Title : Shadow Warrior chapter 7
Genre : Friendship/Brothership, fantasy, action, horor
Rating : Fiction T
Cast : Kyuhyun, Leeteuk, Sungmin, Yesung, Kangin, Kibum, Donghae
Disclaimer : All them belong to themselves and GOD. I own only the plot.
Warning : Fanfic just Fanfic, typos, geje , if read don't bash, jangan meng-copy paste meskipun menyertakan nama; Share saja dalam bentuk link ffn, tidak kurang dari itu. Gomawo
Summary :
Shadow Warrior
Chapter 7
Laboratorium itu sangat luas untuk dihuni seorang diri jika saja tak ada berbagai macam peralatan yang berguna untuk penelitian di dalamnya. Kibum tidak keberatan dengan semua itu, karena di sinilah surga baginya, di mana ia bisa meneliti berbagai macam hal yang menarik perhatiannya. Hanya yang menarik perhatiannya. Direktur Kim tahu percuma saja meminta Kibum meneliti sesuatu yang tidak ia sukai. Ia hanya meneliti dan membuat semua hal yang ia sukai.
Hampir semua.
Wajah yang sebenarnya manis namun dingin itu terlihat merengut untuk beberapa saat.
Dua tahun lalu seseorang menerobos masuk ke surganya yang tenang tanpa permisi, hal terlarang yang bahkan tidak dilakukan oleh Direktur Kim. Penerobos itu dengan tenangnya mengitari laboratorium setelah memberi salam, tidak mempedulikan pandangan tidak suka yang ia lontarkan sejelas mungkin. Juga tidak memikirkan mengapa Kibum tidak membalas sapaannya.
"Laboratorium yang bagus."
Pujian itu tidak membuat Kibum berubah. Ia tetap mempertahankan sikapnya semula, namun diam-diam matanya mulai mengamati sosok yang mengotori wilayah kekuasaannya. Meski terlihat begitu tenang ditambah gaya pakaiannya yang sangat resmi, Kibum berani bertaruh sosok itu lebih muda darinya. Usianya kira-kira 15 tahun. Kibum sendiri berusia 16 tahun belum lama ini.
Direktur Kim merekrutnya sebelum Kibum menamatkan kuliah di usia 12 tahun. Semua biaya penelitiannya dibayar penuh. Di saat mahasiswa yang lain sibuk mencari lowongan setelah lulus, Kibum melenggang dengan pasti ke perusahaan pengawalan dan keamanan milik Direktur Kim.
Empat tahun berada di perusahaan ini membuatnya tahu sosok yang sekarang berdiri di depannya memiliki kekuasaan khusus sehingga bisa melewati penjagaan ketat yang selalu siaga 24 jam menjaga semua jalur ke laboratoriumnya.
"Kamu tidak menyukai kedatanganku?"
Pertanyaan yang lugas itu membuat Kibum terkejut. Ia kini benar-benar memandang wajah di hadapannya. Raut wajah itu tampak tenang, berbanding terbalik dengan kata-katanya. Tak ada rasa kesal atas sikap yang Kibum tunjukan. Tak ada perasaan tersinggung karena Kibum tidak menyambut sosoknya yang –seharusnya- berkuasa.
"Apakah jawabanku penting?"
"Sama sekali tidak."
Lagi-lagi jawaban tajam yang dilontarkan dengan sikap tenang itu membuat Kibum terhenyak.
"Kita tidak peduli satu sama lain. Itu bukan masalah. Tapi aku suka semua hasil penelitianmu. Kita akan bekerja sama dengan baik."
"Aku tidak suka meneliti yang tidak aku sukai!" tegas Kibum.
"Itu juga bukan masalah. Aku akan membuatmu menyukai apa yang aku inginkan."
Senyum menyeringai yang muncul di wajah itu membuat Kibum tanpa sadar menggumamkan kata 'evil' dengan keras. Dan ketika seringaian itu semakin lebar setelah mendengar kata-katanya, Kibum yakin dugaannya benar.
Sosok itu benar-benar penjelmaan evil paling mengerikan yang pernah dibayangkan oleh Kibum. Dengan wajah tampan kekanak-kanakan dikombinasi sepasang mata hitam yang tampak begitu kelam dan dingin, tak seorangpun tahu jalan pikiran sosok yang kemudian dikenal Kibum sebagai Kyuhyun. Meski begitu, Kyuhyun benar-benar bisa membuatnya menyukai apapun yang Kyuhyun inginkan. Kibum merasa dirinya seperti dihipnotis sehingga semua kata-kata Kyuhyun adalah napas baginya, yang ia ambil begitu saja tanpa berpikir panjang, seakan-akan Kibum tak bisa hidup jika menolaknya.
Sama seperti benda yang satu ini.
Kibum kembali dari lamunannya. Ia mengambil sebuah pulpen berbahan stainless yang ada di meja kerjanya, memeriksa untuk kesekian kali, memastikan semua dalam keadaan yang ia inginkan, tepatnya seperti yang Kyuhyun inginkan.
Tiba-tiba pintu laboratorium terbuka.
"Bagaimana kabar kelincimu?"
Kibum menatap sosok yang dua tahun ini selalu menerobos tempatnya tanpa permisi dengan kening berkerut. Aku kalang kabut membereskan alat ini setelah dia menelepon setengah jam yang lalu, dan yang dia tanyakan adalah kelinciku?!
Dua sosok tinggi menjulang yang mengiringi di belakang Kyuhyun membuat Kibum langsung maklum mengapa Kyuhyun bertanya hal lain. Namun kehadiran orang asing membuatnya merasa tidak nyaman.
"Siapa mereka, Kyuhyun sshi?"
Pertanyaan Kibum langsung dibalas oleh Zhoumi dan Siwon dengan senyum lebar, namun Kibum tidak tersenyum sedikitpun.
"Siwon imnida dan di sebelahku ini na…."
"Aku tidak bertanya pada kalian!" Kibum melemparkan pandangan tajam yang membuat Kibum dan Zhoumi terdiam seketika. "Kyuhyun sshi, mereka…."
"Mereka pengawal yang menjagaku. Tapi sebenarnya aku yang menjaga mereka." Kyuhyun menghampiri kandang kelinci yang terdapat di salah satu sisi ruangan. Ia mengerutkan kening melihat sisa makanan tersisa di sana. "Kau memberi mereka wortel?"
"Percobaan waktu itu tidak memperoleh hasil yang memuaskan." Kibum mendekat. Ia mengambil sebidang papan berisi catatan penelitian, lalu menyerahkannya kepada Kyuhyun. "Selama sebulan aku membiasakan mereka untuk memakan rumput laut. Kau tahu maksudku. Aku pikir rumput laut jauh lebih bagus daripada rumput biasa, jika dilihat dari kandungan gizinya. Tapi ternyata setelah diberi makan selama sebulan…."
"Aku baru mendengar kelinci diberi makan rumput laut," gumam Zhoumi dengan wajah tercengang.
"Jeonha, aku tahu niat namja ini baik. Tetapi, bisakah kita membiarkan kelinci makan makanannya yang biasa?"
"TIDAK BISA!"
Zhoumi dan Siwon terhenyak oleh hardikan Kibum. Peneliti muda itu menampakkan rasa tidak senangnya dengan jelas. Ia memandang Kyuhyun dengan wajah merah padam.
"Kyuhyun sshi, apakah mereka ini benar-benar pengawal? Tidakkah mereka diajarkan untuk berdiri tenang di belakang seakan mereka berada di dunia yang terpisah dari kita? Don't look, don't ask, and don't talk! Mereka hanya menjaga kita; Tidak berhubungan dengan kita!"
Ketika Kyuhyun memandang keduanya, Zhoumi dan Siwon hanya bisa berdiam diri, siap mendapat teguran dari Kyuhyun karena sudah mempermalukannya di depan orang lain.
"Mereka berbeda, Kibum sshi." Keduanya tertegun saat Kyuhyun hanya tersenyum tipis. "Kalian berdua berjaga di luar pintu saja. Takkan ada apa-apa di sini."
Kalimat pembelaan Kyuhyun yang singkat, memukul keduanya dengan telak melebihi kalimat teguran apapun. Karena itu Zhoumi dan Siwon keluar dari laboratorium tanpa membantah sama sekali.
"Aku tidak akan berbicara apapun lagi ketika ada orang lain." Siwon tertunduk dengan wajah mengernyit. Melihat orang lain menegur Kyuhyun karena sikapnya, sedangkan Kyuhyun sama sekali tidak menyangkal, membuat perasaannya sangat sakit. "Don't look, don't ask, and don't talk… Apakah itu sebuah keharusan?"
Zhoumi memandang Siwon dan mengangguk. "Kau lebih banyak di pengawalan situasi genting seperti perang dan penyelamatan sandera eoh? Untuk pengawalan pribadi memang benar yang dikatakannya… Apapun yang klien kita perbuat selama dalam pengawalan kita, kita tak boleh ikut campur. Tugas kita hanya mengawal mereka, tidak lebih, dan tidak kurang."
"Itu menyedihkan… Aku tidak bisa membayangkan harus berdiam diri saja di dekat Jeonha."
"Bukankah Jeonha sudah mengatakan bahwa kita berbeda?"
"Itu tidak membuat perasaanku lebih baik. Di depan orang lain, aku akan mencoba menjaga mulutku."
"Kita akan saling mengingatkan," hibur Zhoumi meski perasaannya tidak berbeda jauh dengan Siwon.
Siwon mengangguk pelan. Mereka berdiri di sisi kiri dan kanan pintu dengan diam, tidak ada lagi gurauan seperti biasa. Keduanya sibuk merenungkan kata-kata yang baru saja dilontarkan Kibum.
.
.
Di dalam laboratorium, Kyuhyun masih menunggu Kibum menerangkan alasannya membatalkan penelitian; Ide penelitian yang dikeluarkan Kibum sendiri tanpa campur tangan siapapun.
"Tidak ada perubahan yang nyata setelah mereka mengkonsumsi rumput laut." Kibum melanjutkan keterangannya. "Karena biaya mendapatkan rumput laut jauh lebih tinggi dari rumput biasa maupun wortel, aku rasa lebih baik mereka makan seperti biasa."
