Title : Shadow Warrior chapter 5

Genre : Friendship/Brothership, fantasy, action, horor

Rating : Fiction T

Cast : Kyuhyun, Siwon, Zhoumi, Leeteuk, Kangin

Disclaimer : All them belong to themselves and GOD.I own only the plot.

Warning : Fanfic just Fanfic, typos, geje , if read don't bash, jangan meng-copy paste meskipun menyertakan nama; Share saja dalam bentuk link ffn, tidak kurang dari itu. Gomawo

Summary :

.

.

Shadow Warrior

Chapter 5

.

Note:

Kyuhyun 17 th

Siwon dan Zhoumi 23 th

Shindong 49 th

Kangin 38 th

Sungmin 20 tahun

Yesung 24 tahun

.

.

Sungmin tersenyum ketika Kyuhyun muncul di kantor Direktur Kim. Ia langsung bangkit berdiri untuk menyalami namja yang masuk dengan wajah kesal itu, namun Kyuhyun menampik dan langsung mengambil tempat di salah satu kursi yang tersedia.

"Kyuh…."

"Sungmin sshi." Kyuhyun memotong kalimat yang bernada riang itu dengan cepat. "Aku sangat sibuk. Kalau saja kau tidak bersikap kekanak-kanakan dan mau menunggu, aku tidak akan menemuimu di sini. Jadi mari kita langsung saja ke pokok persoalan."

Mata Sungmin memicing. Ia begitu senang melihat Kyuhyun sudah bertumbuh menjadi seorang namja yang tampan dan gagah. Namun tampaknya Kyuhyun tidak menyukai pertemuan mereka. Sungmin menurunkan tangannya yang masih terulur, kemudian duduk berhadapan dengan Kyuhyun. Direktur Kim duduk diam di antara kedua namja itu.

"Seperti yang aku bilang di telepon tadi, aku tak akan menyerahkan posisi ini kepadamu, Sungmin sshi."

"Untuk melindungiku? Kau akan menjadi shadow warrior seperti seonsaengnim? Naega appa?" Sungmin bangkit berdiri sambil menggelengkan kepalanya. "Aku tidak memerlukan seorang shadow warrior! Latihanku selama belasan tahun ini bisa membantuku mengalahkan jenderal Agma, menyegelnya, sekaligus melindungi diriku sendiri."

"Pfffft!" Detik selanjutnya, Kyuhyun tergelak. Direktur Kim mengerutkan kening mendengar tawa yang merendahkan itu, begitu pula dengan Sungmin. Kyuhyun menegakkan duduknya, mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan sambil mengukir senyum khasnya. Ia mendengus seakan-akan melihat sesuatu yang lucu. "Shadow warrior? Kau pikir begitu, Sungmin sshi? Sepertinya Yesung sshi terlalu banyak mencekokimu kisah drama. Kehidupan tidak semanis itu."

"Kyuhyun sshi…" Direktur Kim melempar pandangan menegur.

"Itu kenyataan, Direktur Kim. Seharusnya Sungmin sshi melihat seperti apa kediamanku saat ini; Berapa banyak kekuasaan yang aku punya atas perusahaan; Dan tentu saja, berapa banyak uang yang bisa aku gunakan untuk hidup bersenang-senang setiap hari."

Kyuhyun memandang Sungmin yang terdiam dari ujung kepala hingga ke ujung kaki, lalu tersenyum sinis. "Aigoo, Sungmin sshi… Kau ini hidup di jaman modern. Tapi coba lihat gaya berpakaianmu… Kau seperti pemain film kolosal. Apa kau tidak merasa pandangan aneh dari orang-orang di tempat ini?"

Sungmin tidak menjawab, namun ia mengakui kebenaran kata-kata Kyuhyun. Begitu ia turun dari dalam mobil yang membawanya, semua mata memandangnya dengan pandangan aneh. Selama ini, Sungmin selalu menggunakan hanbok setiap hari. Tak satupun pakaian modern yang ia miliki karena di sekitarnya juga mengenakan pakaian yang sejenis dengannya. Ketika mata Kyuhyun menatap heukhwa (sepatu bot tradisional) yang dikenakannya, untuk pertama kali, Sungmin merasa malu dengan penampilannya.

Ia memandang Kyuhyun dan Direktur Kim yang hari itu mengenalan setelan jas. Diam-diam Sungmin mengagumi penampilan Kyuhyun. Jas abu-abu dengan rompi senada di dalamnya, sangat pas dengan warna kulit Kyuhyun yang begitu putih. Kemeja abu-abu muda dengan dasi abu-abu gelap melengkapi penampilan namja itu. Sangat kontras dengan Sungmin yang mengenakan hanbok serba biru tua.

"Sebaiknya lupakan niatmu tadi. Aku akan meminta Direktur Kim memberimu sejumlah uang. Berbelanjalah pakaian sebanyak yang kau mau. Semua yang kau perlukan akan berjalan seperti selama ini. Tapi lupakan keinginan untuk merebut posisiku. Aku takkan memberikannya."

"Kyuhyun sshi!" Direktur Kim kali ini menunjukkan perasaan tidak senangnya dengan jelas, namun Kyuhyun hanya membalasnya dengan pandangan tajam.

Kedua namja itu memperhatikan Sungmin yang masih berdiri dengan diam. Kini Sungmin mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuh, mencoba menahan amarah yang memuncak, hingga membuat kepalanya berdenyut.

"Aku tak percaya akan mendengar kata-ata semacam itu darimu, Kyuhyunie." Sungmin memandang Kyuhyun dengan tatapan nanar. Ia semakin sedih ketika Kyuhyun dengan dingin memandangnya tanpa berkedip, sama sekali berbeda dengan dirinya yang begitu gembira melihat Kyuhyun tadi. "Kau boleh mengejek cara berpakaianku. Tapi aku takkan mundur. Sebelas tahun ini, aku mengunjungi makam yang dibuat Direktur Kim untuk meyakinkanku bahwa kau sudah terbunuh malam itu. Setiap hari pula aku menyesali kenapa aku tidak bisa melindungimu."

Kyuhyun tak bereaksi. Ia hanya diam mendengarkan. Hal itu membuat hati Sungmin semakin sakit, namun ia berusaha menahannya. "Kau mau atau tidak, aku akan mengambil posisiku kembali. Kesenangan yang kau dapat hanya sementara, Kyuhyunie. Kau bisa terbunuh jika terus seperti ini."

"Jangan memanggilku seperti itu. Kita tidak ada hubungan apa-apa." Kyuhyun bangkit berdiri, berjalan hingga ke dekat Sungmin. "Bertarung. Kita tentukan siapa yang menguasai Jujak sesungguhnya. Asal kau tahu, aku juga memiliki tanda lahir yang sama denganmu."

Kyuhyun menarik longgar dasinya, membuka beberapa kancing kemejanya, hingga tanda Jujak di dada kirinya terlihat. Sungmin tertegun. Kyuhyun dengan cepat membetulkan kembali pakaiannya.

"Aku tidak tahu mengapa, tapi sepertinya Jujak kebingungan memilih penerus sehingga kita berdua memiliki tanda lahir darinya." Kyuhyun mengukir evil smirk di wajahnya. Dengan angkuh, ditepuknya wajah Sungmin yang masih mencerna apa dilihatnya tadi. "Kita tentukan siapa yang pantas menjadi guardian Jujak dengan bertarung. Dua hari lagi. Kau setuju?"

