D-Day
CHAPTER 13
.
.
Markas Besar Badan Kepolisian Nasional Lt. 16
Divisi Keamanan - Security Police Seksi-4
Pukul 19.30
.
Leeteuk masih memikirkan tatapan Ko Sang Jong di penjara tadi. Ia tidak tahu apakah pria itu benar-benar mengenalinya atau hanya merasa mengenalnya. Pertemuan mereka 20 tahun lalu sangat singkat, tanpa ada pembicaraan di antara mereka.
Tetapi aku pun bisa mengingat jelas mata Kyuhyun sejak saat itu.
Hembusan napas panjang terdengar begitu jelas di dalam lift yang sepi. Leeteuk melangkah keluar dari kotak dingin itu, melangkah menuju kantor.
Alangkah terkejutnya Leeteuk ketika membuka pintu dan menemukan keempat anggota timnya masih duduk bersama. Noona Jihoo juga terlihat bersama mereka.
"Apakah kalian mau pergi ke suatu tempat? Makan di luar? Minum?" Noona Jihoo bertanya dengan antusias. "Aku boleh ikut bukan?"
Leeteuk tersenyum. Entah apa yang mereka berempat bicarakan sehingga tidak menyadari kehadirannya. Noona Jihoo juga sudah berlari ke mejanya sendiri untuk bersiap-siap pergi.
"Kalian semua masih ada di sini?" kata Leeteuk membuat keempatnya tersentak di tempat.
"Annyeonghasimnikka." Keempatnya menyapa berbarengan.
"Ne. Annyeonghasimnikka." Leeteuk meletakkan tas kerjanya dan mulai melepaskan jas yang ia pakai. Digantungnya jas itu pada tiang gantungan yang terdapat di sisi meja kerjanya.
"Bukankah hari ini Kapten libur?" tanya Eunhyuk keheranan.
"Aku pikir aku akan menyelesaikan beberapa dokumen." Leeteuk mengambil beberapa dokumen yang menumpuk di mejanya.
"Hei, bagaimana kalau kita pergi keluar untuk makan?" usul Donghae kepada yang lain.
"Hanya makan atau minum juga?' tanya Ryeowook.
Leeteuk yang tanpa sadar menatap mereka diam-diam, mendapati Kyuhyun sudah balas menatapnya entah sejak kapan.
"Apakah ada yang salah, Kapten?" tanya Kyuhyun melihat Leeteuk tampak melamun.
"Pulanglah dan beristirahat." Leeteuk mengusulkan sambil mulai membuka salah satu dokumen.
"Karena kami semua berkumpul, kami berencana untuk pergi makan dan minum." Eunhyuk menjelaskan sambil menghampiri meja Leeteuk.
"Kapten, maukah Anda bergabung dengan kami juga?" Donghae mendekat dengan wajah cerah. Belakangan mereka sangat sibuk dan jarang bisa berkumpul bersama di luar jam kerja.
"Ada tempat bagus yang kutemukan di Yongsan-dong." Ryeowook menambahkan.
"Kapten, mengapa kita tidak minum dan menghilangkan stres?" Kyuhyun ikut mendekat.
Leeteuk memandang keempat anak buahnya yang kini berjejer di depan mejanya. Ia tertawa melihat tatapan penuh harap mereka.
"Aku yakin kalian hanya menginginkan traktiranku," goda Leeteuk.
"Oh, tidak. Tidak." Seruan-seruan penyangkalan bermunculan, membuat Leeteuk tertawa dan menyusun kembali dokumen-dokumen tadi, menandakan ia akan ikut.
"Baiklah, anggap saja aku tertipu oleh rencana kalian."
Leeteuk bangkit berdiri diiringi sorakan senang mereka berempat.
Tiba-tiba ponsel Leeteuk bergetar. Ia langsung mengangkatnya.
"Yeoboseyo, Leeteuk imnida."
"Di mana kamu sekarang?" Terdengar suara Shindong.
"Ada dokumen yang harus saya tangani, jadi saya berada di kantor."
"Itu bagus." Shindong terdengar senang. "Aku minta maaf karena mengacaukan hari liburmu, tetapi bisakah kamu datang ke ruang pertemuan sekarang?"
"Saya mengerti. Saya akan segera ke sana."
Leeteuk menutup telepon dan melihat keempat wajah yang sudah menunggunya mengatakan sesuatu.
"Mianhe."
Seruan-seruan kecewa bermunculan dari mereka berempat. Leeteuk menepuk bahu mereka bergantian untuk menghibur sambil berjalan keluar menuju ke lift.
