D-Day

CHAPTER 15

.

.

Hotel Ocean Park
Kamar 3319 Pukul 22.00
Hari ke-3

Malam harinya, Kwak Jong Bin menikmati malam yang cukup menggembirakan dengan adanya laptop baru. Ia bercakap-cakap dengan kawan-kawan dunia maya yang berkecimpung dalam transaksi saham tanpa menyebutkan di mana ia berada.

Kyuhyun berdiri di area antara pintu kamar tidur dan pintu keluar, sedangkan Leeteuk duduk di kursi yang ada di sebelah meja kerja Kwak Jong Bin.

Kwak Jong Bin tertawa senang. "Mau tahu apa saja nama-nama saham yang besok pasti naik?"

Leeteuk bergeming sedangkan Kyuhyun hanya menoleh ke arahnya. Kwak Jong Bin menatap mereka dengan wajah keheranan. "Apa... Apakah kalian termasuk orang-orang yang merasa terlalu percaya diri dan berpikir bahwa menghasilkan uang itu buruk?"

Kyuhyun diam menatapnya dan Leeteuk tetap duduk tanpa menoleh sedikit pun.

"Bukankah kalian bekerja demi uang?" Kwak Jong Bin menghampiri Kyuhyun. "Bukankah kalian akan berhenti dari pekerjaan ini jika ternyata kalian tidak dibayar?"

Karena tidak mendapat tanggapan, ia beralih mendekati Leeteuk. "Semua orang di dunia mencoba yang terbaik untuk menghasilkan uang. Kalian juga masuk ke dalam sistem penghasil uang itu tanpa menyadarinya! Fakta bahwa kalian ada di sini sekarang adalah buktinya. Kalian mendapatkan uang dengan menjagaku, orang yang memiliki uang. Benar kan?"

"Tidak mungkin kalian begitu polos sampai saat ini..." Kwak Jong Bin kehilangan akal melihat keduanya hanya diam. "Ah! Aku akan tidur!"

Kwak Jong Bin membanting pintu kamar dengan kesal. Ia meraih pigura foto dan kembali menangis sedih.

.

.

Di kamar sebelah, George lengkap dengan seragam pegawai hotel itu mendengarkan earphone sambil tertawa.

"Apakah ada sesuatu yang lucu?" tanya Paul yang tengah bersiap untuk tidur.

"Ini seperti adegan dari melodrama," kata George dengan tatapan dingin. "Aku ingin membunuh targetnya sebelum dia bertobat dan menjadi orang baik."

.

.

Markas Besar Badan Kepolisian Nasional
Divisi Keamanan - Security Police Seksi-4
Hari ke-4 Pukul 09.00

Kyuhyun dan Leeteuk tengah berada di kantor untuk menyerahkan laporan rutin sebelum pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat.

"Apa pendapat Kapten tentang apa yang dikatakan VIP kemarin malam?" tanya Kyuhyun sambil merapikan jasnya.

"Kita menjaga VIP dengan nyawa kita. Itu saja. Uang tidak penting," jawab Leeteuk.

"Aku setuju." Kyuhyun mengangguk.

"Selamat datang kembali." Noona Jihoo masuk sambil membawakan secangkir kopi. Ia sangat kesepian ketika mereka berlima tidak pernah muncul di kantor, apalagi diam-diam ia menaruh perasaan kepada Leeteuk. Itulah sebabnya Noona Jihoo tidak begitu menyukai Kyuhyun yang dianggapnya selalu membawa masalah untuk Leeteuk. Entah sudah berapa kali Leeteuk ditegur oleh Shindong akibat ulah Kyuhyun.

Wajahnya sangat cerah ketika Leeteuk menerima sajiannya sambil mengucapkan terima kasih. Namun begitu ia berbalik ke arah meja Kyuhyun, wajahnya menjadi keras. Ia menghampiri SP baru itu dengan sebuah kertas di tangan. Diajukannya kertas itu tepat di depan muka Kyuhyun.

"Apa ini?" tanyanya dengan dingin.

"Permintaan penggantian biaya?" Kyuhyun meringis.

"Apa yang dimaksud dengan 'buku' ini? Apa yang kamu beli?" cecarnya.

"Kuis Ensiklopedia...?" Kyuhyun mencoba keberuntungannya.

"Aku tidak percaya kamu benar-benar punya nyali untuk mengajukan permintaan pembelian bodoh seperti itu!" Noona Jihoo mendengus kesal.

