D-Day
COUNTDOWN TO CRISIS
CHAPTER 19
.
.
Sudah hampir sebulan ini Heechul selalu mengikuti kegiatan Ko Sang Jong. Ia bahkan menyamar menjadi pekerja di percetakan yang sama.
"Hei!" Pengawas mereka lagi-lagi menghardik Ko Sang Jong yang sering melakukan kesalahan di tempat kerja. Ia menumpuk majalah yang akan dijilid terlalu banyak sehingga menyangkut di dalam mesin press. "Sudah aku katakan sebelumnya, jangan menumpuk terlalu banyak! Berapa kali aku harus memberitahumu?"
Seperti biasa, Ko Sang Jong hanya mengangguk meminta maaf, sama sekali tidak membantah atau pun berbicara.
"Hei, apakah kamu sudah terbiasa dengan pekerjaanmu?" tanya sang pengawas kepada Heechul yang bertugas membungkus majalah-majalah yang selesai dicetak.
Heechul mengangguk sambil tersenyum.
Ketika jam istirahat pun Ko Sang Jong tidak mengobrol atau bergabung dengan yang lain. Heechul selalu duduk tak jauh darinya sambil membaca majalah. Saat jam pulang, Ko Sang Jong selalu berjalan kaki. Diam-diam Heechul akan membuntutinya hingga tiba di kamar sewaannya.
Hari ini adalah hari gajian mereka. Ko Sang Jong berjalan ke sebuah toko untuk membeli sebuah laptop. Televisi besar yang dipajang di toko tersebut tengah menayangkan berita mengenai Perdana Menteri Yu Suk Won. Ia hanya meliriknya sekilas dan berlalu.
Heechul mengamati targetnya dengan diam. Ia mencari tanda-tanda apakah Ko Sang Jong masih berniat menyerang Yu Suk Won yang sekarang sudah menjadi Perdana Menteri. Meski tidak tampak ada yang mencurigakan, namun perasaan Heechul yang terlatih bertahun-tahun merasa Ko Sang Jong hanya pandai menyembunyikan niatnya.
.
.
Di dalam kamar sewaannya, Ko Sang Jong membuka laptop yang dibelinya. Ada sebuah printer juga di sana yang ia beli dari uang yang tersisa sebelum ia dipenjara. Dengan teliti, Ko Sang Jong mempelajari petunjuk pemakaian dan mencobanya.
.
.
Markas Besar Badan Kepolisian Nasional
Divisi Keamanan – Public Security Seksi-1
Suasana di kantor Public Security Seksi-1 sudah kosong ketika Heechul masuk. Ia baru saja selesai membuntuti Ko Sang Jong, memastikan ia berada di kamar sewaannya seperti biasa. Heechul mengeluarkan file dari tasnya dan membaca ulang semua keterangan yang disusunnya berkaitan dengan pria itu.
Ko Sang Jong telah melakukan penyerangan terhadap menteri Yu Suk Won 20 tahun lalu, namun Heechul memberikan catatan bahwa itu sebenarnya serangan palsu. Sayangnya jatuh dua korban jiwa yaitu orang tua Kyuhyun. Keduanya tewas seketika karena terkena tikaman pisau. Alasan Ko Sang Jong sendiri menurut Heechul adalah soal uang. Namun hingga saat ini Ko Sang Jong tidak memberikan keterangan siapa yang memintanya untuk menyerang Menteri Yu. Ia justru mengakui semua penyerangan itu sebagai idenya sendiri.
Heechul membaca kembali bagian korban penyerangan. Ia tidak memberitahu Kyuhyun informasi apapun mengenai Ko Sang Jong, karena sepanjang yang ia lihat, Kyuhyun tampaknya tidak berusaha mencari tahu mengenai pelaku pembunuhan kedua orang tuanya. Heechul sendiri merasa itu lebih baik bagi Kyuhyun untuk meninggalkan masa lalu dan fokus melakukan apa yang ia inginkan di masa kini. Terkadang terikat di masa lalu bisa membuat orang tersesat ke jalan yang salah.
"Heechul sshi!" Gu Tae Hwan, ketua Public Security Seksi-1 memasuki ruangan sambil memberi kode agar Heechul mengikutinya ke dalam kantor pribadinya.
Gu Tae Hwan membaca file yang sudah disusun Heechul tadi. "Sepertinya tidak ada masalah."
"Tidak ada yang mencurigakan. Sudah sebulan sejak dia keluar dari penjara. Namun hampir setiap hari, dia hanya berpindah antara bekerja dan pulang." Heechul melaporkan hasil pengamatannya.
"Persis sepertiku." Gu Tae Hwan tersenyum. "Apa yang dia lakukan di akhir pekan?"
"Dia tinggal di kamarnya sepanjang hari."
Gu Tae Hwan melepaskan matanya dari file-file itu dan menatap Heechul. Sudah lama Heechul bekerja bersamanya, dan ia sangat mempercayai penilaian Heechul meski terkadang perintah dari atas tidak sesuai harapan mereka. Kali ini, ia juga mengenali ada sedikit yang tidak berkenan dari jawaban Heechul tadi.
"Apakah ada sesuatu yang membuatmu khawatir?" tanya Gu Tae Hwan penuh perhatian.
"Tidak ada yang khusus."
"Sikapnya selama di penjara sepertinya juga sangat baik. Dia sejujurnya menunjukkan penyesalan atas kejahatan yang dilakukannya, bukan? Bukankah dia telah berubah menjadi warga negara yang baik?" Gu Tae Hwan menjabarkan, berharap itu membantu Heechul menemukan apa yang sebenarnya membuat Heechul Khawatir. "Bagaimanapun, belum ada tanda-tanda dia akan melakukan kejahatan lagi."
"Dia bahkan tidak pernah menerobos lampu merah." Heechul menambahkan.
"Apakah dia menyeberang jalan dengan tangan terangkat seperti anak TK?" Gu Tae Hwan tertawa namun langsung terdiam karena Heechul tetap berwajah datar. "Baiklah... menurutku penyelidikan terhadap Ko Sang Jong sudah selesai."
"Bolehkah saya mengikutinya sebentar lagi?" tanya Heechul.
"Tidak," tolak Gu Tae Hwan. "Kamu sendiri tidak bisa menjelaskan apa yang membuatmu khawatir. Mari kita tinggalkan yang satu ini dan pindah ke tugas berikutnya."
Gu Tae Hwan menatap Heechul yang hanya terdiam. "Kita benar-benar sibuk dengan semua teroris yang masuk dari luar negeri," tutur Gu Tae Hwan, berharap Heechul mengerti keputusannya.