Kyuhyun tersenyum lebar melihat Kibum tampak sangat kecewa. "Direktur Kim lebih suka kau meneliti yang berhubungan dengan perusahaan ini. Jangan meneliti makanan kelinci."
Kibum tidak menjawab. Ia mengangsurkan pulpen yang sedari tadi dipegangnya.
"Ini neuralyzer yang kupesan? Bentuk pulpen lagi?" Kyuhyun meraih pulpen itu dan mengamatinya.
"Kau tidak cocok membawa tongkat tumpul ke mana-mana seperti di film MIB, Kyuhyun sshi." Kibum meringis. "Sebaiknya kau tidak menonton film sci fi. Itu akan menambah pekerjaanku."
"Tapi kau juga menyukainya bukan? Merasa senang ketika berhasil membuatnya?"
Kibum menghembuskan napas dengan keras ketika tidak berhasil menyanggah kata-kata Kyuhyun. Baginya, ide Kyuhyun selalu menarik, dan Kyuhyun selalu bisa membuatnya tertantang untuk mencoba membuatnya. Hal itu lebih menarik lagi karena Kyuhyun memintanya meneliti secara diam-diam, tanpa sepengetahuan siapapun termasuk Direktur Kim.
"Neuralyzer ini sudah dicoba?"
"Sejujurnya aku belum pernah menggunakan hal ini kepada manusia." Kibum mengambil pulpen berukuran sekitar 15 cm itu. Ia menunjuk ke bagian tangkai pulpen dan menekannya. Seketika itu juga setengah bagian pulpen terangkat ke atas, menunjukkan bagian dalam yang lebih ramping. Ada 3 gerigi yang tersusun rapi di sana dan sebuah layar digital kecil. "Tekan tangkainya untuk menggunakan. Setelah bagian dalam tampak, tunggu hingga bagian itu menyala hijau, yang berarti alat dalam keadaan siap. Tentukan rentang waktu yang ingin kau hilangkan dari ingatan mereka. Silinder paling atas adalah satuan menit. Hanya tersedia 15, 30, 45, dan 60 menit. Silinder di bagian tengah adalah satuan jam; 3, 6, 9, dan 12 jam."
"Silinder paling bawah untuk hari?"
"Tepat. Digital paling bawah lagi, berfungsi untuk mengatur tahun. Otomatis dimunculkan tahun saat ini. Kau bisa memundurkannya dengan menekan tombol di sisi kiri layar. Setelah semua sesuai dengan yang kau inginkan, tekan tombol ini untuk mengaktifkannya." Kibum menunjuk tombol di bagian atas layar digital. "Jangan gunakan hitungan hari dan tahun. Alat ini belum selesai. Aku hanya bisa menjamin pada hitungan jam dan menit."
"Pengaturannya harus dilakukan dengan cepat agar tidak dicurigai," gumam Kyuhyun.
"Alat ini baru dicoba untuk menghilangkan dan mengembalikan ingatan pada tikus. Aku berusaha sebisa mungkin meniru kemampuan alat fiksi di MIB, di mana impuls elektronik pada otak diisolasi dengan kilatan cahaya. Kau punya waktu 40 detik untuk menanamkan ingatan baru di tempat yang diinginkan. Kita bisa membentuk memori, menghapus memori itu, dan kita bisa mengaktifkannya kembali sesuka hati, dengan menerapkan stimulus yang selektif untuk memperkuat atau melemahkan hubungan sinaptik. Tapi tidak bisa dihindari jika rangsangan tertentu akan membuat mereka mengalami déjà vu."
"Alat ini untuk memperlemah bukan?"
"Sesuai permintaanmu, Kyuhyun sshi. Untuk memperlemah." Kibum tersenyum puas. "Alat ini melemahkan koneksi sinaptik, bisa menanamkan ingatan baru di tempat yang diinginkan. Aku rasa alat ini akan sangat berguna untuk penderita gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Kita bisa membuat mereka melupakan kejadian buruk, dan kembali hidup normal tanpa dihantui kenangan itu."
"Kau bilang sudah berhasil melakukan yang sebaliknya juga."
"Aku selalu meneliti secara dua arah." Kibum tersenyum. "Beta amiloid peptida pada otak penderita Alzheimer melemahkan koneksi sinaptik. Dengan alat yang berfungsi sebaliknya, yaitu memperkuat koneksi sinaptik, maka kita bisa memiliki kemungkinan baru untuk pengobatan Alzheimer."
Kyuhyun meraih pulpen itu dan menyentuh tiap gerigi, namun tidak memutarnya sedikitpun.
Berapa lama waktu yang kuperlukan untuk mendapatkan kedua kristal lainnya?
Kibum tak dapat menahan rasa penasarannya lebih lama lagi, rasa yang ia tahan berbulan-bulan sejak Kyuhyun memintanya membuat alat itu. Kibum mengamati Kyuhyun yang masih saja terdiam memperhatikan deretan angka-angka penunjuk menit, jam, juga nama-nama hari yang terdapat di sana. "Sebenarnya kau ingin melakukan apa dengan alat ini? Pasti tidak seperti yang aku sebutkan tadi."
Kyuhyun menatap Kibum dengan wajah tanpa ekspresi, sebelum akhirnya mengangguk. "Aku hanya tertarik dengan alat ini, aku pikir suatu hari nanti aku akan membutuhkannya. Tidak kusangka aku memerlukannya hari ini."
Kibum mengerutkan kening.
"Kibum sshi, sebentar lagi akan ada pertandingan antara aku dan Sungmin sshi. Sebagai salah satu orang yang dipercaya Direktur Kim, kau pasti mengetahuinya."
Kibum mengangguk.
"Apapun hasil pertandingan itu, aku ingin menghapus ingatan semua yang melihat."
"Mwo?" Kibum menggelengkan kepalanya dengan kuat. "Apa kau tahu Direktur Kim mengundang banyak orang? Juga media?"
Kali ini Kyuhyun yang terkejut. "Aku pikir hanya orang dalam yang diundang."
"Entahlah, yang aku tahu, beberapa media penting diundang sebagai saksi."
Kyuhyun berjalan beberapa langkah menjauh, berusaha berpikir cepat untuk mengatasi keadaan yang di luar dugaannya.
"Kibum sshi, apakah alat ini bisa mempengaruhi banyak orang di dalam aula besar?"
"Aku harus memperkuatnya."
"Kalau begitu, lekas lakukan." Kyuhyun mengangsurkan neuralyzer di tangannya. "Bagaimana caraku menanamkan ingatan baru?"
"Mereka seperti dihipnotis selama 40 detik. Kau harus memikirkan ingatan apa yang ingin kau tanam pada mereka sebelum pengaruhnya hilang." Kibum menghela napas panjang. "Begini saja, karena kekuatannya diubah, aku akan membantumu mengatur semuanya dari sini. Kau cukup mengaktifkan neuralyzer. Aku akan memasang alat untuk memperkuat efeknya di dalam ruangan itu. Tapi aku harus mengatur waktunya secara manual dari sini. Alat ini terhubung dengan wifi milikku."
"Atur saja waktunya, tepat saat acara hendak di mulai."
"Kenapa kau menginginkan pertandingan ini dihapus?"
"Karena pertandingan itu seharusnya tidak pernah ada."
Kibum ingin bertanya banyak hal, namun jawaban tegas dari Kyuhyun membuatnya mengerti bahwa ia tidak boleh menanyakan apapun lagi.
"Baiklah. Aku akan merubahnya untukmu."
"Itu bagus. Kerjakan secepatnya. Aku akan beristirahat sebentar di sini. Setelah itu, akan ada beberapa hal yang ingin kubicarakan denganmu."
Kyuhyun menuju sofa tunggal yang dipenuhi tumpukan buku. Ia menurunkan semua buku itu agar bisa membaringkan tubuhnya yang demam di sana. Namun sehelai saputangan yang terlipat menjadi segiempat, menarik perhatianya.
Ketika Kyuhyun membuka sapu tangan itu, ia nyaris saja melemparkannya sejauh mungkin. Dengan cepat Kyuhyun menutup kembali dan meletakkannya di tumpukan teratas. Hal itu tidak lepas dari pengamatan Kibum.
"Kau tidak menyukai belalang, Kyuhyun sshi?"
"Kau suka menyimpan remukan tubuh belalang?"
Pertanyaan Kyuhyun membuat Kibum tersenyum lebar.
"Apa kata-kataku lucu?" Kyuhyun sedikit merasa tersinggung. Sudah cukup dua hari ini ia dibuat terkejut oleh makhluk kecil bermata coklat. Ia tidak memerlukan kejutan lainnya.
"Mianhe, aku hanya merasa lega. Bukan mengejekmu."
"Lega?"
"Ne, setidaknya aku jadi yakin bukan kau yang melakukan tindakan kejam itu."
"Jadi bukan kau yang meremukkannya?"
"Tentu saja aku, tapi itu untuk mempersingkat penderitaannya."
"Maksudmu?"
"Aku menemukan belalang itu hidup dengan semua tungkainya dicabut dari tubuhnya."
"Mwo?!"
"Belalang itu ada di ruangan Direktur Kim. Menurutmu siapa yang melakukannya?"
Di ruangan Kim ajussi? Kyuhyun mencoba mengingat apa yang terjadi kemarin saat Sungmin mengeluarkan belalang itu untuk menakutinya. Aku tidak tahu apa yang terjadi setelah aku menepis belalang itu. Tetapi, mana mungkin Sungmin hyung melakukannya? Lalu siapa? Kim ajussi? Selama ini Kim ajussi orang yang sangat sabar dan lembut seperti Appa. Tidak mungkin. Pasti ada orang lain.
Mata Kyuhyun terhenti pada Kibum.
"Kau yakin bukan kau yang melakukannya?"
"Ck." Kibum berdecak, lalu memutar tubuhnya memunggungi Kyuhyun. Ia mulai sibuk membongkar neuralyzer. "Tidurlah. Wajahmu sudah sepucat mayat. Daripada alat ini, kau lebih memerlukan obat peningkat stamina."
"Bangunkan aku setengah jam lagi." Kyuhyun merebahkan tubuhnya di sofa, mencoba mengabaikan belalang dan hal-hal lainnya. Hanya perlu waktu sebentar sebelum Kyuhyun terlelap.