.
.
Markas Besar Badan Kepolisian Nasional
Ruang Pertemuan Lt. 17
Direktur Public Security, Choi Seung Hyun, berdiri memandang lampu-lampu kota yang nampak dari dinding kaca di ruang pertemuan. Ia berharap orang-orang yang disewanya sedang melakukan tugas mereka tanpa rintangan, sesuai yang diinginkan oleh sang Profesor. Perkembangan selama ini tidak sesuai yang mereka harapkan. Mereka memerlukan sesuatu yang lebih kuat dan lebih besar agar tidak bisa lagi ditutupi ataupun disangkal.
"Annyeonghasimnikka."
Direktur Choi berbalik mendengar suara Shindong dan Leeteuk yang memasuki ruang pertemuan. Di meja besar yang ada di tengah ruangan sudah ada perwakilan NIS (National Intelligence Service - badan inteligen nasional Korsel) di satu sisi dan Komisaris Divisi Keamanan – Kim Jun di sisi lain. Ia mengambil tempat di sebelah Komisaris Kim. Shindong dan Leeteuk duduk di seberang mereka, sebagai perwakilan dari Security Police.
"Di sini ada beberapa orang dari NIS," kata Direktur Choi membuka pertemuan. " Lalu ada..."
"Tidak perlu perkenalan. Mari kita selesaikan ini secepatnya," kata Komisaris NIS.
"Anda tahu kasus perusahaan Futures?" Direktur Choi langsung pada intinya.
"Secara umum saja," jawab Leeteuk.
"Beberapa hari lalu, Kejaksaan menangkap beberapa pejabat Futures Co. termasuk CEO Kim San karena melanggar undang-undang keamanan. Namun, proses penyelidikan tidak berjalan dengan baik."
"Saya tidak tahu hal itu." Leeteuk menyimak.
"Mereka semua menyangkal sepenuhnya tuduhan tersebut."
"Kejaksaan seharusnya memprediksi hal itu." Komisaris Kim Jun menambahkan apa yang dikatakan Direktur Choi. "Kejaksaan pikir mereka akan mulai berbicara begitu ditangkap; Terlalu meremehkan mereka, mengganggap mereka hanya anak-anak kaya yang bodoh, lemah, yang bisa bermain saham seperti bermain video game."
"Apakah Kejaksaan berada dalam situasi di mana mereka harus bergantung pada pengakuan tersebut?" tanya Leeteuk.
"Tidak pasti apakah ada cukup bukti untuk membawa mereka ke pengadilan. Sangat sulit untuk membangun kasus kejahatan perdata," jelas Direktur Choi.
"Pada dasarnya, itu sudah cukup untuk menguraikan kanvasnya... tapi catnya tidak cukup untuk melukiskan keseluruhan gambar." Komisaris Kim menambahkan.
"Dan mengapa saya dipanggil ke sini hari ini?" Leeteuk masih tidak menemukan hubungan dirinya dengan semua yang diterangkan tadi.
"Anda tahu tentang Kwak Jong Bin dari Silver Securities?" tanya Direktur Choi. "Pembuat uang sebenarnya di balik Futures."
Leeteuk mengangguk. "Saya mendengar dia dicari di rumahnya untuk penyelidikan ini. Dan sejak itu dia menghilang."
"Kami menemukannya di pusat kota Busan tadi malam." Direktur Choi tersenyum. Seorang petugas menanyai seorang pria mencurigakan yang berkeliaran di pusat kota dan berhasil menangkapnya."
"Dimana dia sekarang?"
"Sejak diserahkan oleh Kepolisian Busan, kami telah mengisolasinya secara diam-diam di sebuah hotel." Direktur Choi melanjutkan. "Kami membutuhkan dia sebagai saksi penting untuk kasus Futures."
"Mengapa kalian tidak menangkapnya dan memberitahu publik?" tanya Leeteuk heran. "Bukankah itu cara yang bagus untuk menggoyahkan CEO Kim San dan yang lainnya agar mengaku?"
"Jaksa ingin mempertahankan kasus ini sebagai kejahatan perdata," jelas Direktur Choi.
"Maksudnya, kalau kita keterlaluan, kita akan melibatkan orang-orang di bidang politik?" Leeteuk berusaha menyembunyikan rasa tidak sukanya.
"Kwak Jong Bin bertanggung jawab untuk mengelola investasi grup Futures, jadi dia tahu terlalu banyak tentang investornya. Kasus ini menghasilkan banyak sekali uang yang beredar sehingga kami tidak tahu dari mana asalnya. Jadi, jaksa penuntut sangat gugup untuk melibatkan Kwak Jong Bin. Mereka ingin dia berbicara, tetapi mereka juga tidak ingin dia berbicara terlalu banyak."