"Saya harap dia benar-benar seperti anak TK," gumam Heechul.
.
.
Taman Kanak-Kanak
Seperti yang pernah dijelaskan oleh Kangta, pelatihnya di Akademi Kepolisian, masa menjelang pemilu benar-benar masa yang paling sibuk. Para politisi dan anggota kabinet berlomba-lomba melakukan kegiatan sosial. Mereka berempat hampir tidak pernah berkumpul dalam satu pengawalan yang sama. Kadang sendiri, kadang berdua seperti kemarin dan hari ini.
Kemarin Kyuhyun baru saja bertugas mengawal para ibu-ibu yang melakukan protes dengan berjalan keliling sambil membawa spanduk. Ia meringis mengingat ibu di sebelahnya membawa toa dan berteriak-teriak sambil melotot ke arahnya yang hanya bertugas menjaga. Eunhyuk di sisi lain spanduk, cukup beruntung berada di sebelah seorang ibu yang hanya diam sambil memegang spanduk bagiannya.
Dan hari ini, Kyuhyun bertugas mengamankan lokasi sebelum salah seorang Menteri datang berkunjung sementara Donghae mengawal sang Menteri dalam perjalanan.
Ternyata tidak mudah membersihkan area yang berisi puluhan anak TK. Mereka tidak mengenal kata SP karena seragam SP hanya berupa setelan jas. Karena itu anak-anak banyak yang mengerubunginya, mengguncang-guncang tangannya, bahkan naik ke punggungnya.
"Kyuhyun imnida," kata Kyuhyun saat menerima panggilan dari Donghae sementara dua anak TK menarik tangannya yang memegang ponsel. Mereka meminta Kyuhyun menggendong mereka di punggung seperti yang ia lakukan sebelumnya.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Donghae di ujung sana.
"Tidak cukup waktu dan agen yang bertugas. Di sini sangat ramai."
Terdengar suara tawa Donghae melalui ponsel. Kyuhyun sendiri duduk berjongkok supaya salah satu anak itu bisa naik ke punggungnya. Ia menggendong sang anak sambil melakukan panggilan telepon.
"Aku bisa membayangkan." Suara tawa Donghae kembali terdengar.
"Aku benar-benar perlu waktu untuk membersihkan area lebih teliti."
"Aku mengerti."
"Tetapi penyisiran dasar sudah selesai," jawab Kyuhyun setelah berhasil menurunkan anak tadi dari punggungnya. Penyisiran dasar adalah kode dalam tim inti yang berarti Kyuhyun sudah menyisir daerah itu dengan kemampuan ESP-nya. Disebut 'dasar' karena penyisiran secara fisik lebih mereka utamakan.
"Kami akan tiba dalam lima menit," ujar Donghae sebelum menutup
.
.
Markas Besar Badan Kepolisian Nasional
Divisi Keamanan - Security Police Seksi-4
2 Bulan Sebelum D-DAY
2 hari sebelum insiden
Leeteuk menghadap Shindong di kantornya. Ia menyerahkan sebuah map bertuliskan 'Rencana Reformasi Biro Keamanan'. Shindong membaca isi map tersebut, lalu meletakkannya di atas meja.
"Aku tidak bisa menyampaikan hal ini kepada pengawas. Kamu akan mengerti jika kamu berpikir logis." Shindong menolak. "Menurutku pribadi, Biro Keamanan tidak memerlukan Unit Investigasinya sendiri, apalagi Tim Penjinak Bom, atau Tim Penembak Jitu."
"Apa Anda benar-benar berpikir begitu?" tanya Leeteuk. "Karena Anda sudah begitu lama berada di SP, saya pikir Anda cukup memahami betapa sulitnya situasi di luar sana."
"Meskipun aku sebagai ketua memahami pandanganmu, Departemen Keuangan tidak akan pernah mengizinkan peningkatan anggaran sebesar itu karena tidak ada ancaman yang terlihat saat ini," jelas Shindong. "Satu-satunya alasan Kementerian Pertahanan mendapat anggaran sebesar itu karena kita punya negara tetangga yang kadang menembakkan rudal ke arah kita. Kamu tahu ini tanpa aku perlu memberitahumu."
"Saya pikir ada beberapa kasus di mana ada ancaman yang terlihat." Leeteuk teringat saat Kyuhyun menghadang peluru yang ditujukan kepada Gubernur Han, pengambilalihan rumah sakit, dan pria yang menyerang Kyuhyun dengan pisau dan pedang panjang.
"Tolong jangan bicara tentang ancaman yang biasanya tidak ada. Itu semua hanya kebetulan," tegas Shindong. "Hal seperti rencana reformasi ini sama sekali tidak ada artinya."
"Saya mengerti." Leeteuk mencoba menahan diri untuk tidak mengeluarkan kata-kata yang kasar.
"Aku suka antusiasmu dalam pekerjaan, Leeteuk sshi, tapi kuharap itu tidak membuatmu kewalahan." Shindong mencoba mendinginkan situasi. Ia pernah berada di posisi Leeteuk dengan idealisme yang tinggi, namun pengalaman membuktikan tidak ada yang bisa ia lakukan selain menaati perintah atasan. Ia berharap Leeteuk juga akan sampai di titik yang sama dengannya sebelum segala sesuatunya menjadi tidak tertahankan.
"Oh, nanti akan ada rapat perencanaan keamanan. Kamu diundang hadir." Shindong mengingatkan.
"Saya mengerti." Leeteuk mencoba tersenyum. "Siapa VIP-nya?"
"Perdana Menteri Yu."
Leeteuk membeku sepersekian detik sebelum bisa bertindak biasa dan berjalan keluar ruangan. Ia sadar tugas selanjutnya ini akan sangat berat bagi dirinya sendiri dan Kyuhyun. Selama ini Kyuhyun tidak menunjukkan tanda-tanda PTSD nya kambuh. Tetapi jika mengingat kejadian malam itu di mana Kyuhyun menodongkan pistolnya ke arah foto PM Yu, Leeteuk tidak tahu akan sebesar apa dampaknya.
Leeteuk melihat ke arah map yang ia susun dengan susah payah. Seandainya hal ini disetujui, ia berencana memindahkan Kyuhyun ke bagian investigasi SP. Di sana Kyuhyun akan lebih mudah bergerak. Selain itu, dengan adanya bagian investigasi SP sendiri, bisa mencegah agen SP yang bertugas tidak menjadi tameng untuk hal-hal yang seharusnya bisa dicegah. Mereka hanya akan berfungsi untuk situasi yang benar-benar darurat saja sehingga tidak ada yang mati sia-sia. Sulit untuk mengandalkan tim investigasi dari Divisi Public Security saja, karena mereka juga disibukkan oleh teroris dari luar negeri. Tetapi ternyata rencana ini ditolak langsung oleh Shindong.
