Catatan :
Kisah ini memasuki babak baru, di mana penghitung waktu menuju D-DAY dicantumkan.
D-DAY sendiri seperti yang kita semua tahu berarti hari terjadinya peristiwa besar apa pun yang direncanakan di masa depan. Akan ada sedikit flash back sebelum alur kembali maju.
Selamat membaca

Sedikit pengantar tentang trauma yang kadang suka salah dimengerti.
Trauma adalah reaksi tubuh yang terus berusaha melindungi diri dari kejadian di masa lalu, entah berusaha mencegah atau justru terus menghidupkan kembali. Ia bukan teringat tetapi merasakan kembali kejadian itu. Area otak yang bekerja berbeda dengan kenangan. Jadi meski orang itu sudah memaafkan dan tidak mendendam, tubuhnya tetap menyimpan reaksi untuk mencegah hal serupa terjadi. Mereka biasanya tidak bisa bercerita secara runtut kejadian itu. Untuk trauma yang berkaitan dengan kejahatan, akan jauh lebih mudah bagi orang yang mengalami trauma jika pelaku dihukum dengan adil. Akan sangat sulit jika dia melihat pelaku bebas dari hukuman bahkan hidup dengan bahagia dan sejahtera.

.

.

D-Day
COUNTDOWN TO CRISIS

CHAPTER 18

.

16 Bulan Sebelum D-DAY

Kyuhyun memantau kondisi koridor yang lengang. Ia memberi kode ke belakang setelah keadaan dirasa aman. ChangWook dan VIP yang dikawal muncul. Kini ketiganya menyusuri gedung itu dengan VIP berada di tengah, sementara Kyuhyun di depan dan ChangWook di belakang.

Mereka berjalan ke lantai atas melalui tangga. Ketika akan berbelok ke koridor sebelah kanan, tiba-tiba sang VIP tidak bergerak sehingga Kyuhyun yang berada di depan menghentikan langkahnya.

"Aku ingin pergi ke kamar mandi terlebih dahulu," kata sang VIP.

Kyuhyun berlari mendahului VIP yang langsung saja berbelok ke kanan, sehingga Kyuhyun kembali berada di depan rombongan. Mereka melewati seorang wanita petugas kebersihan yang tengah mengepel lantai. Ada sebuah kereta penuh berisi alat kebersihan di sebelah wanita itu.

Setibanya di depan kamar mandi, Kyuhyun menghentikan rombongan.

"Kami akan memeriksa ke dalam terlebih dahulu," jelas Kyuhyun.

ChangWook langsung bergerak menuju ke kamar mandi.

"Lakukan dengan cepat, eoh?" VIP menegur.

Kyuhyun berdiri di sisi VIP. Diam-diam ia menyisir sekitarnya dengan kemampuan ESP-nya. Ia menemukan beberapa hal yang perlu diwaspadai dari wanita petugas kebersihan.

ChangWook memeriksa keseluruhan kamar mandi dengan seksama. Ada 2 pintu yang tertutup, pertanda kamar itu tengah digunakan. Ia juga memeriksa tong sampah dengan senter kalau-kalau ada barang berbahaya di dalamnya. Setelah itu ia keluar, memberi tanda kepada Kyuhyun dengan dua jari bahwa ada 2 kamar yang dipakai, selebihnya kondisi aman.

"Kami akan masuk bersama Anda." Kyuhyun memutuskan.

ChangWook membukakan pintu sehingga VIP masuk. Kyuhyun sekali lagi melirik ke arah wanita petugas kebersihan sebelum ikut melangkah masuk.

Di dalam, sementara VIp tengah ke toilet, Kyuhyun bersiaga menghadap ke arah pintu kamar mandi, dan Changwook ke arah VIP. Kyuhyun merasakan sesuatu yang buruk dari kamar toilet yang tertutup. Ia menyenggol lengan ChangWook dan memberinya kode untuk mengawasi kedua kamar itu.

Keduanya menghadap ke arah kamar toilet yang tertutup dengan waspada. Terdengar suara air dari salah satu kamar. Seorang pria kemudian keluar. Ia tertegun melihat dua agen SP itu memandanginya. Dengan senyum salah tingkah ia berjalan melewati mereka untuk keluar dari kamar mandi.

Baru saja orang itu keluar, tiba-tiba seorang pria dengan pisau terhunus muncul dari kamar yang lain. Ia bergerak ke arah VIP yang baru saja menyelesaikan urusannya. ChangWook langsung menghambur ke arah orang itu dan menjatuhkan pisaunya, sementara Kyuhyun menarik VIP yang sudah membereskan celananya keluar dari toilet.

Sesampainya di pintu, wanita petugas kebersihan menyerang mereka dengan botol berisi cairan merah muda. Kyuhyun yang sudah mencurigai wanita itu, langsung menangkis hingga cairan di botol tersebut justru menyiram si wanita dan botolnya jatuh ke lantai. Kyuhyun mendorong wanita itu menjauh kemudian menarik VIP keluar menuju tangga darurat yang ada di samping gedung. ChangWook yang sudah berhasil melumpuhkan penyerangnya, langsung bergabung.

Kyuhyun memeriksa keadaan menuju tangga darurat. Tangga itu bukan berada di dalam gedung, melainkan tangga besi berbentuk spiral yang ada di sisi luar gedung. Ia menoleh ke arah ChangWook yang kini menggandeng VIP dengan erat.

"Keadaan aman. Ayo pergi," ujar Kyuhyun. Ia menuruni tangga lebih dulu disusul ChangWook yang menggandeng VIP.

Menjelang beberapa anak tangga terakhir, tiba-tiba Kyuhyun menghentikan langkahnya dan memberi kode agar mereka tetap di posisi. Ia berjongkok memeriksa sebuah kawat yang melintas di tangga. Ia menelusuri kawat itu hingga ke bagian bawah tangga. Kyuhyun memanjat pegangan tangga lalu melompat turun hingga ke tanah. Ia melihat sebuah bom terhubung, tetapi tidak ada sensor gerak pada bom itu.

"Ada bom yang dipasang di sini," jelas Kyuhyun. "Silakan melangkah dan jangan mengenai kabelnya."

