Title : Shadow Warrior chapter 4

Genre : Friendship/Brothership, fantasy, action, horor

Rating : Fiction T

Cast : Kyuhyun, Leeteuk, Sungmin, Yesung, Kangin

Disclaimer : All them belong to themselves and GOD. I own only the plot.

Warning : Fanfic just Fanfic, typos, geje , if read don't bash, jangan meng-copy paste meskipun menyertakan nama; Share saja dalam bentuk link ffn, tidak kurang dari itu. Gomawo

Summary :

.

Shadow Warrior

Chapter 4

.

Note:

Kyuhyun 17 th

Siwon dan Zhoumi 23 th

Shindong 49 th

Kangin 38 th

Sungmin 20 tahun

Yesung 24 tahun

Beberapa hari sebelumnya…..

"Heaaa! Heaaa! Heaaa!"

Sungmin menebas semua tamasseu yang muncul di sekitarnya. Meski suasana halaman belakang itu hanya diterangi sinar bulan dan beberapa lampu taman, ia bisa melihat dengan jelas. Begitu terkena pedang, musuh-musuh dalam bentuk hologram 3D itu lenyap tak berbekas. Sungmin menurunkan pedangnya setelah tammaseu terakhir berhasil ia musnahkan.

"Jeonha, kau sangat hebat!" Bersamaan dengan pujian itu, suasana di sekitar Sungmin berubah menjadi sebuah aula besar yang berfungsi sebagai ruang visual. Di sana, Sungmin bisa berlatih seakan-akan menghadapi musuh yang sebenarnya. Ada berbagai arena dan situasi yang tersedia. Namja itu baru saja mencoba arena terbaru yang dikirim oleh Direktur Kim.

"Tetap di sana, Yesungie. Aku belum selesai berlatih," cetus Sungmin kepada Yesung, orang yang selama ini bertanggungjawab untuk mengasuh dan mengurusnya. Di mana ada Sungmin, di sana pula ada Yesung. Setidaknya itulah yang Yesung harapkan.

Yesung membungkukkan sedikit tubuhnya pertanda ia mengerti, kemudian berdiri di salah satu sudut ruangan. Sungmin kali ini menghunus pedang yang tergantung di pinggangnya, tidak lagi menggunakan pedang simulasi.

"Hidupkan fungsi ruang dimensi. Naikkan kekuatan pelindung hingga maksimal." Sungmin memberi perintah suara. Ia menunggu hingga beberapa menit sambil melemaskan pergelangan tangannya.

"Fungsi ruang dimensi siap." Terdengar suara digital, memberitahu bahwa Sungmin sudah bisa memulai latihan yang ia inginkan.

Sungmin membuka kedua kakinya selebar bahu dan menggenggam pedang di depan tubuh dengan kedua tangannya. Ia melakukan beberapa gerakan dasar sebelum menekan jari tengah dan telunjuknya pada bilah pedang. Pedang itu kini terselimuti oleh api. Sungmin memutar pedangnya hingga kobaran api semakin besar sebelum mulai menebas dengan kuat ke arah dinding kosong. Ia kemudian melompat dan membuat tanda silang dengan pedang itu. Udara yang tadi ditebasnya meninggalkan kobaran api berbentuk silang yang tingginya sejajar dengan Sungmin. Setelah memindahkan pedang ke tangan kiri, Sungmin mendorong kobaran api itu dengan tenaga yang keluar dari telapak tangan kanannya. Kobaran api berbentuk silang tadi menghantam dinding, menimbulkan ledakan dan meninggalkan bekas tanda silang yang sangat besar.

"Mulai penghitungan kekuatan," perintah Sungmin.

"Kekuatan tebasan pedang naik 20% dari latihan terakhir. Kekuatan fire wall meningkat 40% dari latihan terakhir." Suara digital memberikan laporan.

"Cukup untuk hari ini." Sungmin tersenyum puas.

Aula berubah kembali seperti semula. Bekas tanda silang yang tadipun lenyap. Seorang pelayan yang bersama Yesung bergegas mendekat. Pelayan itu mengangsurkan nampan berisi beberapa cangkir teh. Sungmin sudah meminum dua cangkir berturut-turut ketika Yesung menghampirinya dengan wajah senang.

"Jeonha, kemajuanmu sangat pesat!"