Diam-diam Kibum menekan sebuah remote yang terdapat di dekatnya. Ia menghidupkan pemancar infra merah yang dia tanamkan di sofa itu.
"Apa yang kau lakukan?"
Kibum nyaris berjengkit mendengarnya. Ia menoleh dan mendapati Kyuhyun masih berbaring sambil memejamkan mata. Namun ia tahu namja itu belum tertidur seperti dugaannya. Atau mungkin terbangun karena kewaspadaan yang terlatih selama belasan tahun.
"Kau membutuhkan lebih dari sekedar tidur setengah jam, Kyuhyun sshi. Pancaran infra merah akan membantumu beristirahat lebih baik. Aku selalu menggunakannya."
"Oh, begitu."
Kyuhyun menyamankan posisi, kemudian kembali berbaring diam. Kali ini Kibum tidak yakin apakah Kyuhyun benar-benar tertidur pulas. Dan hal itu membuatnya cemas.
"Ck, kenapa aku jadi memperhatikanmu seperti ini?"
Kibum teringat ketika ia mengetahui siapa Kyuhyun sebenarnya. Ia merasa tidak enak telah bersikap kurang ajar kepada pewaris perusahaan pengawalan dan keamanan tempatnya bekerja, namun Kyuhyun justru memarahinya ketika Kibum berlaku hormat.
"Aku tidak memerlukan hormatmu. Sudah banyak orang yang melakukannya. Aku hanya ingin kau melakukan penelitian untukku. Kau boleh menolak atau menyanggah, karena dua orang yang berpikir akan lebih baik daripada satu orang. Jika kau tidak bisa melupakan siapa aku, sebaiknya kau keluar dari sini saat ini juga."
Kibum menghembuskan napas dengan keras mengingat kata-kata itu. Sebagian dari dirinya merasa terhina, ingin berontak dan pergi, namun sebagian lagi menahannya meninggalkan semua fasilitas ini. Tidak. Sebenarnya bukan fasilitas ini yang menahan langkahnya, melainkan namja yang kini berbaring di sofa, yang ada kaitan dengan seseorang yang menyelamatkan hidupnya, sewaktu Kibum berusia 7 tahun.
Sebelas tahun lalu, Kibum selalu dijauhi karena dianggap aneh dan memiliki pemikiran yang berbeda dengan anak-anak lainnya di sekolah. Itu sebabnya saat melakukan studi tour ke perusahaan pengawalan dan keamanan untuk melihat bagaimana cara melindungi rumah mereka dengan baik, bagaimana cara mengatasi ketika keadaan darurat terjadi, Kibum diam-diam menyelinap pergi dari rombongan. Ia tahu tidak akan ada yang menyadari bahwa ia menghilang sampai saat pemeriksaan nama sebelum naik ke atas bis dilakukan. Kibum menyusuri koridor-koridor sepi, menembakkan pistol yang pelurunya terbuat dari gel lengket untuk melapisi kamera pengawas, sehingga ia bisa memasuki bagian-bagian yang menarik rasa ingin tahunya tanpa ketahuan. Setidaknya itu yang ia pikirkan.
Kibum tak dapat menahan rasa takjub ketika tiba di sebuah ruangan yang terdiri dari silinder-silinder kaca, di mana di dalamnya terpajang berbagai macam senjata yang digunakan tim pengawal sejak perusahaan itu berdiri hingga saat ini.
"Belum waktunya kau bergaul dengan senjata seperti ini, Kibum goon."
Kibum berbalik dengan cepat, hendak menembakkan pistol gel-nya ketika orang itu, entah bagaimana, sudah merebut senjata buatannya begitu saja. Kibum bahkan tidak melihat gerakan tangan itu. Wajahnya pucat pasi. Ia bersandar rapat pada salah satu silinder kaca, berharap tubuhnya bisa masuk ke dalam sana agar tidak tertangkap.
"Ba…bagaimana kau tahu namaku?"
Orang itu tertawa, tawa yang begitu lembut yang sudah lama tidak Kibum dengar dari keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Semua berubah ketika mereka mengetahui betapa anehnya dia, dengan ketertarikan yang besar kepada senjata dan hal-hal yang tidak seharusnya dipikirkan oleh anak berusia 7 tahun. Tetapi orang yang kini berjongkok di depannya sehingga mata mereka sejajar, tampaknya memiliki penilaian yang berbeda.
"Mengetahui namamu adalah hal yang mudah. Semua yang masuk ke gedung ini, langsung dicari datanya dan disimpan di komputer pusat kami. Semua hal dari alamat rumah, jumlah pinjaman bank, anggota keluarga, di mana kau terakhir menggunakan kartu kreditmu, bahkan kunjungan dokter yang kau lakukan…. Kami harus memastikan bisa melacak siapapun yang keluar dengan mencuri sesuatu dari sini. Semua barang bawaan juga terdeteksi, termasuk….pistol gel yang kau bawa." Mata orang itu ikut tertawa, sama seperti yang dilakukan mulutnya. Kibum merasa orang itu berbicara jujur. "Boleh aku lihat pistol buatanmu?"
Kibum merutuki dirinya yang tanpa ragu mengangguk. Matanya tidak lepas memandang orang di depannya, benar-benar berharap orang itu akan mengomentari pistol buatannya, hal yang tidak pernah ia harapkan dari orang lain sejak setahun lalu. Ia sempat membanggakan apapun yang ia buat, tetapi yang ia terima adalah kecaman dan tatapan aneh. Namun hari ini, harapan itu kembali mengintip di dalam hatinya. Harapan untuk diterima oleh seseorang, siapapun itu.
"Kau cerdas. Sangat cerdas." Orang itu mengusap kepalanya dengan mata yang menatap kagum. Kibum mengerjap tak percaya, namun ketika ia memandang sekali lagi, tatapan kagum itu tetap ada di sana. "Kenapa orang secerdas dirimu memisahkan diri dari rombongan? Kau tahu itu sangat berbahaya, bahkan untuk anak yang bisa merakit sebuah pistol berpeluru gel."
Orang itu memasang tatapan menegur yang berbeda. Orang itu menegur karena mencemaskannya. Lagi-lagi Kibum dibuat tersentuh oleh perhatian orang asing itu, sesuatu hal yang sudah lama tidak ia rasakan. Karenanya, tanpa bisa ditahan lagi, Kibum menangis dengan keras, begitu keras sehingga orang itu memeluknya.
Kibum tidak ingat berapa lama ia menangis, namun orang itu terus memeluknya hingga tangisannya reda. Wajah Kibum memerah karena malu telah bersikap kekanak-kanakan, namun orang itu hanya tersenyum lembut sambil mengusap kepalanya.
"Mianhamnida. Aku pasti sudah membuat Anda repot."
Orang itu tertawa sambil kembali mengusap kepala Kibum.
"Selama ini, aku selalu dianggap aneh. Apa yang aku lakukan dianggap salah dan mengerikan, bahkan oleh orangtuaku. Karena itu, ketika Anda tidak memarahiku, aku…." Kibum tak bisa menemukan kata-kata yang pantas ia ucapkan. Tangan mungilnya kembali menghapus air mata yang masih mengalir. "Appa dan Eomma mulai ikut menganggapku aneh, setelah aku melemparkan Yoora dari atas balkon ke halaman rumah."
"Yoora?"
"Kucingku." Kibum kembali terisak. "Aku hanya ingin tahu, bagaimana seekor kucing bisa hidup setelah jatuh dari ketinggian. Tapi…tapi…"
Orang itu merangkul Kibum dan memeluknya erat ketika Kibum kembali menangis dengan keras. Kibum masih mengingat dengan jelas bagaimana kedua orangtuanya menatapnya seakan ia melakukan hal yang tidak termaafkan. Hal itu membuat Kibum sangat bingung dan terluka.
"Kibum goon, aku tahu ini hal yang tidak pantas aku harapkan dari seorang anak berusia tujuh tahun. Tapi aku rasa kau jauh lebih dewasa dari itu."
Kibum memandang orang yang kini berjongkok kembali di depannya dengan tatapan bingung.
"Kau lihat ini?" Tiba-tiba orang itu membuka telapak tangannya yang berubah menjadi pijaran api. Kibum mundur ketakutan, namun rasa ingin tahunya menahan kakinya untuk menjauh lebih dari itu. "Lihat, orang normal akan berlari ketakutan keluar dari ruangan ini. Tetapi kau, tetap berada di depanku untuk melihat lebih lanjut apa yang sebenarnya terjadi."
"Siapa Anda?" Kibum bertanya dengan suara tercekat. Matanya tak lepas memandang api yang terus menyala itu.
"Ah, maaf aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Leeteuk."
"Leeteuk sshi…?"
Leeteuk tertawa melihat kebingungan Kibum. "Kau boleh memanggilku ajussi. Tapi aku akan lebih menyukai kau memanggilku Leeteuk sshi seperti tadi."
"Anda terlalu tua."
Leeteuk tergelak dan mengusap rambut Kibum dengan gemas. Kibum tersenyum. Ia mulai menyukai cara Leeteuk mengusap rambutnya.
"Kadang, kita harus bisa menyembunyikan kelebihan yang kita miliki, karena bagi orang lain hal itu mungkin dianggap aneh atau bahkan mengerikan."
Kata-kata Leeteuk membuat Kibum terdiam. Ia menurut saat Leeteuk memberinya kode untuk duduk bersamanya di sofa yang ada di ruangan itu. Leeteuk sudah melenyapkan api di tangannya. Kini ia memandang Kibum dengan wajah serius.
"Aku tidak memintamu berbohong ataupun tidak menjadi dirimu sendiri. Sampai ada orang-orang yang menerima kemampuanmu itu, sebaiknya kau menyembunyikannya. Kau bisa menyelidiki hal-hal yang kau inginkan lewat membaca. Banyak hal yang sebenarnya sudah terjawab oleh para peneliti sebelumnya. Jika ada yang masih membuatmu penasaran, tunggulah hingga saatnya tepat, misalkan setelah kau kuliah. Penelitian yang kau lakukan tidak akan dianggap aneh karena kau melakukannya di saat yang tepat."