Kyuhyun berlari menaiki tangga, lalu membantu VIP melewati kawat dari depan, sedangkan ChangWook menjaga dari belakang. Mereka berhasil menuruni tangga dengan selamat dan berlari ke sisi gedung berikutnya. Mereka berhenti di tembok samping gedung, di mana mobil milik mereka ada di bagian halaman.

Kyuhyun mengintip suasana di sekeliling mobil. Ia mendapat firasat buruk dari bagian dalam mobil. Sayangnya, hal itu tidak mungkin diketahui orang biasa, jadi ia mengabaikannya. Banyak orang lalu lalang di sana, tetapi tidak tampak hal-hal lain yang mencurigakan.

"Ayo pergi." Kyuhyun memberi perintah.

Mereka bertiga berlari menyusuri jalan dengan VIP digandeng oleh keduanya di sisi kiri dan kanan. Kyuhyun melihat seorang kurir menuju sepedanya sambil membawa kotak besi yang biasa dipakai untuk menjaga pesanan mie tetap hangat.

"ChangWook! Kejar kurir itu!" seru Kyuhyun tiba-tiba.

ChangWook langsung berlari ke arah sang kurir yang mengendarai sepeda. Kurir tersebut menaruh kotak tadi di tengah jalan lalu mengeluarkan pistol dari balik jaketnya. Dengan sekali lompatan, ChangWook menjatuhkan kurir tersebut. Ia berusaha merebut pistol. Keduanya terlibat perkelahian yang sengit.

Kyuhyun menggandeng VIP hingga ke sisi mobil. Ia tidak mendorongnya masuk karena sebenarnya Kyuhyun tahu ada seseorang di dalam mobil tersebut. Ia harus menunggu orang itu muncul agar tidak menimbulkan kecurigaan.

Mata Kyuhyun tertuju pada kereta bayi yang tengah didorong oleh seorang wanita. Ketika ia menoleh ke arah VIP, tampak VIP yang tengah kehabisan napas bergeser ke posisi yang ganjil, di mana posisi itu akan memudahkan orang di dalam mobil menembaknya saat pintu dibuka. Namun Kyuhyun memilih meninggalkannya dan bergerak mencegat kereta bayi yang mendekat.

Sang ibu meraih sesuatu dari kereta bayinya, namun Kyuhyun bergerak lebih cepat menangkap tangannya. Itu adalah sebuah granat dan tak ada bayi di dalam kereta. Kyuhyun memiting tangan wanita itu, menaruh granat kembali ke dalam kereta bayi dan menendang kereta bayi itu sehingga bergerak menjauh.

Saat hendak mengamankan si ibu, Kyuhyun melihat VIP bergerak untuk membuka pintu mobil.

"Jamkkanmanyo (tunggu)!" seru Kyuhyun.

Sang VIP tetap membuka pintu. Saat itulah muncul sebuah pistol dari dalam. Kyuhyun langsung mengacungkan pistolnya, sayang jaraknya terlalu jauh dan pistol sang teroris dengan mudah menembak sang VIP tepat di jantungnya.

Mata Kyuhyun terbelalak melihat noda merah itu. Sang VIP terdorong ke belakang sedikit dengan wajah mengerang, sebelum menengok ke arah Kyuhyun dan tertawa.

"Sudah selesai!" seru VIP yang tak lain adalah salah satu pelatih di Akademi Polisi.

Kolonel Kangta yang berperan sebagai penjahat di dalam mobil, keluar sambil tertawa senang. Ia menjabat tangan sang VIP dengan senyum puas. Semua pemeran penjahat maupun figuran membubarkan formasi. ChangWook dan Kyuhyun berkumpul di dekat kedua pelatih mereka itu.

"Itu tidak adil. Teroris tidak bisa berada di dalam mobil," protes Kyuhyun.

"Setuju," kata ChangWook yang berhasil melumpuhkan sang kurir tadi.

"SP bodoh mana yang meninggalkan VIP?" Pelatih Kangta menyerang balik.

"Lalu apa yang harus kita lakukan dalam kasus tersebut?" tanya Kyuhyun.

"Jadilah penghalang bagi VIP dan tertembaklah," jawab Kangta.

"Tidak apa-apa dengan pistol. Tapi bagaimana dengan granatnya?" tanya Kyuhyun lagi.

"Kalian harus menempatkan diri kalian di atas VIP untuk membuat cover pelindung. Jadi jika granat itu meledak, VIP memiliki kemungkinan selamat dengan tubuh kalian sebagai penutupnya," jelas Kangta dengan tegas.

"Anda tidak mungkin serius..." Namun ChangWook menutup mulutnya melihat kesungguhan di mimik sang pelatih.

"Ah, Anda serius..." Kyuhyun bergumam. Ia cukup yakin pelatihnya mengatakan hal itu untuk membuatnya mundur sebagai SP.

"Benar, aku serius." Pelatih Kangta menatap kedua anak didik terbaiknya. "Bagaimana menurut kalian, apakah kalian berdua tidak berminat menjadi agen SP lagi?"

"Tidak. Sama sekali tidak begitu," jawab Kyuhyun cepat.

"Aku juga sama," jawab ChangWook.

"Baiklah. Tinjau apa yang kalian lakukan tadi sejak meninggalkan gedung. Pelajari beberapa bagian yang bisa kalian tingkatkan," perintah Kangta.

"SIAP!" Kyuhyun dan ChangWook menyahut bersamaan.

Kolonel Wan, pelatih yang berperan sebagai VIP, merangkul bahu keduanya. "Baiklah kalian berdua, mari kita tinjau ulang yang tadi."

.

.

Leeteuk berdiri menyaksikan semua itu di salah satu tembok terdekat. Ia memberi hormat saat Kangta yang berpangkat Kolonel sekaligus seniornya menghadap ke arahnya. Kangta membalas sapaan itu dengan senyum lebar.

Kyuhyun yang tengah menaiki tangga bersama Kolonel Wan dan ChangWook, berhenti melangkah dan menengok ke arah Leeteuk. Entah kenapa keberadaan Leeteuk terasa tidak asing baginya.

"Hei, apa yang kamu lakukan, Kyuhyun sshi?" Kolonel Wan mengajaknya kembali menaiki tangga.