"Sekarang politisi juga bisa menekan berjalannya sebuah kasus?"
"Itu tidak ada hubungannya denganmu!" Komisaris Kim Jun langsung memberi Leeteuk tanda peringatan.
"Bagaimanapun, jaksa penuntut sangat ingin menjaga kartu truf mereka yaitu Kwak Jong Bin dengan aman." Direktor Choi berusaha mencairkan situasi tegang itu.
"Dan disitulah peran kita," kata Shindong kepada Leeteuk yang duduk di sebelahnya. "Sampai Jaksa Penuntut meluruskan kembali kasusnya, Divisi Keamanan SP akan menjaga Kwak Jong Bin."
"Mengapa dia perlu dijaga?" Leeteuk tidak habis pikir.
"Anda tahu bagaimana kasus-kasus kejahatan perdata yang terkenal seperti ini, yang melibatkan begitu banyak pihak besar." Komisaris Kim Jun menjelaskan. "Tidak jarang saksi meninggal secara mencurigakan. Tapi bukan berarti Kejaksaan bisa menyewa penjaga keamanan swasta, jadi mereka mendatangi kami."
Komisaris Kim Jun menerima kode dari pihak NIS bahwa mereka sudah cukup menyaksikan jalannya rapat. Ia menepuk Direktur Choi yang duduk di sebelahnya. "Kamu bisa melanjutkan dari sini, bukan?"
Direktur Choi mengangguk. Ia, Shindong, dan Leeteuk berdiri saat perwakilan NIS dan Komisaris Kim Jun berjalan meninggalkan ruangan.
Sesampainya di dekat Leeteuk, Komisaris Kim Jun menepuk bahunya. "Biasanya, kami tidak memberikan begitu banyak informasi kepada orang-orang dengan kedudukan sepertimu. Tetapi kamu adalah pengecualian. Kami mengharapkan yang terbaik darimu."
Leeteuk mengangguk hormat.
Kini hanya Direktur Choi, Shindong, dan Leeteuk yang ada di ruang pertemuan.
"Jadi begini pengaturannya." Shindong memulai instruksi untuk Leeteuk. "Tolong jaga Kwak Jong Bin 24/7 mulai besok. Shift 8 jam, aku rasa 3 agen cukup melakukannya. Satu shift satu agen yang berjaga."
Leeteuk memandang Shindong tak percaya. Ia tahu Shindong naik menjadi Ketua Seksi-4 bukan dari jalur agen yang pernah bertugas di lapangan, tapi dari sisi administrasi. Hanya saja, ia berharap Shindong bisa membayangkan bagaimana sulitnya menjaga seorang saksi yang terancam dibunuh jika hanya seorang diri.
"Tidak," tolak Leeteuk tegas. "Kita membutuhkan setidaknya 5 agen; Kecuali jika Anda tidak keberatan Kwak Jong Bin mati."
Shindong menghembuskan napas panjang. "Jika kamu berkata demikian, kenapa kamu tidak melakukannya bersama empat agen favoritmu?"
"Itu bagus." Direktur Choi tersenyum senang. "Lagipula, kasus ini bersifat rahasia, jadi harap jaga kerahasiaannya serendah mungkin."
Leeteuk menatap Shindong dan Direktur Choi, tampaknya mereka tidak berniat menambahkan jumlah orang untuk 3 shift itu. Akhirnya Leeteuk menyanggupi dan meninggalkan ruangan.
.
.
Mobil Pelayanan Kebersihan 'Yesterday' yang waktu itu melewati Seoul Medical Center, baru saja keluar dari apartemen di mana CEO Kim San dari Futures' Co. tinggal. Sebenarnya mereka adalah sekelompok pembunuh bayaran yang menamakan kelompoknya 'Yesterday'. Terdiri dari 4 orang pria yang memiliki julukan John, Paul, Ringo, dan George. Mereka sangat ahli dalam penyamaran dan bisa membuat pembunuhan yang mereka lakukan memiliki 'kisah' ketika tim forensik dan penyelidik memeriksanya.
Misalkan malam ini, mereka membuat CEO Kim San seakan menonton tayangan televisi yang menandakan pikirannya sedang kalut, menyusun minuman seakan ia berniat bunuh diri dengan meminum obat tidur yang dicampur wiski, lalu mengakhirinya dengan mandi di bath up menunggu obatnya bereaksi.