Kibum mencoba mencerna kalimat itu dengan pemikiran kanak-kanaknya. Meski ia tidak mengerti dengan baik, ia bisa mengerti bahwa Leeteuk memintanya untuk bersabar dan menghilangkan kebiasaannya melakukan sesuatu secara langsung di depan orang lain.
"Apakah Leeteuk sshi juga menyembunyikan kemampuan tadi?"
"Tentu saja." Leeteuk tersenyum.
"Itu kemampuan yang mengagumkan. Kemampuanku mengerikan. Mungkin aku akan menjadi pembunuh psikopat, seperti kata teman-temanku." Kibum tertunduk sedih.
"Kuberi tahu satu rahasia, Kibum sshi. Aku juga orang yang mengerikan. Maukah kau menjaga rahasia yang akan kuberitahu nanti?"
"Apa itu?" Kibum menengadah dengan rasa tertarik. Ia terkejut ketika mata Leeteuk tiba-tiba berubah sangat gelap. Warna hitam memenuhi bola mata Leeteuk. Darah Kibum serasa membeku ketika menatapnya. Napasnya terhenti beberapa detik. Ia sampai tersungkur ke depan dengan tubuh lemas ketika mata itu kembali normal.
"Aku seorang demon."
"Mwo?!" Kibum tak percaya orang dengan senyum selembut itu mengaku dirinya demon. Tetapi mata hitam yang seperti mampu mencabut nyawanya tadi….
"Kibum goon, kau masih muda. Jalanmu masih panjang. Jangan biarkan siapapun menentukan seperti apa kau kelak. Kau adalah apa yang kau percayai. Jika kau ingin menjadi orang baik, kau bisa melakukannya, seberat apapun itu."
"Aku bukan demon." Kibum menatap dengan tidak senang, membuat Leeteuk tergelak.
"Nah, kau tahu kau bukan demon. Kau adalah anak kecil dengan keingintahuan yang luar biasa, dan kemampuan untuk menemukan jawaban yang kau inginkan. Kau hanya perlu menunggu saat yang tepat. Sampai saat itu tiba, di mana orang-orang akan mengakui kemampuanmu, kau harus tetap hidup dengan bahagia. Arrachi?"
"Bagaimana aku bisa bahagia? Appa dan Eomma sudah menganggapku aneh, begitu juga guru dan teman-temanku…"
"Semua itu karena mereka takut dengan kemampuanmu." Leeteuk tersenyum dan kembali mengusap kepala Kibum dengan lembut. "Cobalah kembali mendekati mereka, lakukan yang biasa anak lain lakukan. Meski perlu waktu lama, aku yakin mereka akan menerimamu kembali dan melupakan semua yang pernah terjadi."
"Kenapa kau memberitahuku bahwa kau….seorang demon?"
Saat itu Leeteuk hanya tersenyum dan mengusap kepalanya dengan lembut. Sampai saat ini, Kibum tidak tahu mengapa Leeteuk memberitahunya. Tapi ia juga tidak tahu apakah kata-kata Leeteuk itu benar, bahwa dia adalah seorang demon. Yang Kibum tahu setelah memasuki perusahaan ini dan dekat dengan Direktur Kim, Leeteuk adalah guardian Jujak.
Kibum memejamkan matanya, tersenyum setelah membayangkan kejadian masa lalu yang mengubah hidupnya. Seperti yang Leeteuk katakan, Kibum memerlukan waktu bertahun-tahun untuk memulihkan hubungannya dengan kedua orang tuanya. Ia mencoba memindahkan rasa ingin tahunya kepada kegiatan sekolah dan olah raga. Ia mengubah dirinya dari anak aneh menjadi anak yang pandai, yang mendapat nilai sempurna di semua mata pelajaran dan olahraga. Ia mencari tahu sekolah yang menerima lompatan kelas untuk membuatnya tidak bosan dengan pelajaran yang terlalu mudah. Hal itu membuat bangga kedua orang tuanya, menimbulkan rasa kagum teman-temannya. Kibum tak pernah melupakan semua kebaikan Leeteuk yang mengubah hidupnya, meski ia tak pernah bertemu dengan Leeteuk untuk kedua kali.
Ia menerima tawaran Direktur Kim di bangku kuliah, setelah menolak begitu banyak tawaran dari perusahaan lain yang lebih besar. Alasannya karena perusahaan itu adalah perusahaan di mana ia bertemu Leeteuk. Harapan Kibum untuk kembali bertemu pupus ketika suatu hari ia tahu dari Direktur Kim bahwa Leeteuk sudah tiada.
Dan Kyuhyun sshi adalah anak dari Leeteuk sshi. Kibum memindahkan perhatiannya dari neuralyzer kepada Kyuhyun. Aku ingin melihatmu memimpin perusahaan ini, Kyuhyun sshi. Aku ingin tahu apa yang akan kau lakukan dengan kekuasaanmu saat itu. Sepertinya akan menarik.
Kibum tersenyum membayangkannya. "Uhm, sebaiknya aku menyelesaikan ini sebelum kau terbangun. Impianku tidak akan terwujud kalau kau memecatku bukan?"
Namja itu menghalau semua pikiran lain dan mulai berkonsentrasi penuh pada alat di depannya.
.
.
Kim Young-Woon keluar dari dalam ruang kantor ketika pertandingan akan dimulai 15 menit lagi. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat pintu menuju aula besar dilengkapi sensor yang bisa mendeteksi logam dan peralatan elektronik. Sebuah meja panjang ada di sana mendampingi meja penerima tamu, dijaga oleh dua orang yang bertugas memberi label pada barang-barang yang harus ditinggalkan di luar.
"Kami dari pihak media yang diundang!" Terdengar salah satu wartawan menolak untuk meninggalkan barang-barangnya. Ia terlihat lega ketika melihat kedatangan Kim Young-Woon . "Direktur Kim, tolong beritahu pegawai Anda bahwa kami sudah dapat ijin untuk meliput."
"Biarkan dia membawa kamera dan peralatan lainnya," ujar Kim Young-Woon di tengah keheranannya akan situasi yang sedang terjadi.
"Mianhamnida, Direktur Kim, tetapi kami diperintahkan untuk menahan semua peralatan media dan kamera, termasuk alat-alat yang bisa merekam baik secara audio dan video."
"Jika tahu seperti ini, aku akan membawa kamera tersembunyi," keluh sang wartawan.
Kim Young-Woon menggeleng. "Sensor yang kami miliki mampu mendeteksi benda apapun yang memiliki pancaran sinyal dan semacamnya. Apa Anda pikir kemampuan kami serendah itu?"
Wartawan yang ditegur menjadi pucat. Dengan wajah memerah karena malu dan cemas, ia meminta maaf dan memasuki ruangan tanpa banyak bertanya lagi. Kim Young-Woon mencoba menahan kemarahannya di depan para tamu yang sudah cukup kesal dengan kebijakan mendadak itu.
"Siapa yang memberi perintah sehingga kalian berani mengabaikanku?" tanya Kim Young-Woon sambil tersenyum, namun suaranya yang dingin membuat pegawai di bagian penitipan barang menjadi ketakutan.
"Mianhamnida, Sajangnim. Perintah ini datang dengan kode Level 1."
Level 1 adalah perintah tertinggi yang ada di perusahaan itu, yang berarti pemberi perintah adalah pemilik perusahaan ini, yaitu Sungmin sshi. Tapi Kim Young-Woon yakin bahwa bukan Sungmin yang melakukannya melainkan Kyuhyun, orang yang berperan sebagai Sungmin. Ia hendak mencari namja itu ketika sosok Kyuhyun muncul dari ruangan di samping aula, yang biasa digunakan tim multimedia untuk mengatur sound system dan keperluan pertemuan lainnya.
"Apa yang kau lakukan, Kyuhyun sshi?" tanya Kim Young-Woon dengan suara yang hanya bisa didengar mereka berdua.
Kyuhyun memberi kode agar Siwon dan Zhoumi mengambil jarak sebelum menjawab pertanyaan Kim Young-Woon, yang ia yakin sedang marah besar terhadapnya. "Aku hanya memastikan tak ada rekaman apapun yang keluar dari ruangan itu setelah pertandingan selesai."
"Kau tidak berhak melakukannya!" desis Kim Young-Woon mencoba bersabar. "Setidaknya kalau kau keberatan dengan media yang aku undang, kau bisa memintaku yang melakukannya, bukan dengan cara seperti ini."
"Jadi aku tidak berhak memutuskan hal itu?" Tatapan Kyuhyun yang tajam membuat Kim Young-Woon terdiam. "Kalau Direktur Kim ingin menarikku dari posisi ini, lakukan saja sekarang. Aku akan pergi bersama He ajussi dan hidup menjauh dari kalian semua. Aku sama sekali tidak keberatan."
"Kau tidak boleh melakukannya! Sungmin sshi belum siap untuk menghadapi Jenderal Agma!" Kim Young-Woon mati-matian menahan suaranya tetap serendah mungkin, meski kepalan tangannya yang erat menunjukkan kemarahannya sudah mencapai batas yang hampir tak bisa ia tahan.
"Kalau begitu, bersabarlah dengan kebijakan yang aku ambil, Direktur Kim." Kyuhyun menjawab sambil tersenyum, senyum yang sama sekali berbeda dengan milik Leeteuk. Jika Leeteuk selalu tersenyum lembut dan menenangkan, senyuman Kyuhyun lebih terlihat seperti seringai mengejek. "Bersabarlah beberapa bulan. Direktur Kim tidak akan menunggu terlalu lama."
Kyuhyun tidak menunggu reaksi Kim Young-Woon selanjutnya. Ia kembali memantau situasi di depan pintu aula, memastikan semua berjalan lancar dengan kedua pengawal yang berjaga di sisinya. Sesekali ia memandang Kim Young-Woon yang masih berdiri dikejauhan, mengawasi agar tak ada hal lain yang akan mengganggu. Kyuhyun ingin acara berlangsung seperti keinginannya, juga beberapa hal lain yang sudah ia rencanakan bersama Kibum tadi.