.
.
Percetakan
Ko Sang Jong bekerja seperti biasa. Ketidakhadiran Heechul tidak luput dari perhatiannya. Pria itu tersenyum. Kini ia bisa leluasa bergerak karena tidak ada lagi yang mengawasi semua tindakannya.
.
.
Markas Besar Badan Kepolisian Nasional
Lantai 17
Shindong dan Leeteuk berjalan bersama menuju ruang pertemuan di lantai 17.
"Akan ada pengawas yang menyebalkan dalam pertemuan hari ini, jadi tolong bersikap baik dan tetap menundukkan kepala," kata Shindong mengingatkan.
Leeteuk tidak menyangka yang dimaksud Shindong adalah Ri Mu Yeok. Pria itu mengingatkannya kembali pada kejadian 20 tahun lalu saat pria itu menjadi ajudan Menteri Yu.
Direktur Choi membuka pertemuan dan memperkenalkan Ri Mu Yeok sebagai Sekretaris Utama PM Yu. Langkah-langkah pengamanan dijelaskan oleh Kapten Ban dari Divisi Keamanan Perdana Menteri.
"Dua hari dari sekarang, PM Yu akan hadir pada upacara pembukaan Gedung Memorial di Universitas Sung." Kapten Ban memulai. "Upacara akan berlangsung di Atrium Gedung Memorial. Ini akan memakan waktu sekitar 90 menit mulai dari jam 1 siang. Perdana Menteri Yu akan menghadiri acara dari awal hingga akhir. Gedung Memorial ini adalah gedung serba guna yang terdiri dari ruang kuliah, ruang konser, ruang olahraga dan kafetaria. Praktis tidak mungkin menjaga seluruh fasilitas. Jadi, kita harus mengambil pilihan untuk menjaga ketat area atrium saja. Jumlah agen termasuk 10 pengawal Perdana Menteri dari divisi saya, 10 agen untuk keamanan sebelum dan sesudah upacara, ditambah 6 agen tambahan, membentuk tim yang terdiri dari 36 orang. Bagaimana menurut kalian?"
"Ini siang hari di hari Sabtu?" tanya juru bicara Divisi Keamanan. Dia duduk bersama Direktur Choi, Shindong, dan Leeteuk. "Apakah menurut Anda akan ada banyak mahasiswa di sekitar?"
"Universitas seharusnya libur. Namun, mereka tidak berencana membatasi masuknya mahasiswa," jawab Kapten Ban. "Kehadiran Perdana Menteri tidak akan dipublikasikan sampai hari acara, namun hal ini sudah menjadi rahasia umum. Ada kemungkinan banyak mahasiswa dan penonton lainnya yang hadir di acara ini. Apa yang harus kita lakukan, Tuan Ri? Apakah Anda ingin meminta dukungan dari polisi berseragam di kawasan tersebut?"
"Jangan lakukan itu!" tolak Ri Mu Yeok, Sekretaris Utama PM Yu. "Ada rumor Universitas sebagai wilayah swasta, dan kehadiran polisi berseragam benar-benar merusak suasana acara. Bagi warga sipil, polisi berseragam bukanlah tanda keamanan tapi penindasan."
Catatan: yang dimaksud adalah seragam polisi patroli, bukan seragam SP yang berupa setelan jas hitam.
"Saya mengerti." Juru bicara Divisi Keamanan mengangguk. "Kami akan menghormati privasi Universitas. Kami tidak akan membiarkan petugas berseragam masuk ke dalam kampus. Saya pikir itu sudah cukup dengan 36 anggota, bukan? Bagaimana menurut kalian?"
Sang juru bicara meminta pendapat Direktur Choi, Shindong, dan Leeteuk yang hadir dari Divisi Keamanan.
"Saya setuju," jawab Shindong.
"Anda tidak akan membatasi siapa saja yang masuk ke dalam lingkungan Universitas setelah acara dimulai?" tanya Leeteuk.
"Ini hampir mustahil," jawab Kapten Ban. "Bahkan jika kita menutup pintu masuk utama dan pintu belakang, ada banyak cara lain untuk masuk ke Universitas. Jika kita mencoba menutup setiap pintu masuk, kita membutuhkan agen sebanyak yang kita perlukan untuk konferensi internasional."
"Bagaimana dengan metode pencegahan teroris seperti detektor logam?" Leeteuk mencoba memberi usul.
Ri Mu Yeok tertawa sinis. "Apakah Anda mencoba menurunkan tingkat perolehan suara PM Yu? Negara ini bukanlah negara diktator."
"Saya pikir detektor logam sudah menjadi hal yang umum di negara mana pun," sahut Leeteuk.
"Bukan di negara ini."
Untuk beberapa saat Ri Mu Yeok dan Leeteuk saling bertatapan dengan suasana tegang. Leeteuk akhirnya memilih mengalah.
"Pokoknya, jangan melakukan apa pun yang dapat memberikan gambaran bahwa PM Yu khawatir terhadap terorisme. Itu akan membuat kepercayaan masyarakat kepadanya untuk menjabat PM lagi akan menurun," ujar Ri Mu Yeok. "Saya mohon."
Direktur Choi tersenyum. "Baiklah, kami pastikan polisi berseragam ditempatkan untuk keamanan di sekitar Universitas saja. Mereka tetap harus ditambahkan karena area yang dijaga terlalu besar. Tetapi jika tidak ada ancaman atau pemberitahuan penembakan, kita akan mengikuti rencana ini. Apakah semua setuju?"
"Setuju," sahut Juru bicara Divisi Keamanan dan Kapten Ban.
"Apakah Anda setuju dengan rencana ini juga, Tuan Ri?"
Ri Mu Yeok bangkit berdiri dengan wajah kesal. Tanpa kata-kata, ia dan anak buahnya meninggalkan ruang pertemuan.
Satu per satu agen yang lain juga meninggalkan ruang pertemuan, hanya Direktur Choi dan Leeteuk yang masih berada di dalam.
"Mereka selalu meminta ancaman yang terlihat sebagai syarat reformasi Biro Keamanan, tetapi selalu menutupi ancaman yang terjadi." Direktur Choi memandang Leeteuk yang tetap diam di tempatnya, sama sekali tidak merespon. "Lusa kita perlihatkan ancaman yang terlihat kepada mereka. Aku ingin tahu, bagaimana kali ini mereka menutupinya."
Melihat Leeteuk tetap tidak menanggapi, Direktur Choi meninggalkan ruangan.