Sungmin membuka mulutnya, namun tak ada kata-kata yang keluar. Ia masih bingung dengan adanya dua tanda lahir yang sama. Namja itu mencoba mengingat-ingat kenangan masa kecil mereka. Namun ia dan Kyuhyun tidak pernah begitu dekat. Mereka harus bertemu sembunyi-sembunyi sehingga tak sekalipun Sungmin pernah melihat Kyuhyun di saat mandi. Tanda yang tadi ia lihat, sama persis dengan tanda yang ia miliki sejak lahir.

Apakah Jujak benar-benar bimbang di antara kami? Itukah sebabnya semua orang memintaku tidak berhubungan dengan Kyuhyunie…karena kami sebenarnya adalah rival?

"Jujak tidak mungkin memiliki dua penerus. Kau bisa berpura-pura, tapi jurus apiku bisa membakarmu dalam waktu singkat, Kyuhyunie. Kau tidak mungkin mempunyai jurus api seperti yang kupunya. Kau…"

"Pulanglah, Sungmin sshi." Kyuhyun mengibaskan tangannya, menolak mendengar penjelasan Sungmin lebih lanjut. "Dua hari lagi kita akan bertarung. Aku tak akan segan-segan dalam pertarungan itu. Jadi kau juga tidak perlu sungkan. Jika kau tidak percaya aku juga pewaris Jujak, kau bisa lihat sendiri nanti. Aku pasti mengalahkanmu."

Tanpa menunggu jawaban Sungmin, Kyuhyun melangkah ke pintu, di mana kedua bodyguard-nya menunggu di luar. Ia terkejut ketika Sungmin tiba-tiba menarik bahunya sehingga ia menoleh ke belakang. Sepasang mata coklat berada begitu dekat dengan wajahnya, menatapnya tanpa kedip karena tidak memiliki kelopak. Dalam hitungan detik, belalang coklat itu melompat ke bahunya.

"Belalang? Apa maksudmu dengan ini, Sungmin sshi?" Kyuhyun dengan wajah tidak suka namun tenang, menepis belalang itu. Setelah melemparkan pandangan tajam, ia membuka pintu dan meninggalkan ruangan.

Sungmin memungut belalang tadi dengan wajah sedih. Dimasukkannya serangga itu kembali ke dalam kain berlubang. Padahal ia sengaja membawanya untuk menguji apakah Kyuhyun masih seperti dulu, untuk mencairkan suasana yang ia pikir akan kaku. Di musim gugur banyak sekali belalang di sekitar tempat tinggalnya. Namun ia tak menyangka pertemuan mereka bukan hanya kaku, namun sama sekali tidak menyiratkan kedekatan mereka dahulu.

"Kau serius akan bertarung dengan Kyuhyun sshi, Jeonha?" Direktur Kim bangkit berdiri, mengambil kantung kain itu dari tangan Sungmin.

"Tentu saja aku serius." Sungmin mengangguk yakin. "Kalau dia terbiasa dengan kehidupan mewah yang ia jalani, aku tak keberatan untuk mencukupi semua keperluannya. Tetapi soal posisi Jujak, aku tidak akan menyerah. Kali ini aku bisa melindunginya. Aku tak akan mundur sedikitpun. Dia tidak mungkin memiliki jurus api sekuat yang aku punya…. Sama seperti Seonsaengnim dan Appa."

"Bagaimana jika dia memang Jujak?"

Sungmin terdiam mendengar pertanyaan Direktur Kim.

.

.

Seorang namja mengetuk pintu ruangan Direktur perusahaan pengawalan dan keamanan itu, namun tak terdengar jawaban dari dalam. Seperti biasa, ia membuka pintu dan melangkah masuk untuk meletakkan berkas yang dibawanya. Tak terhitung berapa kali ia ditegur akan sikap lancangnya itu, namun ia tak peduli. Baginya waktu sangat berharga. Jika Direktur Kim tidak berada di tempatnya, ia tak pernah sudi menyia-nyiakan usahanya untuk berjalan ke sana.

Ketika hendak keluar, mata namja itu menangkap seekor serangga yang tergeletak tak berdaya di lantai. Kedua alisnya bertaut melihat belalang malang yang semua kaki dan sayapnya tersebar di sekitarnya. Tanpa berpikir panjang, diinjaknya belalang itu dengan sekali hentak. Namja itu berjongkok setelah menyingkirkan kakinya dari tubuh si belalang yang remuk.

"Mianhe, ini jauh lebih baik daripada kau mati perlahan-lahan atau dikerumuni oleh puluhan semut." Ia mengeluarkan sehelai sapu tangan dari sakunya, lalu mulai memunguti bagian-bagian tubuh belalang dengan wajah prihatin. "Siapa yang melakukan hal sekejam ini kepadamu? Siapa orang yang begitu dia benci, sampai-sampai kau mengalami hal mengerikan ini?"

Tanpa menunggu lebih lama, namja itu keluar dari dalam ruangan, dengan membawa saputangan berisi belalang.

.

.

Siwon dan Zhoumi kebingungan menghadapi sikap Kyuhyun. Semenjak keluar dari ruang Direktur Kim, majikan mereka hanya berdiam diri saja. Di dalam mobil, Kyuhyun duduk tegak dengan kedua telapak tangan terkepal di atas masing-masing lutut. Sesekali ia menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan sambil memejamkan mata.

"Jeonha…." Siwon tak peduli Zhoumi menegurnya lewat tatapan tajam. Ia sudah tak sabar melihat keadaan Kyuhyun. "Jeonha, apa kau sakit? Seharusnya Jeonha tidak memaksakan diri untuk pergi."

Meski tidak setuju dengan Siwon, Zhoumi memperhatikan Kyuhyun dengan seksama. Ia teringat betapa terkejutnya mereka semua saat Kyuhyun memutuskan untuk berangkat menemui Sungmin setelah mendapatkan telepon kedua. Sia-sia Shindong meminta Kyuhyun untuk mengurungkan niatnya hingga beberapa hari ke depan. Kyuhyun justru berhasil memaksa mereka membebat luka di tubuhnya dengan kencang, sehingga ia bisa bergerak sedikit leluasa.

"Jeonha, ada apa sebenarnya?"

Kyuhyun membuka mata mendengar pertanyaan Zhoumi. Ia juga memandang Siwon dengan tatapan menegur. "Bisakah kalian berdua diam? Seorang bodyguard hanya bertugas melindungi. Mereka tidak diijinkan memiliki hubungan terlalu dekat dengan klien. Berbicara jika ditanya, dan menutup telinga serta mulut tentang apapun yang kalian dengar dan lihat selama menjaga klien."

"Memang seharusnya begitu." Zhoumi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Tapi aku merasa aturan itu sedikit aneh. Setidaknya, tidak cocok untuk diriku sendiri."

"Lagipula kita ini lebih dari sekedar bodyguard, Zhoumi-ah. Benar kan, Jeonha?"

Siwon membuat Zhoumi maupun Kyuhyun mengerutkan kening.

"Aku dan Zhoumi-ah menjaga tanpa bayaran, tapi juga dilatih tanpa membayar. Belum lagi penginapan gratis, makanan yang lezat setiap hari, plus kiriman uang untuk keluarga kami di rumah. Aku rasa, kita ini sebuah keluarga. Bukankah begitu, Jeonha?"

