Title : Shadow Warrior chapter 16
Genre : Friendship/Brothership, fantasy, action, horor
Rating : Fiction T
Cast : Kyuhyun, Leeteuk, Sungmin, Yesung, Kangin
Disclaimer : All them belong to themselves and GOD.I own only the plot.
Warning : Fanfic just Fanfic, typos, geje , if read don't bash, jangan meng-copy paste meskipun menyertakan nama; Share saja dalam bentuk link ffn, tidak kurang dari itu. Gomawo
Summary :
Shadow Warrior
Ch 16
.
.
Kepala pendeta Jujak didampingi dua orang biarawan menyambut kedatangan rombongan Kyuhyun dengan gembira. Ia tersenyum melihat Siwon, Zhoumi, dan Donghae terpesona melihat keindahan kuil yang tidak terlalu besar namun terawat itu.
"Shindong sshi menitipkan makanan ini untuk kalian semua." Zhoumi menjura hormat sambil mengangsurkan kotak tersebut. Salah seorang biarawan langsung mengambil alih dan membawanya masuk ke dalam setelah menundukkan tubuh ke arah Kyuhyun dan kepala pendeta.
"Shindong sshi sering mengirimkan makanan ke kuil ini. Kami sangat tertolong." Kepala pendeta terkekeh senang.
"He Ajussi memang begitu." Kyuhyun tersenyum.
"Kami sudah menyiapkan kamar untuk kalian menginap." Kepala pendeta memberi tanda kepada seorang biarawan lainnya untuk mengantarkan para tamu ke kamar yang sudah dipersiapkan.
Kyuhyun menoleh ke arah ketiga pengawalnya. "Letakkan bawaan kalian di dalam kamar dan beristirahatlah. Aku bersama kepala pendeta akan berjalan-jalan sejenak."
"Baik, Jeonha."
Zhoumi, Siwon dan Donghae menundukkan tubuh ke arah Kyuhyun dan kepala pendeta sebelum mengikuti sang biarawan.
.
.
Kepala pendeta menjajari langkah pelan Kyuhyun yang menyusuri halaman samping kuil. Sesekali Kyuhyun berhenti untuk menikmati pemandangan, kemudian melanjutkan langkahnya hingga tiba di halaman belakang, di mana tumbuh sebuah pohon besar yang dikelilingi pagar hitam dan tinggi. Pagar tersebut juga di ikat dengan tali berisikan doa-doa. Jika diamati dengan seksama, di bawah pohon tersebut terdapat sebuah lubang yang tertutup rapat.
"Setiap hari, kami selalu memanjatkan doa untuk mereka semua." Kepala pendeta ikut memandang lubang yang dipandangi Kyuhyun dengan diam itu.
Appa….
Kyuhyun menggumamkan kata-kata itu dalam hatinya. Ia tidak bisa memberikan jesasang, minuman, bahkan sekedar memberi hormat. Semua hal itu akan membuat orang-orang mencurigai identitasnya.
"Aku rasa dia pasti mengerti."
Kepala pendeta tersenyum ketika Kyuhyun memandangnya penuh tanya. Pandangan kepala pendeta yang terarah ke lubang itu membuat Kyuhyun mengerti bahwa Leeteuk lah yang tengah dibicarakan.
"Dibandingkan para pendahulu, kalian berdua menjalani hal yang lebih berat…" Kepala pendeta berbalik ke arah Kyuhyun lalu menepuk kedua bahu namja itu. "Aku merasa sedih untuk semua hal yang harus kau tanggung, Jeonha."
"Itu sudah kewajibanku." Kyuhyun mencoba tersenyum. Yang aku cemaskan adalah saat memberitahu mereka semua tentang kebenarannya. Aku rasa, hal itu juga yang membuatku terus mengundurkan waktu…
Keduanya kembali ke dalam kuil. Kepala pendeta memberikan sebuah kristal ke dalam tangan Kyuhyun. "Sehari-hari Henry berada di kuil ini. Sekarang pun dia sibuk memasak di dapur. Aku tidak tahu kapan dan bagaimana dia menemukannya."
"Meskipun begitu, sepertinya ini kristal Cheongryong yang sebenarnya." Kyuhyun melihat kristal Baekho bereaksi ketika berdekatan dengan kristal itu. Keduanya berpendar indah di tangan Kyuhyun. Sinar putih dari Kristal Baekho dan sinar biru dari kristal Cheongryong. "Kita tinggal mencari kristal Hyeonmu di utara."
Kyuhyun memasukkan kedua kristal itu ke dalam kantong hitam yang ia gunakan untuk menyimpan kristal Baekho selama ini.
Kepala pendeta beranjak menuju mejanya, di mana sebuah gulungan kertas besar tengah terbuka. Kyuhyun mendekat dan ikut melihat.
"Kepala pendeta, lukisan apa ini?"
"Ah, ini tentang guardian. Aku menemukannya sewaktu membersihkan perpustakaan. Karena menarik, aku mencoba mempelajarinya. Sepertinya literatur yang sangat kuno."
Kyuhyun mengamati gambar tersebut dengan seksama.
"Ini Hyeonmu di utara, Cheongryong di timur, Jujak di selatan, dan Baekho di barat. Eh? Ada satu lagi?" Kyuhyun menunjuk ke salah satu gambar.
