D-Day

CHAPTER 16

.

.

Hotel Ocean Park
Kamar 3319 Pukul 23.15
Hari ke-5

Setelah Kwak Jong Bin setuju untuk pindah dan mengemasi barang-barang di kamar tidur utama, Leeteuk memberi isyarat agar keempat anak buahnya berkumpul.

"Kita akan memindahkan VIP dalam 15 menit. Eunhyuk, Donghae dan Ryeowook, kalian bertugas memindahkan VIP."

"SIAP!" seru ketiganya serentak.

"Kyuhyun bersamaku akan pergi ke hotel pengganti mendahului kalian," kata Leeteuk kepada mereka bertiga, tetapi matanya sepenuhnya tertuju pada Kyuhyun. "Kami akan melakukan pembersihan kamar sebelum kalian datang."

"SIAP!" Kyuhyun mengangguk. Ia mengerti Leeteuk memintanya menggunakan kemampuan khususnya untuk melakukan pembersihan itu.

"Kita akan bertemu satu jam lagi," tutup Leeteuk.

"SIAP!"

.

.

Hotel Ocean Park
Parkir Bawah Tanah

Eunhyuk berlari menuju mobil yang disewanya beberapa hari ini. Ia memilih sebuah MPV dengan pintu geser sehingga memudahkan mereka memasukkan ataupun mengeluarkan VIP saat terjadi keadaan darurat. Ia mengemudikan mobil itu sedikit lebih cepat dari biasanya, untuk menuju titik penjemputan.

Tiba-tiba seorang pria menyeberangi area parkir. Eunhyuk menginjak pedal rem dengan cepat sehingga mobilnya tidak mengenai pria itu. Namun pria itu tetap terjatuh. Eunhyuk langsung turun dari mobil dan menghampirinya.

"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Eunhyuk cemas. "Apakah kamu terluka?"

Ia fokus memeriksa keadaan pria itu sehingga tidak menyadari seseorang menempelkan pelacak ke bagian belakang mobil, tepatnya di bagian bawah mobil.

"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Eunhyuk lagi ketika pria itu tidak juga menyahut.

"Saya baik-baik saja." Pria itu akhirnya menoleh. Dari pakaian yang dia kenakan, tampaknya dia adalah seorang pekerja kantoran berusia sekitar 30-an, dengan rambut klimis dan kacamata. Dengan tangan gemetar pria itu mencoba meraih tas kerjanya yang tergeletak di lantai.

"Jantungku sedikit bermasalah," kata pria itu sambil mengernyit kesakitan, urung mengambil tasnya. Ia bangkit berdiri dengan perlahan.

Eunhyuk bergegas mengambil tas kerja pria itu dan memberikan kepadanya. "Saya minta maaf," sesalnya.

"Tidak masalah. Saya juga tidak memperhatikan jalan," kata pria yang tak lain adalah John itu sambil tersenyum. Sesekali ia meringis menahan sakit.

"Saya sungguh minta maaf." Eunhyuk membungkukkan tubuhnya.

Pria itu balas mengangguk dan berjalan menjauh.

Eunhyuk memperhatikan pria itu berjalan agak tertatih dan lambat, membuatnya yakin pria itu memang memiliki masalah jantung. Eunhyuk kembali mengendarai mobil menuju titik penjemputan.

.

.

John masuk ke dalam salah satu mobil, di mana Ringo yang juga menyamar sebagai karyawan kantor, tengah menatap tablet di tangannya. Tampak layar masih menunjukkan panah berputar.

"Bagaimana?" tanya John tidak sabar.

Sedetik kemudian muncul peta dengan sebuah titik merah yang berkedip.

"Sempurna!" Ringo tersenyum puas. "Omong-omong, aktingmu tadi sangat meyakinkan."

"Aku belajar akting di sebuah studio di kota New York." John tersenyum mendengar pujian itu. "Akting sebagai pria dengan penyakit jantung bukanlah hal yang sulit. Kamu hanya harus detail untuk semua hal, termasuk cara kamu berjalan dan bergerak."

