Title : My Childish Bodyguards chapter 2

Genre : Friendship/Brothership

Rating : Fiction T

Cast : Kyuhyun, Siwon, Zhoumi, Shindong

Disclaimer : All them belong to themselves and GOD. I own only the plot.

Warning : Fanfic just Fanfic, typos, geje , abal-abal, if read don't bash, jangan meng-copy paste meskipun menyertakan nama; Share saja dalam bentuk link ffn, tidak kurang dari itu. Gomawo

Summary : nggak ada

.

My Childish Bodyguards

Chapter 2

.

Waktu sudah melewati tengah malam ketika Kyuhyun masuk ke dalam rumah. Siwon dan Zhoumi sedang membaca sebuah buku besar dengan serius. Keduanya duduk bersantai di lantai ruang tengah yang hanya diisi sebuah meja dengan dua buah kursi di salah satu dinding yang memiliki jendela sangat lebar.

Zhoumi membalik halaman untuk kesekian kalinya.

"Ini kura-kura!" teriak Siwon saat lukisan tangan sejenis binatang muncul.

"Jangan menyebut kata kura-kura," larang Zhoumi. "Itu tabu diucapkan. Sebenarnya Hyeonmu ini adalah penyu dan ular. Si ular melingkari tubuh penyu itu. Di China kami menyebutnya Bei Fang Xuan Wu. Black warrior dari utara. Berelemen air. Menurutku dia adalah yang terkuat dari keempat guardian."

"Setahuku naga yang terkuat." Siwon mengangkat sebelah alisnya.

"Itu hanya di dalam game." Zhoumi menggeleng. "Berdasarkan bintang dan wilayah yang ada di bawah naungannya, Hyeonmu yang terkuat."

Melihat Kyuhyun duduk di salah satu kursi yang ada, Shindong bergegas menghampiri. Di meja kecil itu terdapat nampan bundar berisi poci teh dan sebuah cangkir. Shindong mengisi cangkir dengan teh dan menyuguhkannya kepada Kyuhyun. Ia tersenyum dan mengangkat bahunya ketika Kyuhyun menerima cangkir teh itu sambil memandang penuh tanya tentang kegiatan kedua bodyguard-nya.

Zhoumi kembali membuka beberapa halaman sebelum menemukan lukisan naga. "Cheongryong sang naga biru adalah guardian dari timur. Berelemen kayu."

"Baekho guardian dari barat. Ia dilambangkan dengan macan putih. Elemennya adalah besi." Zhoumi melanjutkan penjelasannya saat halaman buku memperlihatkan lukisan seekor macan.

"Jujak berarti guardian selatan?"

"Benar." Zhoumi mengangguk. "Di China kami menyebutnya Nan Fang Zhu Que. Burung api."

"Aish! Aku seandainya aku ini seorang guardian…." Siwon menyelonjorkan kakinya. Kedua tangannya ditaruh di sisi tubuh dengan siku terlipat, menopang sosok kekarnya saat menengadah menatap langit-langit sambil menerawang. "Pasti keren sekali jika memiliki kekuatan elemen. Seperti di film-film. Jika aku guardian Baekho yang berelemen besi, aku mungkin bisa membuat senapan ataupun pistol mereka melengkung dan tidak bisa digunakan, sehingga tinggal meringkusnya saja. Tidak perlu terjadi baku tembak."

Ketiga pasang mata menatap Siwon dengan kening berkerut. Namja bertubuh kekar itu kini berbaring miring di lantai sambil memandang Zhoumi. "Jika aku Hyeonmu yang berelemen air, aku bisa menggunakan kekuatanku untuk mandi di manapun. Tidak ada lagi kesulitan mencari air saat mengejar buronan di hutan."

"EH?!" Mata Zhoumi terbelalak. Ia mulai membayangkan apa yang dikatakan Siwon tadi. "Wah, benar, pasti menarik kalau kita punya kekuatan seperti itu. Lalu, jika aku Cheongryong yang berelemen kayu, aku bisa meminta bantuan pepohonan di hutan untuk menunjukkan persembunyian para buronan yang ada di sana. Atau kalau itu terlalu sulit, aku akan meminta mereka merontokkan ranting-rantingnya untuk persediaan kayu bakar.""

Keduanya tergelak, tidak melihat betapa wajah Kyuhyun berubah masam mendengar gurauan mereka. Awalnya, Shindong ingin menyuruh Zhoumi dan Siwon berhenti bergurau. Namun saat melihat ekspresi di wajah Kyuhyun, ia mengurungkan niatnya.

Jeonha biasanya selalu berwajah datar, tapi mereka berhasil memancing reaksinya dengan kuat. Aku rasa, aku ingin menikmati hal ini sebentar saja.

Shindong diam-diam mengamati ekspresi Kyuhyun yang semakin lucu saat kedua bodyguard melanjutkan bayangan mereka tentang kekuatan guardian untuk kegiatan sehari-hari. Sepasang mata hitam milik Kyuhyun menatap dengan tajam; Bibirnya sedikit bergumam tidak jelas; Kadang Kyuhyun menggigitnya, kadang memajukan bibirnya; Tangannya juga berubah-ubah, kadang digenggam, kadang mengetuk-ngetukkan jari dengan kesal. Namun penguasaan diri yang kuat membuat Kyuhyun sanggup menahan kata-kata yang hendak keluar dari mulutnya.

"Jika aku adalah Jujak.…" Zhoumi mencoba mencari kegiatan yang lucu dan menarik. Mereka sudah menyebutkan begitu banyak hal sehingga ia kesulitan mencari yang baru.

"Jika aku adalah Jujak, aku akan memanggang bebek dengan satu jurus saja," cetus Siwon. Tiba-tiba sebuah lidah api yang kecil muncul di depan matanya, lalu bergerak ke arah kepalanya. "Hwa! Ada api! Rambutku terbakaaaar!"

Bau hangus tercium bersamaan dengan teriakan Siwon. Beberapa helai ujung rambutnya yang mencuat ke atas, hangus. Ia dengan panik memegang kepalanya, namun lidah api tadi sudah menghilang. Zhoumi ikut panik. Ia sibuk membantu memeriksa Siwon, namun juga terheran-heran karena tidak tahu kenapa rambut kawannya bisa terbakar.

Shindong melirik ke arah Kyuhyun. Majikannya itu tengah menundukkan wajahnya sedikit sambil menahan tawa. Telapak tangan kiri berada di depan mulut, digunakan Kyuhyun untuk menyembunyikan mulutnya yang tak berhenti tersenyum. Matanya berbinar, tidak kelam seperti selama ini. Untuk beberapa saat Shindong tertegun melihat ekspresi yang tidak pernah dilihatnya itu.

Saat menyadari kalau Shindong mengamatinya, Kyuhyun langsung menarik senyumnya dan duduk dengan tegak.

"Zhoumi-ah, apakah rambutku terbakar cukup banyak?" Siwon bertanya dengan wajah memelas.

"Aniyo, hanya beberapa helai saja." Zhoumi memandang prihatin. Ia menepuk rambut Siwon untuk memastikan tidak ada lidah api di sana.

"Jeonha….itu ulahmu bukan?" Shindong berbisik.

Bukan menjawab, Kyuhyun justru meringis. Ia tidak mampu menyembunyikan rasa senangnya melihat kepanikan yang masih berlangsung.

"Ternyata Jeonha bisa usil juga." Shindong terkekeh senang.

"Apa maksudmu, ajussi?" Kyuhyun merengut, dan kembali memasang ekspresi datar. Namun sepasang matanya masih berbinar senang karena berhasil meluapkan kekesalannya.