"Dia tidak selalu ada." Kepala pendeta mengamati gambar yang Kyuhyun maksud. "Ketika semua guardian satu per satu terbunuh, aku berharap dia akan datang. Tetapi sepertinya itu hanya tinggal harapan kosong."
"Kenapa begitu?"
"Dia…" Kepala pendeta menunjukkan gambar yang dimaksud. "Jika dia ada, kita tidak mungkin tidak mengetahuinya. Dia sangat kuat, dan lambang ini menandakan bahwa ia memiliki semuanya baik itu kekuatan, kekuasaan, maupun kekayaan. Dia tahu di mana posisinya, dia tahu apa yang dia miliki. Dia tidak akan pernah tunduk kepada siapapun. Dia tidak mungkin tidak terlihat."
"Whoaaa… bukankah itu terlalu berlebihan ketika dia memiliki semuanya sekaligus?" Kyuhyun meringis. "Tapi kepala pendeta benar. Orang seperti ini, kita pasti akan mengenalinya bahkan dari jarak ribuan kilometer."
Kepala pendeta tergelak. "Sepertinya Jeonha mulai bisa bergurau."
"Ah, begitukah?" Kyuhyun merasa wajahnya memerah. Pikirannya langsung melayang kepada ketiga pengawalnya. "Aku tertular oleh orang-orang aneh itu."
"Tetapi Jeonha menjadi lebih hidup." Kepala pendeta tersenyum lembut.
"Sebaiknya aku menemui Henry sshi sebelum makan siang," kata Kyuhyun sambil beranjak ke pintu.
Kepala pendeta memandang lukisan di mejanya sejenak sebelum menggulung kertas tua itu dengan hati-hati. "Ia juga memiliki kemampuan khusus untuk berbicara dengan binatang. Bukankah hal itu sangat menarik, Jeonha?"
Heningnya ruangan membuat kepala pendeta berbalik. Ternyata Kyuhyun sudah meninggalkannya sendirian.
.
.
"Jeonha!" Siwon langsung menghampiri Kyuhyun yang keluar dari ruangan kepala pendeta. Zhoumi mengikut di belakangnya. "Kami sudah membereskan kamar. Jeonha silahkan beristirahat."
"Di mana Donghae?"
Zhoumi melempar pandangan ke arah Siwon sebelum menjawab. "Donghae masih berdiam diri seperti tadi. Ketika kami mengajaknya untuk menyusul Jeonha, dia hanya duduk melamun."
"Biarkan dia tenang." Kyuhyun memutuskan. "Sebaiknya aku menemui Henry sshi di dapur sebelum makan siang."
Zhoumi dan Siwon menyingkir, membiarkan Kyuhyun berjalan lebih dahulu sebelum keduanya mengiringi dari belakang.
.
.
Kyuhyun mendekati sosok yang tengah membersihkan sayur-sayuran di dapur setelah memberi tanda kepada para pelayan kuil yang lain untuk meninggalkan mereka berdua. Begitu menyadari kehadiran Kyuhyun, sama seperti pelayan yang lain, Henry langsung membungkukkan tubuhnya dalam-dalam sampai Kyuhyun menepuk bahunya, memintanya untuk kembali berdiri tegak.
"Apa Jeonha memerlukan sesuatu?"
Kyuhyun menggeleng. "Aku dengar dari kepala pendeta, kau masih sepupuku. Benarkah?"
Meski Henry mencoba menyembunyikannya, Kyuhyun sempat melihat ekspresi kebencian di wajah itu. Hanya beberapa detik saja, Henry berhasil menekan emosinya sedalam mungkin dan tersenyum ke arah Kyuhyun.
"Aku rasa begitu. Seandainya keluargaku tidak berhubungan darah dengan Guardian Jujak..." Henry membuang pandangannya sejenak, kemudian kembali menyibukkan diri dengan sayuran yang ada di hadapannya. "Mianhamnida, Jeonha, aku sedang sibuk. Jika Jeonha tidak keberatan, aku ingin menyelesaikan pekerjaanku secepatnya. Kristal Cheongryong sudah aku titipkan kepada kepala pendeta. Kita tidak punya urusan apapun lagi."
"Aku sudah menerima dan memastikannya. Terima kasih."
"Tidak perlu berterima kasih. Aku hanya membantu." Henry tetap sibuk dengan pekerjaannya.
Kyuhyun mencoba membayangkan apa yang akan Sungmin lakukan pada situasi seperti ini.
"Bagaimana kalau kau tinggal bersamaku? Aku akan menanggung semua kebutuhan hidupmu. Kau juga bisa bersekolah jika kau mau." Kyuhyun yakin Sungmin akan setuju dengan keputusannya. Sungmin tanpa ragu akan melakukan hal itu untuk Henry yang sudah kehilangan semua anggota keluarganya.
"Dengan segala hormat, Jeonha, yang aku inginkan dari Anda hanyalah tidak memiliki hubungan apapun!" desis Henry.
Kyuhyun tak menyangka namja di hadapannya menjadi begitu marah. Wajah Henry sudah merah padam dan pisau di tangannya teracung ke arah Kyuhyun.