Zhoumi memandang Kyuhyun yang tampak menghela napas keras sambil memijat keningnya. Merasa tidak akan mendapatkan apapun meski bertanya kepada Kyuhyun, namja itu beralih kepada Siwon yang masih memasang wajah cerah.

"Kiriman uang? Untuk keluarga?"

"Apa keluargamu tidak memberitahu?" Siwon ganti menatap dengan bingung. "Nae appa mengirim pesan terima kasih beberapa hari lalu karena mendapat kiriman sejumlah uang dariku. Kalau bukan Jeonha yang melakukannya, siapa lagi?"

"Benarkah? Berapa banyak? Lebih besar dari gaji kita sebelumnya? Atau…"

"Jauh lebih besar!" jawab Siwon penuh semangat. Ketika ia menyebutkan jumlahnya, Zhoumi nyaris melompat dari posisi duduknya.

"Jeonha, ternyata diam-diam kau…"

"Bisakah kalian tidak berisik? Apakah pantas membicarakan soal gaji di depanku? Bukan aku yang melakukannya. Aku tidak berniat membayar kalian."

Kata-kata Kyuhyun yang dingin membuat kedua bodyguard itu langsung menutup mulut. Namun diam-diam mereka saling melirik dan melemparkan kode. Mereka tidak mempercayai ucapan Kyuhyun, namun juga penasaran siapa yang mengirimkan uang itu jika benar bukan Kyuhyun yang melakukannya.

Kyuhyun memejamkan matanya kembali sambil menggeleng pelan. "Aku tidak menyangka, berani-beraninya dia melakukan hal itu…" Kyuhyun tanpa sadar bergidik, membuat kedua namja di depannya kembali melemparkan pandangan bertanya satu sama lain.

"Jeonha, kau berbicara tentang Sungmin sshi? Apakah yang ia lakukan sangat mengerikan?"

Zhoumi melemparkan pandangan menegur ke arah Siwon, namun lagi-lagi Siwon tak mempedulikannya.

"Hhh…" Kyuhyun menghela napas sambil mengepalkan tangannya kembali. "Mana mungkin mengerikan? Yang kita hadapi jauh lebih mengerikan daripada seekor…."

"Seekor…?" Kini Zhoumi ikut merasa penasaran, apalagi Kyuhyun tanpa sadar kembali menggidikkan bahu sambil mengatupkan mulutnya.

"Seekor belal….." Kyuhyun tersadar. Ia melihat kedua namja itu mencodongkan diri ke arahnya dengan rasa penasaran. Wajah Kyuhyun langsung memerah. Ia mengibaskan tangannya, berusaha kembali memasang wajah tenang, meski seluruh anggota tubuhnya yang lain tampak tegang.

"Ck, sepertinya Jeonha membutuhkan udara segar." Siwon berbalik ke arah pengemudi dan memerintahkannya menepikan mobil. Sebelum Kyuhyun maupun Zhoumi sempat bereaksi, Siwon keluar dan menarik Kyuhyun bersamanya. Zhoumi bergegas mengikuti meski tidak tahu apa maksud rekannya itu.

Kyuhyun mencoba kembali ke dalam mobil namun Siwon menahannya. "Apa yang kau lakukan? Kita harus kembali ke rumah. Banyak hal yang harus aku latih untuk…"

"Ajussi, jemput kami di tempat ini jam makan siang nanti," kata Siwon yang mendahului Kyuhyun masuk kembali ke dalam mobil. Ia menuliskan sesuatu di secarik kertas lalu memberikannya kepada sang pengemudi sebelum keluar sambil mendorong Kyuhyun.

"Jeonha, kau terlalu muda untuk hidup membosankan seperti ini." Tanpa mempedulikan penolakan Kyuhyun yang kembali hendak membuka pintu mobil. Siwon mengalungkan lengannya ke leher Kyuhyun dan menariknya untuk berjalan menyusuri trotoar bersamanya sementara Zhoumi mengiringi di belakang. Mobil langsung berlalu menuju tempat yang ditunjuk Siwon.

Untuk beberapa saat Kyuhyun berusaha memberontak, namun ketika melihat beberapa pejalan kaki memandang mereka dengan heran, Kyuhyun hanya bisa menarik napas, kemudian melepaskan diri dari Siwon dan berjalan di tengah-tengah mereka dengan tampang masam. Siwon tersenyum puas melihat hal itu, sementara Zhoumi hanya meringis tak tahu harus berpihak pada siapa.

Mereka memasuki jalan Insadong yang padat dengan pertokoan dan para kaki lima. Tak satupun kendaraan melewati tempat itu. Semua orang berjalan kaki. Berbagai makanan, minuman, kerajinan, sepatu, dan pakaian ada di sana. Kyuhyun yang tidak terbiasa datang ke wilayah sepadat itu, merasa sedikit tidak nyaman, apalagi penampilan mereka bertiga yang sangat rapi membuat mereka menjadi pusat perhatian.

"Lepaskan kacamata hitam kalian," bisik Kyuhyun sambil tetap memandang lurus ke depan. Ia berusaha mengacuhkan pandangan orang-orang yang tertuju kepadanya.

"Eh? Waeyo?" Siwon menoleh dengan heran dan baru tersadar bahwa Kyuhyun tidak mengenakan kaca mata hitam. "Jeonha, pakai punyaku saja."

"Yak! Aku tidak mau! Apa kau tidak lihat kita terlalu menyolok?" Kyuhyun menolak namun Siwon tetap menenggerkan kacamatanya di telinga Kyuhyun.

"Hari masih siang. Jeonha bisa memiliki kerutan mata sebelum waktunya jika tidak memakai kacamata hitam." Siwon menatap puas saat kacamatanya tampak pas di wajah Kyuhyun.

"Tenang saja, mereka hanya belum pernah melihat orang setampan kita bertiga." Zhoumi meringis lebar ketika Kyuhyun mengirim tatapan tajam dari balik kacamata.

"Gaekgwi tidak akan menyerang di siang hari. Ayo kita bersenang-senang." Tanpa sadar Siwon menepuk puncak kepala Kyuhyun sambil tersenyum.

Kyuhyun ingin melontarkan protes, namun Zhoumi dan Siwon sudah berjalan di kiri dan kanannya sambil sesekali menunjukkan hal-hal yang mereka suka kepada Kyuhyun. Mereka semakin bersemangat melihat Kyuhyun tampak tertarik, meski majikan mereka berusaha tetap terlihat tenang.

"He ajussi pasti menyukai kipas ini." Kyuhyun berhenti di sebuah kios yang menjual berbagai macam kipas. Ia mengambil salah satunya. Namun baru saja ia hendak mencoba, sang penjual bergerak hendak memukulnya dengan pembersih dari bulu hingga Kyuhyun berjengit kaget. Siwon langsung menarik Kyuhyun mundur dan Zhoumi menahan tongkat pembersih itu.

"Di larang memegang jika tidak membeli!" desis sang penjual dengan marah.

"Mianhe, tuan kami tidak bermaksud jahat. Ia menyukai kipas itu dan ingin membelinya." Zhoumi menoleh ke arah Kyuhyun, memberinya kode untuk mengeluarkan uang. Wajahnya pucat pasi ketika Kyuhyun menggeleng.

"Aku tidak membawa uang. Biasanya He ajussi yang membelikan semua untukku," jawab Kyuhyun dengan wajah polos yang membuat Zhoumi meringis.

"Ajussi, mianhe." Zhoumi mengambil kipas itu dari tangan Kyuhyun dan meletakkannya kembali.