"Ini berkat ruang visual yang direktur Kim buat. Semua kondisi pertarungan sangat nyata. Aku jadi bisa berlatih dengan baik dan berusaha meningkatkan kekuatan Jujak yang aku miliki."

Sungmin berjalan menuju bangunan utama. Yesung mengiringinya sambil sesekali memberi perintah kepada para pelayan yang mereka lewati. Di pintu depan, dua orang pengawal menunduk memberi hormat saat mereka lewat. Sungmin terus berjalan menyusuri pintu-pintu, dimana para penjaga dengan sigap membukakan pintu untuknya sebelum ia tiba.

Di dalam kamarnya yang besar, Yesung memerintahkan dua orang pelayan melepas pakaian Sungmin yang sudah basah oleh keringat akibat berlatih. Sementara kedua orang pelayan itu membersihkan peluhnya dengan handuk lembab, Sungmin berbicara tentang banyak hal dengan Yesung. Ia sama sekali tidak terganggu ketika kedua pelayan tadi juga memakaikannya sokgui (jubah bagian dalam) dan jeogori (jubah bagian luar) ke tubuhnya.

"Siapkan heukhwa(sepatu bot tradisional) dan gat (topi) untukku."

Yesung mengerutkan kening mendengar perintah Sungmin. "Jeonha, kau akan ke sana lagi?"

"Tentu saja." Sungmin membenarkan letak topi yang dipakaikan kepadanya. "Aku tidak ingin membuatnya kesepian."

"Tapi, Jeonha, kau melakukannya setiap hari! Selama sebelas tahun!"

"Biar aku pakai sendiri," cegah Sungmin. Diambilnya sepasang heukhwa hitam itu dari tangan pelayan dan mulai memakainya. Setelah mematut dirinya sejenak di kaca, Sungmin berjalan ke luar. Yesung bergegas menjajarinya. Sama seperti tadi, para penjaga dengan sigap membukakan pintu untuk Sungmin.

"Jeonha, sebaiknya kau hentikan kebiasaan ini!" protes Yesung begitu tiba di istal kuda milik Sungmin. Ia menggeleng ketika Sungmin justru meminta kudanya disiapkan. Namun begitu Sungmin duduk di atas pelana, Yesung menahan tali kekang kuda putih itu. "Jeonha, sejak awal, jika menyangkut dia, Jeonha tidak mau mendengarkan apapun yang aku katakan. Dia membawa pengaruh buruk buat…."

"Yesungie, aku berangkat. Jangan mengikutiku." Sungmin tersenyum manis melihat wajah masam Yesung. "Buatkan aku makan malam yang enak, arra. Aku baru saja meminta ini."

Mata Yesung terbeliak melihat bungkusan besar yang Sungmin bawa.

"I…itu makan malam kita. Yak! Jeonha!"

Sungmin tertawa lebar. Dihentakkannya kakinya ke perut sang kuda putih, memberi perintah untuk segera melaju. Yesung hanya bisa berteriak kesal ketika Sungmin pergi dari hadapannya, meninggalkan debu yang membuat ia terbatuk-batuk sejenak.

.

.

Ketika tiba di sebuah bukit kecil yang terdapat di belakang bangunan utama miliknya, Sungmin melambatkan laju kuda hingga akhirnya berhenti di dekat sebuah gundukan tanah yang berhias sebilah papan kayu sederhana. Namja itu melompat dari punggung kuda dengan gerakan yang begitu ringan sambil membawa makan malam yang diambilnya dari dapur. Wajahnya sangat cerah ketika melihat kayu nisan itu, seakan ia melihat wajah seseorang yang sangat disayanginya.

"Kyuhyunie, hari ini hyung bawakan jjangmyeon kesukaanmu, juga beberapa makanan lain. Kita makan bersama, arra?"

Sungmin merapikan bagian depan makam yang sudah diberi sebuah meja kecil olehnya. Dengan telaten ia menyusun jesasang (*makanan persembahan untuk makam) menurut urutan yang seharusnya. Di bagian paling dekat nisan, ia meletakkan sumpit dan semangkuk tteokguk. Dibukanya penutup mangkuk dengan hati-hati. Uap panas masih terlihat jelas.