Kebiasaan Kim Young-Woon untuk hadir di saat-saat terakhir menguntungkan Kyuhyun. Ia bisa membiarkan Kibum dengan leluasa memasang alat-alat yang diperlukan di dalam ruangan sebelum ada seorangpun yang masuk. Kibum juga memasang sebuah alat berfrekuensi tinggi yang mampu merusak alat elektronik yang lolos dari mesin pemindai, sehingga semua terjamin dengan baik. Neuralyzer tidak dibiarkan berada di dalam ruangan itu, sampai semua tamu sudah masuk dan waktu yang diperlukan Kibum untuk merusak semua alat elektronik tercukupi.
"Zhoumi! Siwon!"
"Siap!"
"Kalian berjaga di depan ruang multimedia. Jangan biarkan seorangpun masuk. Semua sound system dan peralatan yang diperlukan sudah diatur langsung oleh Kibum sshi dari laboratorium."
Zhoumi dan Siwon berpandangan dengan perasaan khawatir.
"Jeonha, apakah kami tidak perlu mendampingi Anda?"
"Ne, bagaimana jika di dalam terjadi sesuatu?"
Kyuhyun menepuk pundak keduanya sekaligus. "Tugas kalian adalah menjaga ruangan itu, kalau perlu dengan nyawa kalian, arrachi? Jangan biarkan seekor seranggapun memasukinya."
"Itu terlalu berlebihan," ringis Siwon.
"Kalian juga berlebihan jika mencemaskanku," bisik Kyuhyun sambil menyeringai. "Dan ingat, jangan ada yang berani menyentuh kue dan permen milikku, atau kalian akan aku gantung sepanjang hari di salah satu pohon, menjadi makanan semut dan tontonan banyak orang."
"MWO?!"
Kyuhyun tertawa kecil setelah mengatakannya. Ia berjalan memasuki aula begitu Kibum memberi pesan bahwa sudah aman membawa neuralyzer masuk ke dalam ruangan.
Siwon dan Zhoumi terpaksa menurut. Mereka kini berjaga di sisi kiri dan kanan pintu yang Kyuhyun tunjuk, tidak akan membiarkan siapapun memasukinya.
.
.
Aula yang dipakai untuk pertandingan adalah ruangan terbesar di dalam gedung. Mereka biasa menggunakannya untuk pesta yang diadakan perusahaan, namun kali ini kursi-kursi diatur di salah satu sisi ruangan, dengan sebuah lapisan pelindung transparan yang mengamankan para tamu undangan dari serangan yang mungkin mengarah ke deretan penonton. Di dinding sebelah kiri, terdapat lapisan tambahan, sebuah dinding virtual yang mampu mengukur kekuatan serangan.
Kim Young-Woon - setelah berhasil menenangkan dirinya - berdiri untuk menyampaikan kata sambutan sekaligus permintaan maaf atas perubahan pengamanan acara, di mana semua alat media dan elektronik harus dititipkan di luar ruangan.
"Hari ini kita akan menyaksikan pertandingan dari Sungmin sshi dan Kyuhyun sshi, untuk menentukan siapakah dari antara mereka berdua yang pantas menyandang status sebagai Guardian Jujak, sekaligus pemimpin utama perusahaan ini. Kami mengundang kalian semua untuk bertindak sebagai saksi." Kim Young-Woon memberi kode agar Kyuhyun dan Sungmin memasuki arena.
Kyuhyun yang tidak didampingi siapapun, maju ke tengah arena, berdiri di sisi Kim Young-Woon .
"Jeonha, kau pasti bisa!" Yesung berseru memberi semangat, sehingga Sungmin tersenyum lebar sebelum memasuki arena. Namun senyum itu menghilang setelah melihat Kyuhyun tampak tidak sehat. Meski Kyuhyun berusaha terlihat biasa, namun dari jarak sedekat sekarang, Sungmin bisa melihat betapa pucatnya wajah namja itu, dan peluh mengalir lebih banyak dari yang seharusnya. Hal yang aneh mengingat pendingin ruangan bekerja maksimal untuk menjamin kenyamanan semua orang yang berada di dalamnya.
"Kyuhyunie, kau sakit?"
Kyuhyun tidak menjawab. Ia justru memandang Sungmin dengan tatapan dingin.
"Pertama, kita akan melakukan pertandingan kekuatan jurus Jujak," kata Kim Young-Woon memecah suasana. "Karena jurus ini bisa mematikan, maka kedua peserta tidak akan bertarung secara langsung. Mereka akan menyerang dinding virtual bersamaan untuk mengukur kekuatan yang mereka capai. Guardian Jujak yang asli, pasti memiliki jurus yang jauh lebih kuat dari yang lain. Siapapun yang menang, pertandingan akan disudahi ditahap pertama. Tetapi jika tidak, maka babak kedua akan dilakukan, yaitu pertandingan pedang."
"Aku merasa seperti jangkrik yang dipertandingkan," gumam Sungmin mencoba bergurau. "Kau suka jangkrik, Kyuhyunie?"
Kyuhyun lagi-lagi menatap Sungmin dengan tajam. "Sungmin sshi, pikiranmu selalu tentang serangga? Bersiaplah. Aku tidak akan kalah darimu."
"Itu mustahil." Sungmin tersenyum. "Aku adalah guardian Jujak yang sebenarnya. Aku tidak akan kalah darimu, Kyuhyunie. Hyung tidak percaya dengan semua kata-katamu."
"Kita lihat saja nanti."
Sungmin tertegun melihat kepercayaan diri Kyuhyun. Namun ia tetap yakin bahwa Kyuhyun telah menjadi kagemusha selama ini, sama seperti yang Leeteuk lakukan. Karena keyakinan itu, ia tanpa sadar tidak mengeluarkan kekuatannya secara penuh. Kesalahan yang fatal, karena ketika pengukuran menyebutkan mereka sebanding, Sungmin terpaksa menerima kenyataan bahwa apa yang dikatakan Kyuhyun mungkin benar. Jujak masih menimbang di antara mereka berdua.
"Kenapa bisa? Kenapa kekuatannya bisa sama?" Sungmin mundur selangkah melihat angka yang tertera di dinding virtual.
Tiba-tiba tubuh Kyuhyun yang berdiri di sisinya limbung. Dengan cepat Sungmin menjatuhkan pedangnya dan merangkul Kyuhyun sehingga tidak tersungkur. Betapa kagetnya ia ketika tubuh Kyuhyun terasa begitu panas.
"Kyuhyunie, kau tidak apa-apa?"
Kyuhyun bersandar pada Sungmin dengan napas memburu. Pandangannya mulai gelap. Dipejamkannya matanya, berharap tubuhnya bisa bertahan sebentar lagi hingga babak kedua selesai. Peluh mengalir begitu deras sehingga mengganggu penglihatannya. Ia bisa merasakan Sungmin menghapus peluh yang menutupi mata, hidung, dan mulutnya dengan lengan hanbok yang Sungmin kenakan.
"Bertahanlah…bertahanlah, Kyuhyunie…"
Suara itu masih seperti dulu, sanggup membuat Kyuhyun merasa tenang dan membaik. Kyuhyun membiarkan Sungmin menopang dan mengeringkan peluhnya beberapa saat sampai napasnya kembali normal dan pandangannya tidak lagi kabur.
Perlahan, Kyuhyun mendorong Sungmin menjauh. Ia mencoba berdiri tegak dengan tubuh yang terasa lemas. Kyuhyun tahu, jika pertandingan tadi dilakukan sekali lagi, ia tidak akan bisa mengeluarkan jurus Jujak. Sejak menerimanya kemarin, Kyuhyun sudah memakai begitu banyak, melampaui kemampuan tubuhnya.
Sungmin hyung sama sekali tidak kepayahan setelah mengeluarkan tenaga sebesar tadi. Dia benar-benar guardian Jujak. Seandainya Sungmin hyung sudah menguasai jurus Jujak tertinggi….
"Kyuhyunie, kita batalkan saja pertandingan ini. Mianhe, hyung tidak bermaksud memaksamu melakukannya sekarang. Tiba-tiba rencana berubah dan aku pikir…"
"Jangan meremehkanku!" desisan Kyuhyun membuat Sungmin terdiam. "Kau pikir Jenderal Agma akan menunggu kita siap? Kau pikir dia dan anak buahnya akan berhenti menyerang saat kita lemah? Mereka justru akan mencari saat-saat seperti itu! Sungmin sshi, apa kau tidak tahu apa yang kau hadapi sebenarnya?"
"Tapi…"
"Kita lanjutkan. Jangan segan-segan padaku, karena aku juga tidak main-main!" Kyuhyun berjalan kembali ke dalam arena setelah tadi mereka menyingkir untuk menyaksikan penghitungan nilai.
Kyuhyun hendak bersiap untuk melakukan babak kedua, yaitu pertandingan pedang. Tetapi baru berjalan beberapa langkah, ia nyaris terhuyung sehingga Sungmin bergerak untuk menahannya.
"Lepaskan!" Kyuhyun menepis tangan Sungmin dan mulai berdiri berhadapan di tengah arena, dengan kedua tangan memegang pedang.
Sungmin benar-benar khawatir. Sikap tubuh Kyuhyun memperlihatkan dengan jelas bahwa Kyuhyun bisa tumbang kapan saja bahkan tanpa perlu bertarung. "Kyuhyunie, kita tunda saja pertandingan ini…"
Aish! Aku harus secepatnya menyelesaikan pertarungan ini, atau aku akan kalah….Aku tidak boleh kalah dari Sungmin hyung. Aku harus memenangkan pertarungan ini!
"Direktur Kim, bisa kita mulai?" tanya Kyuhyun dengan keras tanpa melepaskan pandangan dari Sungmin.
"Direktur Kim, Kyuhyunie tidak sehat, sebaiknya kita…"
"Direktur Kim, Jenderal Agma tidak akan bersabar menunggu kita siap mengalahkannya!"
Perkataan Kyuhyun membuat Kim Young-Woon maklum. "Kyuhyun sshi benar. Tak ada alasan apapun untuk menundanya. Para saksi sudah menunggu."
Sungmin akhirnya bersiap di tengah arena. Ia tahu percuma membujuk Kyuhyun untuk menunda pertandingan.
"Kyuhyunie, jangan memaksakan diri," kata Sungmin sambil bersiaga.