Keduanya menarik Kyuhyun menjauh begitu sang penjual berteriak marah. Mereka bertiga berjalan dengan setengah berlari hingga kira-kira satu blok sebelum berdiri untuk menetralkan napas masing-masing.

"Kenapa kita tidak jadi membelinya? Kipas tadi sangat bagus." Pertanyaan Kyuhyun membuat kedua bodyguard itu kehilangan kata-kata. Baru kali ini mereka melihat Kyuhyun memasang wajah sesuai usianya. Kyuhyun terlihat bingung, kecewa, dan sedikit bersedih.

"Siwon-ah, ini semua salahmu. Apa kau membawa uang?" Zhoumi memandang dengan rekannya dengan perasaan tidak enak.

"Mianhe, aku lupa memikirkan hal ini." Siwon memasang wajah menyesal. Ia melayangkan pandangannya sekeliling, lalu tiba-tiba memasuki sebuah toko bunga. Tak lama kemudian ia keluar dengan wajah cerah. "Jeonha, kau mau beli apa? Biar aku belikan."

Siwon melambaikan uang di tangannya.

"Kau merampok?" Kyuhyun menurunkan kacamata hitamnya sedikit untuk melempar pandangan bertanya kepada Siwon.

"Kau berhutang?" Pertanyaan Zhoumi membuat mata Kyuhyun semakin melebar.

"Aniyo. Pemilik toko bunga ini pernah berkata bahwa aku boleh meminta bantuan apapun padanya karena aku sudah menolongnya beberapa tahun lalu."

"Dan kau memintanya dalam bentuk uang?" Zhoumi terhenyak. "Setelah sekian tahun?"

"Apa aku salah?" Siwon memandang bingung.

"Mimpi apa aku mengenal kalian berdua." Kyuhyun menggeleng. "Ayo kita teruskan perjalanan. Biar He ajussi yang akan mengurusnya nanti."

Kyuhyun mendahului mereka berjalan.

Ketiganya membelanjakan uang yang didapat Siwon untuk sebuah kipas di kios lain yang mereka temui, juga membeli makanan dan minuman. Suasana semakin padat karena jam makan siang tiba. Para pegawai kantor datang ke sana untuk mengunjungi tempat-tempat makan dan jajanan yang tersedia sepanjang jalan.

"Apakah jika bersekolah seperti itu?" Kyuhyun menunjuk serombongan siswa yang lewat di dekat mereka. Para siswa itu memakai kemeja panjang dan sweater gelap yang merupakan seragam saat Korea mulai memasuki musim gugur. Mereka tampak bergerombol membeli makan siang. Zhoumi dan Siwon serentak menoleh ke arah yang ditunjuk Kyuhyun.

"Benar." Zhoumi mendapati mata Kyuhyun mengamati gerombolan siswa itu dengan tertarik. Semua tampak bergurau sambil memilih makanan yang mereka sukai.

"Jeonha…tidak pernah bersekolah?" tanya Siwon dengan nada hati-hati. Ia maupun Zhoumi terkejut ketika Kyuhyun menggeleng.

"Sejak kecil He ajussi mengirim guru-guru terbaik untukku. Aku tidak perlu ke sekolah untuk mempelajari semuanya."

"Tapi Jeonha akan mengikuti ujian masuk universitas kan?"

Kyuhyun hanya tersenyum menjawab pertanyaan Zhoumi. Jangankan memikirkan sebuah cita-cita dan memasuki universitas. Sejak dulu yang ia pikirkan hanyalah cara mengalahkan dan menyegel Jenderal Agma, sampai akhirnya ia sadar bahwa hanya Sungmin yang bisa melakukan hal itu.

Aku ini bukan siapa-siapa, dan tidak akan pernah menjadi siapapun….

"Jeonha, bagaimana kalau besok kita berjalan-jalan lagi? Banyak tempat menyenangkan yang bisa kami tunjukan." Siwon mencoba mencairkan suasana yang tampak kaku. Ia tidak tahan melihat wajah Kyuhyun yang semakin murung.

"Kalian pergi saja. Masih ada hal yang harus aku kerjakan." Kyuhyun teringat tantangannya terhadap Sungmin tadi. "Aku ijinkan kalian berdua pergi tanpaku."

"Mwo?" Siwon dan Zhoumi saling berpandangan. Lagi-lagi Kyuhyun memperlihatkan bahwa ia tidak membutuhkan mereka untuk menjaganya.

"Aku ke kamar kecil sebentar." Kyuhyun menunjuk sebuah bangunan yang bertuliskan restroom. Tanpa menunggu keduanya, sosok Kyuhyun bergerak dengan cepat memasuki tempat itu.

Tiba-tiba serentetan bola api membuat beberapa pohon di sekitar Siwon dan Zhoumi terbakar. Orang-orang berteriak ketakutan dan lari menghindar. Beberapa kios mulai terbungkus oleh api. Siwon dan Zhoumi mencari asal keributan. Di salah satu sudut jalan, tampak seorang kakek berjenggot dan berambut panjang, melemparkan bola-bola api yang keluar dari tangannya. Kakek itu mengenakan baju zirah kuno.

"Ada apa ini? Serangan orang gila seperti di media?" Siwon terhenyak.

"Mereka biasanya menggunakan senapan atau pistol, bukan bola api." Zhoumi tak mempercayai pemandangan di depannya.

Kakek berpenampilan menyeramkan itu meraung dengan keras. Kini tubuhnya berubah mengerikan. Seluruh permukaan tubuhnya menghitam dengan urat-urat berwarna merah keemasan berpijar di seluruh tubuhnya. Matanya tidak lagi seperti manusia, melainkan dari rongga matanya terlihat pijaran api.

"Gaekgwi! Di siang bolong?"

Belum sempat Siwon dan Zhoumi berpikir lebih lanjut, mereka terpaksa berguling menghindari bola api yang datang. Suasana semakin menegangkan karena beberapa orang takut untuk keluar dari balik tempat persembunyian, padahal bola api menyerang ke arah mereka.

Siwon dan Zhoumi melompat menghadang ketika beberapa bola api tertuju pada segerombolan siswa yang bersembunyi di balik meja yang terbalik. Mereka mencoba menyerang dengan pistol, namun setiap kali peluru mendekat, tubuh kakek beserta kudanya menjadi transparan dan peluru lewat begitu saja. Hal itu membuat keduanya urung menembak kembali, takut mengenai orang yang ada di belakang sang kakek. Keduanya meraih apa saja yang bisa dijadikan senjata, dan mulai menyerang sementara siswa yang terjebak mulai berlari menyelamatkan diri.

"Hooo…rupanya ada yang mencoba menjadi pahlawan di sini." Kakek itu tertawa dengan keras. Ia tertawa semakin keras ketika serangan Zhoumi dan Siwon hanya mengenai tempat kosong. Tubuhnya selalu berubah menjadi bayangan tak tersentuh setiap kali serangan datang. Namun saat ia menyerang balik dengan cambuk yang terbentuk dari api di tangannya, Zhoumi dan Siwon terpelanting dengan luka cambukan yang menghitam. Keduanya berteriak kesakitan saat kulit mereka terasa terbakar.

"Siapapun yang menghalangiku, tidak akan selamat!" Kakek itu kembali mengayunkan cambuk apinya.

Namun sebelum cambuk itu melayang, dari belakangnya muncul Kyuhyun dengan pedang di tangan. Namja itu baru saja selesai membuat ruang dimensi untuk mencegah kerusakan lebih lanjut, sekaligus untuk menghilangkan mereka dari pandangan orang lain.

