Disclaimer: All characters and cover are not mine but this fic is mine :')

Pairing: Chelsea x Mark

Warning: OOC Garis Keras! OOT, EYD berantakan, typo, alur berantakan, dan kekurangan-kekurangan lainnya.


-Third Person POV-

Mark, itulah nama protagonis di kisah ini. Pria yang tampan, ramah, baik, pekerja keras, penyayang binatang, pintar, keren, berbudi pekerti- oke cukup sampai di situ. Intinya, dia pria sempurna di mata orang yang tepat.

Orang yang tepat? Ya, orang yang tepat! Itu tuh yang rohnya lagi melanglang buana habis disapa sang protagonis. Itu lho gadis peternak yang anehnya suka memakai celana pendek padahal kerjaannya di ladang mulu —apa dia gak gatal ya digigit serangga atau minimal risih gitu kulitnya ketempelan tanah. Siapa lagi peternak di pulau Sunny selain protagonis? Yup! Dia adalah gadis cantik -pengakuannya sendiri- bernama Chelsea.

Bak drama romantis picisan malam minggu favoritnya, ia terperosok jatuh ke dalam jurang tak berujung, tanpa adanya setitik pun cahaya untuk menyokong nalarnya. Saking gelapnya, ia mengisikan segudang imajinasi ala-ala remaja labil guna mewarnai kekosongan jurang tersebut. Ia namakan jurang itu dengan sebutan C-I-N-T-A!

Kok bisa? Kok bisa, dia terjerumus sama sesuatu yang gila bin menggelikan ini?

Mari melakukan kilas balik sejenak. Semua bermula ketika Mark menolong sesosok gadis bersurai chestnut, aksi baik hati yang berdampak pada lahirnya seorang stalker...

Flashback

Hari itu cuacanya terik sekali. Begitu teriknya hingga mampu mencairkan hati dingin si koboi ubanan Vaughn. Jika teriknya dibiarkan begini terus, bisa-bisa membakar bumi sampai gosong, segosong masakan buatan Julia. Seperti inilah cuplikan isi pikiran peternak wanita yang sedang diterjang kehausan parah. Rasanya ia ingin ikut meleleh bersama harapan hidupnya yang kian berkurang —ya, dia lagi dalam mode lebay gara-gara kelelahan mengumpulkan jamur di pulau Mushrooms.

Pandangannya mulai kabur, langkahnya dihentikan sebentar. Ia berniat meneduhkan diri di bawah jamur raksasa.

"Hei. Kau kelihatan sakit. Minumlah air sedikit."

Segelas air yang disodorkan entah oleh siapa bagaikan fatamorgana di tengah-tengah gurun pasir. Ia segera merampas gelas tersebut, melepaskan dahaga dengan tidak elegannya.

Ternyata, gelas air itu nyata, bukanlah fatamorgana melainkan oasis di gurun pasir! Gadis bermanik safir sontak mengarahkan pandangannya ke orang yang telah menawarkan oasis kepadanya.

Pria berahang tegas, berdagu lancip, berhidung mancung, dan ciri fisik paripurna lainnya -dipoles filter mata puluhan lapis- berdiri gagah di depannya. Pria itu memancarkan sinar terang menyilaukan mata yang mengalahkan sinar matahari siang itu. Peternak wanita pun terkesiap mengagumi keindahan makhluk ciptaan Tuhan.

"Um. Halo? Kau Chelsea, kan?"

Suara berat nan halus mengalun di telingganya. Chelsea tersadarkan dari kekagumannya saat mendengar namanya dipanggil oleh pria tersebut.

"Uh... iya. Anda siapa, ya?"

"Aku Mark. Peternak juga, sama sepertimu."

Stab.

Panah Cupid menancap sampai ke ulu hati. Senyuman pria tampan memang tiada duanya. Tak kuasa melawan gejolak asmara di dada, tubuh Chelsea terhuyung-huyung dibuatnya.

"Kau baik-baik saja?"

Sigap layaknya pangeran, Mark mencengkeram lengan sesama profesinya agar tubuh sang gadis tidak menghantam tangkai jamur.

"Y-ya. A-aku baik."

Kyaa! Kyaa! Kyaaaaa!