Mereka juga membersihkan semua dengan sangat detail sehingga penyelidik akan yakin tidak seorang pun selain CEO Kim San yang ada di apartemen tersebut.
.
.
Hotel Ocean Park
Kamar 3319 Pukul 12.00
Kwak Jong Bin menonton tayangan di televisi dengan tubuh gemetar karena sebelum reporter membacakan beritanya, tampak sebuah foto orang yang ia kenal di latar belakang berita.
"Berita selanjutnya. CEO Kim San dari Futures Co. yang ditangkap karena melanggar Hukum Sekuritas dan kemudian dibebaskan setelah sepenuhnya menyangkal tuduhan tersebut, ditemukan tewas pagi ini di apartemennya. Polisi sedang menyelidiki apakah kematian ini merupakan kecelakaan atau bunuh diri. Polisi sedang menyelidiki Kim San karena menyimpan informasi penting mengenai kejahatan pencucian uang yang dilakukan oleh Futures Co. Jelas sekali bahwa kematian Kim San menyebabkan hambatan besar dalam penyelidikan polisi."
Pria itu langsung mematikan televisi dan masuk ke dalam kamar.
.
.
Leeteuk dan keempat anggota tim intinya, berjalan memasuki lobby hotel. Semua mengenakan mantel dan membawa tas kecil yang berisi keperluan mereka dan juga perlengkapan SP. Sesuai perintah Shindong, mereka tidak boleh tampak seperti SP melainkan penjaga keamanan swasta. Karena itu semua hanya mengenakan setelan jas hitam dengan kemeja putih, tanpa dasi dan pin SP.
Setiba di koridor yang menuju kamar hotel, Leeteuk langsung melepas mantelnya dan menyampirkannya di lengan. Keempat anak buahnya mengikuti tindakannya itu.
"Apa yang dia pikirkan dengan menginap di hotel sebesar ini?" Donghae tidak bisa membayangkan repotnya memeriksa keamanan di sana dengan personil sangat sedikit.
"Aku yakin itu permintaan VIP. Dia pasti orang yang menyebalkan," tebak Eunhyuk.
Mereka berlima memasuki lift. Leeteuk menekan tombol lantai 33. Begitu pintu lift membuka di lantai yang mereka tuju, kelimanya keluar menuju kamar 3319. Tampak dua orang dari Divisi Inteligen berjaga di luar kamar dengan sebuah map yang berisi surat tanda terima perpindahan pengawalan. Mereka sudah menenteng tas mantel, bersiap untuk pergi.
"Ah, kalian pasti dari markas besar," kata salah seorang di antara mereka. Ia menyerahkan map dalam posisi terbuka untuk ditandatangani Leeteuk.
Leeteuk hanya menatap kertas di dalamnya. "Apakah kalian tidak akan memeriksa ID kami?"
"Kalian sudah jelas agen SP," kata yang lain.
"Apakah kalian tidak akan memeriksa ID kami?" tanya Leeteuk lagi dengan suara lebih tegas.
"Baiklah," kata yang memegang map mengalah. "Bolehkah saya melihat ID Anda?"
Leeteuk menunjukkan ID dan lencananya. Ia lalu menandatangani kertas itu dan menyerahkan map kembali.
"Sekarang dia menjadi tanggung jawab kalian." Keduanya bergegas meninggalkan tempat itu.
Eunhyuk, Donghae, Ryeowook dan Kyuhyun mengikuti langkah tergesa mereka dengan pandangan hingga menghilang di ujung koridor.
"Aku heran, mengapa mereka terlihat begitu frustrasi?" Donghae mengerutkan keningnya.
Suara ketukan yang dilakukan Leeteuk membuat mereka berempat kembali fokus ke kamar 3319. Pintu terbuka sedikit, menampakkan sosok Kwak Jong Bin yang mengintip.
"Kami dari markas besar Kepolisian, Divisi Keamanan...
"Tunjukkan padaku ID-mu!" teriak Kwak Jong Bin sebelum Leeteuk menyelesaikan kalimatnya.
"Tentu." Leeteuk menanggapi dengan sabar. Ia membuka dompet yang menunjukkan ID dan lencananya.
"Melalui lubang intip!" seru Kwak Jong Bin lagi.
Leeteuk berdiri tepat di tengah lubang intip sambil menunjukkan ID-nya.
"Mendekat!"
Leeteuk maju mendekat sehingga Kwak Jong Bin bisa melihat wajahnya dan mencocokkan dengan lencananya melalui lubang intip.
"Setiap orang!" Lagi-lagi Kwak Jong Bin berteriak.