Kyuhyun melompat tinggi melampaui kepala sang kakek dan menebaskan pedangnya sampai ke tanah. Namun ia hanya mengenai ruang kosong. Jangankan terbelah; Sang kakek berselimut api itu justru berbalik ke arahnya dan mengayunkan cambuknya untuk menebas leher Kyuhyun. Kyuhyun tidak sempat menangkis. Ia menekuk tubuhnya ke belakang sehingga cambuk itu lewat di atas tubuhnya. Kyuhyun kemudian bersalto ke belakang untuk menghindari serangan berikutnya. Begitu jarak mereka aman, Kyuhyun kembali maju menyerang. Ia berhasil menebas kakek itu beberapa kali, namun tak ada yang terjadi.

"Jeonha…" Siwon dan Zhoumi bangkit berdiri, mencoba membantu. Namun melihat itu, kakek tadi tidak tinggal diam. Ia melemparkan bola api ke arah keduanya. Namun bola api itu jatuh sebelum terlempar karena Kyuhyun menikam tubuhnya dengan pedang yang kini terselimut jurus api Jujak.

Melihat lawannya tak merasakan apapun, Kyuhyun bergegas mencabut pedangnya, apalagi kali ini sang kakek tidak mengacuhkannya dan kembali mengayunkan cambuk api ke arah Siwon dan Zhoumi. Kedua bodyguard itu masih tidak bisa bergerak karena luka yang mereka alami.

Cambuk api terpental ketika bersentuhan dengan pedang Kyuhyun. Namja itu berdiri di depan Zhoumi dan Siwon dengan pedang di depan tubuhnya. Pedang Kyuhyun masih terselimuti oleh jurus api Jujak.

"Pokaseu halbeoji, seharusnya kau muncul di malam hari. Penampilanmu akan lebih mengesankan." Kyuhyun mengukir smirknya sambil tetap berdiri melindungi Siwon dan Zhoumi. Ia bergeming ketika keduanya meminta Kyuhyun menyingkir.

"Jujak… Ternyata kau guardian Jujak… Pantas pedangmu bisa menangkis seranganku. Tetapi hari ini aku akan membunuhmu!" Pokaseu mendekat sambil tetap duduk di atas kuda. "Kau lihat tadi, jurusmu tidak berpengaruh apapun padaku. Kau bukan lawanku dengan jurus serendah itu."

Pokaseu maju sambil melontarkan bola-bola dan cambuk api. Kyuhyun yang menyadari bahwa sia-sia melawan Pokaseu, memilih menangkis bserangan-serangan itu dengan pedangnya untuk melindungi mereka bertiga, sambil memikirkan cara untuk melawan. Tiba-tiba api yang berpijar di dalam tubuh Pokaseu meredup. Tikaman yang Kyuhyun lakukan tadi seperti lubang hitam yang menghisap api di tubuh Pokaseu. Ia memandang Kyuhyun dengan marah.

"Jujak….kau kulepaskan kali ini. Tapi lain kali, kau tidak akan menang. Kau akan mati di tanganku!"

.

.

Sore itu suasana di aula kediaman Kyuhyun tampak muram. Siwon dan Zhoumi baru saja selesai mengobati luka bakar mereka sementara Kyuhyun duduk di tempatnya, tampak sibuk berpikir. Shindong menyuguhkan segelas teh untuk Kyuhyun, namun Kyuhyun tidak meliriknya sama sekali.

"Bagaimana jika Pokaseu muncul kembali? Jangankan kita, serangan Jeonha juga tidak mempan." Zhoumi menghela napas kecewa.

"Dia gaekgwi yang sangat kuat sampai bisa muncul di siang hari." Siwon memandang Kyuhyun dan Shindong dengan bingung. "Kita bisa mati konyol jika menghadapinya tanpa bisa mengimbanginya sedikitpun."

"Jangan putus asa!" Shindong mendekati keduanya dengan pandangan menegur. "Pasti ada jalan untuk mengalahkannya. Kalau kalian sudah putus asa, kekalahan benar-benar bisa dipastikan."

"Tapi…."

"Meski saat ini tak ada yang bisa mengimbanginya, jika kalian tidak putus asa dan yakin akan menang, keajaiban bisa terjadi." Shindong memotong Siwon yang hendak berbicara.

"Kita harus realistis, ajussi. Kalau cuma dengan itu, kita tidak bisa menang. Kita perlu kekuatan!" seru Zhoumi kesal.

"Kita punya kekuatan itu." Kata-kata Kyuhyun membuat semua menoleh ke arahnya. "Zhoumi sshi, kau salah jika bilang seranganku tidak mempan pada Pokaseu. Bekas tikaman itu melemahkannya."

"Tapi kita tidak bisa mengalahkan dia dengan efek sekecil itu!" Zhoumi tidak mau mengalah.

"Kita hanya perlu jurus api Jujak yang lebih kuat." Kyuhyun menghampiri ketiganya.

"Jeonha…."

"Yang Jeonha katakan benar. Para guardian Jujak, menguasai jurus secara bertahap hingga ke level yang paling tinggi. Masih banyak kemampuan Jeonha yang belum kalian lihat." Shindong tersenyum lebar.

"Aku yakin bisa mengalahkan Pokaseu. Dia hanya salah satu gaekgwi yang kuat, namun belum setingkat dengan Jenderal Agma."

"Kalau begitu, aku tidak khawatir lagi." Zhoumi menghembuskan napas lega. Siwon mengangguk puas.

"Kalian juga harus berlatih meningkatkan kemampuan kalian," tegas Shindong saat wajah Zhoumi dan Siwon kembali cerah.

"MWO?!" Keduanya seketika meringis.

"Biar aku saja yang melakukannya." Kyuhyun mengambil keputusan. "Kalian sembuhkan saja luka-luka kalian."

"Jeonha!" Siwon bangkit berdiri.

"Apa kau tidak memerlukan kami, Jeonha?"

Pertanyaan Zhoumi membuat langkah Kyuhyun untuk meninggalkan ruangan terhenti. "Aku dapat melakukannya sendiri. Guardian Jujak turun temurun menguasai jurus ini. Aku hanya perlu melatihnya."

"Syukurlah." Siwon tersenyum senang. Namun Zhoumi mengerutkan kening. Ia teringat ketidakmampuan Kyuhyun mendeteksi letak kristal.

"Ne, jangan khawatir. Aku hanya belum menguasainya. Lain kali, aku akan menggunakan jurus yang lebih kuat dari biasa." Tanpa menoleh, Kyuhyun meninggalkan ruangan.

Apakah Jeonha benar-benar mampu menguasainya dalam waktu singkat? Zhoumi memandang pintu yang tertutup di belakang Kyuhyun dengan diam.

Kyuhyun sendiri, begitu berada sendirian di dalam kamarnya, memandang diam ke arah sebuah lonceng angin kecil yang tergantung di antara ruang tidur dan ruang belajarnya. Ingatannya melayang jauh ke masa kecil, saat Sungmin mendapati dirinya tengah menangis sendirian di dalam kamarnya yang gelap.

"Huwaaaaaaa Cungmin hyuuuuung! Kyuhyunie takuuuut…hiks!" Saat itu suara tawa Sungmin yang mendekapnya benar-benar membuat Kyuhyun terhibur. Ia tak beranjak sedikitpun dari pangkuan Sungmin.