"Aku membutuhkannya sebagai teman melewati jam jaga yang panjang," jelas Kyuhyun.

"Berhentilah mengisi kuis dan mulailah berjaga! Kamu sudah tidak duduk di bangku sekolah dasar lagi!" Noona Jihoo meletakkan kertas itu di meja dan memukulkan tangannya ke atas kertas dengan keras. "Tulis ulang."

"Kapten, tidak bisakah kamu mengatakan sesuatu?" Kyuhyun berharap Leeteuk membelanya.

"Tidak." Leeteuk menolak dengan tegas.

"Keuanganku sangat ketat bulan ini..." Kyuhyun mencoba membujuk Noona Jihoo.

"Tulis ulang!" seru wanita itu dengan nada lebih keras. "Tu..Lis...U...Lang!"

Mau tak mau Leeteuk tersenyum melihat Kyuhyun tak berkutik di hadapan Noona Jihoo.

.

.

Kamar 3319 Pukul 08.10
Hari ke-4

"Awas!"

Kwak Jong Bin hendak menuangkan jus jeruk ke dalam gelas ketika Donghae secara tidak sadar berteriak gugup. Ia langsung meletakkan pitcher-nya kembali dengan kesal karena mereka bertiga kini mengawasinya dengan ketat, sehingga ia tidak bisa berpura-pura menumpahkan jusnya lagi.

.

Di kamar 3320, Paul mengisi buku teka-teki silang sambil mendengarkan percakapan mereka.

.

"Aku tidak bisa memakai itu!" Kwak Jong Bin tadi siang meminta Donghae membelikannya pakaian mahal dengan kartu black card-nya, namun kemudian ia menolak pakaian yang dipilihkan oleh Donghae.

Ia juga mencoba beberapa hal untuk bisa lepas dari pengawasan, tetapi ulahnya kemarin membuat semuanya semakin susah untuk dikecoh. Ia duduk dan menangis putus asa.

.

.

George memantau semua itu sambil berolahraga di atas tempat tidur. Ia berharap akan ada kesempatan bagi mereka untuk membunuh Kwak Jong Bin sebelum seminggu berlalu.

.

.

Menjelang jam 8 malam, Leeteuk dan Kyuhyun tiba di hotel untuk berganti shift.

"Apakah ada perubahan?" tanya Leeteuk setelah mereka semua saling mengucapkan salam.

"Tidak ada, Kapten," jawab Eunhyuk.

"Bagaimana VIP-nya?"

"Dia tampaknya benar-benar berada dalam kondisi mental yang buruk," jelas Ryeowook.

"Dia hampir tidak menyentuh sarapan atau makan siangnya." Donghae menambahkan.

.

Sepanjang malam Kwak Jong Bin menangisi nasibnya dan kerinduannya terhadap istri serta anak perempuannya. Leeteuk, Kyuhyun, maupun George hanya mendengarkan semua itu dalam diam.

.

.

Kamar 3319 Pukul 08.10
Hari ke-5

Seperti biasa, aneka makanan dan minuman mewah terhidang untuk sarapan. Namun Kwak Jong Bin tidak berselera.

"Hai," sapanya kepada Eunhyuk. "Apakah kamu ingin makan ini?"

"Tidak, terima kasih. Saya sudah sarapan," sahut Eunhyuk.

"Bagaimana dengan kalian berdua?" tanya Kwak Jong Bin kepada Donghae dan Ryeowook.

"Tidak, terima kasih," tolak Donghae.

"Tidak, kami sedang bekerja." Ryeowook menggeleng.

"Jadi begitu." Kwak Jong Bin meletakkan makanan utama yang ia tawarkan tadi.

"Aku ingin pergi berenang di kolam renang."

Ketiga agen SP hanya menatapnya tanpa bereaksi.

"Tanpa olahraga apa pun, aku tidak merasa lapar dan tidak bisa tidur. Dan tinggal di suite sempit ini sepanjang hari membuatku tercekik!" protes Kwak Jong Bin.

"Kami ingin Anda tetap di dalam demi alasan keamanan," jelas Eunhyuk.

"Apakah kamu mempunyai hak hukum untuk mengurungku di sini?"

"Tidak, kami tidak memilikinya, tapi..."

"Kalau begitu, aku akan melakukan apapun yang aku suka," tuntut Kwak Jong Bin. "Lagi pula, pembunuh tidak bisa masuk ke dalam kolam renang. Bagaimana dia bisa membawa senjata dalam keadaan setengah telanjang? Aku juga bisa berpikir, kalian tahu?!"