"Perhatikan langkahmu!" Tiba-tiba Kyuhyun menyerang, membuat Sungmin melompat menghindar. Sungmin sama sekali tidak membalasnya, bahkan menyarungkan pedangnya, membuat Kyuhyun merasa kesal karena pertandingan bisa berlangsung lama. Hal itu akan merugikan untuknya.
"Apa kau benar-benar penerus Jujak?" Kyuhyun mencibir. "Kau seharusnya lebih kuat dari ini, tidak hanya menghindar seperti pengecut!"
Kyuhyun ikut menyarungkan pedangnya, melancarkan tendangan dan pukulan kepada Sungmin yang masih saja tidak balas menyerang melainkan hanya mundur dan menangkis, hingga suatu kali tendangan Kyuhyun bersarang di dada Sungmin. Tubuh Sungmin terjungkal ke belakang membentur dinding.
Tanpa memberi kesempatan Sungmin bangkit, Kyuhyun kembali melancarkan tendangan yang langsung ditangkis Sungmin dengan lengannya. Sungmin meringis ketika lengannya terasa sakit. Kyuhyun melancarkan serangan dengan tenaga penuh, benar-benar di luar dugaannya. Jika tubuhnya tidak terlatih selama ini, Sungmin yakin lengannya akan patah oleh tendangan itu.
"Kyuhyunie, kurangi tenagamu, kau bisa tumbang!" seru Sungmin sambil bergerak ke tengah arena, menghindari dirinya terpojok.
"Jangan bercanda!" Kyuhyun bergerak begitu cepat hingga tendangannya kembali menghantam Sungmin. Tubuh Sungmin bergulingan di lantai menahan sakit. "Aku masih bisa membuatmu tersungkur!"
Kyuhyun meloncat tinggi, melancarkan tendangan ke arah Sungmin yang masih terbaring di lantai. Sungmin melompat bangkit di saat terakhir, mencoba menangkis menggunakan tendangan juga. Keduanya terpental karena kekuatan serangan lawan. Sungmin yang kesakitan, belum sempat bangkit ketika Kyuhyun sudah berdiri di dekatnya sambil mengacungkan pedang yang masih berada di dalam sarungnya.
Sungmin bergerak saat Kyuhyun menarik mundur pedangnya. Namun dalam sekejap mata, pedang Kyuhyun sudah kembali terhunus di hadapan Sungmin. Kilatan pedang itu tampak begitu tajam, setajam mata namja yang memegangnya.
"Aku masih mampu menebas lehermu seketika, sebelum kau menarik pedangmu keluar dari sarungnya!" Mata Kyuhyun berkilat marah. "Sungmin sshi, berapa lama waktu yang kau perlukan untuk menghunus pedang? Lawan tidak akan menunggumu!"
Kyuhyun menarik pedangnya dari leher Sungmin sekali lagi, namun kemudian melancarkan serangan. Sungmin dengan kecepatan yang sama berhasil menarik keluar pedangnya untuk menangkis serangan Kyuhyun. Ia kini sadar Kyuhyun tidak bermain-main. Jika Sungmin terlambat, maka wajahnya akan terbelah dua saat ini.
"Kyuhyunie, kau berniat membunuhku?" Sungmin memandang tak percaya. Ia berhasil memperlebar jarak di antara mereka sehingga bisa mengamati Kyuhyun dengan leluasa, sekaligus mencoba membaca serangan selanjutnya.
"Kau masih mengasihaniku? Tidak mau menyerang lebih dulu?" Kyuhyun memutar matanya melihat Sungmin hanya berdiri diam dengan sikap siaga. Ia kembali menyerang dengan gencar. Namun setelah sekian serangan berlalu, Kyuhyun terjatuh di atas lututnya, bukan karena serangan Sungmin, namun karena tubuhnya semakin melemah.
"Kyuhy…."
Baru saja Sungmin meraih lengan Kyuhyun yang tidak memegang pedang dengan perasaan cemas, tiba-tiba pedang Kyuhyun nyaris menebas kepalanya jika Sungmin tidak segera menggerakkan kepalanya menjauh. Kyuhyun kembali menebas dari arah berbeda sehingga tangan Sungmin yang bebas menangkis dengan pedang, mencoba menahan serangan.
"Jangan pernah merasa kasihan kepada lawanmu, bahkan jika dia mengiba kepadamu!"
Masih dengan tangan yang saling berpegangan, keduanya berdiri. Sungmin sekuat tenaga menahan pedang Kyuhyun yang masih menekan ke arah lehernya.
"Kyuhyun sshi, ini bukan pertarungan untuk saling membunuh!"
Teriakan Kim Young-Woon membuat Kyuhyun menarik mundur pedangnya, dan menendang Sungmin sehingga pegangan di tangannya terlepas. Sungmin tersungkur dengan dada terasa sangat sakit. Darah mengalir dari sisi bibirnya karena luka di bagian dalam.
"Jeonha!" Yesung hendak memasuki arena untuk menolong Sungmin, namun Kim Young-Woon menahannya.
Kyuhyun memanfaatkan hal itu untuk menarik napas panjang. Aku harus menyelesaikan dengan cepat. Aku harus membuat Sungmin sshi kalah telak….
Sungmin bangkit berdiri, kali ini mencoba lebih bersungguh-sungguh untuk mengalahkan Kyuhyun. Sayang, Kyuhyun melakukan hal yang sama, berusaha mengalahkannya lebih dari sebelumnya.
Tubuh Kyuhyun bergerak begitu cepat, dengan pedang yang seakan berpindah dari tangan kiri ke tangan kanannya sedemikian rupa, sehingga Sungmin tidak bisa menduga dari mana serangan akan berasal. Yang dilakukan Sungmin hanya berusaha menangkis sebisa mungkin, tanpa kesempatan menyerang balik.
"Tamat!" Seruan Kyuhyun bersamaan dengan limbungnya tubuh Sungmin.
Yesung berteriak cemas melihat junjungannya jatuh bersimpuh. Hanbok yang Sungmin kenakan terkoyak-koyak akibat sabetan pedang. Kyuhyun berdiri di hadapan Sungmin dengan pedang terhunus.
"Kau lihat sekarang? Orang yang kau anggap sakit ini bisa saja memotong-motong tubuhmu jika mau! Kau terlalu naïf untuk seorang guardian yang akan berhadapan dengan gaekgwi dan Jenderal Agma!" Kyuhyun menggerakkan ujung pedangnya di depan wajah Sungmin hingga Sungmin menengadah ke arahnya. "Sekarang, katakan kalau kau sudah kalah!"
"Aku belum kal…. !?"
Sungmin terkejut luar biasa ketika tiba-tiba Kyuhyun mengayunkan pedangnya ke arah kepalanya. Mata namja itu melebar saat helaian2 rambutnya beterbangan untuk kemudian jatuh di depan matanya. Kyuhyun memotong ikat rambutnya, sesuatu yang menjadi lambang kehormatannya.
Seruan kaget terdengar di seluruh penjuru aula, tak terkecuali Kim Young-Woon dan Yesung. Keduanya bergegas mendekat untuk menghalangi tindakan Kyuhyun lebih lanjut, meski Kyuhyun tampak berdiam diri saja setelah itu.
"Kau! Aku tidak berhak menjatuhkan kehormatannya! Kau hanya seorang…!"
"Yesungie, jangan lanjutkan…." Sungmin menahan Yesung yang hendak melayangkan tangannya ke wajah Kyuhyun. "Aku sudah kalah. Mari kita pergi."
Sungmin berdiri perlahan di bantu Yesung, melangkah meninggalkan ruangan aula yang masih riuh dengan berbagai macam komentar para tamu undangan. Kim Young-Woon memandang Kyuhyun yang masih menatap Sungmin hingga menghilang di balik pintu.
"Kau keterlaluan, Kyuhyun sshi."
"Pertarungan tidak mengenal belas kasihan," jawab Kyuhyun dingin. "Sebaiknya Direktur Kim menyusulnya. Jangan sampai dia melakukan hal-hal yang bodoh setelah kejadian tadi."
Kim Young-Woon masih melayangkan pandangan menegur, namun juga mengakui kebenaran kata-kata Kyuhyun. Untuk pria yang menggunakan tata cara masa lalu, ikat rambut adalah kehormatan, dan penghinaan besar jika rambutnya terpotong tanpa seijinnya. Dengan cepat namja itu menyusul Sungmin dan Yesung.
Kyuhyun kemudian berjalan mendekati barisan kursi setelah mengirim pesan kepada Kibum untuk menghilangkan dinding pelindung yang membatasi dirinya dengan para tamu.
"Hasil pertarungan tadi sudah sangat jelas. Jadi mengenai siapa Guardian Jujak sebenarnya tidak perlu diragukan lagi." Kyuhyun tersenyum ke arah para tamu. "Sebagai hadiah, aku akan memperkenalkan sebuah alat keamanan baru dari perusahaan kami. Aku harap kalian yang beruntung menyaksikan untuk pertama kali, bisa memperhatikannya baik-baik."
Semua penonton menatap pulpen yang dikeluarkan Kyuhyun dari saku dengan rasa penasaran. Kyuhyun menekan batang pulpen hingga bagian atas pulpen itu bergerak naik. Ketika lampu berwarna hijau menyala, Kyuhyun mengeluarkan sebuah kacamata dari saku dimensi yang biasa dipakainya untuk menyimpan pedang saat berada di luar rumah. Melihat beberapa tamu menatap curiga, Kyuhyun dengan cepat menekan tombol neuralyzer, membuat kilatan cahaya memenuhi ruangan.
Empat puluh detik di mulai…..
"Kalian semua diundang untuk memberi selamat atas kedudukanku sebagai pemimpin perusahaan, sekaligus sebagai Guardian Jujak. Tak ada pertandingan dengan sosok bernama Sungmin sshi. Kalian akan terus meyakini diri kalian bahwa itu semua hanya rumor." Kyuhyun melirik penunjuk waktu yang diberikan Kibum untuk ia kenakan sebagai jam tangan.