"Sekarang makin sulit menyiapkan semua ini untukmu. Yesungie mulai terang-terangan melarangku. Hyung terpaksa meminta bantuan pelayan di dapur untuk menyiapkan semua ini." Sungmin kini menyusun jajangmyeon di baris kedua. Ia memandang kayu nisan sambil tersenyum cerah. "Kau harus makan yang banyak, arra? Hyung bawakan jjangmyeon porsi besar. Jangan khawatir, meski Yesungie melarangku, hyung akan mengunjungimu setiap hari."

Di baris ketiga, Sungmin meletakkan sup Baechu-doenjangguk dan sup Soegogi-muguk. "Kau makan yang Soegogi-muguk saja. Hyung tahu kau tidak menyukai sup sayuran. Jadi kau makan yang sup sapi, arra?"

Sungmin terdiam sejenak, seakan menunggu kayu nisan itu menyahutinya. Kini wajah tampan itu terlihat sedih. "Hyung sungguh merindukanmu, Kyuhyunie…. Kenapa kalian semua meninggalkanku seorang diri? Seandainya saat itu aku sudah besar, aku pasti bisa melindungimu. Kadang hyung berpikir, untuk apa berlatih sekuat tenaga, jika orang yang ingin aku lindungi sudah tidak ada. Hyung sungguh menyesal….."

Hidung namja itu memerah menahan tangis yang tersimpan di hatinya. Ingatannya kembali pada kejadian 11 tahun yang lalu...

Sungmin baru saja terlelap ketika terdengar keributan di sekitarnya. Suara jeritan terdengar di mana-mana. Ia juga mendengar suara denting pedang yang begitu ramai, seperti terjadi pertarungan besar-besaran. Bocah yang baru berusia 9 tahun itu mengerjapkan mata dengan bingung. Samar-samar ia mencium bau darah dan kayu yang terbakar.

"Jeonha! Cepat kita pergi!" Yesung, anak ajudan sang appa, melesat masuk ke dalam kamar dengan wajah tegang. Yesung berusia 4 tahun lebih tua darinya. Karena mereka dekat, maka Yesung juga dipercaya untuk menjadi pengasuhnya. "Api sudah membakar beberapa bangunan! Hanya masalah waktu tempat ini terbakar. Appa menyuruhku membawamu bersembunyi. Cepat!"

Yesung menarik Sungmin yang masih kebingungan. Mereka berdua berlari melewati bagian-bagian bangunan utama. Beberapa sosok menyeramkan berhasil masuk, namun para penjaga bertempur menahan mereka. Yesung terus menarik Sungmin hingga tiba di sebuah ruangan yang belum pernah Sungmin lihat sebelumnya. Ruangan sang Appa.

Sungmin menurut ketika Yesung mengajaknya masuk ke ruangan itu. Di bagian belakang meja besar, terdapat sebuah sekat yang dihiasi lukisan burung api Jujak. Di belakang sekat itu terdapat sebuah dua buah daun pintu yang tertutup rapat, diikat oleh tali merah.

"Kita akan bersembunyi di sana?"

"Itu tipuan. Kita akan bersembunyi di sini." Yesung membuka lembaran lantai kayu yang berada tepat di dekat pintu yang mereka lewati sebelumnya. "Niga Appa berpendapat, musuh akan mengitari seisi ruangan begitu memasuki tempat ini. Yang mereka lupa adalah melihat lantai pertama yang mereka injak. Masuklah!"

Sungmin memandang lubang yang terdapat di lantai. Terlihat tangga menuju ke bawah. Tanpa berkata apapun, Yesung menarik Sungmin untuk menuruni tangga bersama-sama. Setelah kaki mereka menginjak lantai, Yesung berjalan menyusuri dinding, mencari lampu tempel yang dikatakan sang Appa. Selama bertahun-tahun, appa Yesung mengajarinya tentang tempat rahasia itu. Ketika berhasil menemukan lampu yang dicarinya, Yesung segera menyalakan lampu itu menggunakan pemantik yang sudah disediakan di dekatnya.

Wajah Sungmin yang terlihat lega membuat Yesung tersenyum. "Diamlah di sini, aku akan menutup kembali lantai tadi. Setelah itu, aku akan menemanimu, arra?"

Sungmin mengamati Yesung yang menaiki tangga untuk menarik lantai tadi agar tertutup seperti semula.

"Di luar tadi… Apa yang terjadi?" tanya Sungmin.