"Kalau saja aku tidak memiliki hubungan darah denganmu, mereka tidak akan mencari kami dan keluargaku tidak akan terbunuh! Kalau Jeonha ingin memperbaiki semuanya, tolong hidupkan kembali orang tua dan adik-adikku! Mereka semua terbunuh karena Anda, Jeonha!"
"Jeonha! Menyingkir!"
Siwon dan Zhoumi yang menyusul ke dapur, sangat terkejut melihat situasi itu. Zhoumi langsung meringkus Henry sedangkan Siwon menjadikan dirinya tameng bagi Kyuhyun.
"Jangan menyakitinya!" seru Kyuhyun ketika cekalan Zhoumi membuat Henry berteriak kesakitan. "Dia hanya anak kecil; Dia sama sekali tidak berbahaya. Kalau dia mau, dia sudah menusukku dari tadi. Dia hanya kebetulan memegang pisau dan berbalik."
Zhoumi memandang Siwon sejenak dengan mimik yang membuat Siwon mau tak mau tersenyum. Mereka yakin usia Henry tak terpaut jauh dengan Kyuhyun, namun tampaknya junjungan mereka menganggap dirinya sudah jauh lebih tua.
"Henry-ah, aku minta maaf atas semua yang terjadi. Aku sama sekali tidak menginginkan hal itu." Kyuhyun mencoba membujuk Henry yang masih dijaga oleh Zhoumi. "Zhoumi-ya, lepaskan dia."
"Tapi, Jeonha…" Zhoumi melepaskan Henry dengan enggan. Meski begitu matanya tetap waspada. Ia mengambil pisau dari tangan Henry dan meletakkannya jauh dari namja yang sedang marah itu.
Siwon masih berdiri di antara Kyuhyun dan Henry. Kyuhyun mendorong pelan Siwon ke samping, memberi tanda agar pengawalnya itu tidak menghalanginya.
"Kau masih tidak memaafkanku?"
"Itu bukan hal yang bisa dilakukan dengan mudah. Bagaimanapun aku sangat membencimu!" desis Henry.
Kyuhyun tersenyum maklum. "Aku mengerti. Memang tidak mudah, bahkan mungkin…membutuhkan waktu seumur hidup."
Henry membuang muka dengan kesal. Siwon dan Zhoumi berpandangan. Mereka yakin, jika Shindong ada di sini, sebuah pukulan akan mendarat di kepala Henry. Shindong tidak membiarkan siapapun bersikap tidak sopan kepada Kyuhyun.
"Jeonha bersedia makan semeja denganku?"
"Eh?" Kyuhyun terkejut dengan usulan Henry yang tiba-tiba. Matanya menangkap gelengan kepala Siwon dan Zhoumi. "Tentu saja aku bersedia."
"Jeonha…!" Siwon dan Zhoumi mengeluh dengan keras.
"Tawaran seperti ini mana mungkin kutolak." Kyuhyun tersenyum. "Henry-ah, mari kita makan bersama."
Seulas senyum akhirnya muncul di wajah Henry. "Aku akan memasaknya dahulu. Jeonha silahkan beristirahat sampai saatnya makan siang."
"Baiklah." Kyuhyun menepuk bahu Henry dengan senang. "Semoga ini langkah awal hubungan kita."
Henry membungkuk hormat dan baru kembali tegak setelah Kyuhyun berbalik meninggalkan dapur. Seulas senyum terukir di wajahnya.
Jangan bersikap seakan kau ingin mendekat dengannya; Hal itu akan membuatnya curiga. Bersikaplah sebaliknya, seakan kau tidak mempedulikan hubungan kalian. Dengan begitu ia akan lebih terbuka kepadamu dan menurunkan kewaspadaannya.
Nasehat itu terbukti kebenarannya sehingga Henry nyaris ingin berteriak kegirangan. Ia bergegas mengeluarkan sebuah kantung kecil dari dalam sakunya dan menumpahkan isi kantung itu ke dalam masakan yang tengah diolahnya. Ia bersyukur para biarawan baru masuk sesudah ia selesai membubuhkan.
"Jangan khawatir salah meracuni orang lain." Henry teringat kata-kata orang yang dipanggilnya sebagai 'ajussi'. "Racun ini hanya berpengaruh kepada orang-orang yang di dalam dirinya memiliki jurus untuk menghancurkan gaekgwi atau demon, seperti yang dimiliki guardian Jujak."
Henry mengaduk masakan itu dengan senyum lebar.
.
.
Andeulaseu adalah gaekgwi yang bersosok seperti manusia namun memiliki sayap. Wajahnya menyerupai perpaduan burung hantu dan burung gagak. Seekor serigala hitam berjaga di sisinya. Gaekgwi level atas itu tersenyum ketika sosok Donghae muncul. Ia menunggu sampai Donghae berhenti di hadapannya, lalu mulai memutari namja itu dengan seksama. Ia mendekatkan wajahnya namun Donghae tidak berkedip.
"Siapa tuanmu?" tanya Andeulaseu setelah puas dengan pengamatannya.
"Andeulaseu."
"Bagus." Andeulaseu mengangguk senang. "Kau hanya boleh melakukan apa yang aku perintahkan. Saat ini tidak ada yang perlu kau lakukan."