"Kyuhyunie cengeng. Kenapa selalu kalimat itu yang hyung dapat eoh?" Suara tawa Sungmin kembali berderai, membuat Kyuhyun semakin tenang. Meski Sungmin menggodanya, namun kedua tangan Sungmin memeluk Kyuhyun begitu hangat.

"Coba, lihat apa yang hyung bawa malam ini."

Mata Kyuhyun melebar melihat sebuah lonceng angin mungil terayun di hadapannya. Sungmin menurunkan Kyuhyun dari pangkuan meski Kyuhyun bergumam tidak setuju. Ditariknya meja belajar milik Kyuhyun hingga ke bawah pintu pembatas ruangan. Sungmin juga mengambil beberapa bantal duduk serta yo (*kasur lipat) sehingga ia bisa menalikan lonceng angin itu di antara pintu jika naik ke atas tumpukan tadi.

"Berhasil!" Sungmin berseru gembira ketika lonceng dari metal itu tergantung dengan sempurna.

"Chukkae! Chukkae!" Kyuhyun melompat-lompat kegirangan sambil bertepuk tangan.

"Bagus kan, Kyuh… WHOAAAAAA!" Karena hanya memperhatikan Kyuhyun, Sungmin kehilangan keseimbangan. Ia pun terjatuh bersamaan dengan yo dan bantal yang bergeser dari tempatnya. Sungmin nyaris menjerit ketika sesosok tubuh mungil namun gempal ikut menindih tubuhnya.

"Min hyung! Min hyung! Eh?"

Sebelum Kyuhyun yang menerjangnya kembali menangis, Sungmin langsung membalikkan tubuh Kyuhyun sehingga mereka berbaring bertumpukan di lantai sambil menghadap ke langit-langit ruangan. Tangannya menunjuk ke arah lonceng angin yang berhasil digantungnya tadi, membuat Kyuhyun ikut melihat ke arah yang sama.

"Coba dengarkan…bunyi yang bagus kan? Mulai saat ini, Kyuhyunie tidak boleh menangis karena ketakutan dan kesepian. Setiap lonceng angin ini berbunyi, itu artinya hyung sedang memikirkanmu, arrachi?"

Kyuhyun memandang lonceng besi yang tergantung di kamarnya. Setelah kejadian malam nahas itu, Direktur Kim membawakan beberapa barangnya yang berhasil di selamatkan, salah satunya adalah benda pemberian Sungmin. Kyuhyun menggantung kembali lonceng itu seperti dahulu Sungmin menggantungkannya.

Tidak ada pilihan lain. Aku harus berhasil menguasai jurus Jujak yang lebih kuat dari sekarang. Dan untuk itu aku harus….

"Jeonha…"

Ketukan di pintu membuyarkan lamunan Kyuhyun. Shindong masuk setelah Kyuhyun mempersilahkannya. Tidak seperti biasa, kali ini namja setengah baya itu berlutut di hadapannya.

"Jeonha…"

"Ne, ajussi."

"Bolehkah aku berbicara sesuatu yang penting?"

Kyuhyun tak bereaksi. Ia tahu, cepat atau lambat Shindong akan mengajaknya berbicara mengenai keputusannya. Namja itu mengajak Shindong menuju daecheong. Shindong dipersilahkan memulai setelah Kyuhyun menempati posisinya.

"Jeonha, aku mendengar dari Direktur Kim bahwa Jeonha tidak ingin memberikan posisi kembali kepada Jeo… maksudku Sungmin sshi." Shindong memandang lurus ke arah Kyuhyun. "Ini memang lebih cepat dari perkiraan semula. Tetapi jika Jeonha mengijinkan Sungmin sshi menduduki kembali apa yang memang posisinya, maka…"

"Ajussi, mengapa ajussi berubah pikiran setelah sebelas tahun berlalu?"

Pertanyaan Kyuhyun membuat Shindong tertunduk.

"Sejak awal, Appa dan Direktur Kim sudah merencanakan semua ini, mempersiapkanku untuk mengecoh identitas guardian Jujak. He ajussi juga mengetahuinya."

Shindong tidak berani mengangkat wajahnya memandang Kyuhyun.

"Appa tidak ingin kejadian dengan guardian Jujak sebelumnya terulang. Ia berpesan agar aku benar-benar bertahan hingga Sungmin sshi menguasai jurus tertinggi yang mampu menyegel Jenderal Agma. Kita sudah hampir sampai, ajussi; Meski Sungmin sshi mengetahui semua ini berada di luar perkiraan kita. Aku tampil lebih cepat karena ingin mencari ketiga kristal guardian yang lain. Jika kita bisa menemukan semuanya, maka Sungmin sshi akan semakin kuat. Diketahuinya keberadaanku, sebanding dengan hasil yang bisa kita dapatkan. Yang lebih penting lagi, semua ini sama sekali tidak mengancam keselamatan Sungmin sshi. Jadi jangan menarikku mundur setelah aku mulai bisa menerimanya!"

"Tapi, Jeonha…" Shindong kembali menundukkan wajahnya ketika matanya bertatapan dengan mata Kyuhyun. "Tapi aku tidak bisa…setelah belasan tahun bersama Jeonha, aku tidak bisa membiarkan Jeonha melakukannya!"

Kyuhyun melemparkan pandangan menusuk ke arah Shindong. "Ajussi, jangan memberiku alasan untuk mengusir ajussi dari sini."

"MWO?" Shindong terhenyak. Kali ini ia memberanikan diri memandang Kyuhyun. Hatinya berdesir melihat kesungguhan ucapan namja yang ia asuh selama ini.

"Aku ingin bertanya untuk pertama dan terakhir kalinya." Kyuhyun menunggu Shindong kembali memandangnya, untuk memastikan bahwa Shindong mendengar setiap patah kata yang akan ia ucapkan. "Shindong He, apakah kau bersedia berada di sisiku sampai rencana rahasia ini selesai, ataukah kau ingin mundur?"

"Jeonha!" Shindong menggeleng meski dengan hati yang sangat berat. "Aku akan berada di sisi Jeonha sampai kapanpun."

"Itu baru nae ajussi." Kyuhyun tertawa lega mendengar keputusan Shindong. Ia tidak memperhatikan betapa Shindong diam-diam menangis di dalam hati.

"He ajuciiiii."

Masih jelas diingatan Shindong ketika Kyuhyun menyapanya dengan panggilan itu sambil berlari memeluknya. Dengan gugup Shindong mengibaskan tangannya. "Jeonha, jangan memanggilku seperti itu. Panggil saja Shindongie."

"Wae?" Mata bulat dan hitam itu menatapnya dengan sedih. "Kyuhyunie nakal? Ajucci benci Kyuhyunie?"

Dan detik selanjutnya, tangisan Kyuhyun memenuhi seisi ruangan itu. Dengan panik Shindong yang baru saja bekerja di sana selama beberapa hari, berusaha menenangkannya. Namun Kyuhyun tidak juga berhenti menangis sampai sang appa kembali ke rumah.

"Appa….huwaaaaaa….ajucci benci Kyuhyunie…hiks…hiks…"

Leeteuk mengangkat tubuh Kyuhyun dan menggendongnya sambil tersenyum lembut. Ia mengelus rambut putranya yang masih saja menangis sambil berjalan mendekati Shindong yang segera berlutut memberi hormat.