"Ini buku yang menarik." Siwon akhirnya kembali tenang setelah memastikan rambutnya sudah baik-baik saja sekarang, meski ia masih bingung dengan apa yang terjadi. Namja itu menoleh ke arah Kyuhyun dan tersenyum lebar. "Mianhamnida. Tadi aku menemukan buku ini tergeletak di meja, jadi aku mencoba membacanya. Sayang hurufnya sangat kuno. Tidak terbaca."

"Untung beberapa gambar membuat kami tahu bahwa buku ini tentang guardian." Zhoumi menutup buku di tangan Siwon dan mengembalikannya ke tempat semula, di meja kecil yang berada di dekat Kyuhyun.

"Yang kalian bicarakan tadi ada beberapa hal yang berbeda dengan yang ada di dalam buku ini," jelas Kyuhyun sambil membuka lembaran-lembaran buku. "Baekho si Macan putih mengendalikan angin, bukan besi. Hyeonmu si penyu hitam dan ular mengendalikan hujan. Cheongryong pengendali awan, bukan kayu. Untuk Jujak, kalian benar. Dia adalah pengendali api."

Kyuhyun menutup buku dan menepuknya pelan. "Ini buku yang sangat kuno. Mungkin umurnya sudah beberapa ratus tahun."

"MWO?" Zhoumi dan Siwon tak dapat menahan rasa terkejutnya. Mereka berdiri sambil berpandangan dengan wajah pucat.

"Seharusnya buku seperti itu diletakkan dengan hati-hati." Zhoumi bergidik. "Untung tidak rusak ketika kami membacanya."

"Tidak akan. Buku ini dibuat secara khusus dan diturunkan dari generasi ke generasi keluarga ini." Kyuhyun menghirup tetes terakhir tehnya. Ketika Kyuhyun mengangsurkan cangkir teh yang kosong, Shindong dengan cepat mengisinya kembali.

Zhoumi menautkan alis melihat bagaimana Shindong menuangkan teh dengan sikap hormat yang terlatih, dan Kyuhyun tampak tidak risih akan hal itu.

"Kyuhyun sshi…."

"Apa yang kau ucapkan?" Shindong yang baru saja meletakkan poci teh, menghampiri Zhoumi dan menepuk bahu namja itu dengan keras. "Jangan berkata yang tidak sopan! Panggil dia Jeonha! (*Yang Mulia)"

"JEONHA?!" Zhoumi dan Siwon memandang Kyuhyun dengan mulut ternganga. Shindong ikut menatap majikannya dengan kening berkerut. Kyuhyun kembali meneguk tehnya ketika Shindong tergopoh-gopoh menghampirinya.

"Jeonha, kau tidak mengatakan apapun kepada mereka? Kau tidak bilang bahwa kau…"

"Tunggu! Tadi kau bilang buku itu diturunkan dari generasi ke generasi. Apakah kau seorang guardian?"

Shindong mendelik ke arah Zhoumi yang dianggapnya tidak sopan.

"Guardian? Kau seorang guardian?" Siwon menatap takjub. "Tidak kusangka, bisa menjadi bodyguard seorang guardian. Zhoumi, ini seperti petualangan yang hebat. Kau benar-benar bisa bertemu hantu."

"Apakah benar seorang guardian berhadapan dengan hantu?" Meski senang, masih banyak pertanyaan yang berkecamuk di kepala Zhoumi. Namun sedetik kemudian Siwon mendorongnya yang berdiri tepat di depan Kyuhyun, sehingga namja tinggi semampai itu nyaris tersungkur ke samping.

"Jeonha... Ah, ini benar-benar hebat!" Siwon mengguncang tangan Kyuhyun yang dengan cepat menariknya kembali sambil menunjukkan rasa tidak suka. Namun hal itu tidak tertangkap oleh Siwon. Ia begitu senang bisa memanggil seseorang dengan sebutan 'jeonha'.

"Aku tidak peduli kalian mau memanggilku dengan sebutan apa." Kyuhyun bangkit dari kursi, mendorong Siwon yang berdiri terlalu dekat dengannya. "Ajussi, aku mengantuk. Aku ingin beristirahat."

Kyuhyun meraih buku kuno tadi, dan berjalan menuju kamar. Ia tidak menghiraukan Shindong yang mengikuti langkahnya untuk menuntut jawaban. Shindong hanya bisa pasrah saat Kyuhyun menutup pintu tepat di depan hidungnya.

"Zhoumi-ah, apa kita sedang bermain drama kolosal?"

Zhoumi dan Shindong memandang Siwon yang bertanya dengan wajah bingung.

"Aigoo…ternyata kalian belum tahu apa-apa. Baiklah, aku yang akan menceritakan semuanya." Shindong duduk berlutut di lantai, memberi kode agar keduanya duduk berhadapan dengannya. Lelaki setengah baya itu mulai menceritakan secara singkat tentang Kyuhyun.

"Jadi, Kyu…ah, maksudku Jeonha adalah salah satu dari keempat guardian?" Zhoumi termangu. "Itu yang ingin aku tanyakan tadi. Sikap ajussi kepadanya, bukan seperti sikap yang sewajarnya. Terlalu…terlalu hormat…"

"Tapi kalau dia seorang Jeonha, itu hal yang wajar," kata Siwon pelan. Ia takut Kyuhyun dapat mendengar kata-kata mereka. Kamar Kyuhyun berada tepat di sebelah ruang duduk, dengan tembok yang Siwon perkirakan tidak kedap suara. Bena-benar rumah biasa yang sederhana. Tidak akan ada yang mengira pemilik perusahaan pengawalan dan perlindungan terkenal, memiliki rumah kecil, sederhana dan tanpa system keamanan seperti yang ia lihat.

Zhoumi membenarkan pendapat Siwon.

"Jadi, mulai saat ini kalian harus memanggilnya Jeonha." Shindong menegaskan.

"Itu aneh." Zhoumi meringis.

"Seperti sedang bermain drama. Tapi aku menyukai panggilan itu." Siwon tersenyum lebar.

"Ajussi, ke mana ketiga guardian yang lain?" Zhoumi semakin penasaran setelah Shindong bercerita mengenai Kyuhyun.

"Mereka semua sudah tidak ada." Shindong menghela napas panjang.

"Maksud Ajussi?"

"Mereka terbunuh oleh sekumpulan gaekgwi (setan/roh penasaran) yang berniat keluar dari Sungai Henggi untuk menguasai dunia manusia." Shindong menjelaskan. "Seperti kalian tahu, semua orang mati akan berada di cheongug-ui (surga) jika sangat baik, dan jiog (neraka) jika sangat jahat. Tetapi kebanyakan akan berada di Jeoseung (tempat tujuan sementara orang mati). Mereka yang punya dendam belum terselesaikan; Yang meninggal tanpa dikuburkan atau jasadnya tidak kembali ke rumah; Mereka yang masih punya keinginan kuat untuk hidup karena berbagai alasan; Roh-roh penasaran itu tidak bisa ke Jeoseung, dan berkumpul di sungai Henggi."

"Yang aku dengar, roh-roh orang mati harus mengarungi sungai Henggi dan mengalami banyak ujian untuk menimbang perbuatan baik dan buruk mereka."

"Bukan ujian yang menyenangkan, karena itu banyak yang menjadi gaekgwi."

"Kalian ternyata banyak membaca." Shindong merasa lega karena setidaknya mereka memiliki dasar untuk mengerti apa yang akan ia ceritakan lebih lanjut. "Salah satu dari gaekgwi itu adalah seorang jenderal jahat yang dibunuh oleh keempat guardian, jauh di masa lalu. Karena sangat jahat dan kejam, jenderal itu dijuluki Agma atau setan. Keempat guardian tahu jenderal itu akan berusaha tetap hidup di sungai Henggi, di mana roh-roh penasaran bisa semakin kuat seiring waktu, sehingga bisa mengganggu yiseung (dunia manusia). Karena itulah mereka berempat menyegelnya agar tidak bisa keluar dari sungai Henggi."