"Baik, Tuan," jawab Donghae dengan pandangan kosong ke depan. Wajahnya tidak berekspresi, seakan jiwanya hilang entah ke mana.
"Sekarang kembali ke sana, dan bersikaplah seperti biasa sampai aku memberimu perintah."
"Baik, Tuan." Donghae berbalik kembali ke kuil Jujak.
Andeulaseu menatap 'boneka'nya dengan senang. "Sebentar lagi aku akan mengetahui di mana kediaman Jujak. Ia pasti tidak menyangka bahwa yang akan membunuhnya adalah pengawal terdekatnya sendiri."
.
.
Hari sudah siang ketika semua berkumpul di ruang makan. Meja-meja kecil disusun membentuk lingkaran. Para biarawan muncul menghidangkan beberapa jenis lauk dan sayur, juga semangkuk penuh nasi.
"Jeonha, aku tidak melihat Donghae." Zhoumi mengedarkan pandangannya. "Sejak kita kembali ke kamar, ia tidak ada."
"Waktu kecil, kalau ada hal yang dipikirkannya dengan serius, Donghae akan seperti itu. Aku sampai tidak mengenali kalau dia adalah Donghae yang sama."
"Benarkah?" Siwon membuka telinganya lebar-lebar.
Kyuhyun mengangguk. "Dia akan berdiam diri, begitu tenang dan tanpa suara."
"Ah, syukurlah. Aku sempat dibuat cemas oleh sikapnya." Zhoumi tersenyum lega. "Tetapi, apa yang ia pikirkan sampai seserius itu?"
Kyuhyun teralihkan perhatiannya oleh kedatangan Henry. Ia menyapa Henry dan menunjuk ke meja di sisi kirinya, meminta Siwon berpindah ke sisi Zhoumi. "Makanlah bersamaku."
"Baik, Jeonha." Henry duduk setelah semua meja tertata.
"Jeonha, ijinkan aku mencicipi masakan dan minuman ini, "kata Zhoumi yang duduk di sisi kanan Kyuhyun. Siwon mengangguk setuju.
"Apakah kalian tidak berlebihan?" Kyuhyun memandang Henry dengan perasaan tidak enak.
"Aku tidak keberatan. Mereka boleh mencicipinya." Henry tersenyum.
Zhoumi mencicipi lebih dulu semua hidangan, juga minuman yang ada di meja Kyuhyun. Semua serba sedikit, agar jika ada hal yang membahayakan, ia bisa mengurangi dampaknya. Tidak ada yang terjadi. Semua makanan dan minuman terasa wajar.
Tetapi pandangan kebencian itu sangat jelas tadi pagi. Tidak mungkin menghilang begitu cepat… Zhoumi memandang Henry dan Kyuhyun bergantian dengan perasaan bingung.
Siwon yang menyadari keraguan Zhoumi, mengambil sumpitnya dan mulai mencicipi juga. Tidak ada hal yang aneh. Siwon mencoba mengambil lauk lainnya ketika Kyuhyun memukul sumpit Siwon dengan sumpitnya sendiri.
"Kalian berdua ingin menghabiskan makananku?"
Kepala pendeta tergelak sementara Henry dan para biarawan yang lain tersenyum lebar.
"Mari kita menikmati hidangan ini," kata kepala pendeta.
Meski begitu, mereka semua menunggu Kyuhyun menggerakkan sumpitnya untuk mengambil lauk. Begitu Kyuhyun menjumput lauknya, semua bergegas makan dengan lahap, mengisi perut mereka yang lapar.
.
.
Sore harinya, Kyuhyun dan rombongan berpamitan untuk pulang. Ia menyayangkan Henry yang bersikeras ingin berada di kuil Jujak seperti selama ini daripada tinggal di Istana Gerbang Selatan. Namun akhirnya Kyuhyun tidak memaksa lebih lanjut. Mobil bergerak menjauhi kuil Jujak, menuju ke Istana Gerbang Selatan.
"Jeonha, kau mengatakan aku ceroboh. Tetapi Jeonha juga begitu ceroboh kali ini." Zhoumi membuka percakapan.
Kyuhyun terdiam. Ia pun merasa belakangan ini dirinya sangat aneh. Ia sadar semua dinding yang dibangunnya selama ini mulai runtuh. Ia mulai menyukai kehadiran orang-orang di sekitarnya, dan merasa sebuah kebutuhan baru untuk ada bersama mereka.
"Kami curiga karena Henry sshi terlihat sangat membenci Jeonha." Siwon mengungkapkan pemikirannya.
"Yup, dia tiba-tiba terlihat ramah ketika makan siang, bisa saja karena hal lain. Keinginannya tercapai, misalnya." Zhoumi menghela napas panjang. "Kalau benar, dia menyembunyikannya sangat baik."
"Maksudmu Henry berbohong? Tetapi tidak ada racun di dalam makanan kita." Kyuhyun mengingatkan. "Mungkin ia hanya marah sejenak ketika teringat kenangan buruknya."
"Dia berpura-pura. Dia memakai kedok. Ah, aku paling tidak suka orang seperti itu."