"Tetapi saat kalian melihat bunga Maehwa yang berguguran di musim semi, saat itulah kalian tahu bahwa Guardian Jujak sekaligus pewaris perusahaan ini yang sah adalah Sungmin sshi. Jangan meragukan hal itu sedikitpun. Sedangkan orang yang selama ini kalian kenal sebagai guardian Jujak…" Kyuhyun memandang ke arah kamera CCTV yang ia tahu terhubung dengan Kibum. Ia merasa membutuhkan seseorang saat ini, lebih dari yang ingin ia akui. "…tidak lebih dari seorang penipu yang berhasil menyamar sebagai Sungmin sshi," lanjut Kyuhyun sambil tetap menatap ke arah kamera di kejauhan.
"Setelah aku menjetikkan jari, kalian hanya teringat mengenai perkenalanku tadi."
Selesai….
Begitu Kyuhyun menjentikkan jari, semua tamu bangkit berdiri dan bertepuk tangan dengan riuh. Kyuhyun bergegas menyimpan neuralyzer. Kim Young-Woon yang baru saja masuk, sedikit heran melihat suasana di dalam aula. Namun ia tidak sempat berpikir karena para tamu mulai memberinya selamat, begitu juga kepada Kyuhyun.
.
.
"Bunga Maehwa gugur? Itu hanya enam bulan dari sekarang!" Kibum langsung menegur begitu Kyuhyun kembali ke laboratorium untuk melihat semua hasil pekerjaan Kibum. "Kenapa kau mengatakan dirimu penipu? Sungmin sshi pewaris sebenarnya perusahaan ini? Guardian Jujak? Ada apa sebenarnya?!"
Kyuhyun tidak menjawab. Ia memeriksa iklan televisi yang Kibum buat, juga berita radio dan media yang bahannya sudah disusun oleh Kibum melalui fax ke berbagai media. Ia merasa puas karena Kibum memasang wajahnya dan menulis berita 'rekaan' pesta tadi dengan baik. Kibum juga membuat website yang Kyuhyun inginkan, di mana di website itu Kyuhyun meminta bantuan semua orang yang mengerti dunia underworld untuk bekerja sama mengatasi para gaekgwi. Mereka yang memiliki kemampuan untuk mengusir atau mengalahkan gaekgwi diminta mendaftarkan diri, sehingga semua bisa dibagi tugasnya menurut daerah, dan beberapa akan ditugaskan di luar daerahnya sehingga semua wilayah bisa terlindungi. Website juga menyediakan tempat untuk pelaporan gaekgwi-gaekgwi yang sulit diatasi. Yang merasa bisa mengatasinya dipersilahkan menjawab laporan, sedangkan jika tidak ada yang sanggup, baru Guardian Jujak akan mengatasinya.
Semua berita itu menimbulkan kontroversi yang keras, terutama penolakan dari orang-orang yang tidak mengakui adanya dunia underworld. Kim Young-Woon yang selama ini bekerja di bagian pengawalan dan keamanan dibuat pusing sore itu dengan semua tanggapan yang masuk. Ia harus mempertahankan eksistensi perusahaan setelah pemberitaan media yang dilakukan Kibum.
"Syukurlah, tak satupun yang memunculkan nama Sungmin sshi," gumam Kyuhyun senang.
"Kyuhyun sshi!" Kibum memutar kursi yang Kyuhyun duduki sehingga wajah namja itu menghadap ke arahnya. "Kau tidak boleh mengabaikanku setelah mengucapkan semua itu sambil menatapku dari kamera CCTV!"
Kyuhyun terdiam. Ia merasa bersalah telah melibatkan Kibum sejauh ini.
"Suatu hari aku akan menceritakannya. Tapi jangan sekarang, Kibum sshi. Aku lelah dan ingin beristirahat." Sepasang mata itu membuat Kibum tak bisa memaksa lagi. Ia mundur, memberi jalan kepada Kyuhyun untuk bangun dan melangkah menuju pintu. "Aku memang penipu. Kau akan tahu itu," kata Kyuhyun saat tangannya meraih handle pintu.
"Penipu? Kau baru penipu bila mengatakan dirimu seorang demon!"
Perkataan Kibum membuat Kyuhyun sontak menoleh dengan mata terbelalak lebar. "Demon? Siapa yang…."
"Siapa yang memberitahuku? Jadi kau seorang demon? Dengan mata yang bisa berubah hitam, yang mampu menghisap nyawa orang yang melihatnya?"
"A…Aku tak mengerti apa yang kau katakan." Kyuhyun menggeleng. "Aku tidak pernah melihat hal seperti itu."
"Oh ya? Aku sudah pernah melihatnya!" seru Kibum kesal sambil menghempaskan tubuhnya ke kursi.
Aku hanya ingat appa memiliki pandangan lembut dan menenangkan. Apakah Kibum sshi pernah bertemu appa saat menjadi demon? Benarkah? Atau dia berbicara tentang orang lain?
"Aku sangat lelah, sebaiknya aku pulang sekarang."
Kyuhyun tahu Kibum masih kesal karena ia tak mau menjawab pertanyaannya. Karena itu Kyuhyun keluar ruangan tanpa menunggu reaksi Kibum. Kyuhyun berjalan menuju ruang gedung dengan Siwon dan Zhoumi yang menjajari langkahnya. Tak satupun dari mereka berbicara. Langkah ketiganya berhenti di pintu lobby karena Kim Young-Woon menghadang.
"Siwon sshi, Zhoumi sshi, kalian pulang lebih dulu. Aku ada keperluan dengan Kyuhyun sshi. Aku yang akan mengantarnya pulang."
"Jeonha…"
"Kalian ikuti kata Direktur Kim," sahut Kyuhyun melihat kebimbangan keduanya. Kyuhyun mengawasi hingga keduanya menghilang ke dalam mobil, sebelum berbalik menghadap Kim Young-Woon . "Direktur Kim, bagaimana kabar Sungmin sshi?"
"Kau tidak ingin mengeceknya sendiri setelah apa yang kau lakukan tadi?"
Kyuhyun memejamkan matanya sejenak, ketika teringat wajah Sungmin saat ikat rambutnya terbelah oleh pedangnya. Saat itu yang ada di pikiran Kyuhyun adalah menjatuhkan Sungmin secepat mungkin agar semua berakhir. Ia sendiri tidak menyangka akan melakukan hal itu. Ia khawatir Sungmin benar-benar merasa terpuruk saat ini.
"Bawa aku ke tempat Sungmin hyung, Direktur Kim."
"Ada tempat yang ingin aku tunjukkan sebelum kau menemuinya," kata Kim Young-Woon sambil mengajak Kyuhyun menuju mobilnya yang sudah menunggu di halaman gedung.
.
.
Kim Young-Woon tidak membawa Kyuhyun ke kediaman Sungmin meski mereka tiba di sana, melainkan ke kuburan yang berada di balik bukit. Kyuhyun memandang keheranan pada nisan tak bernama yang ada di hadapannya.
"Inikah yang dikatakan Sungmin hyung waktu itu?"
"Benar. Sungmin sshi tidak tahu kau masih hidup. Rencana bisa berantakan jika dia bersikeras tinggal bersamamu. Sungmin sshi mengunjungi makam ini setiap hari, terus menerus selama sebelas tahun."
"Sebelas tahun ini, aku mengunjungi makam yang dibuat Direktur Kim untuk meyakinkanku bahwa kau sudah terbunuh malam itu. Setiap hari pula aku menyesali kenapa aku tidak bisa melindungimu."
Kyuhyun meringis, bukan karena sakit pada tubuhnya, melainkan hatinya.
"Direktur Kim, apakah tindakan kita tepat? Apakah melindungi Sungmin hyung tanpa memberitahu akan hal yang sebenarnya sudah tepat?" Kyuhyun memandang Kim Young-Woon dengan wajah cemas. "Direktur Kim lihat pertandingan tadi? Sungmin hyung begitu lambat bereaksi, mudah merasa iba, apakah itu semua karena kita terlalu melindunginya?"
"Kyuhyun sshi…"
"Direktur Kim, aku begitu marah ketika melihatnya seperti itu… Yang terbayang di mataku adalah Jenderal Agma bisa membunuhnya dengan begitu mudah…."
Kyuhyun berlutut di depan makam dengan perasaan bercampur aduk. Walaupun sangat sederhana, terlihat jelas kuburan itu dirawat dengan baik. Tak ada rumput liar yang mengotorinya, dan sekelilingnya bersih dari dedaunan yang gugur.
"Selama ini Sungmin hyung tumbuh dengan begitu tenang dan baik… Bagaimana bisa dia masuk ke kancah pertempuran seperti yang kita lalui selama ini?"
Suara derap kuda di kejauhan membuat Kyuhyun urung mengamati makam itu lebih lanjut. Ia menarik Kim Young-Woon untuk bersembunyi di balik pohon-pohon besar yang ada di sana. Matanya memicing saat sosok Sungmin melompat dari punggung kuda dengan membawa sebuah buntalan besar.
Sungmin menyajikan jesasang dengan lengkap di depan makam itu sambil tertunduk sedih. Rambutnya yang biasa terikat rapi, kini dibiarkan terurai begitu saja, dengan panjang yang tak beraturan akibat sabetan pedang Kyuhyun. Setelah selesai, Sungmin duduk di depan makam seperti yang biasa ia lakukan. Namja itu terdiam beberapa lama, mengingat kembali semua kata-kata dan pandangan Kyuhyun yang dingin selama pertandingan berlangsung.
"Kyuhyunie, hyung tidak tahu mengapa semua seperti ini. Apakah kau begitu membenciku? Apakah aku begitu rendah di matamu, Kyuhyunie? Aku hanya menyayangimu. Benar-benar mencemaskan keadaanmu. Itu saja…. Bahkan hal itupun membuatmu kecewa padaku?"
Sungmin memejamkan mata ketika teringat kata-kata dan perbuatan Kyuhyun yang menusuk hatinya. Setiap ia teringat, setiap kali itu pula ia merasakan sakit. Tindakan terakhir Kyuhyun nyaris membuatnya membunuh dirinya, kalau saja Yesung tidak terus menerus mendampingi sepanjang perjalanan pulang. Yesung yang mengenalnya begitu lama, tahu pasti bagaimana membujuk Sungmin untuk berpikir ulang.