"Lalu, bagaimana caranya ketiga guardian bisa terbunuh?"

"Keturunan guardian, Siwon-ah." Zhoumi meralat. "Mereka yang terbunuh itu, bukan guardian yang saat itu menyegel 'kan?"

"Tentu bukan. Kejadian awalnya sudah beberapa ratus tahun yang lalu." Shindong kembali menghela napas panjang. "Sang jenderal mengumpulkan roh-roh penasaran yang memiliki kekuatan. Mereka bersatu dan memakan roh-roh lain yang lebih lemah sehingga mereka menjadi lebih kuat. Segel masih ada sehingga jenderal Agma -biasa kami menyebutnya- memerlukan waktu ratusan tahun untuk menjadi sekuat semula. Keempat segel itu sekaligus menjaganya tetap berada di sungai Henggi. Kemudian Jenderal Agma mengutus anak buahnya untuk masuk ke dunia manusia dan menyerang. Begitu satu guardian terbunuh, yang berarti satu segel terlepas, ia bisa masuk ke dunia manusia meski dalam waktu yang singkat. Satu per satu guardian lainnya terbunuh…."

"Tinggal orang tua Jeonha yang selamat."

Siwon memandang Zhoumi yang mencetuskan kesimpulan tadi dengan wajah keheranan.

"Hei, kau lihat saja umur Jeonha! Dia terlalu muda untuk menjadi seorang Guardian, apalagi menghadapi pertempuran sebesar itu. Pasti kedua orang tuanya atau kakeknya, atau generasi sebelumnya lagi." Zhoumi tak habis pikir dengan Siwon yang sangat polos.

"Tepatnya orangtua Jeonha." Shindong mengangguk. "Tetapi merekapun dibunuh oleh Jenderal Agma."

"Jadi keempat segel itu sudah terlepas?"

Pertanyaan Zhoumi membuat wajah Shindong murung.

"Meski seorang guardian meninggal, kekuatan itu diturunkan kepada keturunannya. Karena itu Jenderal Agma membunuh seluruh keluarga keempat guardian, agar tidak ada yang mewarisi kekuatan untuk menyegelnya. Tetapi kami berhasil menyelamatkan Jeonha…"

"Kalau hanya seorang diri, apakah Jeonha bisa menyegel kembali Jenderal Agma?"

"Zhoumi-ah, biarkan ajussi menyelesaikan ceritanya," bisik Siwon.

"Segelnya tidak akan sekuat jika keempat segel bergabung, tetapi itu sudah cukup untuk menghambat pemulihan kekuatannya, sekaligus menahannya untuk tetap berada di sungai Henggi. Luka yang ditimbulkan oleh guardian terakhir sangat dalam, sehingga Jenderal Agma menghilang untuk memulihkan kekuatannya. Sayang, dengan tidak adanya segel, kekuatan Jenderal Agma bisa pulih lebih cepat." Shindong merasa senang melihat Zhoumi menyimak setiap ucapannya dengan baik. "Karena itu kami menyembunyikan Jeonha dan melatihnya agar bisa menguasai jurus tertinggi, jurus yang mampu menyegel Jenderal Agma."

"Kalau begitu, kita tinggal menjaga Jeonha seketat mungkin." Siwon tersenyum lebar.

"Tidak semudah itu." Wajah Shindong menjadi muram. "Jika guardian yang tewas tidak memiliki keturunan yang masih hidup, kekuatan itu akan mengkristal. Jeonha berniat mengumpulkan ketiga kristal guardian yang lain untuk ia gunakan menyegel jenderal Agma secara utuh. Jeonha pikir itu hal terbaik yang bisa dilakukan; Menyempurnakan segel."

"Aku rasa itu pemikiran yang bagus." Zhoumi mengangguk setuju.

"Tapi bukankah itu membahayakan jiwanya?"

"Sama saja, Siwon-ah. Jika hanya 1 dari 4 segel, tidak mustahil akan lebih mudah bagi Jenderal Agma menghilangkan keberadaan Jeonha." Zhoumi terdiam. "Tidak kusangka, meski masih muda, Jeonha berpikir sejauh itu. Daripada menunggu, lebih baik bergerak. Sebenarnya resiko yang diterima sama besarnya. Tapi jika rencana Jeonha berhasil, meskipun hanya satu kristal yang berhasil di dapat, pasti kekuatan jenderal Agma semakin terbatas."

"Ajussi, bagaimana caranya mengumpulkan kristal guardian yang lain?" Siwon kini menyimak dengan lebih serius.

"Kekuatan guardian yang mengkristal itu tidak diketahui keberadaannya kecuali oleh guardian yang masih hidup, juga jenderal Agma yang pernah terkena segel. Itupun tidak secara jelas."

"Berarti jeonha bisa mengetahui tempatnya?" Siwon menjadi bersemangat. "Kalau begitu kita mulai pencarian secepatnya, jangan sampai didahului oleh jenderal Agma."

"Aku setuju. Semakin cepat akan semakin baik." Zhoumi tersenyum lebar.

Di balik pintu, Kyuhyun mendengarkan pembicaraan mereka dengan diam. Ketika percakapan masih berlanjut, ia menjauh dari dinding dan merebahkan tubuh di tempat tidur. Kedua tangannya diletakkan di bawah kepala sementara pikirannya menerawang.

Sebentar lagi musim gugur; Saat terbaik untuk mencari Kristal Baekho. Semoga aku bisa mengumpulkan semua Kristal itu secepatnya.

Kyuhyun memejamkan mata dan tertidur.

.

.

Di salah satu tempat di sungai Henggi

Sesosok tubuh tinggi dan besar, muncul ke atas perahu yang berhasil direbut para gaekgwi dari penjaga perahu yang tersebar di sungai Henggi. Semua langsung merundukkan tubuh menyambut pemimpin mereka yang selama ini pergi menyembuhkan diri di dasar sungai, menghisap roh-roh penasaran yang lemah dan memulihkan tubuhnya dengan sungai yang terbentuk dari darah para roh orang mati.

"Tuan...apakah Tuan sudah sembuh?" Salah seorang pengikut mendekat setelah jenderal Agma duduk di singgasananya. Semua kembali berdiri, berharap mendengar kabar baik untuk kelanjutan rencana mereka.

"Aku belum pulih. Keempat guardian itu melukaiku begitu dalam. Tapi tidak ada segel yang menahanku lagi…ini hanya masalah waktu." Jenderal Agma tersenyum puas. "Keempat guardian sudah kita hancurkan; Blue Dragon; White Tiger; Red Phoenix; dan Black Tortoise. Tidak ada lagi yang akan menghalangi kita meninggalkan sungai Henggi ini. Yeorma si penjaga neraka tidak akan repot-repot mengurusi dunia manusia. Kita bisa tenang sekarang."

"Aku tidak sependapat, Tuan," kata salah seorang pengikutnya dengan wajah cemas.

"Apa maksudmu? Lekas katakan!"

"Salah satu guardian masih hidup," jawab pengikut yang lain.

"ITU TIDAK MUNGKIN!" Jenderal Agma bangkit berdiri dengan berang. "Itu tidak mungkin! Kita sudah membunuh mereka semua. Bahkan aku memastikan tak satupun dari keturunan mereka yang lolos!"

"Tapi itulah kenyataannya. Dan dia memiliki kekuatan sebagai guardian."

"Guardian Jujak, Tuan."

"JUJAK?!" Wajah jenderal Agma merah padam. Tak ada yang berani berbicara ketika pemimpin mereka meraung keras. Para gaekgwi yang menghuni sungai Henggi terdiam ketakutan. Kekuatan jenderal Agma membuat aliran sungai di sekitarnya bergolak.