Kyuhyun berdiri di posisi Leeteuk tadi dan menunjukkan lencananya. Berikutnya diikuti oleh Eunhyuk dan Ryeowook. Mereka semua berdiri di titik Leeteuk tadi berdiri, dengan posisi lencana di samping wajah.
Ketika tiba giliran Donghae, dia berdiri terlalu dekat dan membuka lencananya tidak di samping wajah sehingga Kwak Jong Bin tidak bisa melihat sekaligus sambil membandingkannya.
"Kamu! Tunjukkan lebih jelas!" bentak Kwak Jong Bin ketika Donghae hendak berlalu.
Donghae mengulang kembali dengan posisi yang benar.
"Okay." Akhirnya pintu dibuka dari dalam.
"Kami masuk," kata Leeteuk. Ia mengangguk hormat lalu melangkah masuk ke dalam. Kyuhyun dan Ryeowook segera mengikuti.
"Tidak heran mereka begitu frustrasi," gumam Donghae.
Eunhyuk menepuk bahunya dan mereka berdua bergegas masuk sebelum Kwak Jong Bin berubah pikiran.
.
Kamar suite itu sangat mewah dan memiliki fasilitas lengkap. Selain dua kamar tidur yang terpisah, terdapat juga ruang tamu, ruang makan, dapur dan bar kecil. Namun kamar itu sangat gelap. Semua lampu dimatikan dan tirai jendela ditutup. Hanya ada cahaya dari televisi yang membuat mereka bisa melihat.
Eunhyuk bergegas membuka tirai jendela agar suasana menjadi lebih terang.
"Apa yang sedang kamu lakukan?! Bagaimana jika mereka menembakku?" Kwak Jong Bin berteriak panik.
Eunhyuk segera menutup tirai kembali.
"Saya akan menyalakan lampunya," kata Leeteuk memberi tahu agar Kwak Jong Bin tidak terkejut. Ia memberi isyarat agar Kyuhyun menyalakan lampu kamar itu. Suasana menjadi lebih baik ketika kamar itu menjadi terang.
Leeteuk kembali memberi isyarat agar keempat anak buahnya berdiri berjejer dengan dirinya di depan Kwak Jong Bin yang masih duduk dengan perasaan ketakutan di sofa.
"Kami berlima akan menjaga Anda," kata Leeteuk tenang. Ia mengerti betapa takutnya Kwak Jong Bin dengan semua yang terjadi belakangan ini. "Tolong ingat wajah kami."
Mendengar kata-kata Leeteuk yang terdengar tenang dan sabar, Kwak Jong Bin mulai sedikit tenang. Ia mematikan televisi yang ditontonnya tadi, lalu memusatkan diri menghafal kelima wajah orang yang akan menjaganya.
Sambil mendesah sedih, Kwak Jong Bin mengambil sebuah pigura yang ia letakkan di tengah meja, lalu menaruhnya di meja kopi yang ada di samping sofa.
Dari arah berdirinya, Kyuhyun bisa melihat bahwa itu adalah foto istri dan anak perempuan Kwak Jong Bin.
"Pertama-tama, izinkan kami mengubah penginapan Anda."
"Mustahil!" Kwak Jong Bin menolak usul Leeteuk. "Aku lelah berlari dan bersembunyi."
"Di hotel besar seperti ini sangat sulit dijaga." Leeteuk menjelaskan.
"Itu bukan masalahku." Kwak Jong Bin kembali gemetar ketakutan. Ia sekarang duduk di sofa sambil memeluk kedua lututnya. "Mengapa kalian tidak menangkap dan memenjarakanku saja?"
Tiba-tiba Kwak Jong Bin berdiri dan menuding mereka berlima. "Ini semua salah kalian sehingga aku harus mengambil risiko!"
"Saya mengerti." Leeteuk mengangguk dengan sabar. "Kami akan menjaga Anda di hotel ini. Namun, demi alasan keamanan, kami harus tidur di suite ini juga."
Kwak Jong Bin mendengus. "Tidak ada cara lain, kan?" Ia kembali duduk di sofa.
Leeteuk duduk di kursi sofa yang bersebelahan dengan Kwak Jong Bin. Sementara itu keempat anak buahnya meletakkan tas, mantel, dan bawaan mereka lainnya di kursi dan meja makan yang ada di sana. Mereka lalu berpencar untuk memeriksa keadaan seluruh suite tersebut.
"Ada beberapa aturan yang saya ingin Anda patuhi," kata Leeteuk setelah melihat Kwak Jong Bin duduk dengan tenang. "Mohon untuk tidak meninggalkan ruangan kecuali benar-benar diperlukan."