.
.
Di sebuah kamar sewa, Pyo Sang Hoon (Ch 4), tengah memainkan sebuah game di laptop ketika sebuah pesan masuk. Ia membukanya dengan segera.
[Bertindak. Lusa. Mohon bersiap.]
.
.
Direktur Choi yang berada di kantornya, menunggu balasan pesan yang ia kirim tadi. Beberapa detik kemudian balasan itu datang. Ia langsung membukanya.
[Saya mengerti, tapi ada satu hal yang ingin saya periksa. Saya dengar ada SP yang tangguh... Namanya Cho Kyuhyun.]
Direktur Choi merengutkan wajahnya membaca nama itu. Sejak Leeteuk menceritakan tentang Kyuhyun dan ingin menjadikannya sebagai tim inti, ia sangat tidak menyukainya. Namun ia juga tidak memiliki alasan untuk menolak permintaan Leeteuk.
Seperti dugaannya, Kyuhyun selalu membawa masalah, ditambah Eunhyuk, Donghae dan Ryeowook. Keempat tim inti Leeteuk itu selalu menggagalkan semua rencana terornya selama ini; Rencana yang ia buat dengan mengundang beberapa orang yang membenci pemerintahan sekarang.
Sebenarnya ia selalu menginginkan reformasi Biro Keamanan sama seperti Leeteuk, meski cara mereka selalu berbeda. Ia juga sudah muak dengan para atasan yang bertindak seenaknya, namun ia masih bisa berpura-pura, tidak seperti Leeteuk yang berani mengatakan semua yang ia tidak sukai.
Seperti yang ia duga ketika Leeteuk bersedia bekerjasama, cara Leeteuk selalu halus, sedangkan caranya lebih kejam. Ia tidak peduli jika harus ada korban yang jatuh asalkan teror yang ia ciptakan akan menjadi berita utama dan reformasi bisa terjadi.
Sayangnya, penyerangan terhadap Gubernur 2 kali gagal, pengambilalihan rumah sakit dan beberapa serangan lain juga digagalkan. Bahkan ia membocorkan informasi tentang Kwak Jong Bin kepada sang Profesor supaya terjadi ancaman yang dianggap penting bagi Biro Keamanan, namun hal itu juga gagal.
Dan yang menyebalkan baginya, yang menggagalkan justru tim inti yang dipimpin Leeteuk, orang yang sebenarnya memiliki cita-cita yang sama dengannya.
Ia teringat Kwon Sang Cheol yang sangat membenci Kyuhyun karena menggagalkan rencananya saat hendak menyerang Gubernur (chapter 2). Pria itu baru melangkah ke dalam bioskop dan Kyuhyun sudah menangkapnya sebelum ia melakukan apapun yang menyerang Gubernur. Kwon Sang Cheol pasti senang mendapat kesempatan membunuh Kyuhyun.
.
.
Pyo Sang Hoon membuka pesan yang masuk.
[Aku akan membuat rencana khusus untuknya. Aku saat ini sibuk membuat beberapa rencana lainnya juga. Aku tidak akan menjawab pesanmu lagi. Semoga beruntung.]
Pyo Sang Hoon menutup game dan membuka file yang dikirimkan Direktur Choi untuknya. Itu adalah denah Universitas Sung. Di sampingnya, ada sebuah file bertuliskan 'Pembukaan Gedung Peringatan Universitas Sung – Rencana Pengamanan'.
.
.
Kwon Sang Cheol tengah memainkan pisau karambitnya di depan manekin yang baru. Ia menggores leher manekin itu dengan pisau, menghasilkan potongan yang dalam dan rapi. Ia juga menyerang seluruh tubuh manekin hingga dalam beberapa menit saja manekin itu hancur. Kwon Sang Cheol selalu membayangkan agen SP yang menangkapnya setiap kali berlatih kecepatan. Kali ini ia tidak akan kalah cepat darinya.
Suara jeritan terdengar di ruangan itu, menandakan sebuah pesan masuk.
[Lusa akan ada sesuatu yang menyenangkan di suatu tempat. Apakah kamu mau datang? SP yang kau incar akan ada di sana.]
Kwon Sang Cheol tersenyum lebar.
.
.
[Tentu saja]
Direktur Choi mengangguk puas membaca pesan itu. Meski ia dan Leeteuk bersama-sama merencanakan kejutan bagi PM Yu, Leeteuk tidak perlu tahu bahwa ia memiliki rencana tambahan untuk menyingkirkan salah satu anggota timnya.
.
.
Ko Sang Jong dicegat oleh bawahan Sekretaris Ri sepulang dia bekerja. Mereka terlibat pembicaraan yang cukup alot di mana Ko Sang Jong terus menampik sebuah amplop tebal yang disodorkan. Akhirnya pembicaraan itu selesai. Ko Sang Jong melirik ke arah Ri Mu Yeok yang tetap berada di dalam mobil, orang yang 20 tahun lalu menjebaknya sebagai teroris, lalu berlalu.
"Dia tidak menerimanya," jelas sang bawahan.
"Apakah dia mengatakan sesuatu?" Ri Mu Yeok keheranan.
"Katanya, dia ingin melupakan masa lalu. Jadi, dia ingin kamu melupakannya juga."
"Begitu..."
"Dia sepertinya tidak berbohong."
Ri Mu Yeok terdiam. Dua puluh tahun lalu, ia menyewa Ko Sang Jong untuk berpura-pura menyerang PM Yu yang saat itu masih sebagai menteri. Seharusnya setelah terjadi kehebohan karena seseorang muncul dengan pisau terhunus dan Yu Suk Won berpura-pura melindungi seseorang dengan tubuhnya, Ko Sang Jong melarikan diri dan semua akan menceritakan kebaikan Yu Suk Won yang berani berkorban.
Sayangnya, saat itu yang dipeluk adalah seorang anak kecil, di mana untuk melindunginya, sang ibu menghadang Ko Sang Jong hingga terkena tikaman. Suaminya yang melihat hal itu ikut menjadi marah dan mencoba menangkap Ko Sang Jong. Ko Sang Jong yang panik, tanpa sengaja kembali menikam pria itu hingga tewas di samping istrinya.
Ri Mu Yeok yang melihat perkembangan tak terduga dari drama yang hendak mereka mainkan, melihat Ko Sang Jong sama shock-nya karena kejadian itu. Ia akhirnya memerintahkan para polisi untuk menangkap Ko Sang Jong.
Jadi, ia tidak percaya Ko Sang Jong hanya melupakan semua begitu saja.