.

.

Eunhyuk melaporkan permintaan Kwak Jong Bin kepada Leeteuk melalui telepon.

"Apa yang harus kita lakukan?"

"Aku kira kita harus membiarkannya. Jika dia semakin stres, aku yakin dia akan mulai mengajukan tuntutan yang jauh lebih rumit," jawab Leeteuk sambil mengurus beberapa dokumen di meja kerjanya.

"Namun, tidak pada siang hari ketika banyak orang. Yakinkan dia untuk pergi pada malam hari," jelasnya lagi.

Eunhyuk mengucapkan terima kasih sebelum menutup telepon.

.

.

Di kamar hotel 3320, Paul mendengarkan percakapan antara Eunhyuk dan Kwak Jong Bin mengenai rencana mereka ke kolam renang.

"Harap menghindari jam di mana ada banyak orang."

"Nah, tepatnya jam berapa yang baik?" terdengar suara Kwak Jong Bin.

"Silakan pergi sekitar jam 9 malam."

"Baiklah."

Paul tersenyum lebar mendengar semua itu. Ia bergegas keluar kamar dan mengambil dua botol minum dingin. Ia membangunkan George yang langsung terbangun seketika meski matanya masih berusaha menyesuaikan dengan sinar matahari yang masuk dari jendela.

"Ada apa?"

"Target akan bergerak." Paul menegak minumannya.

"Ke mana?" tanya George masih agak mengantuk.

"Kolam renang hotel."

Paul mengedarkan matanya ke sekeliling, mencoba mencari cara untuk membunuh Kwak Jong Bin. Perhatiannya beralih ke botol air yang ada di tangannya. Ia tersenyum lebar. "Aku punya ide."

"Apa itu?"

"Untuk berjaga-jaga, ayo keluar dari hotel dan masuk lagi." Paul berdiri untuk bersiap-siap. "Salah satu SP melihat wajahku ketika menyamar menjadi bellboy, karena itu kita akan berganti penyamaran. Ayo, mari kita pergi."

"Dia sangat suka membuat orang penasaran, bukan?" George mengeluh.

.

.

Pangkalan Rahasia Yesterday

Paul sibuk meracik cairan beracun ke dalam sebotol air mineral. Larutan itu tetap bening seperti awalnya. Setelah siap, ia mulai memesan ulang kamar, kali ini mereka akan berperan sebagai turis dari Jepang. Diliriknya George yang hendak menyalakan rokok di sebelahnya. Melihat lirikan itu George pun menjauhkan diri.

"Apakah kamu ingin pergi ke Jepang dan menikmati barberque setelah pekerjaan ini?" tanya Paul.

"Dōi shita (setuju)." George mengangguk senang.

Paul hendak melanjutkan pembicaraan ketika ponselnya bergetar menandakan adanya panggilan masuk. Dari John.

"Yeoboseyo?"

"Halo... halo... Saya John." Terdengar suara di ujung sana dengan logat New York yang kental. "Jadi, kenapa lama sekali?"

"Kami akan menanganinya malam ini," kata Paul yakin.

"Benarkah? Bagus! Klien ini sangat kasar dan ingin semuanya cepat beres."

"Aku dan George harus menyamar sekarang. Sampai nanti."

Paul menutup telepon dan memberi kode agar George bersiap-siap. Mereka langsung mencari pakaian, aksesoris, bahkan soft lens yang sesuai agar bisa menipu mata resepsionis dan Eunhyuk yang pernah melihat mereka. Kali ini George memiliki janggut halus dan kumis, sedangkan Paul menjadi seorang wanita dengan rambut keriting yang dipotong sebahu.

.

.

Markas Besar Badan Kepolisian Nasional
Divisi Keamanan - Polisi Keamanan Seksi-4
Pukul 19.00

Leeteuk dan Kyuhyun berkumpul di markas, bersiap untuk menuju hotel.

"Apakah terjadi sesuatu, Kapten?" Kyuhyun bertanya ketika Leeteuk tampak melamun sambil mengenakan jam tangan khusus SP-nya. "Ada yang perlu kita kerjakan dipenjagaan malam ini?"

"VIP akan pergi ke kolam renang."

"Kolam renang?" Kyuhyun tertegun.

"Karena ini adalah area dengan risiko rendah, aku yakin kita akan baik-baik saja," jawab Leeteuk dengan senyum menenangkan.