Chelsea menjerit-jerit dalam hati, bersumpah tidak akan mengotori apa lagi mencuci bekas telapak tangan Mark -hasil ilusi mata- di lengannya.

"Syukurlah." Mark membebaskan lengan Chelsea. Ia kemudian pamit melanjutkan perjalanannya, "Aku pergi dulu. Kalau perlu sesuatu, kau bisa menemuiku di penginapan Carol. Sampai jumpa, Chelsea."

"Sampai jumpa, Mark..."

Bruk.

Chelsea terjungkal mencium tanah. Ia terkekeh sendiri, membayangkan tanah yang diciumnya itu sebagai pemuda bernetra emerald.

Uh oh, seseorang tolong panggilkan medis atau orang pintar. Ada pasien rumah sakit jiwa berkeliaran- terlahir akibat panah Cupid di siang itu.

Present

Dan kini, Chelsea selalu mengekori gebetannya seperti anak ayam ke mana pun ia pergi. Ia tidak melakukan hal-hal berbahaya kok —walau terkadang khayalannya melewati kata ekstrim. Ia hanya memperhatikan Mark dari jarak dekat tanpa adanya usaha buat mewujudkan kisah cinta mereka.

Lantas, di mana letak permasalahannya?

Awalnya, Chelsea pikir dirinya merupakan protagonis sehingga ia tidak perlu repot-repot mengejar cinta peternak pria. Bagaimana tidak? Ia berjasa besar dalam mengembangkan serta meningkatkan status pulau-pulau di sekitar peternakannya. Terlebih, siapa si yang tidak menyukai protagonis rendah hati macam dia? Ujungnya, Mark pasti jatuh cinta padanya berkat privilege protagonis yang dimilikinya.

Namun, pikiran itu sirna tatkala ia menemukan fakta mencengangkan. Selama ini protagonisnya bukan dia, tetapi Mark!

Dalam waktu singkat, Mark menjalin hubungan akrab dengan seluruh penduduk pulau. Satu per satu wanita lajang menaruh perasaan spesial terhadapnya. Para pria lajang termasuk si antisosial Vaughn sering berkumpul bersamanya, bersenda gurau selayaknya sahabat karib. Ia benar-benar memercikkan aura protagonis sesungguhnya!

Sebetulnya, Chelsea tak peduli akan julukan protagonis yang direbut oleh Mark, hingga suatu peristiwa menyakitkan tertangkap penglihatannya. Ia memergoki keintiman Mark dan si pemburu harta karun di pulau Volcano.

Mark jatuh cinta pada Lily —ia simpulkan sendiri melalui ekspresi malu-malu gebetannya.

'Tidak. Ini tidak bisa kudiamkan! ' Chelsea membatin.

Dimulailah perjuangan Chelsea, menjadikan dirinya sebagai female lead bagi sang protagonis.


[Act 1]

Langkah pertama yang ingin ia jadikan langkah satu-satunya, yaitu mendapatkan cinta Mark dengan cara instan. Maklum dia peternak sibuk, gak punya banyak waktu menyusun rencana panjang-panjang. Gitu-gitu, ia menuntaskan pekerjaan utamanya dulu sebelum beralih profesi menjadi penguntit lho.

Berbeda dari hari biasanya, Chelsea berlayar ke pulau Mystic, membawa segerobak buah stroberi berkualitas tinggi yang baru ia petik di pulau Greenhouse. Ia mendorong gerobak itu mendekat ke kolam di samping gereja.

Plung.

Dilemparkannya sebuah stroberi ke dalam kolam tersebut.

"Dum-Da-Da-DAA!" Makhluk berambut hijau menampakkan diri di atas kolam. "Aku suka ini! Aku tidak pernah merasa cukup dengan buah ini!"

"Wahai Harvest Goddes nan agung, saya mempunyai segerobak kudapan kesukaan Anda." Chelsea memajukan gerobaknya ke dekat kolam Harvest Goddess. "Saya akan mempersembahkan semuanya asal Anda mengabulkan satu permintaan saya."

"Apa permintaanmu?"

"Buat Mark tergila-gila pada saya."

Harvest Goddess tertegun, mencerna permintaan unik peternak wanita. Ia memang memiliki kekuatan magis yang bahkan sanggup mencegah semua pulau tenggelam kembali seorang diri. Tapi, dewi sepertinya sekalipun mustahil mengotak-atik perasaan manusia. Perasaan manusia sangatlah kompleks dan berada di luar kekuasaannya.