"Apa yang ingin Anda lakukan?" tanya sang bawahan. "Saya kenal sepasang 'petugas kebersihan' yang bagus... Haruskah saya meminta mereka untuk menyingkirkannya?"
"Hentikan!" Ri Mu Yeok terkejut mendengar usulan itu. Meski mereka pernah sekali melakukan kesalahan karena begitu inginnya mendapat kekuasaan, Yu Suk Won bukanlah orang yang suka menyuruh pembunuh bayaran untuk membereskan kekacauannya. "PM Yu bukanlah politisi mafia. Apa yang akan Anda lakukan jika pers mendengarnya?"
"Maaf." Sang bawahan langsung menyesali kata-katanya.
Akhirnya mobil itu pun melaju kembali ke kediaman PM Yu. Mereka tidak sadar Ko Sang Jong masih mengawasi mereka dari balik sebuah pohon.
.
.
Setibanya di kamar, Ko Sang Jong yang sudah pandai menggunakan laptop, mencari video dan berita mengenai PM Yu Suk Won 20 tahun ini. Ia juga mencari video yang memuat berita pembangunan Gedung Memorial Universitas Sung, bahkan mengenai acara-acara yang diadakan di Universitas. Ia mengamati setiap detail bangunan dan ruangan yang bisa tertangkap oleh video, dan mulai menyusun rencana.
Salah satu berita menyebutkan, akan terdapat Gedung Memorial di sana yang diberi nama Gedung Memorial Yu Suk Won sebagai penghargaan atas jasa-jasanya selama ini. Sebagai salah satu alumni, PM Yu telah memberikan sumbangan yang sangat besar untuk proyek pembangunan ini. Berita itu juga menayangkan berbagai area di sana dengan gamblang sehingga sebuah senyum terukir di wajah Ko Sang Jong.
Ia mulai mencetak beberapa denah lokasi, peta jalan dan segala sesuatu yang ia pelajari untuk rencananya di sana.
.
.
Markas Besar Badan Kepolisian Nasional
Divisi Keamanan – Public Security Seksi-1
"Heechul sshi!"
Heechul baru saja kembali dari tugasnya ketika Gu Tae Hwan, atasannya memanggil.
"Ada yang bisa saya bantu, Kapten?"
"Lusa, Perdana Menteri Yu akan menghadiri sebuah acara. Kamu pergilah ke acara tersebut dan amati orang-orang yang mencurigakan." Gu Tae Hwan menyodorkan sebuah file bertuliskan 'Pembukaan Gedung Peringatan Universitas Sung – Rencana Pengamanan'.
Heechul membukanya. Ia tertegun melihat nama Kyuhyun ada di sana sebagai salah satu agen SP yang bertugas. Ia sedikit mencemaskan hal itu.
.
.
Markas Besar Badan Kepolisian Nasional
Divisi Keamanan – Security Police Seksi-4
Eunhyuk, Donghae, Ryeowook dan Kyuhyun baru saja kembali dari tugas mereka masing-masing. Semuanya melepaskan perlengkapan SP yang mereka pakai dan menyampirkan jas di kursi.
"Camilan untuk istirahat," kata Noona Jihoo sambil membawa nampan berisi 4 cangkir teh dan beberapa bungkus kue.
"Ini dia." Dengan senyum ia meletakkan ke meja Eunhyuk dan Ryeowook masing-masing secangkir teh dan dua bungkus kue. Keduanya mengucapkan terima kasih.
Ketika tiba di dekat Kyuhyun, Kyuhyun mengucapkan terima kasih sambil mengangsurkan tangannya untuk menerima kue itu. Namun Noona Jihoo justru memandang dengan kesal padanya sambil meletakkan dua bungkus kue di meja. Ia juga meletakkan cangkir teh milik Kyuhyun dengan keras.
Kyuhyun hanya bisa mengucapkan terima kasih sambil meringis. Ia tidak tahu mengapa Noona Jihoo sering kesal terhadapnya. Mungkin karena ia lagi-lagi membuat Leeteuk dimarahi saat menangkap teroris.
Donghae tersenyum lebar saat Noona Jihoo memberinya 6 bungkus kue, tiga kali lebih banyak dari yang lain.
"Untuk agen tertampan di Divisi Keamanan," kata Noona Jihoo dengan senyum manis.
"Donghae hyung bukan tertampan di Divisi Keamanan saja, tapi di seluruh markas," gumam Kyuhyun setelah Noona Jihoo jauh dari jarak pendengaran.
"Kau juga tampan, Kyuhyunie. Sejak kamu bergabung, gelar kita resmi menjadi Boys Before Flower SP, tidak pakai minus 1 lagi," kata Donghae sambil memberikan sebuah kuenya untuk Kyuhyun.
"Eunhyuk hyung, apakah kamu belajar untuk ujian promosi?" tanya Ryeowook ketika mereka berempat tengah menikmati kue dan teh yang disuguhkan.
Mereka tetap menggunakan panggilan resmi selama jam kerja. Panggilan akrab hanya mereka lakukan ketika berempat dan sudah melewati jam kerja mereka, seperti saat ini. Tidak ada seorang pun selain mereka berempat yang ada di kantor itu, dan jam sudah melewati jam pulang yang biasa ketika tidak ada tugas pengawalan.
"Tidak mungkin. Kapan aku punya waktu untuk itu?" Eunhyuk menggeleng.
"Aku pikir juga begitu..." Ryeowook menyesap tehnya dengan nikmat.
"Tidak ada promosi selama aku masih menjadi SP." Eunhyuk mulai membuka kue yang tersedia. "Jika ingin promosi, kita harus pindah ke divisi lain."
"Sepertinya begitu...," ujar Ryeowook pelan.
"Eh?" Kyuhyun yang mendengar ada nada sendu di suara Ryeowook segera berbalik menghadapnya. "Apakah kamu tertarik dengan promosi dan semacamnya, hyung?"
"Ne, beberapa..."
"Hmmmm..." Tanpa sadar Kyuhyun menirukan nada yang biasa dilontarkan Heechul.
"Reaksi macam apa itu?" Ryeowook berbalik dan melemparkan pandangan tajam.
"Tidak ada apa-apa," sahut Kyuhyun cepat.
"Tidak mungkin!" Ryeowook melipat kedua tangannya di dada sambil memasang wajah galak. "Aku yakin kamu berpikir bahwa aku orang yang serakah."
"Ryeowook hyung, kamu paranoid." Kyuhyun tertawa salah tingkah.
"Aku yakin Kyuhyunie tidak bermaksud begitu. Kamu sedang paranoid."
"Donghae hyung jangan selalu membelanya!" seru Ryeowook galak, membuat Donghae bergeser ke arah Kyuhyun dan merangkulnya.