Namun ekspresi Kyuhyun sangat berbeda. Dengan cepat pikirannya berputar. Ia kini berada di area kolam renang hotel, di mana hanya ada sedikit tamu yang tengah menggunakan fasilitas itu dan beberapa pelayan yang berkeliling membawakan pesanan makanan dan minuman.

Tidak ada yang tampak aneh, hanya beberapa orang yang berenang di kolam. Seorang pria keluar lebih dulu dari dalam kolam. Sambil menenteng handuk dan air minumnya ia berjalan ke ruang bilas. Kwak Jong Bin yang dikawal oleh SP mulai membilas dirinya di bawah shower. Agen SP telah memastikan ruangan itu aman, tidak ada orang di ruang sebelah, hanya ada seseorang di ruang bilas yang terdapat di sisi lain.

Kwak Jong Bin tidak menyadari bahwa pria yang berada di kamar lain itu berpindah ke kamar sebelahnya. Pria itu mengganti tutup botol air yang dibawanya dengan tutup botol yang memiliki banyak lubang. Pria itu menuangkan air dalam botol saat ia tengah menengadah untuk membasuh wajahnya di shower sedikit demi sedikit sehingga ia tidak curiga ada air selain air shower yang mengenainya. Air itu masuk ke dalam mulutnya, mungkin ada sedikit yang menyelinap melalui mata dan lubang hidungnya.

Ketika pria itu keluar, para agen SP yang waspada bergegas ke dalam. Ternyata Kwak Jong Bin masih sibuk membilas diri. Hal itu membuat pria itu lolos dari kecurigaan agen SP yang berjaga di sana. Para agen SP kembali keluar dan berjaga di pintu masuk. Namun beberapa saat kemudian racun itu mulai bekerja. Kwak Jong Bin tidak sempat berteriak, hanya bisa tergagap tanpa suara sambil meringkuk kesakitan. Dalam hitungan detik Kwak Jong Bin meringkuk tak bernyawa di lantai.

Itulah yang akan Kyuhyun lakukan jika dia adalah sang teroris.

"Apakah kamu khawatir tentang sesuatu?" tanya Leeteuk melihat Kyuhyun termenung

"Yah... Aku tidak bisa mengatakan bahwa aku tidak sepenuhnya khawatir," jawab Kyuhyun. Ia tidak tahu bagaimana menerangkan semua bayangan tadi kepada Leeteuk. Daripada menjelaskan kekhawatirannya, Kyuhyun memilih mencari cara untuk mencegah semua bayangannya tadi terjadi. Ia pun tersenyum. "Tapi aku yakin kita akan baik-baik saja jika kita melakukan pencarian dan pembersihan secara menyeluruh."

"Baiklah, ayo pergi!'

"SIAP!"

.

.

Hotel Ocean Park
Lobby Pukul 19.45

Resepsionis yang sama menyambut Paul dan George dalam penyamaran barunya. Mereka menyukai perasaan seperti itu; Perasaan menantang untuk memastikan orang yang sama bisa terkecoh dengan penyamaran mereka. Bukanlah sebuah prestasi untuk menyamar di hadapan orang yang berbeda dan tidak dikenali.

"May i see you your passport please?" tanya sang resepsionis seperti beberapa hari sebelumnya.

"Sure." Kali ini George menggunakan bahasa Inggris yang kelihatan kaku dan memiliki logat Jepang untuk menjawab. Berbeda dengan sebelumnya yang berambut cepak, kali ini ia mengenakan wig yang membuat rambutnya sedikit panjang.

"Thank you very much." Sang resepsionis yang sudah membandingkan sepasang suami istri itu dengan foto yang ada, mengembalikan paspor mereka. Kali ini Paul bertindak seperti istri yang ramah, tidak cuek seperti yang sebelumnya. "The bellboy will take you to your room."

"No, I don't think we need any help," jawab George masih dalam bahasa Inggris yang terbata-bata, seakan dia kurang menguasai bahasa itu.

"Okay, so this is your key." Sang resepsionis memberikan kunci kamar mereka.

"Arigatou (terima kasih)."

"Douita shimashite (sama-sama)," balas sang resepsionis sambil sedikit membungkukkan tubuh.

.

.