Akhirnya aku menemukanmu... Leeteuk mengikuti Kyuhyun dengan pandangan matanya.

.

.

Akademi Kepolisian
Kafetaria Barat

Leeteuk duduk menunggu di salah satu meja kafetaria. Ruangan itu kosong, hanya ada beberapa pelayan dapur yang sibuk menata makan siang. Leeteuk menatap jam tangannya. Sebentar lagi jam makan siang para siswa.

Tidak berapa lama, Kangta muncul. Sebagai pelatih di Akademi Kepolisian, ia selalu mengenakan jas polisi berwarna biru tua itu, lengkap dengan atribut kepangkatannya.

Leeteuk berdiri untuk menyambut seniornya.

"Apakah ada siswa yang dapat menyelesaikan pelatihan itu?" Leeteuk langsung bertanya. Ia tidak dapat menahan rasa ingin tahunya lebih lama lagi. "Saya belum pernah melihat pelatihan dengan tingkat kesulitan setinggi tadi.".

"Itu tidak akan menjadi latihan baginya jika kita tidak membuatnya sesulit ini," jelas Kangta. Ia menoleh ketika lima orang siswa memasuki kafetaria. Dua diantaranya adalah Kyuhyun dan ChangWook.

"Dia adalah siswa yang Anda bicarakan di telepon beberapa hari yang lalu, kan?" tanya Leeteuk sambil menatap ke arah Kyuhyun. Meski Kangta belum menyebutkan siswa yang mana, ia merasa yakin bahwa yang seniornya maksud adalah Kyuhyun. Apalagi setelah melihat kemampuan Kyuhyun di pelatihan tadi.

Leeteuk bisa mengenali mata itu di mana saja, namun ternyata perlu waktu 20 tahun untuk menemukannya kembali.

Rombongan itu berhenti, menyadari sang pelatih dan tamunya ada di sana. Mereka semua memberi hormat dan lanjut menuju meja prasmanan. Kyuhyun sendiri balik menatap Leeteuk sebentar sebelum kembali berbincang dengan kawan-kawannya yang lain.

Kangta mengangguk. "Biasanya, mereka terjebak oleh bom yang ada di tangga, dan kami akan langsung menceramahi mereka tentang apa yang mereka lewatkan." Kangta tersenyum bangga. "Tapi dia belum pernah terjebak."

"Saya tertangkap oleh bom di tangga ketika saya sedang berlatih." Leeteuk meringis.

"Yah, aku juga," sahut Kangta sambil tersenyum. Ia memberi isyarat agar Leeteuk duduk. Keduanya kini duduk berhadapan.

"Saat ini dia jauh melampaui level seorang siswa." Kangta melanjutkan penjelasannya. "Aku sudah menjadi pelatih selama 10 tahun sekarang, tetapi aku belum pernah melihat siswa seperti dia."

"Apakah menurut Anda dia akan menjadi SP yang bagus?" tanya Leeteuk langsung.

"Aku tidak tahu..." Kangta sedikit merenung.

Ia sebenarnya kurang setuju Kyuhyun menjadi SP, tetapi siswa terbaiknya itu ingin menjadi seorang SP. Karena itulah ia menghubungi Leeteuk untuk memberitahu soal Kyuhyun. Ia merasa, jika Kyuhyun di bawah kepemimpinan Leeteuk, mungkin juniornya itu akan lebih bisa mengimbangi sikap Kyuhyun yang sedikit susah diatur.

"Akan sulit untuk menggunakannya dengan batasan di lapangan saat ini." Kangta memberikan penilaiannya. "Kau tahu, SP hanya bisa menjadi tameng, sedangkan dia lebih mampu daripada itu. Lagi pula, tidak ada pemimpin yang bisa memahami dan menggunakannya secara efektif. Bahkan jika dia menjadi SP, kemungkinan besar kemampuannya akan kurang dimanfaatkan."

Leeteuk menyadari bahwa secara halus Kangta menyatakan keberatannya. Namun sebagai seorang pelatih yang baik, Kangta juga tidak bisa menampik begitu saja cita-cita siswanya. Leeteuk bisa memahami perasaan itu, karena ia pun tengah berpikir apakah Kyuhyun lebih baik ia tarik masuk atau ia biarkan keluar dari pengawasannya. Mereka berdua hanya menginginkan yang terbaik untuk Kyuhyun.

"Bisakah saya melihat file siswa itu?" tanya Leeteuk akhirnya. Ia memutuskan, apapun yang terjadi Kyuhyun harus berada di dalam pengawasannya. Ia tidak akan membiarkan kesempatan ini lewat begitu saja.

.

.

Akademi Kepolisian.
Ruang Kelas 326

Leeteuk duduk di ruangan itu dengan sebuah file di depannya. Ia tersenyum saat membuka file itu. Foto yang terdapat di sana mengukuhkan tebakannya, bahwa siswa yang Kangta maksud adalah anak yang ia temui 20 tahun lalu. File itu memuat semua hal tentang Kyuhyun yang sebagian besar tidak ia ketahui. Di sana tertera nama, tanggal lahir Kyuhyun, nama kedua orang tuanya, dan keterangan mengenai kematian mereka yang ia saksikan sendiri secara langsung.

Ternyata namanya adalah Kyuhyun. Leeteuk mulai membaca isi file tersebut.

Nama asli : Kim Kyuhyun
Tanggal Lahir : 3 Februari
Nama ayah : Kim Ji Oh
Nama ibu : Ah Gu reum

Pada usia 5 tahun, keluarganya terlibat dalam peristiwa penyerangan Menteri Yu Suk Won. Serangan teroris terhadap Menteri Yu Suk Won terjadi di depan stasiun kereta. Mereka tidak sengaja diserang oleh teroris, Ko Sang Jong. Ko Sang Jong ditahan di tempat kejadian. Ji Oh dan Gu Reum sama-sama ditikam sampai mati. Ko Sang Jong dihukum penjara seumur hidup.

Kyuhyun yang kehilangan kedua orang tuanya dalam kejadian ini, diadopsi oleh Cho Younghwan, seorang petugas yang bekerja di Satuan Tugas Kejahatan Terorganisir yang berada di bawah Divisi Penanggulangan Terorisme.