"Tidak ada sesuatu yang didapatkan secara instan, Chelsea." Harvest Goddes menasihati perempuan berkaus kuning.

"Kau mendapatkan offering dengan cara instan tuh." Kesal pada perkataan sok bijak si dewi hijau lumut, Chelsea membuang formalitasnya.

"Aku menjaga pulau ini sebagai imbalan atas offering kalian."

"Kau sendiri yang bilang sesekali kau harus memberi sesuatu karena kau seorang Goddess!"

Butiran keringat membasahi pelipisnya. Harvest Goddess terpojok. Seharusnya ia tidak banyak bicara setiap kali menyerahkan Sun Stone ataupun hadiah ulang tahun kepada peternak keras kepala ini.

"Aku tidak dapat mengabulkan permintaanmu. Aku akan memberkati dan mendoakan semoga cintamu cepat terbalas. See ya!" Ia buru-buru melenyapkan diri, tidak memberikan Chelsea kesempatan untuk mengajukan keberatan.

Chelsea tahu stroberinya bakal sia-sia apabila ia melemparkan sisanya ke dalam kolam. Harvest Goddess tak akan memunculkan diri lagi hari ini. Ia lalu mendorong gerobaknya pergi mengunjungi kediaman entitas mistis satunya lagi.

"Mau apa kau kemari?"

Kedatangan Chelsea disambut langsung oleh wanita penyihir pecinta teddy bears, si musuh bebuyutan Harvest Goddess.

Chelsea menundukkan kepala sambil berlutut di hadapan tuan rumah. "Wahai Witch Princess yang hebat, saya akan menjadi pelayan setia Anda asalkan Anda mengabulkan satu permintaan saya."

"Heh pelayan setia?"

"Kelinci percobaan setia maksud saya."

"Hmmmmmm." Witch Princess tampak mempertimbangkan penawaran Chelsea. "Katakan permintaanmu."

"Berikan saya love potion terampuh ciptaan Anda."

Witch Princess menyeringai. Ia bisa saja melafalkan mantra budak cinta tanpa menggunakan love potion. Kebetulan, ia membutuhkan bahan-bahan langka guna melafalkan mantra lain —betul, mantranya berhubungan sama teddy bears. Ia berencana menyuruh peternak wanita itu mengumpulkan bahan-bahan love potion palsu.

"Baiklah. Kumpulkan bahan-bahannya untukku." Witch Princess menyodorkan sebuah gulungan kertas super tebal.

Chelsea membentangkan gulungan kertas yang panjangnya melebihi luas ladang peternakannya. Ia ternganga membaca sekilas nama benda asing yang tidak pernah ia jumpai di pulau sekelilingnya. Ini mah namanya bukan cara instan. Keburu Mark menikahi Lily, beranak pinak, dan hidup bahagia selamanya. Sedangkan Chelsea terjebak di tempat antah-berantah, masih mengumpulkan bahan love potion.

"Sekalian carikan aku-" Ucapan Witch Princess terputus saat mendapati sosok Chelsea yang menghilang dari rumahnya. "Ke mana perginya peternak itu."

Chelsea melesat kabur selagi sang penyihir fokus mencari buku mantra di rak bukunya. Ia berlayar balik ke pulau Verdure bersama gerobak stroberinya.

Langkah pertama gagal total. Chelsea tidak menyerah. Ia telah menentukan langkah berikutnya, memutuskan melanjutkan perjuangannya esok hari.

-TBC-


Author's Note

Ciaossu!

Makasih wankawan yang udah mampir dan membaca fiksi pasaran ini.

Fyi, cerita ini tercipta dari kesedihan ane pas melihat jumlah fanfic pairing Mark x Chelsea berbahasa indonesia sedikit banget di fandom ini, bahkan gak sampai 10 :'( padahal mereka salah satu OTP ane T-T

Ane selalu menerima saran, masukan, kritik termasuk flame, so jangan sungkan untuk melemparkannya ke ane :3

Akhir kata, semoga cerita ini cukup menghibur kalian. Sampai jumpa entah kapan chapter selanjutnya menyapa~