Tubuh Kyuhyun seketika menjadi kaku mendengar kata-kata Zhoumi.
"Aku juga tidak. Jika ada yang membohongiku, apalagi jika dia temanku, aku seperti dikhianati. Perasaanku pasti sangat sakit dan terluka." Siwon menimpali.
"Betul. Apapun alasannya, tidak seharusnya seorang teman berbohong. Begitu kan, Donghae-ya?"
Donghae hanya melengos ketika Zhoumi menepuk bahunya. Kyuhyun yang duduk di samping pengemudi, mengamati Donghae lewat spion tengah yang ada di hadapannya. Untuk beberapa detik pandangan mereka bertemu melalui kaca itu sebelum Donghae kembali menatap ke luar dengan diam.
.
.
"Jeonha hendak tidur sekarang?" Yesung menautkan alisnya. Hari belum terlalu larut malam.
Sungmin mengangguk sambil tersenyum. "Aku merasa lelah, Yesungie. Sebaiknya kau juga beristirahat."
"Tapi, Jeonha…"
Sungmin melambaikan tangannya meminta Yesung pergi lalu membuka pintu kamar tidurnya. Yesung tetap berdiri di sana hingga cahaya di kamar Sungmin padam. Meski Sungmin tidak melihatnya, Yesung tetap membungkuk hormat sebelum berbalik menuju kamarnya sendiri.
Di dalam kamar, Sungmin tidak berbaring melainkan duduk di tepi tempat tidur.
"Keluarlah, Kyuhyunie," kata Sungmin dengan suara sangat pelan, nyaris seperti berbisik.
Sesosok tubuh muncul di kegelapan. Ketika jarak mereka sangat dekat, Sungmin dapat melihat wajah Kyuhyun dengan jelas.
"Tinggal kristal Hyeonmu." Kyuhyun mengulurkan sebuah kantung yang langsung di buka oleh Sungmin.
Sungmin melongok ke dalam tanpa mengeluarkan isinya. Kedua kristal itu berpendar dengan indah. Ia mengamati keduanya dengan seksama.
"Kristal Cheongryong ini asli, sama seperti kristal Baekho." Sungmin tersenyum lega. Namun sesuatu yang melintas di pikirannya membuat namja itu memandang dengan cemas. "Tidak ada yang terjadi di sana?"
"Tidak terjadi apapun." Kyuhyun menyahut dengan suara yang sama pelannya. "Semua sempat merasa was-was tetapi ternyata tak ada yang perlu dikhawatirkan. Bahkan Henry menjadi lebih ramah setelah aku meminta maaf atas musibah yang menimpa keluarganya."
Wajah Sungmin mengeruh. "Kau tidak perlu melakukan hal itu. Aku yang seharusnya meminta maaf kepada Henry. Ini bukan salahmu."
"Aku yang menjadi Guardian Jujak saat ini. Apapun yang berkaitan dengan Jujak, menjadi bagianku juga."
"Kau benar." Sungmin terpaksa mengangguk.
"Sungmin hyung, kira-kira, di mana kristal Hyeonmu berada?"
"Eh?" Sungmin melebarkan matanya. "Kau masih ingin mencari kristal Hyeonmu?"
"Tentu saja." Meski suasana sangat gelap, namun mata Sungmin yang mulai terbiasa dengan hal itu, bisa melihat wajah Kyuhyun yang menggembung kesal. "Sungmin hyung, setelah kristal Hyeonmu aku dapatkan, aku akan menyerahkan posisi Jujak ini kepadamu. Aku berjanji."
"Tidak." Sungmin menggeleng.
"Tapi…"
"Aku bilang tidak!"
"Sungmin hyuuung!"
Wajah Sungmin langsung memerah dan jantungnya berdegub dengan keras. Ia nyaris tak mempercayai pendengarannya. Kyuhyun merajuk! Sudah belasan tahun ia tidak mendengarnya, dan kali ini Kyuhyun benar-benar merajuk, sama seperti dulu. Sebuah senyum lebar nyaris terukir di wajah Sungmin, namun ia mencoba menahannya. Ia mengamati pipi Kyuhyun yang menggembung dan bibirnya yang dimajukan sedemikian rupa sebagai protes akan penolakan Sungmin.
"Sungmin hyuuung…" Suara itu kembali terdengar merajuk. Begitu lucu dan manis sehingga Sungmin nyaris ingin memeluk Kyuhyun saat itu juga, namun ia menahan diri. "Hanya satu lagi. Ijinkan aku mencari satu lagi."
"Guardian Hyeonmu adalah Guardian terkuat di antara empat guardian. Wilayahnya juga paling besar. Kau pikir Jenderal Agma tidak menempatkan gaekgwi terkuat juga di sana?"
"Daerah utara dipegang oleh Molleg."
"Ia tidak mungkin sendirian jika tahu hanya kristal itu yang belum kita miliki. Apa ada kemungkinan dia tahu?"
Kyuhyun menaikkan bahunya. "Sepertinya belum. Kalau tidak, Jenderal Agma akan lebih gencar mencariku."
Tiba-tiba Sungmin menarik Kyuhyun mendekat. "Kyuhyunie, sudah saatnya hyung mengambil alih tanggung jawab ini. Kau tidak boleh mengelak lagi!"