Ia menunggu hingga Kwak Jong Bin mengangguk menandakan ia mendengarkan dan setuju, sebelum kembali melanjutkan. "Jika Anda perlu meninggalkan ruangan ini, silakan pergi bersama kami."
Kwak Jong Bin kembali mengangguk.
"Dan jika ada orang yang datang, untuk layanan kamar atau pembersihan misalnya, kami akan menanggapinya terlebih dahulu. Harap ingat itu." Leeteuk merasa senang saat Kwak Jong Bin mengangguk paham. "Yang terakhir dan ini yang paling penting, tolong jangan beri tahu siapa pun bahwa Anda tinggal di sini. Termasuk teman dekat dan keluarga Anda. Sampai di sini, apakah Anda paham?"
Tiba-tiba Kwak Jong Bin menangis sedih. "Apakah aku akan dibunuh seperti Kim San?" Ia melihat ke arah pigura yang memuat foto istri dan anak perempuannya.
Leeteuk ikut melihat foto itu dengan rasa iba. Ia sendiri belum tahu bagaimana nasib Kwak Jong Bin selanjutnya, tetapi saat ini ia harus fokus menjaga keamanan pria itu saja dan bukan urusan yang lain.
.
.
Mobil 'Pelayanan Kebersihan Yesterday' di parkir di sebuah pemancingan. John duduk menunggu ikan menggigit umpan yang ia pasang sambil melakukan panggilan dengan ponselnya kepada Paul.
"Yeoboseyo?" terdengar sahutan dari seberang sana.
"Kita punya pekerjaan."
"Pekerjaan seperti apa?"
"Kwak Jong Bin dari Silver Securities, Co." John memaparkan. "Bunuh diri, sakit, atau kematian karena kecelakaan dalam waktu seminggu."
"Tahukah kamu di mana Kwak Jong Bin berada?"
"Ne. Kamar Hotel Ocean Park 3319. Hanya agen-agen SP yang menjaganya atas permintaan Kejaksaan. Aku yakin ini akan sangat mudah." John menjelaskan. "Karena akan terlihat aneh jika 4 pria menyewa satu kamar hotel, bisakah kamu melakukannya bersama George saja?"
"Oke." Paul menyanggupi. "Oh ya, tahukah kamu siapa kliennya kali ini?"
"Sama seperti Kim San kemarin, aku tidak tahu," jawab John. "Ada sekitar lima orang di antara orang itu dan kita. Mereka benar-benar menjaga dengan ketat. Kita hanya bisa mengetahui bawahan-bawahannya saja."
"Karena mereka punya info tentang SP, bisa saja itu adalah sang Profesor?"
Sang 'Profesor' adalah tokoh tak terlihat yang selama ini dikenal sering membiayai para pelaku terorisme yang berniat menggoncang pemerintahan. Tokoh ini tidak ada yang mengenalnya langsung. Ia memiliki jalur komando berlapis yang membuatnya tidak terdeteksi. Jika sekelompok orang yang terlibat dianggap membahayakan identitasnya, mereka tiba-tiba akan lenyap entah dengan pembunuhan, kecelakaan, atau alasan lainnya.
"Aku cukup yakin ini berkaitan dengan sang Profesor," balas John berbisik. "Semoga beruntung."
Hubungan telepon pun terputus. Kini John tinggal menantikan berita keberhasilan Paul dan George dalam membunuh Kwak Jong Bin.
.
.
Kwak Jong Bin masih duduk menonton televisi di sofa sementara Leeteuk dan keempat anggota timnya berkumpul di ruang makan. Mereka mulai mengenakan semua perlengkapan SP kecuali pin dan dasi.
"Mulai sekarang, akan ada shift 12 jam dalam dua kelompok." Leeteuk memulai arahan. Ia menginginkan 3 shift agar semua bisa bekerja dalam kondisi fit, tetapi jumlah personil yang ada tidak memadai apalagi jika terjadi keadaan darurat. Ia mencoba membagi dalam kisaran yang ia yakin mereka mampu melakukannya. "Jam 8 malam sampai jam 8 pagi besok yang berjaga adalah aku dan Kyuhyun. Yang lain akan berjaga di 12 jam selanjutnya."
"SIAP!"
Mereka paham, untuk hari pertama ini semua akan bekerja bersama karena hotel yang ditempati sangat luas. Mereka perlu memeriksa keamanan dan rencana evakuasi jika terjadi sesuatu. Setelah malam ini, baru dilakukan penggantian shift.