"Kau pasti kesulitan mengurusnya," kata Leeteuk lembut ketika Shindong meminta maaf kepadanya berulang kali. "Jangan dipikirkan, Kyuhyun-ah memang anak yang cengeng."

Leeteuk tertawa. Diciumnya pipi Kyuhyun yang chubby dengan gemas. Kehadiran sang appa membuat tangis Kyuhyun mereda. Leeteuk kembali tertawa ketika Kyuhyun berusaha mencium, namun yang dilakukan justru melahap pipi Leeteuk.

"Nae anae baru saja meninggal dua minggu lalu." Penjelasan Leeteuk membuat Shindong tertegun. Leeteuk mengelus kepala Kyuhyun dengan penuh sayang. "Ia hanya memilikiku di sini. Meskipun ada anak lainnya, tetapi Kyuhyun-ah hanya bermain di sekitar rumah ini."

Leeteuk memeluk Kyuhyun yang mulai sibuk memainkan wajah sang appa hingga Leeteuk tertawa geli.

"Shindongie, maukah kau mengijinkan Kyuhyun-ah memanggilmu ajussi?" Sepasang mata Leeteuk bersinar lembut ketika Shindong merasa kebingungan dengan permintaannya. "Aku tidak tahu berapa lama akan bisa mendampinginya. Jika kau bisa ia anggap keluarga, aku akan merasa sangat lega."

"Itu sebuah kehormatan untuk saya." Shindong menjura hormat.

"Kau dengar Kyuhyun-ah? Mulai hari ini, kau bisa memanggilnya He ajussi."

"He ajucciiiii!" Kyuhyun menggeliat dalam gendongan Leeteuk, memberi tanda bahwa ia ingin diturunkan. Begitu kedua kakinya menginjak lantai, Kyuhyun menerjang Shindong yang baru saja bangkit dengan wajah cerah. "He ajucciii…"

Shindong tanpa sadar meraba pipinya yang saat itu dilahap dengan keras oleh Kyuhyun. Ia tersenyum getir ketika teringat bahwa waktu kebersamaan mereka mungkin tidak akan lama lagi. Dalam hati, Shindong sedikit menyesal tidak membawa Kyuhyun pergi malam itu, menghilang dan hidup seperti orang biasa lainnya.

Suara pedang yang disarungkan, membuat Shindong terhenyak dari lamunan. Di hadapannya, Kyuhyun dengan hanbok lengkap, tampak bersiap untuk pergi. Pedang yang tergantung di pinggang membuat Shindong menautkan kening. Meski Kyuhyun -dengan bantuan alat yang diciptakan Kibum- selalu membawa pedang kemanapun, namun melihat pedang tersampir begitu saja di pinggang membuat Shindong bertanya-tanya, apalagi melihat penampilan Kyuhyun saat ini.

"Jeonha, kau hendak menemui Sungmin sshi?"

"Ani. Aku hendak ke kuil Jujak." Kyuhyun tertawa melihat wajah Shindong yang tampak khawatir. "Hanya ini satu-satunya jalan aku bisa memperoleh ijin menguasai jurus Jujak yang lebih tinggi, ajussi."

"Naega appa tidak pernah melakukannya."

"Karena itu aku ingin mencoba peruntunganku. Jika aku berhasil, aku bisa bertahan di posisi ini lebih lama. Kalau tidak, mengalahkan Pokaseu apalagi Sungmin sshi merupakan sesuatu yang mustahil."

Shindong ingin melarang namun ia teringat percakapan mereka tadi. Berada jauh dari Kyuhyun bukanlah sesuatu yang ia inginkan. Karena itu Shindong membungkukkan sedikit tubuhnya dan mencoba tersenyum "Semoga Jeonha berhasil."

.

.

Begitu melewati gerbang iljumi yang merupakan batas antara dunia luar dan lingkungan kuil, Kyuhyun disambut oleh seorang pendeta yang sudah lama dikenalnya.

"Jeonha!" Pendeta itu berseru gembira. Ia menghampiri Kyuhyun dan membungkukkan tubuhnya dengan hormat. "Ada perlu apa Jeonha ke tempat ini?"

"Kepala pendeta, aku ingin meminta bantuanmu untuk mempertemukanku dengan ksatria Jujak."

"Ksatria Jujak?" Kepala pendeta itu berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk. "Aku akan membantu sejauh yang aku bisa. Tapi mengenai berhasil tidaknya, itu tergantung Jeonha sendiri."

Kyuhyun mengangguk. Ia tahu sejak awal kalau semua itu akan kembali kepada dirinya sendiri. Setelah sang kepala pendeta mengantarnya ke ruangan khusus yang ada di kuil itu, Kyuhyun mengikuti semua yang diperintahkan oleh kepala pendeta.

"Jeonha, buka matamu sekarang."

Perlahan, Kyuhyun membuka matanya dan mendapati dirinya berada di ruangan yang sangat luas tak bertepi. Ia tidak melihat ujung dan sudut dari tempatnya berada; Ia tidak bisa melihat sejauh mana langit-langit ruangan itu, karena yang terlihat hanya warna merah. Ia bahkan tidak bisa melihat seperti apa lantai yang ia pijak meski semua terasa sangat nyata.

"Jeonha, aku hanya bisa mengantar sampai ke tempat ini," kata sosok kepala pendeta yang berada di sisinya. "Semoga berhasil."

Sosok kepala pendeta menghilang dari pandangan, tinggal Kyuhyun seorang diri di sana, di tempat yang dia tidak tahu apakah merupakan dimensi lain dari dunia yang ia tinggali selama ini atau hanya dunia di dalam pikirannya sendiri.

Matanya memicing ketika sesosok tubuh mendekatinya, lengkap dengan jubah kebesaran ksatria jaman dulu. Lambang Jujak yang tertera di dahinya memberitahu Kyuhyun bahwa ia tengah berhadapan dengan ksatria Jujak, dewa pelindung bagian selatan.

"Ada perlu apa kau memanggilku, kagemusha?" Suara itu berbicara dengan nada berat dan berwibawa.

"Ijinkan aku menggunakan kekuatan Jujak lebih banyak lagi," kata Kyuhyun dengan tegas.

"Kau sudah mendapat tanda di dadamu sebagai bukti bahwa kau diijinkan memiliki kekuatan Jujak hingga batas tertentu. Apa yang membuatmu yakin bahwa aku perlu menmberikanmu hak lebih dari yang sebelumnya?"

"Tiga guardian sudah terbunuh, tinggal Sungmin hyung yang masih hidup. Jika Jenderal Agma tidak berhasil disegel kembali dengan sempurna, dunia akan berada di dalam bahaya. Bukan hanya bagian selatan, namun seluruhnya. Aku memerlukan waktu untuk mengumpulkan 2 kristal lain. Jika Sungmin hyung muncul sekarang, akan sangat berbahaya. Karena itu, pinjamkan kekuatan yang lebih untukku."

Ksatria Jujak menghunus pedangnya, mengarahkan mata pedang itu kepada Kyuhyun. Ia menarik pedang itu ketika Kyuhyun bergeming, sama sekali tidak ada ketakutan di matanya. "Alasanmu sangat kuat. Tapi kata-kata jauh lebih mudah diucapkan daripada dijalankan."

Tiba-tiba ksatria Jujak mengayunkan pedang ke arah Kyuhyun yang segera menghunus pedangnya untuk menangkis. Namun saat serangan kedua datang, tubuhnya terasa sulit digerakkan. Ia hanya bisa memandangi pedang ksatria Jujak yang mengarah kepadanya.