Mereka berdua mengamati mobil MPV yang kini berhenti tepat di depan pintu darurat.

.

.

Ryeowook keluar lebih dulu. Setelah yakin kondisi aman, ia memberi kode kepada Donghae untuk bergerak. Donghae berlari sambil menggandeng Kwak Jong Bin yang membawa laptop dan barang pribadinya. Mendekati pintu geser yang terbuka, tangannya langsung memegang kepala pria itu untuk menundukkannya saat melewati pintu. Hanya dalam beberapa detik mereka sudah ada di dalam mobil. Ryeowook masuk ke kursi penumpang di samping Eunhyuk setelah menutup pintu geser.

.

.

John dan Ringo mengamati mobil MPV itu meninggalkan area parkir. Beberapa menit kemudian dengan panduan pelacak yang sudah terpasang, mereka membuntuti target ke tempat persembunyian barunya.

.

.

Hotel Rainbow, Yongsan
Kamar 312
Hari ke-6

Leeteuk dan Kyuhyun melakukan pembersihan di kamar yang mereka pesan. Segala sesuatu di kamar itu mereka buka dan lihat, kalau-kalau ada penyadap dan barang berbahaya lainnya. Kyuhyun juga menyisir area lobby dan sekitar kamar dengan kemampuan ESP (Extra Sensory Perception)-nya. Saat ini tidak ada yang perlu mereka khawatirkan.

.

Tepat jam 00.15 dini hari, Kwak Jong Bin tiba di hotel dengan pengawalan Eunhyuk, Donghae dan Ryeowook. Pria itu menatap ruangan yang jauh lebih kecil dari kamar suite sebelumnya. Terdapat dua tempat tidur ukuran twin, sebuah meja kecil yang berfungsi sebagai meja kerja, sebuah meja kecil senada yang terdapat layar TV kecil di atasnya, dan sebuah meja rias. Selain itu hanya ada kamar mandi sekaligus toilet.

"Sebuah tiruan sebelum masuk ke sel penjara yang sempit eoh?" Kwak Jong Bin menaruh laptop dan mantelnya dengan perasaan kesal.

"Harap menaati aturan yang kita sepakati sebelumnya." Leeteuk mengingatkan.

"Aku tahu." Kwak Jong Bin duduk di salah satu tempat tidur dengan wajah pasrah.

Leeteuk mengajak keempat anggota timnya keluar dari kamar. Mereka berkumpul di koridor.

"Kita telah menyewa kamar yang berdekatan." Leeteuk menunjuk kamar nomor 311 yang berada tepat sebelum kamar 312. Kamar 312 adalah kamar yang berada paling ujung koridor, sehingga tidak ada kamar lain yang terhubung. Leeteuk ingin menghindari seseorang menyadap mereka seperti sebelumnya. "Meskipun begitu, pastikan untuk mencari tanda-tanda invasi setiap 1 jam. Mari kita bertugas dengan kewaspadaan yang lebih dari sebelumnya."

"SIAP!"

"Aku dan Kyuhyun akan berjaga hingga jam 8 pagi, sama seperti sebelumnya. Hanya saja, shift akan kita perluas sedikit untuk keamanan. Kita semua akan tiba 30 menit sebelum waktu shift dan baru keluar 30 menit sesudah waktu shift. Jadi ada waktu di awal dan akhir shift di mana kita bisa bertukar informasi dan mengatur strategi."

"SIAP!"

"Kalau begitu, silakan kalian bertiga beristirahat," kata Leeteuk kepada Eunhyuk, Donghae dan Ryeowook.

Ketiganya segera mencopot semua perlengkapan SP dan memasukkannya ke dalam tas masing-masing sebelum pergi meninggalkan hotel.

.

.