Didiagnosis mengalami Uncomplicated PTSD (Gangguan stres pasca-trauma yang tidak mengalami komplikasi)

Namanya diubah menjadi Cho Kyuhyun

Leeteuk kembali ke masa lalu, saat di mana Kyuhyun yang masih shock dengan apa yang terjadi, ditinggalkan begitu saja sendirian. Semua orang yang tadi berkerumun sudah mundur ketakutan, dan rombongan Menteri Yu juga pergi mengamankan diri. Hanya ada dia yang berdiri sambil memegang payung, Kyuhyun, dan kedua mayat orang tua Kyuhyun di tengah hujan yang deras itu.

Kyuhyun berbalik ke arahnya, satu-satunya orang yang masih berdiri di sana. Pandangan mata Kyuhyun tidak bisa ia lupakan. Leeteuk memutuskan detik itu juga untuk melindungi anak kecil itu. Dan itu adalah salah satu alasan yang membuat Leeteuk tetap bertahan hidup hingga hari ini.

Sesudah kejadian, polisi mengamankan lokasi dan mereka terpisah. Leeteuk tidak tahu nama anak itu. Dan sebagai seorang anak SMA, ia tidak memiliki sumber daya apapun untuk mencarinya. Karena itulah ia menjadi polisi, agar bisa menelusuri jejak Kyuhyun. Namun ternyata hal itu tidak cukup, apalagi dia kemudian berpindah menjadi SP supaya bisa mencapai cita-cita pertamanya, yang hendak ia lakukan 20 tahun lalu dengan gegabah. Namun kali ini ia akan melakukannya dengan perencanaan yang matang.

Leeteuk tidak menyangka, keputusannya menjadi SP membuatnya bertemu dengan anak yang dicarinya selama ini. Ia nyaris tidak mempercayai keberuntungannya saat melihat mata yang dicarinya ada pada siswa SP yang akan diperkenalkan kepadanya.

Setelah memastikan kamu hidup dengan baik, aku bisa menjalankan rencanaku dengan tenang. Tidak ada lagi yang menjadi ganjalanku untuk melakukannya. Karena begitu aku memulainya, aku tidak punya jalan untuk kembali.

Suara ketukan di pintu membuyarkan lamunannya.

"Masuk," sahut Leeteuk cepat.

"Permisi." Kyuhyun dengan jas resmi polisi berwarna biru tua lengkap dengan tanda pangkat sersan-nya memasuki ruangan. Ia memberi hormat.

"Silakan duduk di mana pun kamu suka."

"Baik."

Kyuhyun beranjak dari pintu masuk dan menghampiri Leeteuk. Ia mengambil kursi yang ada di samping Leeteuk, terpisah oleh sedikit ruangan yang ada di antara tiap meja.

"Pelatihan tadi... Kamu melakukannya dengan baik."

"Terima kasih banyak." Kyuhyun menempati kursinya dan menghadap Leeteuk. "Namun pada akhirnya terjadi kesalahan."

"Tidak ada seorang pun yang dapat mencegah hal itu." Leeteuk menghibur. "Bahkan SP yang saat ini aktif di lapangan tidak akan lulus."

Ketika Leeteuk menoleh, ia melihat Kyuhyun sedang tertunduk sambil merenung.

"Apa yang salah?" tanya Leeteuk.

"Sebenarnya ada cukup waktu untuk menyingkirkan teroris di dalam mobil, kemudian baru berurusan dengan dua teroris lainnya di luar," jelas Kyuhyun masih mengarahkan mata ke ujung sepatunya sendiri. "Jadi... Seharusnya aku menangani orang yang ada di dalam mobil terlebih dahulu."

Leeteuk mati-matian menahan senyumnya mendengar penjelasan yang sedikit berbelit itu. Saat mencari Kyuhyun, juga untuk menangani dirinya sendiri, ia menemukan bahwa ada beberapa efek samping dari trauma. Meskipun jarang, ada kasus di mana kepekaan seseorang berkembang apalagi jika trauma itu terjadi pada usia kanak-kanak. Dan ia bisa melihat itu terjadi pada Kyuhyun. Namun tampaknya Kyuhyun mencoba menyembunyikannya. Menurut Leeteuk, itulah alasan sebenarnya kenapa Kyuhyun tidak menangani teroris yang ada di dalam mobil.

"Nah, itu baru bisa terjadi kalau kamu mengetahui ada teroris di dalam mobil tersebut," tanggap Leeteuk sambil tersenyum.

Kyuhyun mengangkat wajah memandangnya. Matanya yang bulat dan hitam mengerjap sedemikian rupa, seperti mata rusa yang terjebak.

"Kamu tahu?" tembak Leeteuk sambil memasang tampang bodoh.

"Uhm...tidak..." Kyuhyun tergagap. "Aku tidak sepenuhnya yakin dia ada di sana..."

"Aku memiliki pengalaman serupa saat bekerja," kata Leeteuk sedikit terlalu bersemangat. Ia menemukan mata itu sangat lucu ketika kebingungan, namun Leeteuk juga tidak tega terlalu memojokkannya. "Inderaku menjadi sangat tajam sehingga tanpa sadar mataku tertuju pada orang-orang yang memancarkan aura buruk. Bukankah begitu?"

Mata Kyuhyun berkeliling ke seluruh ruangan saat mendengar penjelasan Leeteuk. Ia sedang memikirkan bagaimana harus menanggapinya. Ia merasa Leeteuk tahu namun bersikap seakan tidak tahu.

"Bukan..." Kyuhyun akhirnya menyahut. "Mr Wan yang berperan sebagai VIP, secara halus berpindah ke tempat yang lebih mudah untuk ditembak dari dalam... Jadi saya pikir mungkin ada teroris di dalam."

Leeteuk tidak dapat menahan senyumnya melihat usaha Kyuhyun mengelak. Meski begitu, Kyuhyun juga ikut tersenyum melihat Leeteuk membuat wajah lucu. Mereka berdua sampai pada pengertian tahu sama tahu.

"Bagaimana dengan kurir yang bersepeda dan wanita yang membawa kereta bayi?"