Yesung menghampiri dengan wajah muram. "Jenderal Agma dan ratusan gaekgwi terkuat menyerang tempat ini…. Jadi atas perintah Appa, aku diminta menyembunyikanmu."

"Jenderal Agma?" Wajah Sungmin berubah pucat. Ia sudah diceritakan tentang sosok itu oleh Leeteuk, gurunya, bahwa Jenderal Agma adalah pembunuh Hankyung, appa Sungmin. Leeteuk juga pernah menjelaskan bahwa karena Hankyung sudah tiada, Sungmin mewarisi posisi sebagai guardian Jujak. Sungmin satu-satunya orang yang memiliki kemampuan untuk menyegel Jenderal Agma. Karena itulah Leeteuk melatih Sungmin setiap hari agar suatu saat Jenderal Agma bisa disegel kembali.

Huwaaaaaaaaaaa….Cungmin hyung! Min hyung! Hiks….

Sungmin melompat bangkit ketika sesosok wajah chubby dengan matanya yang besar terlintas di benaknya. Ia berlari menaiki tangga, namun Yesung menahannya dengan wajah bingung akan tindakan Sungmin yang tiba-tiba.

"Kyuhyunie! Di mana dia? Aku harus kembali untuk menolongnya!"

"Mwo? Lupakan dia! Tugasku hanya membawamu, Jeonha!"

"Aku tidak mau! Aku ingin mencari Kyuhyunie!"

"Jeonha!" Yesung memeluk Sungmin dari belakang dan berjalan mundur, menyeret bocah 9 tahun yang terus berontak itu hingga kembali berada di bawah tangga.

"Lepaskan, Yesungie! Aku harus mencari Kyuhyunie! Dia pasti menangis ketakutan saat ini… Dia…."

"Jeonha…."

Suara yang lembut namun berwibawa itu membuat Sungmin berhenti berontak. Ia memicingkan matanya ke bagian atas tangga. Sungmin yakin Leeteuk tengah berada di atas sana dan berbicara kepadanya.

"Jeonha, saat ini keselamatanmu di atas segalanya. Bersembunyilah di sana sampai Direktur Kim datang. Yesung sshi akan menemanimu."

"Tapi, seonsaengnim… Kyuhyunie…"

"Jeonha, kau belum cukup kuat untuk menyegel Jenderal Agma. Sampai saat itu, jagalah dirimu baik-baik. Itu adalah tugas terakhir dari gurumu ini. Setiap kau ingin melakukan hal bodoh, ingatlah bahwa kau satu-satunya yang dapat menyegel penjahat itu. Aku mohon, turutilah kata-kataku. Demi Hankyung –niga appa, demi Kyuhyunie, demi kami semua."

Sebuah sinar melingkupi lantai yang menjadi jalan masuk Sungmin dan Yesung tadi. Sungmin langsung sadar Leeteuk tengah menyegel lantai itu sehingga tidak terlacak oleh kekuatan hitam milik Jenderal Agma dan sekutunya. Sungmin juga tidak bisa melewati segel itu. Yang bisa melewati dan membuka segel itu hanyalah…..

"Andwae! Seonsaengnim! Seonsaengnim!" Sungmin berontak dari pelukan Yesung, menaiki tangga, dan menggedor-gedor pintu yang kini sama sekali tidak bisa ia gerakkan. "Seonsaengnim! Jangan tinggalkan aku di sini! Seonsaengnim!"

.

Sia-sia Sungmin berteriak. Setelah sinar itu padam, tak ada suara apapun yang bisa ia dengar. Yesung dan Sungmin duduk diam, menunggu Direktur Kim datang untuk mengeluarkan mereka. Meski di sana tersedia beberapa keperluan darurat untuk makan dan minum, Sungmin tidak berniat menyentuhnya.

"Kyuhyunie… Kyuhyunie….hiks…"

Yesung tertegun. Baru kali ini ia melihat Sungmin menangis terisak-isak. Selama ini ia mengenal Sungmin sebagai sosok yang kuat meski berusia jauh di bawahnya. Itu sebabnya Yesung sangat mengagumi dan menghormati Sungmin. Tapi kali ini, Sungmin terisak seperti anak kecil pada umumnya. Ia bahkan bersikeras tidak mau makan apapun yang Yesung tawarkan.