Pangkalan Rahasia Yesterday II

Tampak kesibukan di sebuah gudang kosong. Ini adalah pangkalan rahasia Yesterday ke-2 untuk mengantisipasi diselidikinya pangkalan yang digunakan oleh Paul dan George, meski mereka yakin keduanya tidak akan membocrokan tempat tersebut. Di gudang ini mereka memiliki peralatan yang lebih banyak dan lengkap.

John sambil bersenandung sibuk merakit sebuah bom yang terdiri dari 2 buah tabung stainless steel. Ia merakit sejumlah bahan yang mampu meledakkan sebuah mobil MPV, hingga tak seorang pun penumpangnya bisa selamat dari kematian. Ia menghitung dengan seksama agar kekuatan ledaknya tidak terlalu besar ataupun kecil. Ia sangat menyukai sesuatu yang optimal dan tepat sasaran.

Di sisinya, Ringo sibuk mengemas sebuah dus yang berukuran sedang dengan beberapa kaleng ikan sarden. Itu adalah ikan sarden kalengan yang sudah kadaluarsa bertahun-tahun lalu yang ia dapatkan di black market. Setelah dus itu penuh dengan kaleng ikan sarden, ia menutupnya rapat dan menempelkan stiker bertuliskan FRAGILE.

John juga mengambil stiker yang sama, lalu menempelkan pada tabung stainless steel itu untuk merekatkan dua buah kabel yang dipakainya.

"Apakah kamu sudah selesai?" tanya John melihat Ringo masih menatap dus di tangannya.

"Sebentar lagi," jawab Ringo. Matanya menangkap gerakan John yang mengambil salah satu kaleng sarden yang tersisa dan membukanya. "Apakah kamu akan memakannya?"

"Tidak." John mencelupkan salah satu ujung jarinya ke dalam cairan yang ada lalu melumuri sudut bawah dus itu. Ia menatap dengan puas noda yang muncul. "Terlihat sangat mirip noda yang muncul saat kau mengisi dus dengan bahan peledak. Aku sangat menyukai aliran Realisme."

Ringo tersenyum miring melihat betapa telitinya John terhadap detail.

.

.

Hotel Rainbow, Yongsan
Kamar 312 Pukul 03.45
Hari ke-6

Kwak Jong Bin tidak bisa tidur. Sedari tadi ia hanya berbaring diam di dalam selimut sambil menatapi foto istri dan anak perempuannya yang ia letakkan di atas nakas. Apalagi saat ini Leeteuk dan Kyuhyun berjaga di ruangan yang sama dengannya, tidak terpisah oleh dinding apapun. Kwak Jong Bin meraih kacamatanya, memutuskan untuk duduk di tempat tidur daripada terus berbaring.

Kyuhyun yang duduk di dekat pintu, melihat gerakan itu dan langsung menegakkan tubuhnya. Leeteuk yang duduk membelakangi tempat tidur, menoleh ke arah Kwak Jong Bin. Melihat pria itu duduk di pembaringan, ia segera bangkit berdiri diikuti oleh Kyuhyun.

Kwak Jong Bin melihat dua kursi kayu yang keras dan tidak lebar yang Leeteuk dan Kyuhyun duduki sebelumnya. Keduanya bahkan tidak berbicara sama sekali untuk membuatnya tidak terganggu seakan berada di kamar seorang diri.

"Apakah ada yang salah?" tanya Leeteuk melihat wajah pria itu tampak muram.

"Kalian memiliki pekerjaan yang sangat sulit," ujar Kwak Jong Bin. "Apakah kalian dibayar sesuai dengan beban kerja kalian?"

"Saya tidak tahu," jawab Leeteuk setelah berpikir sejenak.

"Apa maksudmu kamu tidak tahu?"

"Saya tidak tahu bagaimana mengubah nilai pekerjaan saya menjadi label harga," jawab Leeteuk. "Jadi, saya tidak bisa mengatakan apakah saya dibayar sesuai dengan beban pekerjaan saya atau tidak."

"Jawaban yang jujur dan membosankan," kata Kwak Jong Bin sambil tertawa miris. "Aku yakin kalian benci menjaga orang sepertiku."