"Dua orang itu baru kukenal," jawab Kyuhyun dengan sikap tidak setegang tadi. "Jika aku boleh meminjam kata-kata Anda tadi... Mataku tanpa sadar tertuju pada mereka."

"Jadi begitu..." Leeteuk tahu ia tidak akan mendapat pengakuan gamblang dari Kyuhyun mengenai kemampuan ESP-nya. Ia kembali melihat lembaran file yang dipegangnya.

"Aku membaca resume milikmu."

"Ne." Sikap Kyuhyun kembali tegang.

Selama ini resumenya selalu menjadi ganjalan untuknya lolos. Latar PTSD-nya membuat Kyuhyun langsung dicoret dalam profesi yang membutuhkan kesehatan mental tanpa cacat. Meski ia sudah mengatasinya sejak lama, kemungkinan hal itu muncul selalu ada. Itu sebabnya ia sering ditolak.

"Sepertinya kamu mengalami masa-masa sulit."

Kyuhyun tidak menyahut, bersiap menghadapi penolakan untuk kesekian kalinya.

"Seberapa banyak yang kamu ingat tentang kejadian itu?"

Kyuhyun tertegun, tidak menyangka Leeteuk akan menanyakan hal yang berbeda.

Tiba-tiba ia seperti kembali ke saat itu; Tubuh kedua orang tuanya yang bersimbah darah di tengah derasnya hujan; Pelukan Menteri Yu yang melindunginya; Teriakan ayahnya saat menyerang teroris yang menikam ibunya; Ibunya yang tertikam oleh sosok berhoodie saat hendak melindunginya; Pisau yang berlumuran darah; Dan kembali ke pemandangan sosok kedua orang tuanya yang bersimbah darah di tengah derasnya hujan. Semua begitu nyata seakan baru terjadi saat ini.

"Tidak terlalu..." Kyuhyun akhirnya berhasil menjawab.

"Apakah kamu tahu apa yang terjadi pada teroris itu?"

Sosok ber-hoodie... Pandangan mata di balik penutup kepala itu... Kyuhyun memejamkan mata dan berusaha menghalaunya.

"Aku tidak tahu," jawabnya lagi.

"Kamu tidak ingin tahu?"

"Tidak ada yang bisa kulakukan meskipun aku mengetahuinya." Kyuhyun tidak tahu mengapa Leeteuk bertanya seperti itu, namun ia menjawabnya.

"Jika aku mencoba mengingat apa yang terjadi hari itu... Aku takut aku akan diliputi kegelapan..."

Kyuhyun kembali berada di hari itu, dimana ia yang shock melihat kedua orang tuanya, masih berada dipelukan Menteri Yu yang dinaungi payung oleh ajudannya. Ia tidak bisa mendengar ataupun mengingat apa yang dikatakan sang ajudan. Yang ia ingat adalah senyum yang terukir di wajah Menteri Yu setelahnya. Senyum yang memancarkan perasaan senang, sementara perasaannya sendiri hancur dan kosong. Ia kembali menatap sosok kedua orang tuanya yang bersimbah darah di tengah derasnya hujan.

"Kegelapan macam apa?" Suara Leeteuk membawa Kyuhyun ke saat ini.

"Kegelapan yang sangat dalam...," jawab Kyuhyun. "Aku merasa aku tidak akan pernah bisa keluar, tidak peduli seberapa keras aku berjuang. Jadi... Aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengingatnya."

Kyuhyun memandang Leeteuk. Ia penasaran kenapa Leeteuk memperhatikan masa lalunya, dan menanyakan hal yang cukup detail tentang kejadian itu.

"Mengapa kamu ingin menjadi petugas polisi?" tanya Leeteuk. Kyuhyun sadar sejak menanyakan mengenai kejadian yang menimpanya, Leeteuk tidak pernah menatapnya sama sekali. Leeteuk hanya memandang ke depan ruang kelas yang kosong sambil mendengarkan.

"Karena ayah angkatku adalah seorang polisi," jawab Kyuhyun.

"Jebal, tidak bisakah kamu mengatakan 'demi keadilan' meskipun itu bohong?" Untuk pertama kalinya Leeteuk kembali memandangnya sejak pertanyaan sensitif itu. Leeteuk bahkan tertawa saat menyindir jawabannya.

"Mengapa Anda ingin menjadi polisi, Kapten Leeteuk?" tanya Kyuhyun.

Nama Kapten Leeteuk cukup dikenal di kalangan siswa calon SP. Semua tahu betapa besarnya komitmen Leeteuk terhadap pekerjaannya, dan betapa pandai ia melatih agen-agen terbaik untuk SP. Sebuah kebanggaan jika mereka berhasil masuk ke dalam tim inti yang dipimpin langsung oleh Leeteuk, yang selama ini baru terdiri dari tiga orang saja. Ketiganya bahkan dijuluki 'Boys Before Flower Minus 1' karena ketampanannya.

"Aku?"

Kali ini, Leeteuk yang kembali ke saat 20 tahun lalu; Saat di mana ia memegang payung di tengah derasnya hujan dan seorang anak kecil menatap kearahnya. Tatapan mata anak itu seakan melihatnya sebagai satu-satunya orang yang ada untuknya, di saat semua yang anak itu miliki hilang dalam sekejap.

Leeteuk menatap Kyuhyun sebelum kembali mengarahkan pandangannya ke depan kelas.

"Untuk Keadilan...?" Ia kembali menatap Kyuhyun yang terus menatapnya. "Kukira..."

"Itu bohong..."

Leeteuk mengalihkan pandangannya. Kata-kata Kyuhyun menembak langsung ke tempat yang tepat.

"SP adalah pekerjaan yang sulit." Leeteuk mencoba mengalihkan perhatian. "Kamu diharuskan menyerahkan hidupmu demi orang yang sepenuhnya asing. Selain itu, jarang sekali kamu mendapatkan hadiah atas pekerjaanmu seperti kenaikan gaji atau promosi. Apakah kamu masih ingin menjadi SP?"

"Ne." Kyuhyun menjawab dengan tegas.

"Mengapa?" tanya Leeteuk, kali ini dengan nada serius. "Mengapa kamu ingin menjadi SP?"