"Ck, sudah kuduga anak itu membawa pengaruh buruk untuk Jeonha. Sejak awal kalian berdua sudah dilarang berhubungan. Tapi Jeonha tetap saja diam-diam menemuinya."

"Kenapa kalian selalu melarangku bersama Kyuhyunie?" tanya Sungmin dengan wajah bersimbah air mata. Namun Yesung hanya terdiam. "Lihat! Setiap aku bertanya tentang itu, tak seorangpun mau menjawabnya…"

Sungmin kembali terisak. Ia terbayang sosok Kyuhyun yang sedang menangis ketakutan saat para gaekgwi itu menangkapnya.

Cungmin hyung! Huwaaaaaaaaa….Kyuhyunie takuuuut…hiks! Cungmin hyuuung!

Sungmin menutup kedua telinganya rapat sambil memejamkan mata. Namun bayangan itu justru semakin melekat di benaknya. Ketika sehari kemudian Direktur Kim datang, yang pertama kali ia lakukan adalah berlari ke rumah Kyuhyun, bangunan di mana Leeteuk tinggal selama ini. Kedua lututnya terasa lemas ketika melihat rumah itu habis terbakar.

"Direktur Kim, di mana Kyuhyunie? Kau melihatnya?"

Sungmin berbalik memandang Direktur Kim dan Yesung yang menyusulnya.

"Mianhamnida, Jeonha… Selain kalian berdua, tidak ada yang berhasil diselamatkan. Leeteuk sshi berhasil menyelamatkan Jeonha dengan ruang bersegel itu."

"Di mana mereka? Di mana Kyuhyunie dan Seonsaengnim?"

"Mereka akan dimakamkan di tempat yang seharusnya."

"Makam dengan pagar hitam itu? ANDWAE!" Tiba-tiba Sungmin dengan berang menerjang Direktur Kim. "Jangan di makam itu! Kenapa harus di makam itu? Tempat itu menyeramkan! Kyuhyunie… Kyuhyunie selalu ketakutan jika melihat belalang… Dia bahkan ketakutan ketika malam mulai tiba… Direktur Kim, buatkan makam untuk mereka di balik bukit itu… Kyuhyunie sangat suka tempat itu… Jebal, Direktur Kim…"

Sungmin meletakkan Jwipo jorim (*ikan kering) di baris keempat sambil tersenyum getir mengingat peristiwa yang merenggut semua orang terdekatnya. "Jwipo jorim…apa kau menyukainya, Kyuhyunie? Hyung tidak begitu lama mengenalmu. Kita juga hanya beberapa kali makan bersama. Pasti menyenangkan jika sama-sama bertumbuh dewasa. Kita akan menjadi hyung dan dongsaeng yang akrab. Hyung yakin itu."

Kini Sungmin tertawa kecil, membayangkan mata Kyuhyun yang melebar setiap ia muncul. Lalu sambil meloncat kegirangan, Kyuhyun akan membentangkan tangannya yang gempal dan berlari kencang untuk memeluknya. Seringkali Sungmin nyaris terjatuh saat Kyuhyun melakukannya. Tapi ia berusaha sekuat mungkin untuk menggendong Kyuhyun meski harus terdorong mundur beberapa langkah. Ia sangat menyukai Kyuhyun yang selalu gembira menyambutnya. Kyuhyun mengisi kekosongan hatinya selama ini.

"Seharusnya ada beberapa buah di baris kelima, tapi hyung hanya memiliki kesemek hari ini. Kau tidak akan marah bukan?"

Terbayang wajah Kyuhyun yang chubby dengan mata hitam besar itu menggeleng penuh semangat. Dahulu, Sungmin sering takut kepala Kyuhyun akan terlepas ketika menggeleng.

Kyuhyunie cayang Min hyung.

Kata-kata itu selalu Kyuhyun ucapkan setiap kali Sungmin bertanya apa Kyuhyun marah kepadanya. Meski Sungmin tidak muncul karena tidak berhasil lolos dari penjagaan Yesung, meski Sungmin mengejar Kyuhyun saat bermain hingga tersandung dan jatuh, Kyuhyun tidak pernah marah kepadanya. Bocah gembul itu akan menangis terisak-isak karena lelah menunggu ataupun karena terluka, namun tetap memeluk Sungmin begitu sosoknya menghampiri.