Leeteuk melirik ke arah Kyuhyun yang sedari tadi hanya berdiri mendengarkan sebelum kembali menatap Kwak Jong Bin. "Siapapun orangnya, setiap kali mereka menjadi target penjagaan, kami berusaha sebaik mungkin untuk menyukai orang itu."

"Jadi, apakah kamu mengatakan bahwa kamu sebenarnya tidak menyukaiku?"

"Tidak, bukan itu yang saya maksud."

Kwak Jong Bin tertawa melihat wajah Leeteuk sedikit memucat.

"Aku hanya bercanda. Kamu sangat serius dan jujur."

Kwak Jong Bin memandangi wajah Leeteuk dan Kyuhyun satu per satu, sebelum kembali berbaring dan memunggungi mereka. Ia menatap foto anak dan istrinya kembali.

"Mata kalian tidak seperti orang-orang yang kutemui sejak aku dewasa," kata Kwak Jong Bin tanpa melepaskan pandangannya dari foto. "Mata orang-orang di sekitarku tidak seperti itu. Sepertinya mataku juga sama dengan mereka, mata yang selalu menilai sesuatu dengan uang dan untung rugi..."

Kwak Jong Bin tersenyum lebar sambil memandangi foto putrinya yang ceria.

"Saat putriku besar nanti, aku ingin dia menikah dengan pria yang memiliki mata seperti kalian." Ia membayangkan dengan senyum lebar. "Apakah aku akan dipenjara untuk waktu yang lama setelah aku ditangkap?"

"Saya tidak tahu," jawab Leeteuk.

"Mungkin aku akan keluar saat putriku menikah?" tanya Kwak Jong Bin lagi, kali ini berbalik menghadap mereka sambil tersenyum bahagia.

Penjara bukan lagi hal menakutkan ketika ia membayangkan bisa menghadiri pernikahan putrinya kelak. Bersama Leeteuk dan timnya selama beberapa hari ini membuatnya yakin mereka mampu melindunginya sampai ia berada di penjara dengan aman.

"Saya tidak tahu."

"Kamu bisa saja mengarang jawaban yang menghibur. Kamu terlalu jujur." Kwak Jong Bin mendengus kesal. Namun sedetik kemudian ia tersenyum. "Aku minta maaf telah mengganggu kalian."

Kwak Jong Bin kembali memunggungi mereka dan mulai menangis lirih. Leeteuk dan Kyuhyun hanya bisa diam mendengarkan.

.

.

Hotel Rainbow, Yongsan
Kamar 312 Pukul 08.40

Eunhyuk yang berjaga di luar pintu kamar hotel, mengetuk memberi tanda. Ryeowook keluar dan mengambil nampan berisi makan pagi yang dikirimkan oleh pelayan. Ia meletakkan nampan itu di meja, sementara Kwak Jong Bin masih sibuk bercakap-cakap dengan Donghae yang berjaga tepat di dekatnya.

"Apakah kamu mengerti?"

"Umm... tidak juga." Donghae menggeleng.

"TIDAK?" Kwak Jong Bin terbelalak tak percaya. "Sederhananya, dana investasi itu ibarat dompet besar dan itu dibuat agar tidak ada yang tahu uang siapa yang ada di sana. Jika aku menjelaskannya lebih lengkap...eh... Bolehkah aku meminjam uang kertas 10.000 won?"

Donghae mengambil dompet dari saku jasnya dan memberikan selembar uang 10.000 won. Ryeowook mengamati mereka sambil berjaga di area antara pintu masuk yang sudah dijaga Eunhyuk, dan VIP yang sudah ditempati Donghae.

"Dompet ini adalah dana investasi." Kwak Jong Bin mengeluarkan dompetnya sendiri. Ia memasukkan uang milik Donghae ke dalam dompet itu. "Sekarang, tidak ada yang tahu uang kertas 10.000 won mana milik kamu. Tapi aku ingat dengan jelas berapa banyak kamu berinvestasi di grup ini."