"CARI DAN BUNUH DIA! Aku tidak ingin bertemu dewa neraka! Aku juga tidak ingin selamanya berada di tempat kematian ini! Aku ingin hidup dan berkuasa; Sama seperti sebelum keempat guardian itu mengirimku ke tempat ini!"

Semua hanya bisa tertunduk. Tak ada yang berani memandang ketika jenderal Agma mengamuk dan menghancurkan apapun yang berada di dekatnya.

"Aku menunggu ratusan tahun untuk menjadi semakin kuat. Akhirnya aku bisa membunuh semua keturunan guardian itu, memastikan tidak ada seorangpun lagi yang bisa menghalangi niatku. Aku hanya butuh belasan tahun untuk kembali pulih, dan kini...kalian bilang keturunan mereka masih ada yang hidup? Si burung api? Itu tidak mungkin!"

"Dia masih sangat muda. Kekuatannya belum penuh. Kami berhadapan ketika mencoba keluar dari sini beberapa bulan lalu. Jika Tuan sudah sembuh, bukan hal sulit untuk mengalahkannya. Kita bisa bersabar sebentar lagi." Pengikutnya yang lain mencoba membujuk.

"JANGAN PERNAH MEREMEHKAN MUSUH SELEMAH APAPUN! Kita harus membunuhnya sekarang juga! Cari guardian itu! Pastikan kali ini tidak ada lagi guardian dan keturunannya yang hidup!"

.

.

Kyuhyun yang tengah tertidur, mendadak bergerak dengan gelisah. Keringatnya mengalir deras dan alam bawah sadarnya dibawa kembali ke kejadian sebelas tahun yang lalu…

Baru kali ini Kyuhyun memasuki aula besar yang biasa dipergunakan untuk pertemuan keluarga mereka. Shindong He menggandeng tangannya sambil sesekali tersenyum ketika Kyuhyun memandang dengan pandangan penuh tanya. Usianya yang baru menginjak 6 tahun itu, membuatnya belum mengerti apa yang sedang terjadi, meski Shindong sudah menjelaskan sebisa mungkin. Tetapi Kyuhyun mempercayai Shindong.

Beberapa orang tua yang tidak Kyuhyun kenal berkumpul di aula besar. Hanya satu orang yang tersenyum ramah dan menghampirinya. Kyuhyun mengenal orang itu sebagai Kim ajussi. Kim ajussi sudah beberapa kali bertemu dengannya sebelum ini.

"Kita harus melakukan upacara ini secepatnya. Kita tak boleh membiarkan keturunan guardian kita musnah! Kyuhyun sshi harus dinobatkan sebagai guardian berikutnya." Salah seorang berkata dengan tegas.

"Tapi dia masih terlalu kecil." Beberapa suara tampak keberatan.

"Aku setuju bahwa upacara harus kita lakukan sekarang. Jangan menunda lagi. Jika mereka berhasil menumpas kita semua sebelum penobatan, kita tidak punya harapan lagi," sanggah yang lain.

Keributan terjadi ketika semua bertengkar. Kyuhyun menengadah memandang Shindong. Semua ini membuat dia bingung. Tapi ia merasa tenang ketika pengasuhnya itu tersenyum.

"Kita akan melakukannya sekarang juga; Ini juga keinginan almarhum pemimpin keluarga ini."

Kyuhyun menengadah ketika Kim ajussi menepuk kepalanya dengan lembut sambil memandang setiap orang yang ada di aula besar. Semua mengangguk setuju. Setelah semua perselisihan tadi, mereka mencapai kata sepakat. Mereka yakin Kim Young-Woon punya pertimbangan matang, apalagi hal itu sesuai pesan terakhir pemimpin keluarga mereka.

"Saya mohon, ijinkan saya mendampinginya."

Kyuhyun memandang Shindong yang merangkulnya dengan perasaan bingung. Meski tidak mengerti apa yang orang-orang tadi perdebatkan, ia bisa mengerti Shindong merasa cemas.

"Tapi…."

"Saya tidak akan mengganggu." Shindong kembali bersuara. "Saya hanya ingin mendampinginya. Dia masih terlalu kecil…. Saya akan memastikan upacara ini berlangsung lancar nantinya. Saya mohon…."

Shindong melepaskan Kyuhyun untuk berlutut sambil menempelkan dahinya ke tanah.

"Ajussi…?" Kyuhyun menepuk Shindong, namun pengasuhnya itu baru bangkit setelah Kim Young-Woon mengabulkan permintaan tadi.

Kyuhyun yang didampingi oleh Shindong, dibawa menuju sebuah tempat yang lebih kecil, di mana di tengah ruangan itu terdapat meja dengan sebuah guci emas yang mengepul oleh api. Seorang berpakaian tradisional serba putih dengan topeng di wajahnya, menunduk hormat kepada Kyuhyun.

"Kita akan mulai upacaranya." Kim Young-Woon meminta Shindong membawa Kyuhyun yang sejak awal sudah memakai hanbok serba putih untuk berdiri di tempat yang sudah disediakan.

Kyuhyun tertegun ketika Shindong dengan tangan sedikit gemetar melepaskan ikat pinggang jeoguri (*hanbok bagian luar) yang Kyuhyun kenakan. Shindong juga membuka sokgui (*hanbok bagian dalam) sehingga Kyuhyun kecil kini bertelanjang dada.

"Jeonha…. Apa kau ingat apa pesan terakhir niga appa?"

Kyuhyun mengangguk.

"Ini adalah salah satu yang harus Jeonha lalui. Seandainya Saya bisa menggantikan Anda… Tapi saya tidak bisa…. Maafkan saya…" Shindong terisak.

Melihat hal itu, Kyuhyun mencoba menghapus air mata Shindong dengan kedua tangan mungilnya. "Ajussi, uljima."

Shindong menangis semakin keras.

"Ajussi, uljima." Kyuhyun mengulang perkataannya karena Shindong tetap terisak.

Kyuhyun terkejut saat Shindong menahan gerakan tangannya. Pengasuhnya itu tampak menarik napas panjang sebelum memutar tubuh Kyuhyun sehingga menghadap altar. Bisa ia rasakan tangan Shindong memeluknya dari belakang.

Sosok bertopeng mulai memimpin upacara. Musik melantun diiringi kalimat-kalimat yang terdengar seperti mantera ataupun doa. Kyuhyun tidak mengerti mana yang tepat. Ia berdiri tenang meski sedikit cemas. Shindong He sudah bersamanya sejak ia bisa mengenali sekelilingnya. Selama Shindong bersamanya, ia merasa semua akan baik-baik saja.

Ia sedikit menautkan alis mungilnya yang tebal ketika sosok bertopeng itu meraih sesuatu dari guci yang mengepul tadi. Sebuah tongkat besi dengan ujung yang merah menyala karena terbakar oleh api dalam waktu lama. Kyuhyun mulai cemas ketika pelukan Shindong semakin erat. Kedua tangannya di tahan oleh pengasuhnya sedemikian rupa di sisi tubuhnya, sehingga Kyuhyun tidak bisa bergerak.

Mata Kyuhyun melebar saat sosok bertopeng mendekatinya dengan tongkat besi yang menakutkan mencoba berpindah, namun Shindong menahannya. Pelukan Shindong kini berubah seperti cengkeraman. "Mianhe, Jeonha… Maafkan Saya…."

"Jangan, ajussi! Ja- ARGGGHHHHHH!"

Kyuhyun berteriak keras ketika orang itu mengukir sesuatu di dada kirinya.

Kyuhyun hanya merintih setelah beberapa saat, meskipun rasa sakit menusuk itu mulai bisa ia tahan. Shindong mengangsurkan lengan kirinya ke depan mulut Kyuhyun yang langsung reflek menggigit tangannya untuk mengurangi rasa sakit.

