakhir kalinya. Shindong He, apakah kau bersedia berada di sisiku sampai rencana rahasia ini selesai, ataukah kau ingin mundur?"

Shindong menelan kembali apa yang ingin ia katakan.

Kyuhyun tersenyum dan merangkul Shindong yang justru membeku karena terkejut. Keduanya terdiam tanpa suara sampai Kyuhyun melepaskan pelukannya. Namun kedua tangannya tetap berada di bahu Shindong.

"Ajussi, selama ini aku belum menjadi Guardian Jujak sepenuhnya. Aku masih menyimpan sisi di mana aku tidak ingin melibatkan apalagi membahayakan orang lain. Tetapi kini aku sadar, aku tidak boleh egois." Kyuhyun tersenyum. "Mereka telah memberikan diri mereka untuk melindungiku. Aku akan menerimanya. Asal tujuan utama kita tercapai, agar banyak orang bisa selamat, aku akan menerimanya, ajussi."

Shindong rasanya ingin pingsan menghadapi semua itu. Tetapi membayangkan Kyuhyun mengusirnya lebih menakutkan, karena itu ia mencoba bertahan.

"Waeyo?" Kyuhyun menautkan keningnya melihat wajah Shindong yang pucat pasi. "Ah, ajussi jangan khawatir. Semua itu aku yang akan menanggungnya."

"Jeonha…?" Lagi-lagi hanya kata itu yang mampu terucap. Kyuhyun tersenyum lembut.

"Ajussi tidak bersalah. Aku yang sekarang, menempatkan mereka dalam bahaya atas kesadaranku sendiri. Jadi kalau ada yang harus disalahkan, itu adalah aku, bukan ajussi."

"Aku sama sekali tidak keberatan, Jeonha. Karena sejak awal aku ingin…"

"Ajussi ingin mengembalikan kehidupanku kan?" Pertanyaan Kyuhyun membuat Shindong ternganga. "Mereka dipilih oleh ajussi bukan untuk mengawalku, tetapi untuk membuatku kembali menjadi diriku sendiri. Aku menyadarinya saat Direktur Kim bilang bahwa ajussi meminta profil para pengawal. Ajussi yang memilih, bukan Direktur Kim. Mereka dipilih karena karakter mereka…"

Shindong terdiam.

"Ajussi sudah berhasil."

Shindong mengangkat wajahnya tak percaya.

"Kali ini yang berdiri di hadapan ajussi bukanlah Kyuhyun yang terpaksa menjadi Jujak, ataupun Kyuhyun yang mencoba menekan dirinya dalam-dalam untuk menjadi Jujak. Yang berdiri di hadapan ajussi saat ini adalah Kyuhyun yang secara sadar memilih untuk menjadi Jujak. Karena itu aku merasa sangat lega dan perasaanku juga menjadi ringan. Terima kasih telah melakukan hal itu untukku, ajussi. Selanjutnya, biar aku yang menanganinya."

Shindong hanya bisa terdiam melihat Kyuhyun begitu bahagia. Mata Kyuhyun kembali hidup, dan senyumnya mengembang seperti dahulu. Tetapi Shindong tidak merasa bahagia sedikitpun. Kyuhyun tidak pernah berbicara begitu banyak, bahkan ketika Kyuhyun masih kecil. Ia merasa Kyuhyun hendak menjelaskan semua hal yang perlu ia ketahui sebelum namja yang diasuhnya itu pergi begitu jauh.

.

.

Kyuhyun membaca buku di kamarnya hingga menjelang pagi. Shindong masuk untuk menyuguhkan minuman.

"Jeonha tidak tidur?"

"Aku tidak mengantuk, ajussi." Kyuhyun meneguk tehnya hingga tandas. Ia mengangsurkan gelasnya, dan Shindong bergegas mengisinya.

Melihat Kyuhyun kembali tenggelam dalam bacaannya, Shindong mengedarkan pandangan ke seisi kamar. Perhatiannya terhenti pada tiga buah kantung yang terletak di atas lemari kayu. Ia bangun untuk meraihnya.

Kyuhyun menoleh saat Shindong meletakkan 3 buah kantung berisi permen di hadapannya. Kyuhyun langsung mencoba mengeluarkan isinya.