"Aku menggulirkan uang yang ada di dompet ini untuk mendapatkan untung. Dan kemudian aku mengembalikan sebagian dari keuntungan itu kepadamu," jelas Kwak Jong Bin sambil memberikan 5 lembar 10.000 won kepada Donghae yang menerima uang itu dengan perasaan takjub.

"Ada begitu banyak jenis uang yang masuk ke dompetku. Dengan uang itu, aku menghasilkan keuntungan yang sangat besar. Sering kali aku melakukan hal-hal yang melanggar hukum untuk membuat keuntungan." Kwak Jong Bin menutup dompetnya dengan wajah sedih. "Dan mereka yang memberiku uang, ternyata adalah orang-orang yang tidak ingin identitasnya terungkap. Ternyata mereka adalah orang-orang yang lebih memilih membunuhku daripada mengungkap rahasia mereka."

Donghae tersentuh dengan kisah itu. Ketika Kwak Jong Bin mengulurkan tangan sebagai isyarat agar Donghae mengembalikan uangnya, Donghae menyerahkan semua uang itu tanpa protes.

Ryeowook melirik ke arah Kwak Jong Bin yang memasukkan semua uang tadi ke dalam dompetnya. "Kembalikan padanya!" tegur Ryeowook.

Mendengar teguran itu, Donghae tersadar. "Oh, kembalikan 10.000 won-ku!"

Donghae mengambil selembar 10.000 won yang disodorkan dan bergegas memasukkan ke dompetnya.

"Oh, kamu menangkapku." Kwak Jong Bin tertawa senang. Ia menepuk pelan pundak Donghae. "Jika kamu serius ingin berinvestasi, berikan uangmu padaku dan aku akan mengembalikannya dengan banyak keuntungan. Yah, jika aku tidak mati sebelum itu..."

Kwak Jong Bin kembali terduduk lesu di atas tempat tidur.

.

.

Markas Besar Badan Kepolisian Nasional
Ruang Tidur - Bawah Tanah
Pukul 09.00

Kyuhyun tidak punya waktu banyak sebelum kembali ke hotel. Karena itu ia berencana untuk beristirahat di ruang tidur yang tersedia di markas. Area tersebut juga dilengkapi dengan loker-loker yang bisa dikunci, untuk menaruh barang-barang pribadi mereka.

Ia tengah menyapa salah seorang agen yang ia kenal, ketika sebuah suara ditujukan kepadanya.

"Annyeong, pahlawan super yang baik hati!"

Kyuhyun menghampiri pemilik suara yang tak lain adalah Heechul. Ia membuka loker yang ia tempati beberapa hari ini, yang entah bagaimana ada di seberang loker Heechul. Berbeda dengannya, Heechul tampak baru saja selesai beristirahat; Ia tengah mengancingkan kancing kemejanya.

"Ada apa, James Bond yang timpang dan tidak pandai bercinta?" balas Kyuhyun.

"Ugh, itu menyakitkan. Itu adalah komentar terlarang bagi petugas Divisi Public Security." Heechul tersenyum sambil meraih dasinya. "Hari keberapa kamu?"

Kyuhyun yang tengah menggantungkan jasnya ke hanger yang tersedia, mencoba berhitung. "Mungkin hari ke-6?"

"Hmmmm...," balas Heechul dengan nada yang biasanya mengusik Kyuhyun, yang menandakan Heechul mengetahui sesuatu.

"Apa?" tanya Kyuhyun sambil membuka kancing kemejanya.

"Bukan apa-apa."

"Baiklah."

Heechul langsung berbalik menghadap Kyuhyun yang tengah melepaskan kemeja. Keningnya berkerut, tidak mempercayai tanggapan datar itu. "Hei, jangan mudah menyerah! Ajukan banyak pertanyaan padaku seperti biasa!"

"Aku yakin itu salah satu informasi orang dalam lagi, bukan?" Kyuhyun meraih kaos yang ia bawa sebagai baju tidur dan mulai mengenakannya. "Aku tidak tertarik."