"Untuk berhenti menciptakan orang-orang dalam situasi sepertiku."

Leeteuk tak menyangka jawaban itu. Ia memandang Kyuhyun sambil tersenyum. "Jadi begitu... Aku mengerti."

Leeteuk menutup file yang sedari terbuka. "Terima kasih sudah datang. Kamu dapat kembali ke pelatihanmu."

"Baik."

Kyuhyun bangkit berdiri dan memberi hormat. Sesampainya di pintu, ia membukanya, dan sekali lagi memberi hormat kepada Leeteuk yang masih melihat ke arahnya, lalu berjalan keluar.

Leeteuk meraih ponselnya begitu tinggal dirinya sendiri di ruangan itu.

"Aku menemukan seseorang yang benar-benar bagus untuk menjadi tim intiku."

.

.

Ruang Kunjungan Penjara
15 bulan Sebelum D-DAY

Setelah perjumpaannya dengan Kyuhyun, Leeteuk mengunjungi Ko Sang Jong, pelaku penikaman orang tua Kyuhyun 20 tahun lalu. Keduanya dibatasi oleh kaca yang membelah ruangan itu menjadi dua.

Ko Sang Jong memajukan tubuhnya karena Leeteuk sedari tadi tidak mengatakan apapun dan hanya memandangnya. "Ini pertama kalinya kita bertemu... Benar?"

Leeteuk hanya memandangnya dengan diam.

.

.

Akademi Kepolisian.
Ruang Kelas 323

Kangta berdiri di papan tulis, memberikan pelajaran teori untuk para siswa yang memilih SP sebagai tujuan karir mereka.

"Senjata apa saja yang harus selalu dimiliki agen SP?" tanya Kangta, namun semua siswa di hadapannya hanya diam.

"Seseorang, beri aku jawaban." Kelas tetap hening. "Kyuhyun sshi, jawab!"

Seperti yang diajarkan selama ini, Kyuhyun berdiri dari duduknya sebelum menjawab pertanyaan. "Umm... Tongkat dan pistol polisi...?"

"Apakah menurutmu aku akan menanyakan pertanyaan semudah itu?"

"Saya tidak berpikir begitu..." Kyuhyun kembali duduk di kursinya.

"Jawabannya adalah... Kepercayaan." Kangta menjelaskan. "Tugas SP hanya dapat dilakukan bila ada orang yang harus dijaga. Ketika kamu memiliki kepercayaan penuh dari orang yang berada di dalam penjagaanmu, itu adalah salah satu senjata paling efektif... lebih dari sekadar tongkat atau pistol polisi."

"Sayangnya, tidak ada keamanan yang 100% di dunia ini. Di sanalah agen SP diperlukan. Ketika kalian semua pergi ke lapangan, kalian harus menghadapi dilema ini. Kalian akan menghadapi kesulitan dalam situasi seperti itu. Namun, kepercayaan yang kamu peroleh dari orang yang kamu jaga, akan menghilangkan kesulitan tersebut."

"Di samping itu, seorang SP yang tidak mendapatkan kepercayaan, sebenarnya bukan SP sejati. Tetapi, jika kamu memiliki kepercayaan itu, kamu akan melompat menghadang peluru tanpa ragu dan menjadi SP yang tak terkalahkan."

"Yah, meskipun kalian mungkin tak terkalahkan, kalian tidak bisa membelokkan sebuah peluru. Kalian mungkin tidak bisa kembali hidup-hidup." Kangta tersenyum melihat perubahan wajah para siswanya. "Ah, mengingat soal itu, hari ini aku akan memberi pelajaran tentang masa pemilu, masa di mana kepercayaan di antara VIP dan anda menjadi penting."

Kangta mulai membuka jas seragam polisinya.

"Menurut kamu, berapa lama kuliah hari ini akan berlangsung?" tanya ChangWook yang duduk di sebelah Kyuhyun.

"Sekitar 3-4 jam?" tebak Kyuhyun.

"Sudahkah aku memberitahumu tentang bekas luka ini?" Kangta menggulung lengan bajunya, untuk kesekian kalinya akan menceritakan luka yang ia dapat di lengan kanannya saat bertugas sebagai SP di masa lalu.

"Cerita ini tidak pernah dirilis ke publik. Tapi kurasa aku bisa menceritakannya pada kalian. Ini adalah kisah tentang bagaimana aku menyelamatkan Korea selatan. Dengarkan baik-baik!"

Semua siswa hanya bisa terdiam dan pasrah, bersiap mendengarkan cerita yang sudah diulang-ulang tersebut.

.

.

Kelas dibuburkan 2 jam kemudian. Semua siswa berhamburan keluar kelas, menuju tempat istirahat. Kyuhyun berjalan bersama ChangWook membahas beberapa pelajaran yang menurut mereka menarik.

"Kyuhyun sshi!" Kyuhyun dan ChangWook menoleh. Dari dalam kelas, Kangta bergegas keluar menyusul mereka. "Ikut aku!"

Kedua siswa SP itu saling berpandangan. Kyuhyun terpaksa mengikuti ke mana Kangta pergi karena pelatihnya itu tidak menghentikan langkahnya sama sekali. Ia memberi lambaian singkat kepada ChangWook sebelum menghilang di ruang yang dituju Kangta.

.

.

Kangta mengajak Kyuhyun ke ruang tamu yang ada di kantornya. Ia meletakkan berkas kuliahnya tadi sebelum menemui kedua tamunya yang sudah menunggu di sofa. Kyuhyun mengikuti.

"Kamu sudah kenal dengan Kapten Leeteuk bukan?"

"Ne." Kyuhyun menatap Leeteuk yang duduk di depannya dan memberi hormat. Leeteuk membalasnya.

"Ini adalah salah satu Direktur di Divisi Keamanan, tepatnya Divisi Public Security, Direktur Choi Seung Hyun." Kangta yang masih dalam posisi berdiri, memperkenalkan Direktur Choi yang duduk di sebelah Leeteuk.

Direktur Choi tersenyum menatap Kyuhyun yang masih berdiri di dekat Leeteuk.