"Sepertinya permen-permen itu telah hancur karena pertarungan yang lalu," kata Shindong pelan saat Kyuhyun membuka salah satu permen.

Wajah Kyuhyun sempat berubah ketika permen yang sudah menjadi pecahan-pecahan kecil itu jatuh dari bungkusnya. Namun pengendalian diri yang kuat membuat Kyuhyun kembali bersikap biasa. Ia mulai mengambil permen-permen dari dalam kantung dan mengumpulkannya sedemikian rupa sehingga Shindong menautkan alisnya.

"Jeonha... Jeonha sedang berhitung?" tanya Shindong hati-hati.

Kyuhyun melirik pengasuhnya sekilas lalu tersenyum sambil kembali memilah-milah permen yang ada. "Aku mau belajar menikmati hidup, He ajussi. Dua butir permen setiap hari, dari berbagai jenis, untuk membuka dan menutup hari. Bukankah itu ide yg bagus?"

Mata Shindong dengan cepat menghitung semua permen yang Kyuhyun pilih dan terkejut ketika namja yang diasuhnya itu berhenti mengambil permen serta memasukkan sisanya ke dalam kantung.

"Kenapa harus dihitung, Jeonha? Kenapa hanya 30 hari?"

Kyuhyun memindahkan permen-permen yang ia pilih ke dalam salah satu laci lemari kayu. "Dalam tiga puluh hari, aku harus berhasil mengumpulkan kedua kristal yang tersisa. Lebih cepat lebih baik."

"Tapi, Jeonha, Sungmin sshi sudah menamatkan jurusnya. Jeonha sudah bisa meletakkan tanggungjawab itu."

Hati Shindong berdetak lebih cepat ketika Kyuhyun menggeleng dengan tegas. "Terlalu beresiko membiarkan Sungmin hyung mencari keduanya. Aku masih bisa menggantikan Sungmin hyung untuk melakukan hal itu."

"Tapi, Jeonha..."

"He ajussi, aku merasa ada sesuatu yang tidak baik sedang terjadi. Aku tidak tahu dengan jelas, tetapi aku ingin melindungi Sungmin hyung sampai saatnya tiba."

Bukan setahun dua tahun Shindong bersama Kyuhyun. Melihat wajah Kyuhyun seperti itu, ia tahu niat namja asuhannya sudah bulat. Tidak ada yang bisa membelokkannya kecuali sebuah keajaiban.

Aku juga merasa sesuatu yang buruk, Jeonha. Tapi sesuatu yang buruk itu tengah bergerak di sekeliling kita, bukan di sekitar Sungmin sshi. Dan aku...aku...

Shindong menatap nanar wajah Kyuhyun yang tengah mencoret-coret sesuatu di buku catatan. Masih jelas terasa oleh Shindong mimpinya semalam. Ia bermimpi menggendong tubuh Kyuhyun yang dingin dan sudah tidak bernyawa. Ia benar-benar berharap hal itu tidak akan pernah menjadi nyata.

.

TBC

.

.

I am back! Did You miss me?

Kkkk

Maaf ff ini diupdate begitu lama, tepatnya hampir 2 tahun #wow

Tetapi author malas ini dengan PD nya tetap bilang akan menyelesaikan semua ff #sigh

Yah, aku akan berusaha menyelesaikan semuanya, berapa lama pun itu

Karena membaca cerita yang tak berujung itu menyebalkan bukan?

Semoga tidak ada yang membuatku tidak bisa menulis lagi

Ok, selamat membaca.

Meski aku tidak bisa membalas review kalian satu per satu,

aku sangat berterima kasih untuk semua yang bersedia meluangkan waktu untuk mereview.

Kata-kata lebih dari sekedar 'lanjut' dan semacamnya,

adalah hiburan yang sangat besar,

yang membuat tekadku untuk menulis tetap ada;

Karena aku merasa, apa yang ingin aku bagikan, diterima oleh kalian,

dan aku bisa melihat dan mengenangnya dari review yang masuk

Kkkkk

Sekian dulu kata penutup yang panjang ini

Sambil menunggu Kyuhyun kembali 24 Mei 2019 bersama kita semua,

aku berharap bisa lebih sering menulis ff

KAMSAHAMNIDA