"Oh, baiklah. "Heechul meraih jasnya yang digantung di loker. "Baiklah, lupakan saja."

Meski begitu, Heechul terdiam beberapa saat setelah menutup lokernya. Ia memandang Kyuhyun yang masih membelakanginya sambil melepas sepatu dan kaos kaki. Ia sudah mendengar apa yang terjadi dengan Leeteuk dan Kyuhyun sesudah aksi penangkapan. Mereka berdua mendapat teguran keras dari Shindong.

"Kyu..." Heechul mencoba memanggil tetapi Kyuhyun tampaknya sibuk dengan pikirannya sendiri. "Kyuhyun sshi!"

Kyuhyun tersentak dengan panggilan yang sedikit keras itu. Ketika ia menoleh, Heechul sedang tersenyum padanya, bukan senyum yang mengejek seperti biasa.

"Aku benar-benar berterima kasih atas pekerjaanmu," kata Heechul sambil tersenyum tulus. "Jeongmal kamsahamnida."

Untuk beberapa saat Kyuhyun hanya diam memandangi punggung Heechul yang berlalu dari ruangan itu.

.

.

Hotel Rainbow, Yongsan
Kamar 312 Pukul 19.00

Mobil Pelayanan Kebersihan Yesterday memasuki area parkir Hotel Rainbow. John turun sambil membawa sebuah tas selempang sedangkan Ringo kembali ke jalan raya dan memarkir mobilnya di seberang hotel.

John melihat ruang parkir yang sedikit kosong. Hotel ini memang cukup sepi, mungkin itu sebabnya SP memindahkan targetnya ke hotel ini agar bisa diamankan dengan lebih mudah. Ia berdecak mendapati ada genangan air di samping mobil yang disewa SP, dan air itu sedikit masuk ke dalam kolong mobil. Ia mencoba mencari posisi lain yang cocok untuknya meletakkan bom, namun akhirnya ia menganggap bagian kolong mobil masih tempat terbaik.

Setelah memastikan tidak ada orang lain selain dirinya, ia menyusup ke dalam kolong. John merasa kesal ketika ujung kaki kanannya mau tidak mau bersentuhan dengan genangan air, sehingga ujung celananya menjadi basah. Namun ia mengabaikan hal itu dan mulai memasang bom karena waktu mereka sangat terbatas untuk memenuhi permintaan klien. Mereka harus berhasil malam ini.

.

Pukul 19.40, Leeteuk dan Kyuhyun tiba di hotel Rainbow.

"Aku akan memeriksa rute pintu keluar darurat," kata Kyuhyun saat mereka memasuki lantai 3 hotel. Ia teringat bahwa mereka belum memeriksa jalan keluar sejak pindah ke hotel ini. Setelah Leeteuk mengangguk, ia langsung berlari menuju tangga darurat. Ia melihat ke bagian atas dan bawah, lalu memutuskan untuk mengecek ke bawah di mana itu akan menjadi jalur pelarian mereka jika diperlukan.

.

.

Sudah 40 menit berlalu dan John masih berada di kolong mobil. Ia menyorotkan senter di tangannya untuk memastikan tidak ada yang salah dengan pekerjaannya itu. Bom harus meledak begitu kunci mobil diputar dan mesin menyala.

Tiba-tiba pintu darurat yang berat terbuka. John bergegas mematikan senternya. Ia hendak menyingkir dari kolong mobil namun suara kecipak kecil yang ditimbulkan ketika kakinya hendak ia angkat, membuatnya mengurungkan niatnya. Ia memilih berbaring dengan sangat tenang dan bernapas sepelan mungkin.

.

.

Kyuhyun berjalan hingga di tengah-tengah area parkir. Ia mulai memusatkan pikirannya untuk mengamati dan menyisir area tersebut dari atas hingga bawah. Tiba-tiba sebuah firasat tidak enak muncul sangat samar, membuatnya bergerak untuk mendekati mobil yang disewa Eunhyuk.