Sungmin menyentuh hidungnya yang mulai berair. Sebelas tahun sudah berlalu, namun perasaannya terasa kosong setiap mengingat sosok Kyuhyun.

"Kyuhyunie, lihat yang hyung bawa hari ini… soju!" Sungmin tertawa, memandang nisan dengan wajah lucu. "Kau belum boleh meminum ini, arra? Tunggulah tiga tahun lagi. Hyung akan bawakan soju untukmu. Sekarang kau minum teh saja."

Sungmin memandang jesasang yang ia susun dengan perasaan puas. Ia pun mulai menyantap makanan yang ia bawa untuk dirinya sendiri, sambil sesekali bercengkerama dengan kayu nisan tak bernama itu.

"Direktur Kim, kenapa nama Kyuhyun tidak boleh ditulis di sana?" tanya Sungmin saat Direktur Kim membawanya ke makam Kyuhyun seminggu setelah kejadian pembantaian di keluarganya itu. "Kenapa begitu sederhana? Kenapa Direktur Kim tidak membuatnya dari batu yang bagus? Kenap….."

"Jeonha."

Masih jelas diingatan Sungmin ketika Direktur Kim berusaha mensejajarkan mata dengan dirinya. Kedua tangan kekar itu memegang kedua bahunya dengan kuat sehingga Sungmin merasa sedikit terintimidasi.

"Seharusnya ini tidak boleh dilakukan. Jeonha suatu saat akan mengetahuinya, mengapa makam berpagar hitam itu ada. Karena itu, aku harap Jeonha puas dengan semua ini. Hanya ini yang bisa aku berikan. Tidak lebih."

"Sejak awal, mereka melarangku berhubungan denganmu. Kenapa? Ada apa dengan makam hitam itu? Kenapa kau harus dimakamkan dengan nisan kayu tak bernama ini? Kyuhyunie, apa kau bisa membantu hyungmu ini eoh?"

Sungmin menunggu beberapa saat namun hanya desiran angin yang ia dengar.

"Ck, aku lupa… Kau hanya bocah kecil gembul berpipi chubby, yang bisanya menangis dan mengompol. Kau sama sekali tidak bisa membantu hyungmu ini. Mwo?!"

Sungmin meraba kepalanya yang terasa kejatuhan sesuatu. Ketika ia raba, terdapat benda lunak di kepalanya. Mata Sungmin membesar ketika menyadari kotoran burung baru saja menimpanya. "Yak! Kyuhyunie! Kau berani mengerjaiku eoh?"

Sungmin bangkit dengan perasaan jijik. Dikibas-kibaskannya tangannya yang terkena kotoran burung. Dengan terpaksa, Sungmin menggunakan soju yang tersisa untuk membersihkan kepala dan tangannya.

"Aish! Yesungie akan marah besar jika tahu aku meminum soju sesiang ini. Aku harus datang dengan diam-diam dan membersihkan diri."

Sepasang mata Sungmin menatap ke kayu nisan dengan pandangan sedih. "Hyung rasa, lama-lama hyung akan gila jika setiap hari seperti ini. Yesungie benar. Seharusnya aku menjauhimu… Tapi hyung tidak bisa. Hyung sangat menyayangimu, Kyuhyunie. Kau satu-satunya orang yang menyukaiku bukan karena aku bisa menyegel Jenderal Agma. Kau selalu melihatku seakan aku ini sepotong kue beras yang besar."

Namja itu meringis. "Ah, aku semakin aneh saja. Sebaiknya aku segera pulang. Sampai jumpa besok, Kyuhyunie…"

.

.

Sungmin mengendap-endap di halaman belakang rumah, mencoba menghindari Yesung. Ia ingin membersihkan bau soju yang ada di kepalanya sebelum bertemu dengan pengasuhnya yang galak itu. Namun langkahnya terhenti ketika Direktur Kim berbincang-bincang dengan Yesung tak jauh darinya. Sungmin terpaksa berdiam diri menunggu mereka berlalu dari tempat itu.

"Bagaimana kemajuan Jeonha?" Suara Direktur Kim terdengar dari tempatnya karena angin bertiup ke arah persembunyian Sungmin.

"Jeonha maju sangat pesat. Semua berkat situasi dan musuh virtual yang direktur Kim buat."

"Semua ide Kyuhyun sshi. Dia merekam semua pertarungannya, lalu membuat sebagai arena latihan dibantu salah seorang ilmuwan kami."