Kyuhyun memberi hormat. Namun ketika ia kembali berdiri tegak, ia mengerutkan kening. Meski Direktur Choi tersenyum, yang tampak di matanya adalah seseorang yang menatapnya dengan tatapan kejam. Ia mengedipkan matanya untuk menghilangkan bayangan itu, namun wajah Direktur Choi masih sama kejamnya seperti semula.

"Dia datang jauh-jauh ke sini hanya untuk menemuimu," tegur Kangta yang melihat Kyuhyun masih belum duduk di sebelahnya. "Ini suatu kehormatan besar."

Direktur Choi tertawa ramah dan bangkit berdiri. "Silakan duduk," katanya dengan penuh senyum.

Kini keempatnya duduk bersama di sofa kecil yang ada di ruangan itu. Direktur Choi berhadapan dengan Kangta, sedangkan Leeteuk duduk di hadapan Kyuhyun.

Kangta melihat Kyuhyun sangat diam dan menunduk mengamati meja, tidak ramah seperti biasa. Ia tidak mengerti kenapa Kyuhyun tiba-tiba bersikap aneh seperti itu.

Leeteuk justru mengamati Kyuhyun dengan pengertian penuh. Ketika Kyuhyun mengangkat wajah dan memandangnya, ia tidak berkedip. Ia menyampaikan melalui perasaannya bahwa ia tahu apa yang Kyuhyun lihat. Reaksi Kyuhyun hanyalah sebuah penegasan akan perasaan Leeteuk selama ini tentang Direktur Choi.

Sebaliknya, Kyuhyun tidak mengerti apa maksud Leeteuk menghadapkannya dengan Direktur Choi yang memiliki aura kejam itu.

.

.

11 Bulan Sebelum D-DAY

"Sudah siap?"

Kyuhyun nyaris terlonjak saat keluar dari halaman apartemen sewaannya dan mendapati Leeteuk sudah menunggu di gerbang bagian luar.

"Sepertinya aku tidak memancarkan aura jahat sehingga kau tidak menyadarinya."

Leeteuk tergelak melihat mimik Kyuhyun yang sangat lucu ketika mendengar kata-katanya.

"Jangan bilang Kapten mengantarku di hari pertama sebagai SP."

"Kau bisa sendiri?" Leeteuk pura-pura terkejut. "Aku selalu melakukannya sekali diawal untuk setiap anggota tim intiku. Jadi kamu tidak bisa dikecualikan."

"Kapten sudah melatihku langsung selama 4 bulan terakhir. Aku rasa aku siap berangkat sendiri ke kantor."

"Yah, anggap saja aku pemandu jalanmu. Di sana banyak sekali Divisi, kau bisa tersasar nanti."

"Kapten, aku pernah sendiri ke Amerika dan aku bisa kembali ke Korea dengan selamat."

Leeteuk memberinya pandangan protes.

"Baiklah, terserah Kapten saja." Kyuhyun mengalah.

"Mengenai ketiga rekan timmu nanti, bersabarlah. Mereka akan sedikit keras diawal," kata Leeteuk. "Tetapi mereka sangat baik. Aku yakin kau akan diterima dengan cepat."

"Baik."

Keduanya berjalan bersama menuju markas.

.

.

Markas Besar Badan Kepolisian Nasional
Divisi Keamanan - Security Police Seksi-4

4 Bulan Sebelum D-DAY

2 bulan sebelum insiden

Suasana di ruangan Security Police yang satu ini tampak riuh dengan kelakar seperti biasa. Sudah 7 bulan Kyuhyun berada di sana dan hubungan keempatnya semakin dekat. Banyaknya kejadian berbahaya yang mereka lewati, membuat mereka saling menaruh kepercayaan mendalam satu sama lain, saling menjaga seperti keluarga sendiri. Leeteuk tidak seperti penampilan luarnya yang keras, di dalam timnya sendiri cenderung membebaskan selama mereka bertanggungjawab saat bertugas.

Satu hari melelahkan baru saja mereka lewati. Sambil beristirahat, masing-masing anggota melakukan hal-hal yang mengendurkan otot mereka sebelum pulang.

Kyuhyun duduk diam di tempatnya, berkonsentrasi pada game yang tengah ia mainkan di laptop.

"Kasus hari ini sungguh berat," keluh Donghae.

"Aku setuju," jawab Eunhyuk sambil terus membaca koran.

"Aneh bukan?"

"Aneh apa, Donghae hyung?" Ryeowook tidak melepaskan pandangan dari kesibukannya menyusun menu mingguan. Ia sangat gemar memasak, dan mengatur semuanya sedetail mungkin agar masakan rumah selalu ada. Jam kerja yang tidak menentu membuatnya menyiapkan menu yang awet dan mudah dipanaskan sewaktu-waktu.

"Apakah kalian pernah berlatih di Akademi Kepolisian untuk kasus teroris datang dengan sepeda motor dan mobil van untuk menculik menteri?"

"Tidak, kita tidak pernah melakukannya." Eunhyuk menggeleng. Ia meletakkan koran, kemudian merentangkan tangannya untuk melemaskan otot-otot yang kaku sehabis insiden tadi.

Kyuhyun menghentikan permainannya dan mengamati dengan tertarik.

"Atau pelatihan apa pun untuk menyerang dan menangkap teroris?" tanya Donghae lagi.

"Tidak, kita tidak melakukannya." Ryeowook mengangguk setuju.

"Namun, mengapa kejadian-kejadian tak disangka itu selalu terjadi di saat kita bertugas?"

"Aku juga heran." Ryeowook melirik jam, lalu memasukan buku resep ke dalam tas.

Kyuhyun mengangkat bahunya dengan bingung, kembali menyibukkan diri dengan game di hadapannya.

"Benar juga... Kenapa begitu?" Eunhyuk memasukkan surat kabarnya ke dalam tas, bersiap untuk pulang.

"Aku tahu penyebabnya." Donghae berkata dengan yakin, membuat semua kecuali Kyuhyun memandang penuh tanya. "Ada Angel of Death atau Bulgihan di tim kita."

"Si pengundang bencana?" Eunhyuk menegakkan tubuhnya.

"Aku yakin akan hal itu." Donghae mengangguk.