"Ryeowookie sangat galak ketika sedang kesal," bisik Donghae yang membuat Ryeowook semakin melotot.
"Apakah kalian punya rencana setelah ini?" Eunhyuk mencoba mengalihkan perhatian agar mereka bertiga tidak bertengkar.
Semua menyahut 'tidak' secara bersamaan
"Bagaimana kalau kita pergi minum?" usul Eunhyuk. Ia merindukan kebersamaan mereka berempat. Masa menjelang pemilu masa yang sangat sibuk.
"Itu ide yang bagus!" Donghae tersenyum senang.
"Aku juga setuju." Ryeowook menyahut.
"Oh!" Kyuhyun yang baru saja menerima pesan, berseru keras sehingga yang lain menatapnya heran.
"Aku mendapat undangan kencan buta!" Dengan tergesa-gesa Kyuhyun mengambil jas, mantel dan tasnya. "Annyeong!"
Dalam sekejap ia meninggalkan ruangan tersebut, meninggalkan ketiga rekannya yang melongo melihatnya.
"Dia selalu bersemangat untuk kencan buta, tapi selalu pulang dengan gagal," ujar Eunhyuk prihatin.
"Bagaimana tidak? Waktu itu salah satu teman kencannya bilang bahwa dia belum pernah berkencan selama 3 tahun, dan Kyuhyun langsung bilang kalau yang dia katakan itu bohong." Ryeowook terkikik geli. Kyuhyun selalu curhat setiap dirinya gagal dalam kencan buta kepada mereka bertiga.
"Ah, Kyuhyun juga pernah cerita... Ketika diminta menunjukkan keahliannya, ia lalu bilang kalau tas yang dipakai teman kencannya itu palsu dan menyuruh kembali ke toko untuk meminta ganti rugi." Donghae meringis.
"Yang aku heran, kita saja bisa tahu di mana letak kesalahannya, tetapi dia tidak tahu kenapa dia selalu ditolak." Eunhyuk menarik napas panjang. "Benar kata Kapten, sangat sulit bagi Kyuhyun menemukan gadis yang bisa menemaninya seumur hidup."
"Kasihan, padahal dia selalu ingin menikah," ujar Donghae.
"Aku tidak bisa membayangkan ada yang tahan dengan Kyuhyun yang selalu berkutat dengan bahaya."
"Bukankah keluarga kita juga begitu?" Eunhyuk menanggapi kata-kata Ryeowook.
Ketiganya langsung terdiam dengan pikiran masing-masing, karena yang Eunhyuk katakan tadi benar. Keluarga mereka selalu ingin mereka berhenti menjadi SP.
.
.
Kyuhyun dengan wajah gembira memasuki lift yang akan mengantarnya ke lantai 1. Setibanya di lantai 15 tempat Divisi Public Security berada, pintu lift terbuka. Heechul bertatapan dengannya sebelum melangkah masuk. Tidak ada seorang pun yang berbicara hingga beberapa lantai kemudian.
Kyuhyun mendengus dengan tidak sabar lalu menoleh ke arah Heechul yang sedari tadi memasang wajah datarnya.
"Ada apa?!"
"Hah?" Heechul kini menatapnya dengan pandangan bertanya.
"Aku yakin kamu ingin mengatakan sesuatu," kata Kyuhyun sambil tersenyum. Perasaannya sedang senang saat ini.
"Tidak ada apa-apa." Heechul kembali menatap lift dengan wajah datarnya.
"Apa kamu yakin? Wei... wei... wei..." Kyuhyun tersenyum sambil menusuk-nusukkan jarinya untuk menggelitik Heechul.
"Hentikan!" seru Heechul tanpa sedikit pun menoleh.
"Suasana hatimu sedang buruk hari ini," ujar Kyuhyun masih tetap tersenyum.
Melihat Kyuhyun sebahagia itu, Heechul merasa kesal karena sudah mencemaskannya tadi. Ia menoleh ke arah Kyuhyun, siap untuk mengatakan sesuatu yang akan menghapus wajah bahagianya.
Namun ketika Kyuhyun balik menatap dengan matanya yang bersinar, bersiap mendengarkan kata-katanya, Heechul mengurungkan niatnya dan kembali menghadap ke arah pintu lift.
"Jeda macam apa itu?" protes Kyuhyun yang sudah menunggu. "Kau membuatku penasaran."
Heechul tetap berdiam diri meski Kyuhyun terus menatapnya penuh tanya hingga lift terbuka di lantai 1. Kening Kyuhyun berkerut saat Heechul tidak juga melangkah keluar, jadi ia juga menunggunya.
"Hati-hatilah... dengan segalanya...," ujar Heechul sambil memandangnya sekilas, lalu keluar dari lift.
Wajah Kyuhyun berubah serius. Ia bisa merasakan kesungguhan kata-kata Heechul tadi. Ditatapnya punggung Heechul yang menjauh hingga menghilang di balik pintu lobby.
.
.
Heechul tiba di halaman tempat tinggal Ko Sang Jong. Sebagai mantan rekan kerja, ia memiliki nomor teleponnya. Heechul berniat untuk berpura-pura bertamu malam ini. Dering telepon berbunyi, dan suara itu jelas terdengar dari balik kamar yang berdinding tipis. Tetapi panggilan itu tidak ada yang mengangkat, dan bunyi terus terdengar dari dalam.
Ia terus berjalan hingga ke depan kamar. Dering masih terdengar dan tidak diangkat. Heechul lalu menutup ponselnya dan meraih pegangan pintu. Pintu itu terkunci. Diguncangnya pintu itu beberapa kali kalau-kalau Ko Sang Jong tertidur, tapi tidak ada suara dari dalam. Kini ia yakin firasat buruknya selama ini tidak salah; Karena itulah malam ini Heechul datang meski ia sudah tidak bertugas mengamati Ko Sang Jong.
Heechul segera mencari pemilik rumah untuk meminta bantuannya. Ditunjukkannya lencana polisinya. Bersama si pemilik rumah, mereka membuka pintu yang terkunci. Sang pemilik menyerahkan kunci kepada Heechul dan kembali ke kamarnya sendiri.
Dengan waspada, Heechul memasuki kamar sempit itu dan menyalakan lampunya. Tidak tampak tanda-tanda kehadiran Ko Sang Jong hari ini, bahkan tempat tidurnya masih tergulung dengan rapi di atas lemari.
Matanya melebar saat melihat salah satu dinding kamar. Dinding itu dipenuhi foto dan berita tentang PM Yu Suk Won.
.
.