"Nggghhhhhh! Ngghh! Mmpph!" Kyuhyun semakin menekan giginya. Matanya mulai berkaca-kaca.

Shindong menahan rasa sakit itu, karena ia tahu itu tidak seberapa dibanding yang Kyuhyun tanggung.

"Mnn! Ngghh!" Kyuhyun melenguh dan menjerit sebisanya, dirinya sama sekali tidak bisa melawan Shindong yang terus memeluknya dengan erat.

Sang ahli mengisi tangannya dengan uap yang muncul dari guci. "Dengan ini, kau akan menjadi penerus dan pemimpin keluarga ini. Bertahanlah."

Kyuhyun hanya bisa mendengar samar-samar, karena rasa sakit yang terasa membakar di dadanya. Namun saat orang itu menyentuhkan tangan ke tempat yang terasa panas tadi, rasa sakitnya menjadi berpuluh kali lipat.

"AKKKHHHHHH!"

Kyuhyun kini melolong kesakitan. Ia berusaha menghindar dari rasa terbakar yang panas. Ia meronta-ronta melawan rasa sakit itu. Sayup-sayup terdengar isakan Shindong saat ia menggeliat kesakitan.

Kyuhyun berteriak hingga suaranya serak. Ia tidak dapat menahan sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Air mata mulai membasahi wajahnya yang kesakitan. Ia terus meronta, namun Shindong memegangnya erat-erat, mencoba menahan gerakannya sebisa mungkin. Tubuh mungil itu menggelinjang hebat karena kesakitan.

"AAAAAGHHH!"

"Jeonha! Ireona! Jeonha!"

Rasa sakit itu masih menyengat di dada kirinya ketika Kyuhyun terbangun. Shindong duduk di sisi tempat tidurnya dengan cemas. Pengasuhnya itu menempelkan sebuah bantalan berisi es ke bagian yang terasa sakit itu.

"Tanda ini kembali terasa sakit?" tanya Shindong lirih. Ingatannya melayang ke malam penobatan itu. Karena rasa sakit yang melewati batas ketahanan Kyuhyun, tubuh mungil majikannya melengkung sedemikian rupa dalam pelukannya, kemudian terkulai pingsan. Peluh membasahi sekujur tubuh Kyuhyun. Saat itu Shindong memeluk Kyuhyun sambil menangis, membisikan kata-kata maaf, sama seperti yang ia lakukan malam ini.

Tapi rasa sakit itu masih sering muncul. Apakah tanda itu… Jeonha…..?

"Jangan meminta maaf, ajussi." Kyuhyun memecah lamunan Shindong. "Aku hanya bermimpi buruk. Kembalilah tidur."

Kyuhyun mengambil alih bantalan es dan menempelkannya sendiri. Terasa lebih baik. Ia memejamkan matanya, berharap Shindong kembali keluar dari dalam kamar.

"Jeonha, mengapa Jeonha tidak membawa mereka ke rumah yang sebenarnya? Di tempat ini…. Saya khawatir tidak akan aman."

Kyuhyun tetap terdiam sambil menutup mata, tidak menyahuti kata-kata Shindong.

"Apa Jeonha tidak mempercayai mereka?"

"Ajussi…"

"Jeonha, akan ada saatnya Jeonha tidak bisa menghadapi mereka sendirian. Tidak tertutup kemungkinan ada musuh yang jauh lebih kuat, yang tidak bisa Jeonha kalahkan."

"Justru itu!" Kyuhyun bangun dan duduk di atas pembaringannya dengan raut wajah kesal. "Justru karena itu aku ingin menghadapinya sendirian! Aku tidak mau melibatkan siapapun apalagi orang-orang awam seperti mereka!"

"Jeonha, apa Jeonha masih ingat pesan terakhir…."

"Aku ingat!" potong Kyuhyun cepat. Shindong selalu menggunakan kalimat itu untuk menekannya. Ia tidak menyukai hal itu, namun juga tidak bisa mengabaikannya.

"Jadi, tolong jangan bersikeras lagi. Bawalah mereka ke rumah. Jelaskan segala sesuatunya."

Kyuhyun menatap Shindong dengan penuh selidik. "Kita memiliki banyak pengawal. Bisnis keluarga ini adalah pengawalan dan keamanan. Kenapa harus mereka? Apakah kau bisa menjawabku, Ajussi?"

Wajah Shindong memerah. Ia tertunduk dalam, mempertimbangkan apa yang harus ia katakan kepada majikannya itu.

Tiba-tiba Kyuhyun memicingkan matanya dengan sikap waspada. Ia melompat dari tempat tidur dan meraih sebuah pedang yang tergantung di dinding kamar.

"Ada yang datang. Bangunkan mereka agar waspada. Aku akan menghadapi para pengganggu itu."

"Jeonha!"

Shindong berteriak ketika Kyuhyun keluar secepat kilat lewat jendela, tidak berniat sama sekali menunggunya membangunkan Siwon dan Zhoumi.

.

.

Kyuhyun berhasil memancing para 'tamu'-nya ke halaman belakang yang luas. Setelah memastikan semua berkumpul, ia membuat sebuah dimensi ruang yang melingkupi seisi rumah itu, sehingga tidak seorangpun di luar dimensi ruang yang bisa melihat apa yang sedang terjadi di dalamnya.

Namja itu memungut sebuah batu kecil dan melemparnya dengan kuat. Batu itu memantul ketika menyentuh pembatas tidak kasat mata. "Kemampuanku membuat dimensi ruang sudah meningkat pesat." Kyuhyun tersenyum puas.

Suara-suara berisik di sekitarnya membuat Kyuhyun kembali memusatkan perhatian kepada para tamu yang tampak tidak sabar untuk menyantap sang tuan rumah.

"Ck. Tammuseu. Gaekgwi level bawah seperti kalian diutus untuk membunuhku? Itu menggelikan." Kyuhyun mengeluarkan smirk-nya sambil menggeleng kesal. "Bukankah tugas kalian cuma mengintai musuh dan menyiksa tawanan? Apa jenderal Agma berpikir aku selemah itu?"

Tammuseu, makhluk-makhluk bersosok manusia dengan dua tanduk kecil di kepala, tidak menyahut. Mereka mulai mengepung Kyuhyun.

"Lebih mendekat lagi. Kalian ingin membunuhku bukan?" Kyuhyun berdiri dengan tenang. Smirk masih menghiasi wajahnya saat tammuseu yang berjumlah puluhan itu semakin merapat. "Lebih cepat sedikit. Aku ingin kembali tidur. Nah, begitu lebih bagus."

Tiba-tiba Kyuhyun melompat jauh ke atas saat puluhan makhluk itu menerjang cepat ke arahnya. Karena begitu mendadak, mereka justru saling bertabrakan dan terjatuh karena sesamanya. Saat melayang turun, Kyuhyun menghunus pedangnya, menebas makhluk-makhluk bertanduk tersebut sehingga kembali tersedia ruang kosong untuknya di tengah kerumunan. Pedangnya bergerak begitu cepat sehingga ia seperti terselubungi olehnya.

.

.

Zhoumi dan Siwon termangu saat halaman belakang rumah yang mereka tempati dipenuhi makhluk berwajah menyeramkan, pucat seperti mayat hidup namun memiliki tanduk. Kyuhyun tampak berada di tengah kepungan tanpa raut wajah takut. Ia menebas mereka dengan pedang hingga makhluk-makhluk itu bergelimpangan.

"Pastikan kalian membunuhnya!" seru Kyuhyun dari tengah kepungan. Ia kembali menyabetkan pedangnya dengan cepat, sama sekali tanpa keraguan.

Zhoumi dan Siwon berpandangan. Selama ini mereka tidak pernah membunuh sebanyak yang Kyuhyun lakukan saat ini. Meski mereka tahu bahwa yang Kyuhyun hadapi bukanlah manusia, tak urung keduanya merasa jengah.