Leeteuk dan Kyuhyun memasuki lobby hotel Ocean Park dan langsung berjalan menuju lift. Keduanya menenteng tas dan mantel masing-masing. Mereka memasuki lift bersamaan dengan sepasang suami istri. Leeteuk berada di sisi kanan lift dengan Kyuhyun berdiri di belakangnya, sedangkan sepasang suami istri itu berdiri di sebelah kiri lift.

Sang istri yang berdiri di depan menekan tombol 26 dan Leeteuk menekan tombol 33. Pintu lift menutup dan lift mulai bergerak naik.

Di ruangan yang kecil itu, Kyuhyun mencium kembali bau yang ia temui beberapa hari lalu. Ia memusatkan perhatiannya dan menemukan bahwa bau yang ada di tubuh sang suami sama seperti bau yang ada pada turis China yang menghuni kamar di sebelah mereka; Sosok yang ia yakini ada di depan pintu 3319 entah dengan maksud apa.

Untuk terakhir kalinya, Kyuhyun melirik ke arah sepasang suami istri itu, mencoba mengukur kekuatan lawan. Ia melihat sebuah buku untuk turis pemula mencuat dari saku jaket sang suami. Buku dalam tulisan bahasa Jepang.

Berarti kali ini mereka menyamar sebagai turis dari Jepang.

Kyuhyun melangkah mundur dengan tenang sehingga posisinya kini lebih belakang daripada sang suami, meski mereka berada di sisi lift yang berbeda. Itu akan membantunya menahan serangan jika mereka tiba-tiba menyerang. Ia yakin Leeteuk yang sudah berpengalaman selama 10 tahun sebagai SP akan bisa bereaksi dengan cepat jika keadaan berubah menjadi genting.

"Apakah mereka juga menjual Esse (rokok asli buatan Korea) di Jepang?" tanya Kyuhyun tiba-tiba, membuat sepasang suami istri itu bahkan Leeteuk menoleh ke arahnya dengan pandangan bingung.

"Oh?" Kyuhyun kini menatap langsung sepasang turis asing itu. "Ternyata kalian mengerti bahasa Korea."

Kedua turis itu kembali menghadap ke depan seakan tidak ada yang terjadi, sementara Leeteuk yang menangkap maksud Kyuhyun tetap mengawasi keduanya.

Tiba-tiba George menyikut dengan tangan kanannya untuk menyerang Kyuhyun. Kyuhyun yang sudah siap segera menangkisnya. Ketika George berbalik untuk memukulnya, Kyuhyun menghindar ke arah Leeteuk sehingga ia tidak terjepit di sudut lift. Serangan itu menghantam dinding kosong. Namun George dengan cepat menubrukkan tubuhnya sehingga Kyuhyun terdorong hingga ke sudut kanan.

Leeteuk yang melihat kejadian itu langsung menoleh ke arah Paul, tepat saat pria yang menyamar sebagai wanita itu melancarkan serangannya. Leeteuk menubruk Paul hingga terdorong ke sudut kiri lift sehingga Kyuhyun memiliki ruang untuk bergerak melawan George. Paul berhasil membebaskan dirinya dari serangan Leeteuk bahkan memaksanya melompat mundur.

Kyuhyun menyarangkan serangan dengan lututnya ke perut lawan sehingga George terdorong mundur ke arah Leeteuk. George langsung menyerang Leeteuk namun Leeteuk lebih dulu menangkap tangannya dan menahannya ke pojok kiri lift. Ia lalu menendangkan lututnya ke perut George hingga pria itu meringkuk kesakitan.

Kyuhyun sendiri tengah menghadapi Paul yang meski bertubuh kecil, memiliki kekuatan yang lebih besar dari George. Kyuhyun terjatuh ke lantai di sudut kanan sementara Paul menguncinya. Tiba-tiba Paul menghunus sebilah pisau komando, siap menikam Kyuhyun yang sudah tersudut.

Melihat itu, Leeteuk langsung menendang lutut belakang Paul sehingga pria yang berpakaian wanita itu jatuh berlutut. Di saat yang sama, George mengalungkan tali tasnya ke kepala Leeteuk lalu mencekiknya dari belakang. Paul berbalik, bersiap menikam Leeteuk yang tengah berjuang melepaskan jeratan di lehernya.

Kyuhyun yang sudah bangkit berdiri langsung menangkap tangan Paul yang memegang pisau dan memukul pergelangan tangannya hingga pisau itu jatuh ke lantai. Ia lalu memukul tengkuk Paul hingga terjatuh, kemudian meninju kepala George dengan kuat sehingga pria itu merasa pusing dan jeratan di leher Leeteuk terlepas.