"Orang itu?" Yesung melirik ke sekeliling dengan wajah cemas. "Direktur Kim, jangan menyebut namanya di sini. Kalau Jeonha tahu…"

Sungmin membeku di tempat, berkebalikan dengan jantungnya yang berdegup cepat.

Kyuhyun sshi? Direktur Kim menyebut Kyuhyun sshi? Apakah yang dimaksud adalah Kyuhyunie? Kalau Kyuhyunie masih hidup, mengapa Direktur Kim membuatkan makamnya untukku?

Sungmin mati-matian mengendalikan dirinya untuk tidak keluar dan bertanya secara langsung. Ia menajamkan telinganya, mencoba mendengar lebih banyak.

"Direktur Kim, sampai kapan Jeonha harus bersembunyi seperti ini? Aku tidak menyukai orang itu. Bagaimana jika dia tidak mau mengembalikan posisi pemimpin keluarga ini kepada Jeonha?"

"Kau berpikir terlalu jauh, Yesung sshi. Ah, aku harus kembali ke kantor. Ini untuk latihan selanjutnya." Direktur Kim menyerahkan sebuah kotak hitam yang Sungmin yakin alat terbaru untuk latihannya.

.

.

Malam itu, Sungmin mengendap-endap keluar dari kamarnya setelah waktu tidur berlalu tiga jam. Ia yakin Yesung sudah tertidur pulas di kamarnya sendiri, dan tidak akan memeriksa keadaannya. Sesampai di aula latihan, Sungmin memasukkan keping cakram yang diterimanya dari Yesung saat makan malam ke dalam mesin yang mengatur keseluruhan ruang visual itu.

"Gunakan mode pengamat." Sungmin memberi perintah. Selama ini ia tidak pernah menggunakan mode itu kecuali jika ia ingin melihat ulang hasil latihannya. Melihat sebelum menggunakan bisa berakibat Sungmin mengetahui apa yang akan dihadapinya terlebih dahulu, dan otomatis berpikir bagaimana cara mengatasinya.

Ruangan aula kini berubah penampilan. Sungmin seakan berada di sebuah koridor sempit, di mana makhluk sungai Henggi yang ia pelajari sebagai Lonowe muncul di pintu depan. Di pintu satunya lagi, ia melihat kemunculan sekitar 20 gaekgwi. Tampilan terus berubah hingga di halaman rumah sakit. Lonowe melancarkan serangan tentakelnya ke arah Sungmin.

Seandainya ini mode latihan, Sungmin akan terpental karena tidak menghindar. Tetapi kali ini tentakel itu hanya mengenai tubuhnya seperti sinar lampu. Ia tidak merasakan apapun di tubuhnya. Namun mata namja itu menjadi nanar. Ia memandang semua lawannya dengan perasaan terpukul.

Kyuhyunie bertarung… Jadi yang aku gunakan sebagai alat latihan selama ini, adalah pertarungan Kyuhyunie yang sebenarnya? Dan ini….Lonowe ini… apakah Kyuhyunie baru saja berhadapan dengannya? Musuh sebanyak ini?

"Putar mode pengamat untuk semua keping!" seru Sungmin dengan kemarahan yang mulai menjalari hatinya. Wajah namja itu semakin memerah ketika satu per satu adegan pertarungan terpampang di hadapannya. Tanpa sadar kedua tangannya terkepal begitu kuat di sisi tubuhnya.

"Kata Appa, Kyuhyunie halus cepat becal. Kyuhyunie halus menjaga Min hyung." Kyuhyun yang tengah duduk di pangkuan Sungmin, menatap Sungmin dengan tatapan cemas. Sepasang matanya yang hitam dan besar, mulai tergenang air mata dengan cepat. "Tapi…tapi… Kyuhyunie takut belalang….hiks. Huwaaaaaaaaaa Min hyung dicelang belalaaang! Hiks..."

"Aigoo, dasar Kyuhyunie cengeng. Jangan membayangkan yang aneh-aneh. Mana ada belalang menyerangku eoh? Belalang baik pada Sungmin hyung," hibur Sungmin sambil memeluk Kyuhyun.

"Jeongmal?" Sepasang mata itu kembali menatap Sungmin dengan tatapan ragu. "Kalau begitu, kenapa belalang jahat cama Kyuhyunie?"