Kyuhyun memandang Sungmin. Pandangan hyung-nya itu begitu tajam sehingga Kyuhyun tahu Sungmin tidak ingin ditolak kali ini.
"Seminggu," sahut Kyuhyun setelah terdiam beberapa saat. "Beri aku waktu seminggu untuk menyelesaikannya."
"Kyuhyunie!"
"Seminggu lagi, hyung…. Jebal… Ini bukan soal kristal Hyeonmu saja." Kyuhyun menatap Sungmin dengan sungguh-sungguh. "Ada hal lain yang ingin kubereskan. Aku masih mencari cara terbaik untuk menyelesaikan semuanya."
Sungmin terdiam. Ia tidak tahu jawaban apa yang harus diberikannya saat ini.
.
.
Kyuhyun baru saja keluar dari Istana Gerbang Selatan yang sebenarnya, ketika dua sosok menghampiri dari balik kegelapan. Tanpa suara Kyuhyun mengajak mereka mencari tempat yang aman untuk berbicara.
"Ada apa?" Kyuhyun memandang salah seorang yang bertugas menjadi kurir baginya.
"Ada pesan dari Kibum sshi untuk Jeonha." Sang pengawal menyerahkan sepucuk surat.
"Padahal dia bisa meneleponku sa…" Kyuhyun terdiam begitu membaca isi surat Kibum. Ia menghadap ke arah pengawal lainnya, pengawal yang ia utus untuk mengawasi Sungmin.
"Awasi Sungmin sshi dengan ketat. Laporkan apapun yang mencurigakan."
"Baik, Jeonha." Pengawal itu mengangguk sebelum menghilang untuk kembali ke tempat Sungmin.
"Kau yang melaporkan kepergianku kepada Sungmin sshi bukan?" Tanya Kyuhyun bukan kepada pengawal yang ada di dekatnya.
Sesosok tubuh mendekat sambil memberi hormat. "Maafkan saya, Jeonha."
"Siapa yang mengambilmu menjadi pengawal?"
"Anda, Jeonha."
"Jadi kepada siapa kau harus menurut?"
Sang pengawal tertunduk dalam, masih dengan posisi berlutut dengan satu kaki di depan Kyuhyun. "Saya hanya mengikuti apa yang Sungmin sshi perintahkan, yaitu untuk melaporkan semua hal tentang Jeonha."
Kyuhyun menarik pengawal itu berdiri lalu mendorongnya sampai punggung pengawal itu membentur salah satu pohon yang ada di sana. "Kau adalah pengawalku yang aku utus menjadi pengawal Sungmin sshi. Meskipun kau ditugaskan Sungmin sshi untuk mengawasiku, perintahku ada di atas perintah Sungmin sshi. Kau paham?"
"Paham, Jeonha." Sang pengawal tertunduk.
Kyuhyun melepaskan cengkeramannya dan berbalik dengan kesal. "Karena kesalahanmu, Sungmin sshi mengikutiku dan membuat pihak Jenderal Agma curiga. Aku harus membereskan semua kekacauan yang kau buat."
"Maafkan saya, Jeonha. Saya pantas dihukum." Sang pengawal berlutut dengan kepalanya menyentuh tanah.
"Tidak ada gunanya menghukummu saat ini. Sungmin sshi akan mencari pengawal lain untuk menggantikanmu mengawasiku. Itu akan menyulitkan." Kyuhyun membaca surat Kibum sekali lagi dan menarik napas panjang. "Sekarang bertugaslah seperti biasa, tetapi apapun yang terjadi kepadaku, kau tidak boleh melaporkannya kepada Sungmin sshi. Katakan kalau semua berjalan baik-baik saja dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Apakah aku bisa mempercayaimu untuk hal ini?"
"Saya akan melaksanakan, Jeonha."
"Bagus." Kyuhyun tersenyum puas sambil menarik pengawal itu berdiri. Kini ia kembali memberi perhatian kepada kurir yang sedari tadi menunggu. "Katakan kepada Kibum sshi aku akan membereskannya."
"Baik, Jeonha."
Kyuhyun menunggu sampai sang kurir lenyap dari pandangan sebelum meneruskan perjalanannya.
.
.
Kesibukan luar biasa terjadi begitu Kyuhyun tiba di kediamannya. Hari sudah tengah malam tetapi Kyuhyun mengadakan rapat darurat dengan semua pimpinan yang ada di Istana Gerbang Selatan.
"Pihak Jenderal Agma sudah mencurigai letak Istana ini." Kyuhyun membuka rapat. "Aku harap kalian semua bisa bersiap-siap memperkuat pertahanan mulai dari sekarang."
"Jeonha!" Shindong benar-benar terkejut, begitu pula para pimpinan yang lain.
Kyuhyun memberi tanda agar ucapannya tidak dipotong oleh siapapun. "Malam ini juga, ungsikan semua orang tua, wanita, dan anak-anak. Juga mereka yang sedang sakit. Aku sudah menghubungi Direktur Kim untuk menyiapkan tempat penampungan bagi mereka. Meski begitu, lakukan semua dengan tertib dan hati-hati. Jangan sampai lawan mengetahui pengungsian ini."