Leeteuk langsung membebaskan dirinya dari tali tas. Ia menangkap gerakan Paul yang masih terbatuk karena serangan Kyuhyun di tengkuknya. Tangan pria itu hendak meraih pisau yang jatuh sehingga Leeteuk langsung menubruknya. Tubuh Paul menghantam tombol lift hingga beberapa tombol tertekan, bertepatan dengan lift yang terbuka di lantai 26. Dua tamu asing melihat perkelahian itu dengan wajah ketakutan. Tidak ada yang melangkah masuk hingga pintu lift tertutup kembali.

Perkelahian masih terjadi dengan sengit. Leeteuk melawan Paul dan Kyuhyun melawan George.

Kyuhyun yang terpojok, meringkuk sambil melindungi diri dengan kedua tangannya dari pukulan George yang bertubi-tubi. Melihat sebilah pisau di lantai lift, George bergerak untuk mengambilnya. Melihat hal itu Kyuhyun langsung menendang pisau itu dengan kakinya yang bebas. Pisau terlontar ke arah Leeteuk dan Paul.

Paul yang tengah saling mengunci dengan Leeteuk, mencoba meraih pisau itu. Leeteuk menendang pisau tersebut, tepat di saat lift terbuka di lantai 28. Pisau meluncur keluar hingga menabrak dinding koridor.

George berlari keluar lift untuk meraih pisau itu, namun Kyuhyun langsung melompat ke punggungnya sehingga mereka berdua terjatuh ke lantai. Ketika George membalikkan tubuh, ia langsung disambut dengan pukulan Kyuhyun yang mengenai rahangnya, membuat ia seketika itu juga jatuh pingsan.

Sama seperti tadi, Leeteuk dan Paul masih saling mengunci, masing-masing berusaha membanting lawan. Melihat pintu lift terbuka, Leeteuk menyeret tubuh Paul yang jauh lebih kecil darinya ke ruang terbuka. Ia langsung membanting Paul dan memukul tengkuknya hingga tak sadarkan diri.

Leeteuk tengah memiting lengan Paul ke belakang punggung ketika ia melihat Kyuhyun juga sudah berhasil melumpuhkan lawannya dan kini tengah merogoh saku belakangnya yang kosong.

"Bolehkah aku meminjam borgolmu lagi, Kapten?" Kyuhyun langsung meringis melihat Leeteuk mencabut borgolnya dan mengamankan Paul.

"Jika kamu lupa lagi, kamu akan mendapat pengurangan gaji," ancam Leeteuk sambil meraih ponselnya. Dengan napas yang masih tersengal akibat perkelahian di ruang sempit tadi, Leeteuk menghubungi Ryeowook.

"Yeoboseyo. Ryeowook imnida," terdengar sahutan dari sana.

"Segera turun ke lantai 28!" perintah Leeteuk. "Eunhyuk dan Donghae masuk ke status waspada!"

George yang sudah sadarkan diri mulai melawan dari kuncian Kyuhyun. Ia bahkan mampu membalikkan tubuhnya sehingga Kyuhyun harus bergulat ketat dengan pria itu agar George tidak bisa melarikan diri.

"Bertahanlah beberapa menit lagi. Borgol akan datang." Leeteuk tidak bisa menahan tawanya melihat Kyuhyun berusaha menahan George mati-matian.

"Baik!" jawab Kyuhyun yang kini sudah berhasil mengunci leher George dari belakang sehingga perlawanannya melemah.

.

.

Kolam Pemancingan

John yang sedang memancing, mendengarkan lontaran kemarahan penghubung kliennya atas tertangkapnya kedua anak buahnya oleh SP. Si penghubung tidak ingin identitas kliennya akan terbongkar karena penangkapan tersebut.

"Mereka tidak memiliki informasi mengenai klien," jelas John menenangkan. "Dan mereka tidak akan mengatakan apa pun sejak awal. Jangan khawatir. Baik... Saya akan pastikan untuk menutupi kesalahan mereka. Tenanglah. Saya akan segera menyelesaikan kasus ini, meskipun kami harus menggunakan metode yang sedikit lebih kejam."

John menutup sambungan telepon sambil menghembuskan napas dengan keras.

Ringo duduk di sebelahnya, siap untuk menemani John memancing.