Tepat di saat itu muncul suara berdecit yang menandakan rem diinjak penuh. Sebuah mobil jenis MPV berwarna putih muncul dari belokan yang ada di dekat mobil sewaan mereka. Mobil itu bertuliskan pelayanan laundry yang kemudian di parkir tak jauh dari pintu darurat.

Kyuhyun mendekati mobil tersebut. Dua orang berpakaian seragam terusan serba biru membawa turun 2 laundry yang sangat besar berisi sprei bersih. Keduanya tampak kepayahan menurunkannya meski troli itu memiliki roda.

"Kita masih harus menggotongnya melalui tangga," keluh petugas yang lebih tua.

"Apakah di sini tidak ada lift untuk barang?" tanya petugas yang lebih muda.

"Lift barang mereka sedang rusak, dan lift yang ada hanya lift untuk tamu hotel."

Keduanya berhenti bekerja ketika melihat Kyuhyun tengah memandangi mereka.

.

.

Kyuhyun mengamati kedua orang itu. Tidak ada hal mengancam yang muncul dari mereka. Keduanya bahkan balik menatapnya dengan bingung.

Mungkin kemampuan mengemudi mereka yang sedikit membahayakan orang. Kyuhyun meringis mengingat cara mobil itu berbelok tadi.

Akhirnya Kyuhyun meninggalkan tempat itu untuk kembali ke kamar hotel.

.

.

John menghembuskan napas yang ditahannya tadi, lalu mulai mengetik pesan di ponselnya.

[Selesai. KEMBALI!]

Ia segera keluar dari kolong mobil setelah memastikan tidak ada seorang pun di sana. Tak berapa lama mobil yang dikemudikan Ringo tiba. John bergegas masuk ke dalam.

.

.

Sesuai aturan yang mengharuskan mereka tidak terlihat sebagai SP, Eunhyuk, Donghae dan Ryeowook melepas perlengkapan mereka dan memasukkannya ke dalam tas. Sementara itu Leeteuk dan Kyuhyun justru mulai memakai perlengkapan SP mereka karena pertukaran shift sudah tiba.

.

.

John dan Ringo masuk ke cafe yang terdapat di seberang hotel Rainbow. Cafe itu seluruhnya terdiri dari dinding kaca sehingga mereka bisa melihat pemandangan di luar dengan leluasa. Mereka melihat seorang kurir tiba di depan hotel kecil itu sambil membawa dus yang mereka kemas tadi pagi. Tepat sesuai waktu yang mereka minta.

"Tolong beri kami dua cangkir kopi panas," kata John ketika seorang pelayan menghampiri mereka.

Mereka berdua mengambil posisi duduk yang bisa melihat hotel Rainbow di seberang jalan. John tersenyum melihat sang kurir mulai memasuki lobby hotel.

"Begitu mereka mendapat kiriman yang ditujukan untuk Kwak Jong Bin, mereka akan panik dan melakukan evakuasi. Mereka akan menggunakan mobil itu untuk pindah ke hotel lain."

"Apakah menurutmu itu akan berhasil?" tanya Ringo sambil duduk di hadapan John.

"Kecuali ada keajaiban, pasti Kwak Jong Bin akan 'go to hell' (masuk neraka)". John melipat jaketnya sambil tersenyum. Ia bisa membayangkan api besar yang akan muncul dari ledakan mobil. "Menurutmu, berapa agen SP yang akan ikut terpanggang malam ini?"

.

TBC

Menurut kalian, berapa agen yang akan kena?
Mianhe kalau percakapan dalam tim tidak sesantai dengan yang lain,
karena biasanya SP saat bertugas memang diharapkan tidak banyak bicara.
Aku harap kalian bisa memaklumi.
Akan ada saat-saat di mana mereka bisa berbicara lebih lepas ketika tidak bersama klien.
Akhir kata, selamat membaca dan ditunggu reviewnya.
Kamsahamnida