"Jeonha." Kepala pengawal meminta perhatian. "Apakah keadaan sudah segenting itu?"
Shindong yang berdiri di belakang Kyuhyun, melihat jelas junjungannya mengenggam tangan begitu keras hingga buku-buku jari Kyuhyun memutih.
"Keadaannya segenting itu. Jadi bersiap-siaplah."
"Sebagian besar pelayan dapur adalah wanita." Kini kepala pelayan berbicara. Kebingungan tampak jelas di wajahnya. "Begitu pula para pelayan yang bertugas membersihkan istana."
Kyuhyun mengambil waktu sejenak untuk berpikir.
"Kepala pengawal."
"Saya, Jeonha."
"Data para anak buahmu yang bisa memasak dan membersihkan istana."
"Baik, Jeonha."
"Kepala pelayan, apakah ada lagi yang hendak ditanyakan?"
"Tidak, Jeonha." Kepala pelayan menggeleng. "Malam ini saya akan mendata ulang semua persediaan."
"Bagus. Rapat cukup sampai di sini. Kembalilah ke pos masing-masing dan mempersiapkan semuanya."
Kyuhyun bangkit berdiri. Semua bergegas bangkit dan memberi hormat dengan menundukkan tubuh.
"Jangan lupa, katakan apa yang perlu kalian katakan kepada keluarga kalian."
Semua serentak memandang Kyuhyun.
"Mulai sekarang, pertempuran bisa kapan saja terjadi di istana ini. Kalian semua tahu resikonya. Karena itu, sebelum keluarga kalian mengungsi ke tempat yang aman, katakan apa yang ingin kalian katakan kepada mereka."
Tak satupun yang menyahut. Suasana aula utama itu langsung mencekam.
Kyuhyun tersenyum lalu melangkah keluar aula diikuti oleh Shindong.
Para pimpinan langsung berpencar untuk melakukan apa yang Kyuhyun perintahkan.
.
.
Shindong menunggu hingga mereka berada jauh dari yang lain. Ia mencoba menjajari langkah Kyuhyun agar jarak mereka tidak terlalu jauh.
"Jeonha, apa pihak Jenderal Agma benar-benar mengetahui lokasi istana ini?"
Kyuhyun menghentikan langkahnya tiba-tiba sehingga Shindong nyaris menabrak punggungnya.
"Kemunculan Sungmin sshi menimbulkan kecurigaan."
"Mwo?"
"Sebenarnya semua yang muncul saat itu mengundang kecurigaan Jenderal Agma sehingga mereka mulai mengawasi kita semua." Kyuhyun menarik napas panjang untuk kesekian kalinya malam ini. "Aku tidak bisa mengambil resiko Sungmin hyung dan Istana Gerbang Selatan yang asli akan ketahuan. Aku akan menurunkan tingkat keamanan portal sehingga mereka menemukan istana ini jauh lebih cepat daripada lokasi lainnya."
"JEONHA!" Shindong tak mampu menahan rasa terkejutnya. "Itu sama saja dengan bunuh diri!"
Kyuhyun berbalik. Ia menatap Shindong dengan pandangan lurus meski kedua tangannya mengepal begitu erat.
"Benar. Dan aku melibatkan semua yang ada di sini dalam misi bunuh diri."
"Jeonha…."
"Aku menyesali apa yang harus kau jalani, Kyuhyun sshi, meski ini semua dilakukan untuk menyelamatkan nyawa banyak orang. Kau harus menanggung semua kebohongan itu sebagai seorang Kagemusha…." Kyuhyun teringat percakapannya dengan kepala pendeta sebelum ia berpamitan.
"Sebenarnya aku tidak ingin melibatkan lebih banyak orang, kepala pendeta, agar tidak harus bertambah jumlah kebohongan yang aku lakukan. Tetapi dengan keadaan sekarang ini, aku harus sadar bahwa perasaanku tidak lebih penting dari tujuan yang ingin kita capai… Meskipun aku harus mempertaruhkan nyawa mereka, keselamatan Sungmin hyung yang bisa menyelamatkan dunia dari Jenderal Agma dan para gaekgwi jauh lebih penting…"
"Jeonha, apakah tidak ada cara lain?"
Suara Shindong membuat Kyuhyun kembali ke saat ini. Ia bisa melihat sosok Siwon dan Zhoumi yang terbangun tengah berjalan ke arah mereka.
"Setiap darah yang tertumpah di pertempuran ini adalah tanggung jawabku, ajussi." Kyuhyun mencoba tersenyum meski suaranya terdengar getir. "Jangan biarkan mereka menggangguku. Aku ingin sendirian saat ini."
Shindong menatap punggung Kyuhyun yang menjauh dengan perasaan kacau. Ia tidak menghiraukan Siwon dan Zhoumi yang bertanya dengan gencar kepadanya. Ia mendorong mereka untuk keluar dari sana sambil sekali lagi menoleh kepada sosok Kyuhyun yang berdiri diam di tengah daechong.
Jeonha, seandainya aku tahu semua akan menjadi serumit ini, aku akan mendengarkan kata-kata anda untuk tidak melibatkan mereka…
.
.
"Ternyata kau di sini."