"SP... Ternyata mereka sangat tangguh." Ringo melontarkan tali pancingnya yang sudah dipasangkan umpan. "Kabar bahwa mereka hanyalah tameng berjalan sepertinya bohong. Mereka jelas-jelas punya kemampuan taktis dan keahlian bertarung yang baik."

"Tidak, Paul dan George saja yang bodoh," tolak John. "Mereka mengambil risiko bodoh dengan masuk ke wilayah pengamanan mereka."

"Bukankah mereka percaya kalimat yang mengatakan 'jika kamu tidak masuk ke dalam gua harimau, kamu tidak akan bisa menangkap anaknya', bukan?"

"Aku yakin itu adalah perkataan yang dibuat oleh orang yang sangat bodoh." John menggelengkan kepala dengan kesal. Ia tidak menyangka tugas yang dipikirnya mudah ini akan gagal, bahkan kedua anak buahnya tertangkap.

"Jadi apa yang akan kita lakukan?"

"Kita hanya perlu memasang umpan dan menunggu mereka menggigitnya." John berkata dengan penuh percaya diri.

Sesuatu bergerak di ujung kail. Ia langsung menariknya, namun yang ada hanyalah kail dengan umpan yang sudah dicuri, tapi tak ada ikan yang tertangkap di sana.

"Ikan cerdik." Ringo terkekeh. "Bagaimana jika para agen SP itu sama cerdiknya dengan ikan tadi?"

Ringo langsung terdiam ketika John melemparkan pandangan tajam ke arahnya. Meski begitu, tak urung sebuah senyuman bermain di wajah Ringo.

.

.

Markas Besar Badan Kepolisian Nasional
Divisi Keamanan - Security Police Seksi-4
Pukul 22.15

Leeteuk berdiri dengan sikap siap di kantor Shindong sementara Ketua Seksi-4 itu duduk sambil menatap tajam ke arahnya. Kyuhyun sudah diperintahkan kembali ke hotel setelah Shindong puas memarahinya seperti biasa.

"Kedua pria yang kalian tangkap memang melakukan beberapa kejahatan kecil," kata Shindong setelah cukup menunjukkan betapa kesalnya ia terhadap Leeteuk dan Kyuhyun. "Mereka terbukti menggunakan paspor palsu dan botol air yang mereka bawa juga mengandung racun. Kita sebenarnya mendapat sedikit lebih banyak pelanggaran selain kedua hal itu, tapi tidak ada yang menunjukkan bahwa mereka menjadikan Kwak Jong Bin sebagai target."

"Ketua benar-benar berpikir begitu juga?" Leeteuk tidak bisa menahan nada sinisnya.

Kedua orang itu menyamar sebagai turis China yang tinggal di sebelah kamar mereka; Kyuhyun tahu mereka mengintai kamar 3319; Dan kini mereka menyamar sebagai turis Jepang dengan tujuan lantai 26 di mana kolam renang berada. Mereka jelas mengincar Kwak Jong Bin.

Tetapi Leeteuk tidak bisa membicarakan hal itu dengan terus terang tanpa membahayakan Kyuhyun, apalagi anak buahnya itu berusaha menyembunyikan kemampuannya meski Leeteuk yakin bahwa Kyuhyun sadar Leeteuk tahu. Namun mereka tidak pernah membicarakannya dengan terbuka. Karena itu Leeteuk terpaksa berpatokan pada hal-hal yang bisa ditangkap karena nalar dan kejelian saja.

Mendengar nada sinis Leeteuk, Shindong bangkit berdiri dan mendekatinya.

"Aku sudah mengatakan ini sebelumnya. Tugas SP adalah menjaga, bukan menangkap. Harap menahan diri untuk tidak bertindak di luar tugasmu!"

"Kami adalah polisi sebelum menjadi SP," kata Leeteuk masih dalam sikap sempurna. Tatapannya tetap lurus ke depan meski Shindong berdiri begitu dekat di sampingnya. "Bukankah itu bagian dari tugas saya sebagai polisi untuk mencegah kejahatan?"

"Kita sepertinya selalu berada pada garis paralel, tidak pernah benar-benar sependapat," keluh Shindong.

"Jadi, Anda tidak akan menerima permintaan saya untuk menambah jumlah SP dalam kasus ini?" Meski sudah menduganya, Leeteuk mencoba lagi, berharap Shindong akan mengubah keputusannya.

"Aku tidak melihat ancaman apa pun. Silakan penuhi tugas Anda untuk dua hari ke depan, dengan jadwal yang sama seperti sebelumnya."