"Eunhyuk dan Kyuhyun, periksa rute keluar yang akan kita ambil jika terjadi keadaan darurat."
"SIAP!"
"Setelah itu, Eunhyuk menyiapkan kendaraan untuk keadaan darurat."
"Apakah Kapten ingin kendaraan Divisi Keamanan?" tanya Eunhyuk.
"Tidak." Leeteuk menggeleng. "Kita tidak boleh mengungkapkan bahwa kita adalah SP. Sewalah mobil biasa dari rental di dekat sini."
"SIAP!"
"Donghae dan Ryeowook, selidiki dan bersihkan suite ini bersamaku."
"SIAP!"
Leeteuk memandang keempat anak buahnya yang sudah selesai mengenakan semua perlengkapan dan menutupinya dengan jas hitam.
"Baiklah, ayo bergerak!"
"SIAP!"
.
.
Leeteuk, Donghae dan Ryeowook langsung berpencar. Mereka akan memeriksa dan membersihkan setiap inci kamar dari benda-benda yang mencurigakan. Ryeowook juga menggunakan alat pendeteksi yang dibawanya dari kantor SP untuk melacak kalau-kalau ada penyadap di sana.
.
.
Eunhyuk dan Kyuhyun keluar menuju tangga darurat yang ada di lantai 33. Eunhyuk melihat tangga darurat yang turun dengan wajah enggan. Ada 32 lantai ke bawah tetapi hanya 7 lantai ke atas.
"Aku akan turun ke lantai pertama untuk berjaga-jaga," kata Kyuhyun sambil berlari menuruni tangga.
"Apa kamu yakin?" Eunhyuk merasa tidak enak.
Kyuhyun berhenti. Ia tersenyum dan mengacungkan jempolnya kepada Eunhyuk. "Tidak masalah. Lagipula aku bisa menggunakannya sebagai latihan."
Melihat Kyuhyun yang berlari menuruni tangga dengan penuh semangat, Eunhyuk menggelengkan kepala. "Senang rasanya menjadi muda..."
.
.
"Aku kira ini sedikit lebih sulit dari yang diharapkan..." Kyuhyun sudah tiba di lantai yang berada tepat di atas lobby. Ia berhenti sejenak untuk menarik napas setelah menuruni 32 lantai. Kyuhyun kembali berlari menuruni tangga biasa yang berada tepat di samping eskalator naik dan eskalator turun.
Setibanya di lobby ia memperhatikan ada dua buah lift yang akan membawa para tamu naik dan turun ke lantai atas. Ia lalu berjalan ke tengah lobby dan berbaur dengan orang-orang yang berlalu-lalang. Ia mulai berkonsentrasi untuk menyisir seluruh area itu.
Ketika tidak ada hal yang perlu diperhatikan ataupun mengancam, Kyuhyun berjalan dengan tenang ke arah salah satu sofa. Ia duduk tepat di samping Heechul yang tengah membaca surat kabar berbahasa Inggris.
"Apakah kamu menguasai bahasa Inggris?" tanya Kyuhyun sambil melayangkan matanya ke seluruh lobby, sama sekali tidak memandang Heechul.
"Jangan menggangguku." Heechul membalik lembaran surat kabarnya.
"Siapa yang kamu intai hari ini?" Kyuhyun menyandarkan punggungnya yang lelah ke sofa empuk itu.
"Aku tidak bisa mengatakannya. Mengapa kamu tidak kembali ke Kwak Jong Bin?" tanya Heechul sambil tetap memandang koran di hadapannya.
"Wah, Divisi Public Security memang tahu segalanya eoh? Tahukah kamu kapan aku mendapat ciuman pertamaku?" tanya Kyuhyun sambil tetap tidak memandang Heechul.
Heechul menghela napas panjang. Aku juga tahu jika metabolisme otakmu terus meningkat, kamu bisa mengalami kerusakan saraf otak.
"Apakah kamu yakin ini saatnya bercanda?" Heechul kembali membalik lembaran korannya. "Beberapa kelompok garis keras di Kejaksaan mencoba membocorkan lokasi ini agar dia ditangkap. Bukankah lebih baik memindahkannya ke lokasi yang tidak terlalu mencolok?"
Kyuhyun teringat reaksi Kwak Jong Bin yang menolak dipindahkan. Terlihat jelas pria itu sudah sangat lelah dengan semua yang terjadi; Ia membutuhkan ketenangan meski hanya sebentar.
"Tidak apa-apa." Kyuhyun mencondongkan tubuhnya ke depan sambil memperhatikan kesibukan di sekitarnya. "Kami akan menjaganya tetap aman, apa pun yang terjadi."