2 Bulan Sebelum D-DAY
1 hari sebelum insiden
Pukul 09.30
Ko Sang Jong berjalan di halaman kampus Universitas Sung. Ia berbaur dengan para mahasiswa dan warga sipil yang berada di sekitar lingkungan kampus. Langkah kakinya menuju ke Gedung Memorial yang akan diresmikan besok. Ia melewati dua agen dari Divisi Keamanan Perdana Menteri yang tengah membahas mengenai panggung dan penyusunan bangku tamu untuk acara peresmian.
"Saya tahu ini sudah jelas, tapi pastikan Perdana Menteri mendapatkan sorotan..." perintah salah satu agen itu kepada teknisi yang bertanggung jawab soal lampu.
.
.
Pyo Sang Hoon berjalan santai di dalam Gedung Memorial. Ia mengenakan pakaian serba hitam dan membawa tas hitam. Ia berpapasan dengan Ko Sang Jong yang baru saja melihat-lihat lantai dua.
.
.
Eunhyuk dan Ryeowook hari ini bertugas mengawal salah satu menteri yang tengah diwawancara oleh wartawan dengan konsep santai. Sang menteri mengenakan pakaian olahraga sambil membawa anjingnya, sementara sang reporter merekam semua itu sambil mewawancarainya.
.
.
Pyo Sang Hoon melihat ke arah langit-langit Gedung Memorial yang terdiri dari palang-palang baja dan kaca. Ia sudah mendapatkan denah birunya, dan kini ia melihat-lihat di mana saja CCTV berada supaya ia bisa naik hingga ke atap gedung tanpa terdeteksi.
Ia menaiki tangga darurat hingga sampai di sebuah tangga logam yang menempel pada dinding. Tangga itu digunakan sebagai tempat masuknya petugas kebersihan nantinya untuk membersihkan area tersebut beberapa bulan sekali.
.
.
Pukul 13.10
Panggung dan kursi sudah mulai disusun saat Pyo Sang Hoon kembali ke lantai dua. Ia kembali berkeliling melihat situasi.
.
.
Ko Sang Jong duduk di depan cafe yang ada tepat di depan kantor polisi. Sejak lepas dari pengawasan Heechul, ia selalu mengamati kantor polisi itu sepanjang hari, untuk melihat polisi mana yang bisa ia rebut pistolnya.
.
.
Pyo Sang Hoon menyewa salah satu kamar hotel di sekitar tempat itu, memilih kamar dengan lantai yang sama tingginya dengan atap Gedung Memorial. Ia menyiapkan alat penghitung manual dan senapannya yang kosong.
Ia berlatih membidik orang-orang yang menyeberang jalan, lalu menembak. Setiap ia berhasil, ia menekan tombol pada alat penghitung itu. Ia berlatih dengan keras karena besok hanya perlu 1 tembakan untuk menjalankan tugasnya.
.
.
Markas Besar Badan Kepolisian Nasional
Divisi Keamanan - Security Police Seksi-4
Pukul 16.45
Eunhyuk, Donghae, dan Ryeowook menatap prihatin Kyuhyun yang duduk dengan lesu sambil meletakkan kepalanya di meja. Mereka baru saja kembali dari tugas masing-masing.
"Sepertinya dia gagal lagi," bisik Ryeowook disusul anggukan kedua rekannya yang lain.
Tiba-tiba Leeteuk memasuki ruangan.
"Annyeonghasimnikka." Keempatnya menyapa serentak.
"Semuanya, berkumpullah," kata Leeteuk sambil berjalan ke mejanya sendiri.
"SIAP!" Semua berkumpul di depan meja Leeteuk.
"Besok kita akan membantu Seksi-1." Leeteuk membagikan file ke masing-masing anak buahnya. (catatan: di Prolog sempat aku sebutkan bahwa SP Seksi-1 bertugas mengawal PM)
"VIP nya adalah..." Leeteuk melirik Kyuhyun sejenak sebelum memandang anak buahnya yang lain. "Perdana Menteri Yu Suk Won."
Seperti yang diduga Leeteuk, wajah Kyuhyun memucat dan tubuhnya menjadi kaku; Sama seperti yang ia rasakan saat pertama kali mendengarnya. Leeteuk berpura-pura tidak melihat hal itu. "Baca rencana pengamanan secara menyeluruh dan persiapkan dengan baik. Mengerti?"
"SIAP!"
Hanya tiga orang yang menyahut. Leeteuk kembali berpura-pura tidak tahu.
"Pulanglah lebih awal, dan istirahatlah."
"SIAP!" Eunhyuk, Donghae dan Ryeowook bergegas kembali ke meja mereka masing-masing sementara Kyuhyun masih membeku di tempatnya berdiri.
Dengan langkah yang dipaksakan, Kyuhyun bergerak kembali ke mejanya dan duduk. Seluruh tubuhnya terasa kehilangan tenaga. Ia memandang foto PM Yu Suk Won yang ditempel di dinding dengan sorot mata tajam.
Seketika itu juga ia kembali merasakan dinginnya hujan yang mengguyur tubuhnya, dan melihat tubuh kedua orang tuanya yang bersimbah darah. Ia kembali ke dalam pelukan Yu Suk Won, dan memandang ke arah sang menteri yang melindunginya. Namun yang ia dapati justru sebuah senyum yang tidak pada tempatnya di wajah itu.
Kyuhyun tidak sadar saat itu ada yang tengah mengamatinya dengan diam.
Leeteuk tersenyum melihat reaksi Kyuhyun. Reaksinya sama seperti yang ia harapkan.
Saat itu juga Leeteuk seperti dibawa kembali ke peristiwa 20 tahun lalu. Ia melihat Menteri Yu dan sang ajudan begitu saja melepaskan Kyuhyun dan meninggalkannya sendirian di tengah hujan. Ia melihat Kyuhyun yang memandang tubuh kedua orang tuanya dengan diam. Begitu shocknya sehingga Kyuhyun sama sekali tidak bisa menangis.
Sebersit perasaan bersalah langsung muncul di dalam hati Leeteuk karena sempat merasa senang dengan apa yang tengah dirasakan Kyuhyun saat ini. Sama sekali tidak ada yang perlu ia syukuri atas hal itu.
.
.
18 Jam Sebelum Insiden
Malam itu, Ko Sang Jong menunggu polisi yang diincarnya melewati jalan sepi seperti yang selalu dilakukannya saat selesai bertugas. Ia langsung menyerang polisi itu dan mengambil pistolnya.
.
.
Pyo Sang Hoon kembali memasuki Gedung Memorial malam itu dimana masih ada beberapa pekerja yang menyiapkan acara besok, juga beberapa mahasiswa yang baru saja selesai kuliah. Sebisa mungkin ia menghindari kamera CCTV.