Perasaan kecewa dan marah kembali memenuhi perasaan Leeteuk.

"Itu saja," kata Shindong melihat Leeteuk tidak menjawab apapun.

Begitu mendengar kata-kata yang merupakan penutupan, Leeteuk berbalik dan menuju pintu tanpa mengatakan apapun.

"Leeteuk sshi."

Leeteuk memejamkan mata. Ia mencoba menahan perasaannya dan berbalik menghadap atasan yang selalu tidak mendukungnya itu.

"Semuanya sudah diputuskan oleh atasan. Kita hanya bisa menjalaninya," ucap Shindong pelan.

"Permisi." Akhirnya Leeteuk berpamitan. Ia tahu Shindong juga merasakan hal yang sama selama ini, namun itu tidak mengurangi kekecewaannya karena Shindong tidak mau berjuang sedikit pun untuk mereka.

.

.

Hotel Ocean Park
Kamar 3319 Pukul 23.00

Kyuhyun mengintip melalui lubang sebelum membukakan pintu untuk Leeteuk.

"Apa yang akan terjadi?" tanya Kyuhyun begitu Leeteuk memasuki kamar.

"Kita tetap beroperasi sesuai rencana." Leeteuk meletakkan tas dan mantelnya, lalu bergerak menuju ruang tamu di mana Kwak Jong Bin duduk di sofa sementara Eunhyuk, Ryeowook, dan Donghae berjaga di sekitarnya.

Kejadian tadi membuat mereka berlima masuk ke dalam status siaga, di mana semua bergabung untuk langkah pengamanan.

Leeteuk mendekati Kwak Jong Bin sementara Kyuhyun memposisikan dirinya di sisi paling luar dari ruangan itu, sehingga ia bisa tetap mengawasi area pintu yang dipegangnya sambil tetap mendengar pengarahan Leeteuk.

"Informasi penginapan sepertinya bocor entah dari mana. Silakan pindah ke hotel yang pergerakan orangnya lebih sedikit," usul Leeteuk kepada Kwak Jong Bin yang semenjak tadi duduk dengan perasaan takut. Jangankan untuk berpikir ke kolam renang, ia bahkan takut berpindah ke kamar tidur.

"Aku ingin pulang ke rumah," pinta Kwak Jong Bin dengan nada memelas.

"Ada banyak sekali pers yang menunggu di rumah Anda, jadi hal itu tidak mungkin dilakukan," jelas Leeteuk.

"Aku tidak peduli jika kejahatanku dipublikasikan! Aku tidak ditangkap saat ini jadi aku bisa melakukan apapun yang aku mau, bukan?!" Kwak Jong Bin berteriak sedikit histeris.

"Tolong, bekerja samalah dengan kami." Leeteuk menundukkan tubuhnya untuk memohon.

"Tidak! Aku akan pulang!" teriak Kwak Jong Bin. "Jika aku akan mati, aku ingin bertemu istri dan anak perempuanku lebih dulu!"

Kwak Jong Bin berjalan melewati Leeteuk hendak menuju pintu, namun Leeteuk langsung menahan bahunya. Ia berjalan ke depan Kwak Jong Bin supaya mereka saling berhadapan sehingga Kwak Jong Bin bisa melihat kesungguhan kata-katanya.

"Sejujurnya, Saya tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Jika Anda pulang, ada kemungkinan keluarga Anda dalam bahaya. Apakah Anda tidak peduli tentang itu?"

Wajah Kwak Jong Bin memucat.

"Itu tidak adil." Ia berbalik dan kembali duduk di sofa dengan perasaan putus asa.

"Tuan Kwak." Leeteuk berjalan mendekat, menunggu hingga Kwak Jong Bin menatapnya. "Saya tidak akan pernah melakukan apa pun yang membahayakan hidup Anda. Saya berjanji."

Kwak Jong Bin dapat merasakan ketulusan kata-kata Leeteuk. Ia mengedarkan pandangannya kepada agen SP yang lain. Ia bisa melihat kesungguhan mereka untuk melindunginya. Akhirnya ia menyerah dan mengangguk menyatakan persetujuannya untuk pindah dari hotel itu.

.

TBC

Aku tidak tahu siapa yang paling aku kasihani dari semua akrakter di chapter ini.
Menurut kalian sendiri bagaimana?
Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk komen.
Adegan manapun yang kalian tanggapi, aku sangat suka membacanya.
Jangan segan mereview karena itu adalah penyemangatku.
Kamsahamnida.