Heechul tengah mengasah pedangnya ketika sesosok tubuh muncul. Ia tidak perlu berbalik untuk mengetahui siapa pemilik suara merdu itu.
"Apa yang membawamu kemari, Ryeowook sshi?"
Sosok itu terkikik, senang mengetahui Heechul mengenali suaranya. Sosok yang dipanggil Ryeowook itu duduk di seberang Heechul, melemparkan sepotong kayu ke api unggun yang berada di antara mereka.
"Jenderal Agma mempercayakan Andeulaseu untuk membunuh guardian Jujak." Ryeowook tersenyum melihat Heechul berhenti mengasah pedangnya. "Kau tahu bahwa salah satu pengawal yang bersama-sama dengan Jujak sudah menjadi boneka Andeulaseu?"
"Tak seorangpun pengawalnya yang bisa mengalahkan kemampuan Jujak. Tidak kusangka Andeulaseu sebodoh itu."
"Tidak juga. Sang pengawal bisa membocorkan letak Istana Gerbang Selatan. Setelah itu, kami akan menyerang ke sana bersama seluruh pasukan."
Ryeowook mengamati Heechul yang kembali sibuk mengasah pedangnya.
"Kita mendapat bantuan. Guardian Jujak yang kau incar itu tengah berjalan ke lubang kematiannya."
Kali ini Heechul benar-benar menatap Ryeowook. Keinginannya untuk mengasah pedang telah lenyap. "Apa maksudmu?"
Ryeowook tersenyum lebar. "Kau tahu kemampuanku membaca ramalan bukan? Aku tidak bisa melihat siapa orang itu dengan jelas karena dia sangat kuat. Yang aku tahu, orang itu telah memberikan bibit demon kepada seseorang di kuil Jujak, dan Guardian Jujak sudah memakannya."
"Bibit demon?"
Anggukkan Ryeowook membuat Heechul bangkit berdiri.
"Jika Guardian Jujak mengeluarkan jurusnya…"
"Maka jurus itu akan menyerang dirinya sendiri karena adanya bibit demon." Heechul mendesis.
Ryeowook bangkit berdiri dan berjalan mendekati Heechul. "Seberapa kuat Guardian Jujak yang kau incar itu?"
"Dia sangat kuat…"
"Kalau begitu, dia pasti akan mati." Ryeowook memasang tampang sedih yang dibuat-buat sehingga Heechul menggeram marah. "Semakin kuat jurus yang ia miliki, semakin besar pula serangan terhadap dirinya sendiri. Bukankah begitu, Heechul sshi?"
"Hentikan ocehanmu, Ryeowook!"
Ryeowook terkikik. "Bergegaslah mencarinya. Setidaknya jika kau membunuhnya sebelum ia mati oleh jurusnya sendiri, kekuatannya akan menjadi milikmu."
Tanpa mengatakan apapun, Heechul meninggalkan tempat itu. Ryeowook tidak beranjak dari tempatnya. Ia justru memandang api unggun yang masih berkobar.
"Bukankah hidup itu sebuah pertaruhan? Aku sudah bertaruh selama ini. Tidak ada salahnya aku bertaruh sekali lagi…."
.
.
Kyuhyun menghela napas panjang. Ia menatap langit malam dari daecheong tempatnya menyendiri. Ia bahkan menolak untuk makan malam.
Shindong dengan perasaan bercampur aduk duduk di dekat daechong, menemani Kyuhyun yang masih terjaga dengan diam. Entah sudah berapa lama ia duduk di sana, dan merasa yakin akan berada di sana hingga beberapa waktu lagi. Kyuhyun tampaknya tidak berminat untuk makan ataupun tidur.
"Jeonha!" Shindong bangkit dengan gembira ketika Kyuhyun keluar dari daechong dan menuju halaman belakang. Ia bergegas menjajari langkah tuannya. "Jeonha, apakah Jeonha ingin makan atau minum sesuatu?"
Kyuhyun menggeleng. "Apakah semua sudah mengungsi?"
"Sudah, Jeonha," sahut Shindong. Ia menjauh ketika Kyuhyun menghunus pedang sesampainya di halaman kosong, tempat Kyuhyun biasa berlatih sendirian selama ini. "Selamat berlatih, Jeonha. Saya akan menyiapkan makanan sehingga Jeonha bisa menyantapnya seusai latihan."
"Baiklah." Kyuhyun tersenyum melihat kegigihan Shindong menjaganya. Ia tidak tega menolak keinginan pengasuhnya itu lagi. "Siapkanlah makanan yang banyak. Aku akan sangat kelaparan."
"Baik, Jeonha!' seru Shindong gembira.
Shindong bergegas meninggalkan halaman belakang untuk menyiapkan makanan kesukaan Kyuhyun. Namun baru beberapa langkah ia berjalan, terdengar teriakan dari tempat Kyuhyun berada.
"AAAAAAAAAAARGH!"
Ketika Shindong menoleh, ia melihat Kyuhyun jatuh di tanah dengan tubuh berselimut api.
"JEONHAAAAA!"
.
.
.
TBC
Update tercepat tahun ini #happy
Terima kasih sudah setia membaca ff Shadow Warrior
Ditunggu reviewnya, arrachi?
Selamat hari Minggu ^^