Ia menaiki tangga darurat hingga menemukan tangga besi yang tadi dilihatnya. Dinding di bagian atas tangga itu terkunci. Ia membukanya tanpa kesulitan dan naik ke atap membawa tas berisi perlengkapan menembak dan juga kebutuhannya selama bermalam di sana. Ia kembali melihat denah untuk mengetahui atap sebelah mana yang terdekat dengan panggung yang disiapkan di Gedung Memorial.
.
.
Malam sudah sangat larut, tetapi Leeteuk masih duduk di meja kerjanya. Ia memandangi Rencana Pengamanan yang ada di depannya, membayangkan apa yang akan terjadi besok setelah Pyo Sang Hoon menjalankan tugasnya.
Tiba-tiba Heechul muncul di pintu. Ia menunggu Leeteuk menyadari kehadirannya.
Leeteuk langsung menutup file itu dan duduk dengan tegak.
"Apa yang kamu inginkan?"
"Kamu tahu tentang Ko Sang Jong bukan?'' tanya Heechul langsung.
Leeteuk tidak heran Heechul tahu ia beberapa kali mengunjungi Ko Sang Jong. Heechul menjadi penyelidik no 1 Divisi Public Security bukan tanpa alasan.
"Apa masalahnya jika aku tahu tentang dia?"
"Dia sudah keluar dari penjara sejak bulan lalu."
Wajah Leeteuk yang tidak terkejut saat ia menyebutkan Ko Sang Jong keluar dari penjara, tidak mengejutkan bagi Heechul.
"Dia menghilang sejak tadi malam." Kali ini Heechul melihat Leeteuk sedikit terkejut. "Aku hanya berpikir kamu harus tahu... Itu saja..."
Sepeninggal Heechul, Leeteuk menatap file Rencana Pengamanan yang ada di hadapannya. Mendadak ia merasa cemas. Apa yang ia rencanakan hanyalah sebuah kejutan tak berbahaya. Tetapi menghilangnya Ko Sang Jong berada di level yang berbeda.
.
.
Entah berapa lama Kyuhyun berjalan tanpa arah malam itu. Seluruh tubuhnya lemas karena setiap tarikan napasnya terasa sulit. Tangan dan kakinya gemetar. Dada dan kepalanya terasa sangat sakit. Orang-orang mungkin mengiranya sedang mabuk.
Kyuhyun menjatuhkan dirinya di sebuah bangku panjang dan duduk dengan mencondongkan tubuhnya ke depan agar bisa menenangkan dirinya. Tubuhnya sudah penuh keringat di malam yang seharusnya dingin itu.
Ketika Kyuhyun memandang ke depan, ia tertegun. Entah apa yang membawanya ke tempat yang selalu ia hindari ini. Kyuhyun memandang ke arah jalan yang ada di depannya, yang berhadapan langsung dengan stasiun.
Tubuhnya yang sudah sakit dan lemas, kini merasakan dinginnya air hujan saat itu. Sosok kedua orang tuanya kembali terpampang di depan matanya. Rasa sakit yang luar biasa menghantam kepalanya sehingga tubuhnya melengkung menghantam sandaran bangku dan suara erangan keluar dari mulutnya.
Suara-suara dan bau dari sekelilingnya seakan menyerbu di saat yang bersamaan, membuatnya kewalahan. Ia berusaha mengendalikan serangan yang sudah lama tidak muncul itu.
Perlahan, serangan suara dan bau dari luar memudar, napasnya mulai teratur, dan tubuhnya tidak lagi gemetar. Hanya kepalanya yang masih terasa sakit meski sakitnya sudah lebih rendah dari sebelumnya. Meskipun begitu, semua serangan tadi membuatnya kehilangan tenaga. Ia merebahkan punggungnya di bangku dan menengadahkan kepalanya menatap langit yang luas.
Tiba-tiba sesuatu menggelitik hatinya sehingga Kyuhyun menoleh ke arah kiri, di mana seorang pria duduk di bangku yang lain, yang juga berada di depan stasiun kereta. Pria itu tampak memandangi jalan di depannya dengan murung, sedih, dan Kyuhyun menangkap ada perasaan bersalah juga di sana.
Kyuhyun tanpa sadar terus menatapnya sehingga pria setengah baya itu menoleh ke arahnya. Untuk beberapa saat mereka hanya saling menatap sampai sang pria yang tak lain adalah Ko Sang Jong meraih sesuatu di balik saku jaketnya.
Mata Kyuhyun mengikuti ke mana tangan itu bergerak. Keningnya berkerut, menangkap sesuatu yang berbahaya di sana. Kondisinya yang masih kesakitan membuatnya meringis menahan sakit. Melihat hal itu, sang pria tua mengurungkan niatnya dan beranjak pergi.
Melihat Ko Sang Jong berlalu, Kyuhyun mengikutinya dengan pandangan. Perlahan ingatannya kembali pada wajah pembunuh orang tuanya. Mata yang diingatnya sama dengan mata pria tua tadi. Sontak Kyuhyun bangkit berdiri dan berlari mengejar. Namun sosok itu sudah menghilang di tengah keramaian malam.
Akhirnya Kyuhyun menyerah dan berbalik untuk mengambil tas kerjanya. Pemandangan tubuh kedua orang tuanya kembali terpampang di depan mata. Ia memejamkan mata berusaha keluar dari bayangan gelap yang malam ini berkali-kali hendak menelannya.
Aku tidak boleh mengingatnya... Aku tidak boleh mengingatnya... Bisik Kyuhyun kepada dirinya sendiri.
.
TBC
.
Tadaaaaaaaaa sudah sampai chapter 19 aja.
Jujur sempat berpikir apakah berhenti menulis ff,
sampai2 chapter kemarin cuma bisa aku tulis TBC aja tanpa embel-embel hehehe
tapi sudah aku edit lagi hari ini #peace
Aku hanya sempat berpikir, apa aku upload terlalu sering?
Apa orang hanya buka tapi tidak membaca?
Apa mereka tidak menyukainya?
Banyak deh yang bikin aku overthinking ketika tidak ada respon apa-apa
Mianhe, aku memang bukan tipe orang yang senang ngomong sendirian kkkk
Pengennya ngobrol dan tukar pikiran gitu.
Sebentar lagi sekolah akan mulai dan aku kembali sibuk,
karena itu aku mencoba menulis lebih cepat selama aku bisa.
Seperti biasa, selamat membaca buat kalian semua.
Tolong tuliskan apa yang kalian pikirkan sebagai review
Akhir kata,
Kamsahamnida