Sungmin tergelak melihat raut wajah Kyuhyun yang merengut. Sepasang mata itu menatapnya tajam dengan pipi yang menggembung kemerahan. Sangat kontras dengan kulit Kyuhyun yang begitu putih. Bekas air mata masih menempel di pipi bocah itu sehingga Sungmin menghapusnya dengan lembut.

"Belalang tidak jahat pada Kyuhyunie. Ia hanya ingin melompat memeluk Kyuhyunie yang chubby."

Sungmin memeluk Kyuhyun yang bersandar dengan nyaman di dadanya. Sesekali ia mengelus rambut Kyuhyun yang hitam dan lembut. Semilir angin yang menerpa mereka membuat Kyuhyun mulai mengantuk. Kepalanya terangguk-angguk lucu membuat Sungmin tersenyum.

"Hyung tidak peduli apa yang orang lain katakan pada Kyuhyunie. Sungmin hyung yang akan melindungi Kyuhyunie," bisik Sungmin sambil mempererat pelukannya. "Sungmin hyung akan mengusir belalang, menyalakan lampu di waktu malam, apapun akan Sungmin hyung lakukan untuk menjaga Kyuhyunie. Jangan menangis lagi, arra? Sungmin hyung sedih jika Kyuhyunie menangis."

"Kyuhyunie cayang Min hyung," gumam Kyuhyun yang sudah sangat mengantuk. Tubuhnya melingkar dengan nyaman di pangkuan Sungmin.

"HENTIKAN!" seru Sungmin. Ia benar-benar tidak sanggup melihat lagi. Membayangkan Kyuhyun mengalami semua itu secara langsung membuat Sungmin sangat marah terhadap semua yang membohonginya selama ini. Ia membuka pintu aula dengan kasar, berniat untuk membangunkan Yesung dan menuntut penjelasan.

Sungmin hampir tiba di bangunan utama, ketika kesadaran mendatanginya.

Sungmin sshi, kau tidak boleh gegabah. Yang paling penting adalah menemui Kyuhyun sshi. Mencari tahu apakah dia orang yang sama dengan Kyuhyunie yang dulu. Kalau benar, kau harus mencari tahu mengapa semua orang menutupi keadaan ini. Apa yang sebenarnya yang mereka semua rencanakan?

Meski terasa berat, akhirnya Sungmin kembali ke kamarnya.

Perlahan Sungmin mencari tahu semua yang menjadi pertanyaannya. Ia bisa memastikan bahwa Kyuhyun sshi yang disebut malam itu adalah Kyuhyunie-nya. Selama ini Kyuhyun menggantikan posisinya sebagai pemimpin keluarga sekaligus sebagai guardian Jujak. Namun ia tidak tahu apa tujuan semua itu dan bagaimana Kyuhyun bisa menguasai jurus api.

Dan hari ini, setelah beberapa kali menyelidiki bagaimana cara Direktur Kim datang, Sungmin berhasil keluar dari kediaman amannya menuju dunia nyata. Ia berhasil tiba di perusahaan Direktur Kim untuk menuntut penjelasan sekaligus memaksa namja itu mempertemukan Kyuhyun dengannya.

"Dia tidak bersedia menemuimu." Direktur Kim menatap Sungmin sambil tersenyum. "Kyuhyun sshi juga mengatakan bahwa ia adalah pemimpin resmi keluarga ini. Posisi itu tidak akan ia serahkan kepadamu, Jeonha."

"Mwo? Bagaimana bisa begitu?" Sungmin benar-benar marah. Setelah Direktur Kim tidak dengan serius melayani pertanyaannya, kini Kyuhyun menolak bertemu dengannya, bahkan untuk sekedar berbicara di telepon. "Direktur Kim, katakan padanya, jika dia tidak mau menemuiku, aku akan mengatakan kepada semua orang bahwa akulah guardian Jujak yang sebenarnya!"

.

.

TBC

.

Gomawo buat semua yang sudah membaca dan mereview.

Aku rasa, banyak pertanyaan sudah terjawab di chapter ini.

Mengenai pohon ginkgo, itu memang ada di Korea, bisa dicari di google.

Untuk semuanya, selamat membaca dan

Ditunggu reviewnya
RS ch 42 akan menyusul setelah ini
Kamsahamnida