Kata-kata yang diucapkan dengan sungguh-sungguh itu, membuat Heechul mendengus kesal. Ia menurunkan surat kabar di tangannya dan memandang Kyuhyun. "Jebal, jangan bertingkah seperti pahlawan super. Kamu terlibat dalam kasus yang jauh lebih rumit dari yang kamu kira."
"Kau terdengar memarahiku tetapi aku merasa kau justru mencemaskanku." Kyuhyun kembali bersandar, masih tidak memandang Heechul sedikit pun. Ia kini menatap langit-langit hotel yang tinggi.
Heechul meraih surat kabar dan mulai berlagak membacanya kembali. "Keluarlah dari SP. Kau sama sekali tidak cocok di dunia seperti ini."
"Bagaimana kamu bisa mengusulkan agar aku keluar dari SP? Aku menemukan rumah di sini."
"Kyuhyun sshi, tidak ada keluarga di dalam dunia kerja. Kata keluarga dalam dunia keja justru merugikan. Kau terlalu naif jika berpikir demikian."
"Justru Heechul sshi yang menyangkal kebenaran." Kyuhyun meraih ponsel dan membukanya, lalu menempelkan ponsel itu ke telinganya seakan ia sedang berbicara dengan seseorang. "Kau pasti sudah tahu aku pernah bergabung di mana saja, sekitar dua atau tiga tempat; Bukannya aku tidak mencoba tempat lain. Tetapi di sini, aku menemukan rumah. Ada orang-orang seperti Kapten, Eunhyuk, Donghae dan Ryeowook. Bukan kata keluarga yang digunakan untuk mengeksploitasi pekerja, tetapi perasaan bahwa kita berada di rumah."
"Terserahmu saja." Heechul menyerah. "Tapi tolong, jangan gunakan kemampuan spesialmu terlalu sering apalagi memberitahu ke orang lain tentang hal itu."
"Mana mungkin? Aku bahkan tidak pernah memberitahu Kapten dan timku secara langsung. Kami juga tidak pernah membahasnya."
"Kau tidak memberitahu Leeteuk?" Heechul tidak mempercayai pendengarannya. "Tetapi kau memberitahuku sejak awal!"
"Itu karena aku tahu kau orang baik."
Heechul terdiam. Ia menimbang apakah sudah membalik koran itu terlalu sering atau tidak.
"Aku tahu kau mengawasiku sejak hari pertama, tetapi tidak ada niat jahat di sana. Kau bahkan terlihat mencemaskanku lebih dari yang seharusnya."
"Aku hanya tidak mau kau menjadi tikus lab dari jenius-jenius gila yang menginginkan kemampuanmu."
"Apakah hal semacam itu nyata?"
"Tentu saja."
Kyuhyun menurunkan ponsel dari telinganya, lalu memainkan benda itu dengan diam.
"Jangan khawatir. Bukankah ada penyelidik nomor 1 Divisi Public Security yang selalu mengawasimu? Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi, tapi kau harus berhati-hati."
Kali ini Kyuhyun tidak bisa menahan dirinya lagi untuk tidak menoleh ke arah Heechul Betapa kagetnya dia ketika Heechul ternyata sudah menurunkan surat kabarnya dan menghadap langsung ke arahnya.
"Kyuhyun sshi, aku tidak mau kau terluka. Percayalah, ini bukan tempat yang cocok untuk orang sepertimu. Tetapi keputusan tetap di tanganmu. Aku hanya memberi masukan."
Ujung mata Heechul melihat bahwa orang yang tengah ia intai mulai berpindah tempat. Ia melipat surat kabar di tangannya dan bangkit berdiri. "Sepertinya kamu memilih tetap menjadi SP."
Ia tersenyum melihat Kyuhyun yang masih memperhatikannya. "Kalau begitu... Selamat datang di dunia nyata, di mana garis yang memisahkan kebaikan dan kejahatan jauh lebih ambigu dari yang kamu kira, Kyuhyun sshi. Semoga berhasil."
Sepeninggal Heechul, Kyuhyun tetap duduk di sana dan merenungkan kata-katanya.
.
TBC
Bagaimana menurut kalian?
Apakah Kyuhyun lebih baik keluar dari SP?
Siapa itu Profesor?
Apakah mereka berhasil menjaga Kwak Jong Bin dari Paul dan George?
Akhir kata, selamat membaca.
Jangan lupa untuk meluangkan waktu menulis review.
Itu benar-benar bahan penyemangatku hehehe
Kamsahamnida