Kyuhyun yang tidak berkonsentrasi penuh pada game karena ikut mendengarkan pembicaraan, menyadari perubahan di sekelilingnya. Ketika ia menoleh, ketiga pasang mata tengah menatap tajam, membuat Kyuhyun meringis dan menghentikan kesibukannya.

"Jangan menatapku seperti itu, hyungdeul. Itu hanya kebetulan."

Kyuhyun mencoba kembali memusatkan perhatiannya ke layar laptop.

"Donghae hyung benar. Kita selalu terlibat dalam masalah besar sejak kamu berada di sini." Ryeowook mengangguk yakin.

"Setuju. Mayor polisi tertembak dan banyak penjahat dikirim ke rumah sakit." Eunhyuk mengetukkan jari sambil menerawang.

"Itu kejadian yang tidak pernah terjadi. Selama ini kalau ada penyerangan, SP selalu menembak mati teroris di tempat. Kita tidak berkompromi dengan teroris." Donghae semakin bersemangat melihat kedua kawannya meyakini ucapannya.

"Karena Kyuhyunie memperkirakan kejadian itu lebih dulu, akhirnya kita bisa mencegah kejadian fatal, namun sekaligus mengumpulkan teroris dalam keadaan hidup." Tarikan napas Eunhyuk membuat Kyuhyun tak tahu harus menjawab apa.

"Jangan lupa, kita tidak tahu bagaimana memperlakukan penjahat penyerang Gubernur setelah ditangkap, harus dibawa ke mana dan sebagainya, karena tak ada aturan yang mengatur hal itu," sambung Ryeowook.

"Kalian ingat saat Kyuhyunie dipanggil menghadap Kepala Seksi?" Donghae berdiri dengan gaya Kolonel Shindong diikuti oleh Eunhyuk yang langsung berperan sebagai Kyuhyun. "Kyuhyun sshi, apa tugas divisi SP?"

"Untuk memastikan keamanan VIP," sahut Eunhyuk cepat.

"Apa tugas divisi SP?!" ulang Donghae sedikit lebih keras.

"Untuk melindungi VIP dalam segala keadaan."

"Apa tugas divisi SP?" ulang Donghae untuk ketiga kalinya.

"Itu adalah..." Kali ini Eunhyuk melongok dengan wajah bingung ke arah kirinya, posisi di mana Leeteuk berdiri waktu kejadian itu.

"Public Security adalah satu-satunya yang menyelidiki dan menangkap teroris! Saat VIP dalam bahaya, tugas SP adalah bertindak sebagai tameng bagi VIP, dan mengantar VIP ke lokasi yang aman. Paham?!" Donghae mendengus, disambut tawa tertahan seisi ruangan.

"Hyungdeul, kalian ini tega sekali!" Kyuhyun menutup laptopnya dengan kesal dan malu. "Kenapa kalian menyalahkanku? Bukankah kejadian seperti itu biasa terjadi saat SP bertugas?"

"Penembakan Gubernur dan pengambilalihan rumah sakit oleh teroris... Hal ini tidak mungkin terjadi dalam keadaan normal." Eunhyuk memandang prihatin.

"Bukan hanya aku yang direkrut sebagai SP hari itu. Jadi mengapa hanya aku…."

Menyadari suasana yang sangat hening, Kyuhyun batal memasukkan laptopnya ke dalam tas. Ia memandang ketiga rekannya yang kini menatap lurus ke arahnya tanpa berkedip. Ia tahu, arti pandangan menusuk itu adalah: semua kejadian yang mereka alami selama ini, tidak pernah terjadi sebelum kedatangannya.

"Apakah kau seorang Bulgihan?"

Pertanyaan Ryeowook yang terang-terangan membuat Kyuhyun terdiam. Ia memandang Donghae dan Eunhyuk, berharap salah satu dari mereka berpihak kepadanya. Namun ia justru mendapati pandangan bertanya yang sama seperti yang dilakukan Ryeowook.

"Uhm, selamat malam." Kyuhyun bergegas bangkit berdiri sambil memasukan laptop ke dalam tas. Ia meraih jasnya untuk kemudian membungkuk memberi salam diiringi pandangan yang tak berubah dari ketiga rekannya.

"Baiklah, kurasa kita akan pulang juga." Kata Eunhyuk begitu sosok Kyuhyun lenyap dari pandangan. Ia mulai mengenakan mantelnya.

Ryeowook melakukan hal yang sama.

"Aku punya firasat bahwa kita akan terlibat dalam kasus yang sangat buruk," gumam Donghae.

"Jangan katakan hal seperti itu, hyung!" tegur Ryeowook.

"Ah, aku minta maaf." Donghae tersadar. Ia langsung menyesali ucapannya.

Eunhyuk yang sudah berada di pintu, berbalik menghadap rekannya itu. "Kalaupun firasatmu benar, apakah kau akan membiarkan Kyuhyunie menghadapinya sendirian?"

"Tentu saja tidak!" sahut Donghae cepat. "Dia adalah uri magnae. Aku akan melindunginya!"

Eunhyuk tersenyum. "Nah, kalau begitu tidak ada masalah. Ayo kita pulang!"

.

.

3 Bulan Sebelum D-DAY

1 bulan sebelum insiden

Ko Sang Jong melangkah keluar dari penjara yang menjadi tempat tinggalnya selama 20 tahun ini. Karena kelakuan baiknya dan berbagai pemotongan hukuman, ia hanya perlu menjalani 20 tahun penjara untuk kejahatan yang ia lakukan. Ia memandang langit luas yang terbentang di hadapannya dengan senyum lebar. Pria itu terus berjalan hingga tiba di jalan raya yang paling dekat dengan penjara tadi.

Heechul yang sudah menunggu di dalam mobil sedari pagi, bergegas keluar saat Ko Sang Jong muncul. Dikenakannya jaketnya dan mulai membuntuti pria itu diam-diam.

.

TBC

Akhirnya Chapter 18 selesai juga.
Bagaimana menurut kalian, apakah benar Kyuhyun adalah Angel of Death atau Bulgihan?
Apa tujuan Leeteuk sebenarnya merekrut Kyuhyun?
Aku akan sangat senang mendengar tanggapan teman-teman semua.
Akhir kata, selamat membaca.

Kamsahamnida