"Apa yang kalian berdua lakukan?! Tumpas mereka! Cepat!" Shindong memukul kedua namja yang masih berdiri diam itu dengan kesal.

Akhirnya Zhoumi dan Siwon mengeluarkan pistol mereka. Pertama keduanya menembak bagian-bagian yang tidak vital, namun Makhluk-makhluk itu bergeming. Sebanyak apapun keduanya menembak, para tammuseu itu bangkit kembali setelah terjatuh sejenak.

"Bunuh mereka! Apa kalian tidak dengar?" Kyuhyun memberi perintah.

"Bagaimana jika tembakan kami mengenai orang lewat?" teriak Zhoumi.

"Jeonha! Kita bisa kena masalah jika orang-orang mendengar suara tembakan!" Siwon ikut berteriak.

Melihat ragu-ragu, Kyuhyun mengabaikan mereka dan tetap menghadapi para penyerangnya seorang diri. Jumlah tammuseu yang cukup banyak membuat Kyuhyun tampak terkepung. Setidaknya itu yang terlihat oleh SIwon dan Zhoumi. Mereka akhirnya memutuskan mendekati Kyuhyun sambil menembaki musuh di bagian yang vital. Seperti yang dikatakan Kyuhyun, kali ini tammuseu yang tertembak tidak bangkit kembali.

"Jeonha, kau tidak apa-apa?" tanya Siwon saat keduanya berhasil berada di sisi Kyuhyun.

"Minggir! Kalian mengganggu!" Kyuhyun menyentuhkan jari telunjuk dan jari tengahnya ke punggung pedang dari pangkal hingga ke ujung. Pedang itu langsung dilingkupi api yang merah menyala, membuat Siwon dan Zhoumi terbelalak takjub. Kyuhyun memutar pedang tadi di atas kepalanya. Api semakin besar seiring putaran yang ia lakukan. Zhoumi dan Siwon terpaksa menyingkir untuk menghindar saat Kyuhyun melancarkan serangan kepada tammaseu yang tersisa. Tenaga yang keluar sangat kuat sehingga sisa penyerang bergelimpangan.

Mereka terdiam beberapa saat. Tak satupun makhluk bertanduk itu yang bangkit kembali. Sementara Siwon dan Zhoumi masih tertegun, Kyuhyun mendekati sosok-sosok terkapar itu.

"Pergilah dengan tenang. Jangan kembali lagi. Di sini bukan tempat kalian." Selesai mengucapkan kalimat itu, sosok-sosok tadi menguar menjadi cahaya dan menghilang.

"A…apa itu?" Zhoumi akhirnya menemukan suaranya kembali.

"Mereka benar-benar gaekgwi?" Siwon bergidik.

Kyuhyun mendekat hanya untuk mendorong keduanya sampai mundur selangkah. "Seorang bodyguard tidak boleh meragukan perintah pemimpinnya! Apa kalian paham?!"

"Tapi…."

"Tapi kau meminta kami membunuh!" Zhoumi mengatakan apa yang Siwon pikirkan dengan lugas. "Menurutku, tadi itu…"

"Seorang klien tidak memerlukan bodyguard yang kebanyakan berpikir dan berperasaan. Kalian harus bisa menghadang peluru yang kalian tahu akan mengenai tubuh kalian, asalkan hal itu menjamin keselamatan klien. Kalian harus berani menembak seseorang, jika dia mengancam keselamatan klien. Jika kalian masih seperti ini, kalian tidak berguna!"

"Mana bisa begitu?!" Zhoumi mengeraskan rahangnya menahan marah. "Kami ini bisa berpikir dan merasa. Kami bukan robot! Jangan karena kau seorang 'Yang Mulia', kau bisa bertindak seenaknya kepada kami! Aku tidak akan mengakui orang sepertimu sebagai Jeonha!"

"Tidak mengakui?" Kyuhyun mendekatkan wajahnya kepada Zhoumi dan memandang dengan pandangan menusuk. "Kau pikir aku peduli dengan panggilan itu? Seperti apapun kau memanggilku, orang tak berguna tetaplah orang tak berguna. Lebih baik kalian pergi dari sini."

"MWO?!" Zhoumi benar-benar marah. Ia hendak mendorong Kyuhyun namun Siwon lebih dulu menahannya. Shindong hanya bisa melihat semua itu sambil menggelengkan kepala.

"Jeonha, mianhamnida…." Gumam Siwon sambil terus menahan Zhoumi. Berbeda dengan rekannya, Siwon merasa bersalah melihat kemarahan Kyuhyun, meski ia tidak mengerti mengapa seperti itu.

Kyuhyun memandang keduanya dengan dingin, lalu masuk kembali ke dalam rumah tanpa berbicara apapun.

"Cepat masuk! Aku akan menjelaskan semuanya di dalam." Shindong mendorong Zhoumi dan Siwon.

.

.

"Gaekgwi? Sungai Henggi? Guardian? Jadi yang kemarin itu bukan cerita bohong?" Zhoumi terhenyak.

"Jangan katakan kita menghadapi Gwisin juga(*semacam hantu perempuan berambut panjang dan bergaun putih)." Siwon bergidik ngeri.

"Kalau semua penghuni sungai Henggi keluar, bisa saja itu terjadi." SHindong menjawab dengan tegas.

Kyuhyun melihat Shindong yang tengah menjelaskan situasi mereka kepada Siwon dan Zhoumi dengan diam. Ia sangat mengantuk namun juga tidak berniat tidur sebelum mengusir kedua orang bodyguard-nya. Kejadian tadi membuatnya semakin yakin untuk menolak keinginan Shindong dan Direktur Kim.

"Kenapa wujud mereka bisa kita sentuh?"

"Bahkan tembakan kami mempan terhadap mereka. Hanya saja, begitu tewas dan Jeonha mengatakan sesuatu, mereka menghilang seperti debu."

"Itu karena kekuatan Jenderal Agma." Kyuhyun akhirnya menyahut. "Gaekgwi yang terlalu lama di sungai Henggi akan bertambah kekuatannya. Jika mereka punya kemauan hidup yang kuat mereka bisa muncul. Hanya saja wujud mereka tidak bisa bertahan lama."

Zhoumi dan Siwon saling berpandangan dengan mimik ngeri. Kyuhyun melihat hal itu dan bangkit berdiri menuju kamarnya.

"Jeonha..."

Panggilan Shindong membuat Kyuhyun menghentikan langkahnya dan memandang ke arah Zhoumi dan Siwon.

"Yang kalian hadapi benar-benat hantu dan aku tidak berniat membayar kalian. Jika kalian bersikeras di sini, kalian akan ikut ke rumahku yang sesungguhnya. Kalian akan diminta tidak menghubungi siapapun termasuk teman dan keluarga untuk menjamin kerahasiaan tempat itu. Jadi, segeralah berkemas dan pergi. Ajussi akan mengantarkan kalian ke tempat direktur Kim."

"Jeonha!" Shindong pucat pasi mendengar keputusan Kyuhyun.

"Ajussi, sudah aku bilang, aku tidak memerlukan siapapun. Tidak juga mereka. Mereka justru mengganggu sepanjang pertarungan tadi. Aku tidak mau terbunuh karena kebodohan kedua orang ini."

Kyuhyun masuk ke dalam kamar, meninggalkan ketiga orang itu dengan pikiran masing-masing.

.

.

Kyuhyun membuka pintu kamar. Samar-samar ia mendengar suara tawa dari arah dapur. Kedua alisnya bertaut melihat Siwon dan Zhoumi tengah sibuk memasak sambil bergurau.

"Ah, Jeonha. Selamat pagi."