"Hari ini, terakhir kali aku menyuguhkan jesasang di hadapan makam kosong ini." Sungmin menarik napas panjang. Ia melihat bulan yang mulai terlihat di langit. Malam sudah tiba. Angin musim gugur membuat tubuhnya menggigil. "Kyuhyunie, hyung senang kau masih hidup, bahkan menjadi penerus Jujak. Hyung sangat bangga padamu. Tapi mianhe, hyung tidak sanggup berada di sini lagi… Malam ini hyung akan pergi. Semoga kau berbahagia dengan jalan yang kau pilih."
Mendengar kata-kata Sungmin, Kim Young-Woon hendak beranjak keluar, namun Kyuhyun menahannya.
Begitu Sungmin pergi, Kyuhyun kembali mendekati makam dan jatuh berlutut. Niatnya semula untuk meminta maaf kepada Sungmin, ia urungkan setelah mendengar semuanya tadi. Namun memikirkan Sungmin merasa kecewa kepadanya, tak urung membuat Kyuhyun bersedih.
"Sungmin hyung, maafkan aku…" Bisik Kyuhyun sambil berlutut. "Sungguh maafkan aku. Terima kasih sudah memikirkanku sejauh dan sedalam ini. Tapi ini tidak baik untukmu. Menjadi penyebab celakanya dirimu adalah hal terakhir yang aku inginkan…."
Kyuhyun menatap semua makanan itu dengan hati tercabik. "Hyung, selama ini aku tidak pernah memakannya karena ini hanyalah makam kosong… Ijinkan aku kali ini memakan pemberianmu untukku."
"Kyuhyun sshi! Jangan!" Kim Young-Woon bergerak menahan tangan Kyuhyun. "Jesasang adalah makanan untuk orang mati. Kau jangan memakannya!"
"Aku memang sudah mati!" Kyuhyun menepis tangan Kim Young-Woon. "Selama ini aku sudah hidup sebagai orang lain…. Dan tadi, aku sudah melukai orang yang paling penting bagiku, orang yang paling ingin aku lindungi. Aku sudah mati, Direktur Kim! Biarkan aku memakan pemberian terakhir Sungmin hyung untukku."
Kyuhyun mengambil mangkuk nasi dan sumpit, lalu mulai menjumput lauk dan memakannya dengan perlahan. Tiap suapan terasa begitu hangat. Semua perhatian Sungmin terasa begitu dalam. Melihat betapa rapi dan indahnya semua itu tertata, Kyuhyun percaya Sungmin sudah melakukannya ribuan kali, selama sebelas tahun. Tanpa tertahan lagi air mata Kyuhyun terjatuh.
He ajussi, mianhe, kali ini semua terasa begitu sesak….
Kyuhyun menangis sambil menghabiskan semua makanan itu tanpa tersisa. Ia kemudian memberi hormat sebanyak tiga kali hingga kepalanya menyentuh tanah.
"Sungmin hyung, terima kasih. Semua ini tidak akan aku lupakan seumur hidupku…."
Kim Young-Woon menautkan alisnya saat Kyuhyun mengeluarkan sesuatu dari saku. Sebuah lonceng angin. Kyuhyun membunyikannya beberapa saat seakan enggan berpisah dengan benda itu. Kim Young-Woon mengenalinya sebagai pemberian dari Sungmin. Kyuhyun menggali lubang di makam, tepat di balik nisan, untuk menguburkan lonceng angin itu.
"Kyuhyun sshi, itu pemberian Sungmin sshi bukan?"
Kyuhyun mengangguk. "Aku berniat memberikannya seusai pertarungan, tetapi keadaan tidak memungkinkan. Antara aku dan Sungmin hyung sudah tidak ada hubungan lagi. Itu jauh lebih baik. Karena itu, biar lonceng ini dikuburkan di sini."
Kyuhyun berdiri dengan perasaan puas setelah menimbun tanah itu kembali.
"Direktur Kim, bolehkah aku mengajukan sebuah permintaan?"
Kim Young-Woon keheranan. Tidak biasanya Kyuhyun mengatakan hal seperti itu. Bahkan sepertinya dia tidak pernah ingat Kyuhyun pernah meminta sesuatu untuk dirinya sendiri.
"Silahkan, Kyuhyun sshi. Apa permintaanmu?"
"...Jika sesuatu terjadi padaku, tolong kuburkan aku di makam ini."
"Mwo?!" Kim Young-Woon begitu terkejut sehingga beranjak ke depan Kyuhyun untuk bertatapan langsung dengannya.
"Sungmin hyung tidak akan kembali lagi ke sini. Jadi, tidak mengapa jika aku benar-benar dikuburkan di sini, bukan? Setidaknya, pernah ada seseorang yang mengunjungiku setiap hari. Dengan semua kenangan yang pernah ada di sini, aku akan merasa senang."
"Kyuhyun sshi…."
"Mari kita pulang, Direktur Kim."
"Kau tidak jadi menemui Sungmin sshi?"
Kyuhyun mengibaskan tangannya, memberi tanda bahwa ia membatalkan niatnya semula.
.
.
Kuda yang dikendarai Sungmin baru saja memasuki halaman depan ketika sesuatu memaksa Sungmin memandang bukit di kejauhan. Angin yang bertiup dari arah sana, seakan mengantar bunyi lonceng angin yang tidak asing di telinganya. Sesuatu yang mustahil mengingat betapa jauhnya jarak makam dari tempatnya berada saat ini. Namun ketika suara itu kembali merasuki pikirannya, jantung Sungmin berdesir. Ia merasa Kyuhyun dan lonceng angin itu berada di bukit. Tanpa menghiraukan Yesung yang berteriak memintanya turun dan beristirahat, Sungmin menghentak kudanya kembali menuju makam.
Jantungnya berdegup semakin kencang saat menyadari ada bekas ban mobil di jalan menuju makam. Bekas ban mobil… Kenapa aku tidak menyadarinya tadi? Sungmin mempercepat laju kudanya. Makam itu sendiri mulai tampak di kejauhan. Ia turun dari kuda sebelum kuda itu benar-benar berhenti, berlari menuju makam, melihat sekilas semua mangkuk kosong itu.
Kyuhyunie? Dia tadi berada di sini?
"Kyuhyunie!"
"KYUHYUNIE!"
Sungmin berlari mengitari sekitar makam, namun tidak mendapati sosok Kyuhyun.
.
.
Di kediamannya, Kyuhyun masuk ke dalam kamar setelah menolak makan malam. Ia juga memberi perintah agar Siwon, Zhoumi, bahkan Shindong untuk tidak mengganggunya. Ia ingin sendirian. Kyuhyun merebahkan tubuhnya yang penat dan demam ke pembaringan.
"Jeonha… Tolong ijinkan Saya masuk." Suara Shindong terdengar jauh, karena Kyuhyun tidak mengijinkannya masuk hingga ke pintu bagian dalam. "Jeonha, Anda sedang sakit. Ijinkan saya merawat Jeonha…"
Kyuhyun tidak menyahut. Ia menarik selimut hingga ke leher, namun semua itu tidak membuatnya merasa lebih baik. Tubuhnya terasa sakit akibat menggunakan jurus Jujak melebihi kemampuan yang bisa ditahan tubuhnya.
.
.
Demam yang tinggi membuat Kyuhyun mulai mengigau. Ia berteriak dalam tidurnya ketika lambang Jujak di dadanya kembali memerah seakan luka itu masih baru saja ditorehkan.
"Jeonha! Jeonha!" Shindong yang duduk sedari tadi di pintu bagian luar, menjadi cemas. "Kita dobrak saja, ajussi!" seru Siwon yang menemani semenjak makan malam selesai.
"Dia menyegel pintu ini dengan kekuatannya." Zhoumi menusukkan sebuah lidi ke pintu kertas, untuk memperlihatkan sesuatu yang tidak kasat mata melapisinya, sehingga lidi itu patah. "Aku sudah mengelilingi rumah ini sedari tadi, termasuk yang mengarah ke taman dan Daecheong. Jeonha menyegelnya."
"Dia sering melakukan itu jika tidak ingin diganggu," keluh Shindong.
"Tetapi dia sedang sakit, bagaimana jika terjadi sesuatu padanya?"
"Teriakannya sudah hilang," kata Siwon dengan wajah gembira. "Mungkin Jeonha sudah membaik."
"Kita tunggu sampai pagi, ajussi. Kami akan menemanimu di sini." Zhoumi memutuskan.
Ketiganya duduk menunggu di luar, tanpa menyadari seseorang baru saja menyalurkan kekuatannya untuk meredakan rasa terbakar pada tanda Jujak.
Namja itu duduk di sisi pembaringan Kyuhyun dengan tangan berada di atas tanda Jujak, mencoba membuat rasa sakit di sana menghilang. Wajah tampannya menatap Kyuhyun dengan sedih.
"Jeoha….sampai kapan kau seperti ini? Dirimu yang sesungguhnya saja sudah menolak dengan keras, apalagi aku yang selama ini menunggu. Menjadi seorang Jeonha…. Jeoha, kau benar-benar bodoh! Kau mengirim wajahmu ke seluruh media, menjadikan dirimu sebagai tameng. Aku pikir aku orang paling bodoh… tetapi ternyata kau jauh lebih bodoh."
Namja itu mengusap peluh yang mengalir di wajahnya, tersenyum puas karena kondisi Kyuhyun membaik. Akibat energi yang ia salurkan, demam Kyuhyun juga turun.
"Sekarang, kau bisa tidur dengan tenang, Jeoha. Kau akan bangun dengan tubuh yang sangat sehat. Aku tidak sabar untuk bercakap-cakap denganmu besok pagi."
Namja itu berdiri mengitari kamar, tersenyum geli melihat segel yang Kyuhyun buat.
"Jeoha, segel seperti ini, maupun yang dibuat oleh orang lain, tidak akan bisa mencegahku berada di sisimu. Bahkan Jeoha tinggal memanggil namaku, maka aku akan berada di sana dalam sekejap mata."
"Lebih cepat mana dari pedang ini merobek lehermu?"
Namja itu tercekat saat sebuah benda yang tajam dan dingin menempel di lehernya.
"Je…Jeoha…?"
.
.
TBC