"Arrgh!" Pedang itu menyayat Kyuhyun dari dada hingga ke perut, meninggalkan bekas sobekan dan luka yang mengucurkan darah.

"Tubuhmu tidak bisa bergerak, kagemusha? Itu berarti kau memiliki perasaan takut terhadapku." Ksatria Jujak memandang dingin dari balik topengnya. "Hanya ini tekadmu? Kau tidak lebih baik dari Leeteuk sshi, seorang kagemusha yang gagal melindungi tuannya."

Kyuhyun menggeram marah mendengar kalimat yang mengejek appa yang dikaguminya selama ini. Ia tahu, Leeteuk menyesali kematian Hankyung yang lebih dahulu terbunuh daripada dirinya; Menyesali ketidakberadaannya di sisi Hankyung ketika jenderal Agma menyerang; Karena itulah Leeteuk berpesan agar Kyuhyun tidak mengulangi kesalahan yang sama. Namun mendengar hal itu dari orang lain terasa sangat berbeda. Kyuhyun tahu betapa kerasnya Leeteuk sudah berusaha dari tulisan-tulisan yang ditinggalkan Leeteuk untuknya.

Ksatria Jujak menebaskan pedangnya, menimbulkan sebentuk garis api di udara yang ditebasnya tadi, ketika Kyuhyun datang menyerang. Pedang Kyuhyun tertahan oleh garis api itu, bahkan Kyuhyun kesulitan untuk menarik pedangnya kembali. Saat itulah ksatria Jujak melukai pergelangan tangannya sehingga Kyuhyun terpaksa melepaskan pedangnya. Tidak cukup dengan hal itu, ksatria Jujak melayangkan kakinya hingga Kyuhyun terjungkal ke belakang. Garis api tadi padam. Kyuhyun segera meraih kembali pedangnya yang terjatuh bersamaan dengan menghilangnya garis api.

Kyuhyun kembali menyerang. Sekali lagi ksatria Jujak membuat garis api hanya dengan satu sabetan pedang. Saat Kyuhyun berusaha melewatinya, Ksatria jujak melancarkan tenaga dari tangannya yang kosong. Garis api itu terdorong dan menghantam Kyuhyun, membuat Kyuhyun terpental dan tersungkur.

Ksatria Jujak menghampiri Kyuhyun. Ujung pedangnya yang tajam ditempatkannya di bawah dagu Kyuhyun yang masih tertelungkup.

"Kau masih ingin mencoba?" Ujung pedang yang terus naik, membuat terpaksa Kyuhyun bangkit sebelum pedang itu melukai dagunya. "Apapun jawabanmu, kagemusha, kau tidak akan bisa mengalahkanku."

"Aku belum menyerah."

Ksatria Jujak mundur, memberi kesempatan Kyuhyun untuk kembali bertarung. Kyuhyun kembali melancarkan serangan, namun ksatria Jujak dengan mudah menghindar. Hanya dengan punggung pedang, ksatria Jujak menohok perut Kyuhyun yang terluka hingga terpental ke belakang. Namun Kyuhyun berhasil mendarat dengan kaki berpijak tegak.

Belum sempat menarik napas, tiba-tiba ksatria Jujak sudah berada di dekatnya dan menyerang. Kyuhyun berhasil menangkis untuk kemudian melompat menjauh. Luka-luka di tubuhnya baik yang lama maupun yang baru saja terjadi, membuat kondisi Kyuhyun melemah. Napasnya mulai memburu dan pandangannya kabur.

Hyung tidak peduli apa yang orang lain katakan pada Kyuhyunie. Sungmin hyung yang akan melindungi Kyuhyunie. Kata-kata Sungmin membuat Kyuhyun mencoba sekuat mungkin mengabaikan rasa sakit yang menghinggapinya.

Sungmin hyung, aku juga akan melindungimu.

Kyuhyun kembali menyerang, namun pedangnya selalu mengenai ruang kosong. Ketika ksatria Jujak balik menyerang, Kyuhyun menangkis dengan pedangnya. Kekuatan Jujak begitu besar sehingga Kyuhyun harus menggunakan kedua tangan untuk menahan serangan, dan sebelah kakinya ditekuk untuk menguatkan posisi.

Ksatria jujak menarik serangannya sehingga Kyuhyun menarik pula pedangnya. Kyuhyun tak menyangka itu hanya tipuan. Pedang ksatria jujak bergerak kembali begitu cepat sehingga mengenai pahanya yang tengah ditekuk. Sebelum Kyuhyun bisa berbuat banyak, ksatria Jujak menarik mundur pedangnya, membuat seluruh bilah pedang itu meninggalkan irisan yang dalam. Kyuhyun berteriak kesakitan bersamaan dengan tersemburnya darah dari kakinya.

Kini luka di dada dan perut, juga paha semakin melemahkan Kyuhyun. Dengan susah payah namja itu mencoba bangkit berdiri. Digenggamnya pedangnya dengan kedua tangan, mencoba fokus kepada serangan, bukan kepada kondisi tubuhnya. Kyuhyun kembali menyerang maupun berkelit menghindar. Lagi-lagi ia gagal menyentuh ksatria Jujak.

"Lambat!" Ksatria Jujak menangkap tangan Kyuhyun dan memutarnya, sehingga Kyuhyun berteriak kesakitan.

Mati-matian Kyuhyun berusaha tetap memegang pedangnya. Meski begitu, tenaganya mulai habis. Ia tak berdaya saat ksatria Jujak membalikkan tubuhnya sambil mendorong agar Kyuhyun menjauh. Belum lagi Kyuhyun berpijak dengan kokoh, pedang ksatria Jujak menyayat punggungnya, sehingga tubuh Kyuhyun melengkung ke belakang karena menahan sakit.

"Kau masih bisa bertarung?"

Kyuhyun tidak menjawab. Ia berbalik, kembali menyerang ksatria Jujak. Untuk kesekian kalinya Kyuhyun gagal dan jatuh terkapar. Ia tengah mengatur napasnya ketika ksatria Jujak mendekat. Dengan kecepatan yang luar biasa, ksatria Jujak menikamkan pedang ke kaki Kyuhyun yang tidak terluka. Pedang itu ditancapkan tegak lurus, hingga Kyuhyun seperti terpaku ke lantai.

"AAARRRGGGHHH!"

Kyuhyun meraung kesakitan, namun kali ini ksatria Jujak tidak menarik pedangnya. Ia memegang pedang itu dengan kuat sementara Kyuhyun berusaha meronta melepaskan diri. Kyuhyun mencoba mencabut pedang itu dengan tangan yang tidak memegang pedang, namun posisinya yang tergeletak membuatnya tidak memiliki tenaga lebih untuk menarik.

"Sebaiknya kau menyerah, kagemusha. Jangankan bertarung. Melepaskan dirimu saja kau tidak sanggup."

"Aku…belum kalah! AAAARRRRRRRRGGGGHHH!"

Kyuhyun bergelung kesakitan ketika ksatria Jujak memutar pedangnya, membuat luka tikaman tadi melebar. Rasa sakit meningkat dengan pesat hingga membuat Kyuhyun nyaris kehilangan kesadarannya.

"Menyerahlah, kagemusha. Kau tidak akan pernah menang melawanku."

.

.

TBC

.

Gomawo buat semu ayang sudah membaca dan mereview

(*bow)

Kamsahamnida