Shindong muncul dari balik punggungnya sambil membungkuk hormat. Siwon dan Zhoumi ikut menyapa dengan hormat. Berbeda dengan Siwon yang tersenyum lebar, senyum Zhoumi tampak dipaksakan.

Menyadari keduanya akan tetap bersamanya, Kyuhyun pergi dengan wajah tidak senang tanpa berkata apapun.

"Seorang 'Yang Mulia' meski masih muda, memang berbeda. Biarpun Jeonha heran kita masih di sini, tapi dia hanya diam dan pergi," puji Siwon, tak kuasa menyembunyikan kekagumannya.

"Kalau saja ajussi dan kau tidak memaksaku, aku tidak mau berada di sini."

"Itu karena kau orang baik." Siwon memeluk Zhoumi kuat2 hingga Zhoumi berteriak kesakitan.

.

Di aula tengah, Kyuhyun memberi kode agar Shindong duduk.

"Ajussi, apa yang kau katakan sehingga mereka masih ada di sini?"

Suara menegur itu membuat Shindong tersenyum lebar. "Jeonha, aku merawatmu selama belasan tahun. Percayalah, Jeonha akan menyukai mereka berdua. Jeonha akan membutuhkan mereka lebih dari yang bisa dibayangkan saat ini."

"Ajussi, kau melakukan kesalahan besar."

"Jika Jeonha sudah selesai melakukan tugas. Saya bersedia dihukum seberat apapun atas keputusan yang saya ambil."

"Ajussi..." Kyuhyun hanya bisa menggeleng pasrah ketika Shindong terkekeh senang.

.

.

"Lihat! Indah sekali!"

Siwon menunjuk keluar jendela. Mobil yang mereka tumpangi memasuki sebuah jalan sempit yang dipenuhi ratusan pohon jeruk di sepanjang sisi jalan. Zhoumi mengamati semua itu dengan takjub.

"Pohon jeruk dipercaya bisa mengusir hantu, sedangkan pohon persik justru menjadi jalan para hantu untuk masuk." Zhoumi mengatakan itu sambil memandang Kyuhyun dan Shindong. Kyuhyun tidak menyahut. Ia hanya diam sepanjang perjalanan sambil memandang keluar jendela. Shindong sendiri hanya menanggapi kalimat Zhoumi dengan senyum.

Suasana mobil menjadi gelap saat mereka memasuki sebuah terowongan. Di ujung terowongan, pemandangan yang baru dilihat Siwon dan Zhoumi terpampang di depan mata. Keduanya terdiam, masih keheranan dengan perbedaan menyolok antara pemandangan sebelum dan sesudah terowongan. Mobil tiba-tiba berada di sebuah desa yang bernuansa tradisional, yang berada disebuah lembah yang luas dengan gunung dan sungai mengapitnya.

"Terowongan tadi salah satu portal yang kami buat untuk menjaga rahasia tempat ini," jelas Shindong. "Karena itulah kita melihat perbedaan menyolok, karena ini memang di wilayah yang berbeda dengan sebelumnya."

"Portal?" Siwon menautkan kening.

"Bukan cuma portal. Para tetangga tidak ada yang terbangun dengan keributan semalam…pasti ada sesuatu yang membuat hal itu mungkin, bukan?"

Kyuhyun melirik Zhoumi sekilas, lalu kembali memandang ke luar.

"Jeonha punya kemampuan membuat ruang dimensi, sehingga tidak ada serangan yang bisa menembus keluar. Tetapi kita juga tidak bisa keluar dari ruang dimensi itu jika Jeonha tidak menghilangkannya." Shindong mencoba menjelaskan, berharap ketegangan di antara mereka mereda.

"Aku ingin tanya sesuatu." Siwon menegakkan duduknya dengan penuh antusias. "Jeonha, yang membuat rambutku terbakar malam itu…lidah api itu… Itu perbuatan Jeonha?"

Shindong meringis salah tingkah melihat Zhoumi dan Siwon memandang Kyuhyun untuk menuntut jawaban. Tapi sepertinya perasaan majikannya sedang tidak baik. Kyuhyun tidak bereaksi sama sekali. Saat Siwon hendak mengulang pertanyaannya, Shindong memberi kode agar namja itu mengurungkan niatnya.

.

Sebuah gerbang kayu menjadi pintu masuk sekaligus pembatas wilayah hunian. Hanya ada beberapa rumah tradisional di sana. Mobil berhenti di rumah yang jauh lebih besar dari rumah lainnya.

"Rumah-rumah kecil yang ada di dekat gerbang, merupakan tempat tinggal para pelayan dan penjaga yang bekerja di sini." Shindong menerangkan saat mereka turun. Kyuhyun langsung masuk ke bagian dalam, disambut beberapa pelayan yang menyapanya sambil membungkuk hormat.

Zhoumi dan Siwon menurunkan bawaan mereka, memandang sekeliling dengan takjub.

"Sebenarnya kita bertiga tinggal di rumah tengah. Tetapi Jeonha memintaku tinggal bersamanya di bangunan utama. Aku rasa sebaiknya kalian begitu juga."

"Mereka tinggal di rumah tengah." Entah sejak kapan, Kyuhyun sudah bersandar pada pintu utama sambil mengawasi mereka yang mulai menaiki tangga.

"Tapi, Jeonha..."

"Ajussi, sudah seharusnya mereka di rumah tengah." Kyuhyun menegaskan keputusannya.

"Baiklah." Shindong mengangguk. Ia mendorong Zhoumi dan Siwon kembali ke halaman, mengajak mereka memasuki sebuah bangunan berukuran sedang yang menempel pada gerbang dalam.

"Kenapa kita tidak tinggal di bangunan utama? Bukankah kita ini bodyguard?"

Zhoumi melirik Siwon, memberi peringatan agar jangan banyak bertanya soal itu. Ia tahu Kyuhyun tidak merasa memerlukan mereka untuk menjaga, apalagi melindungi namja itu dari siapapun yang mengincarnya.

"Bangunan ini sangat indah."

Kata-kata Siwon menarik Zhoumi dari lamunan. Sama seperti rumah tradisional yang lain, tiang dan kerangka bangunan itu terbuat dari kayu. Tembok dibuat dari campuran tanah dan rumput yang dicetak seperti bata. Hanki (*kertas tradisional) digunakan sebagai penutup rangka jenedel, pintu, juga sebagai pelapis dinding. Lantai terdiri dari batu dan tanah yang dikeraskan. Tetapi banguna-bangunan yang ia lihat sejak tadi, semua tertata oleh tangan-tangan ahli sehingga sangat apik.

"Ini kamar kalian berdua." Shindong menunjuk dua buah kamar yang bersisian.

Siwon bergegas membuka kamar sebelah kiri. Ada sebuah lemari kayu yang besar, di mana di bagian atas tersedia yo (*kasur lipat/futon) yang bisa ia buka saat malam hari. Sebuah pintu terhubung dengan bagian dalam, dua buah pintu geser terhubung dengan bagian luar yang mengarah ke taman.

Siwon bergegas membuka pintu geser lebar-lebar. Ia kemudian duduk dengan kaki menjuntai beberapa sentimeter di atas rumput.

"Rumah-rumah di sini tinggi juga." Zhoumi ikut mencoba. Ia yakin pintu geser yang terlihat di sisi samping adalah pintu geser miliknya nanti. "Kamar ini sebenarnya cukup untuk kita berdua."

"Dibangun tinggi karena di bawah lantai terhubung dengan penghangat. Jadi di musim dingin, kalian bisa tidur dan makan serta duduk di lantai dengan nyaman."

"Sangat mengesankan." Siwon tersenyum senang.

"Kalian cepatlah bersiap. Kita akan menemui Jeonha di bangunan utama untuk makan siang."

.

Siwon dan Zhoumi baru benar-benar menyadari keindahan tempat itu ketika menuju bangunan utama. Keseluruhan bangunan yang ada di lembah, di latar belakangi oleh gunung. Sinar matahari masuk dengan leluasa ke semua bangunan karena jendela dan pintu dibuat menghadap ke timur dan ke selatan.

"Kalau malam akan gelap gulita." Siwon bergidik.

"Aniyo." Shindong terkekeh. "Meski tradisional seperti yang diturunkan dari generasi ke generasi, kami sudah melengkapinya dengan listrik. Ada sebuah generator besar untuk seluruh hunian di sini. Jika diperlukan, kami bisa mempergunakan peralatan listrik."

"Itu beranda?" Zhoumi menunjuk sebuah ruang terbuka yang terbuat dari kayu. Ruangan itu terletak di salah satu sisi bangunan utama.

"Itu daecheong. Fungsinya menjaga rumah tetap sejuk meski musim panas." Siwon menerangkan.

"Tapi kita bisa menyalakan AC di sini." Shindong terkekeh. "Jeonha lebih menyukai yang alami. Itu tempat favoritnya jika ingin menyendiri," bisik Shindong. Ia mengajak keduanya menuju aula utama.

"Tidak ada penjaga yang membukakan pintu," gumam Siwon.

Shindong kembali terkekeh sementara Zhoumi menyikut rekannya.

"Jeonha tidak menyukai hal-hal semacam itu. Di sini sudah banyak sentuhan modern," jawab Shindong.

"Dia bahkan tidak mempedulikan panggilan Jeonha."

Wajah Shindong sedikit muram mendengar kata-kata Zhoumi. Namun kedua bodyguard itu tidak menyadarinya. Mereka terlalu sibuk mengamati arsitektur bangunan.

Mereka tiba di aula utama. Ruangan itu sangat besar. Di salah satu dinding terdapat sekat dengan lukisan kuno. Ada sebuah meja panjang yang tidak terlalu lebar namun rendah di depannya. Sebuah bantalan duduk dengan warna berbeda dari yang ada di sisi kiri dan kanan ruangan membuat keduanya tahu itulah tempat duduk Kyuhyun.

Kyuhyun sendiri tengah berdiri di salah satu sisi ruangan, dengan sebuah layar hologram besar terpampang di dinding. Ia hanya melirik mereka sekilas, lalu melanjutkan pengamatannya. Di layar terpampang aksi Siwon dan Zhoumi dini hari tadi.

"Secara kemampuan kalian sangat hebat. Ketepatan tembakan di atas rata-rata." Kyuhyun menghentikan rekaman gambar tepat di saat Ia memberi perintah pertama kali untuk menembak, kemudian menggeser rekaman ke saat di mana Siwon dan Zhoumi mulai menembak bagian vital. "Tapi kalian memerlukan waktu terlalu lama untuk mengerti betapa gentingnya situasi. Kalian berpikir aku terkurung, karena itulah kalian mulai lebih serius."

Kyuhyun menyentuh penanya yg tergeletak di atas meja. Seketika itu juga layar hologram tadi menghilang "Itu rekaman CCTV tadi malam. Selain sebagai bodyguard-ku, kalian juga menjadi bimbinganku. Aku akan melatih kalian untuk menjadi lebih baik."

Melihat tak ada reaksi dari mereka, Kyuhyun memandang keduanya dengan pandangan bertanya.

"Canggih sekali!" Akhirnya Siwon berhasil mengeluarkan suaranya.

"Pena itu bisa membentuk layar hologram seukuran dinding?" Zhoumi terbelalak takjub.

Kyuhyun bersidekap, tak mempercayai pendengarannya. Siwon dan Zhoumi lebih memperhatikan layar tadi dibanding apa yang ia katakan. "Sebagai pewaris perusahaan pengawalan dan keamanan; Apa yang kalian harapkan dariku? Pena keluaran tahun pertama?"

"Bu…bukan begitu. Tapi, tadi sangat canggih."

"Sedangkan rumah ini sangat kuno! Appo!" Siwon meringis ketika Zhoumi memukul pundaknya.

"Pena ini bisa mengeluarkan virtual keyboard juga. Ada alat scanner dan perekam mini. Bisa terhubung dengan internet juga." Kyuhyun mempertontonkan penanya dengan bangga. "Kalian tidak tahu apa saja yang bisa dilakukan benda ini."

"Apa itu?"

"Menimpuk kepala kalian agar tidak mudah ternganga!"

"EH?!"

"CK!" Kyuhyun berdecak melihat kekagetan keduanya sementara Shindong terkekeh senang.

"Sebaiknya kita makan siang." Shindong mengingatkan.

Kyuhyun duduk di bantalan yang terdapat di belakang meja. Shindong memberi kode agar Zhoumi dan Siwon duduk di bantalan yang tersedia di sisi kiri sementara ia duduk di sisi kanan.

Pelayan datang membawa beberapa meja kecil untuk Zhoumi, Shindong, dan Siwon. Pelayan yang lain mulai menyajikan makan siang dalam mangkuk-mangkuk kecil. Kyuhyun duduk dengan tenang saat makan siang juga disajikan di mejanya.

"Whoa! Ini sangat bagus! Aku bisa gemuk di tempat ini!" Siwon mulai menjumput lauk ketika Shindong berdehem dan Zhoumi menyikutnya. "Waeyo? Setelah kejadian tadi pagi, aku sangat lapar."

Zhoumi tidak menanggapi suara Siwon yang memelas. Ia memberi kode bahwa Kyuhyun belum menyentuh sumpitnya.

"Sebaiknya kita segera makan. Kalian pasti lapar." Shindong berkata kepada Siwon dan Zhoumi, namun sesungguhnya ia menujukan kalimat itu kepada Kyuhyun. Begitu Kyuhyun mulai menjumput lauk, Siwon bergegas mengikuti begitu pula yang lain. Semua menikmati hidangan dengan diam. Perut mereka sangat lapar.

"Lain kali, biarkan pelayan saja yang memasak," gumam Kyuhyun sambil mengambil kimchi. "Kalian bisa membuat dapur kebakaran. Juga membuat orang kelaparan."

Siwon dan Zhoumi saling menyikut. Karena tidak terbiasa dengan dapur tradisional, keduanya menyalakan tungku terlalu besar, sehingga makanan yang terdapat di dalam wajan terkena percikan api. Minyak yang digunakan untuk memasak, menyulut api menjadi besar sehingga menghanguskan makanan di dalamnya. Karena kejadian itu, mereka tidak jadi menyantap sarapan.

"Sehabis makan, kita akan menyusun jadwal latihan." Kyuhyun meletakkan sumpit dengan perasaan lega karena perutnya sudah terisi penuh.

"Jeonha." Siwon yang sudah selesai sejak tadi, mencoba bertanya setelah mengamati Kyuhyun selama mereka makan.

"Ne?"

"Apakah kau tidak bersekolah? Aku lihat umur Jeonha masih sangat muda. Kau bisa cepat tua jika selalu bersikap serius seperti ini. Ada baiknya Jeonha bergaul dengan orang yang seumur."

"Mwo?!" Kyuhyun terbelalak mendengar usul Siwon.

"Tidak usah khawatir. Kami akan mengawal dan menjamin keamananmu selama di sekolah." Siwon tersenyum lebar, sementara Zhoumi dan Shindong menggelengkan kepala mendengarnya.

.

.

TBC

.

Gomawo sudah membaca ff membingungkan ini. Author aja bingung apalagi yang baca. Nggak panjang-panjang, cuma mau bilang,

Terima kasih sudah membacanya. Bagaimana cerita ini nanti,

Kita nikmati aja bersama-sama, siapa tahu nanti ada pencerahan hehehe

Buat semua yang sudah mereview, gomawoyo.

Mianhe belum bisa membalas satu per satu.

.

Kamsahamnida