D-Day
COUNTDOWN TO CRISIS
CHAPTER 20
.
.
6 Jam Sebelum Insiden
Ko Sang Jong membuka matanya saat sinar matahari perlahan menembus jendela kamar hotel yang disewanya. Tirai yang masih tertutup membuat sinar itu hanya menembus sama-samar, namun masih mampu membangunkannya yang tidak pernah tidur nyenyak selama 20 tahun ini.
Tubuh Ko Sang Jong tetap terbaring seperti semula, hanya pikirannya yang melayang ke peristiwa waktu itu. Ia masih bisa mengingat jelas hangatnya darah yang membasahi tangannya ketika wanita itu tertikam oleh pisau ditangannya. Entah apa yang merasukinya sehingga demi setumpuk uang, ia mau melakukan apa yang diminta Ri Mu Yeok, untuk berpura-pura menjadi teroris yang mengancam Menteri Yu.
Ia yang ketakutan karena jatuhnya korban yang tidak direncanakan, memandang ke arah Ri Mu Yeok untuk meminta bantuan. Tetapi alih-alih bantuan, pria itu justru memanggil posisi untuk menangkapnya. Namun sebelum polisi datang, suami dari wanita yang ia bunuh mencoba merebut pisaunya untuk melindungi putranya yang masih berada di pelukan sang menteri. Saat mereka berkelahi, lagi-lagi pisaunya memakan korban.
Ketika ia tengah dibekuk dan diborgol oleh polisi, ia masih melihat Menteri Yu tersenyum senang dengan semua yang terjadi. Ia juga melihat anak kecil yang orang tuanya terbunuh olehnya itu memandangnya.
Ko Sang Jo memejamkan matanya. Sudah lama ia tidak melihat sosok anak itu dalam mimpinya. Entah mengapa, pandangan mata anak itu kembali muncul, dan ia merasa seakan pernah melihatnya. Namun Ko Sang Jong tidak tahu di mana ia melihat mata itu.
Pria itu akhirnya bangun dari tempat tidur dan membuka jendela hotelnya. Ia meraih pistol yang disembunyikan di bawah tempat tidurnya. Hari ini adalah hari yang ia nantikan selama 20 tahun. Ia tidak peduli apa yang akan terjadi nanti. Yang ia inginkan hanyalah membunuh PM Yu Suk Won yang sudah merubah hidupnya seperti sekarang.
.
.
Gedung Memorial Universitas Sung
Atap Atrium
Pyo Sang Hoon tidur di salah satu atap yang memiliki sudut menjorok masuk, di mana atap di atasnya bisa melindunginya dari hujan dan angin. Meski begitu, Pyo Sang Hoon tidur mengenakan pakaian yang biasa dikenakan oleh orang-orang yang mendaki pegunungan bersalju, lengkap dengan penutup kepala yang melindungi hidung dan mulutnya agar tetap hangat.
Begitu ia terbangun, diliriknya jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul 8 lewat 4 menit.
.
.
Markas Besar Badan Kepolisian Nasional
Divisi Keamanan - Security Police Seksi-4
Eunhyuk, Donghae dan Ryeowook membaca ulang Rencana Pengamanan di meja kerjanya masing-masing. Saat bertugas, kecuali ada perintah baru, mereka harus menghafal area yang menjadi tanggung jawab mereka dan kode-kode area lainnya juga seandainya mereka harus perpindah tempat.
Kyuhyun sedari tadi hanya duduk sambil memijat keningnya untuk meredakan sakit yang terasa menusuk kepalanya. Ketiga rekannya yang lain sempat menghujaninya dengan pertanyaan namun Kyuhyun meminta mereka untuk fokus pada apa yang akan mereka kerjakan dan menjamin bahwa ia bisa mengatasinya.
Akhirnya dengan berat hati, Eunhyuk, Donghae dan Ryeowook membiarkan Kyuhyun sendiri. Mungkin hal itu lebih baik untuk meredakan ketegangan yang Kyuhyun rasakan.
"Ayo bersiap!" seru Leeteuk yang baru saja memasuki ruangan. Ia sempat melihat Kyuhyun yang masih memijat keningnya sambil memejamkan mata.
"SIAP!" seru keempat anak buahnya itu.
Semua mengenakan perlengkapan SP dengan sigap, kecuali Kyuhyun. Ia berdiri dengan lambat dan mengucek matanya. Sesekali Kyuhyun tampak menggelengkan kepala seperti hendak menghalau sesuatu di dalam kepalanya.
Hal itu tidak lepas dari pengamatan Leeteuk. Ia mengenakan satu per satu perlengkapan SP sambil matanya tidak lepas dari Kyuhyun.
Ryeowook yang paling dulu selesai, meraih file Rencana Pengamanan miliknya lalu bergegas menuju ruang senjata.
Eunhyuk mengambil foto kakak dan keponakannya dari dalam laci. Ia menatap foto itu sambil tersenyum, lalu memasukkannya ke dalam saku jasnya. Ia bergegas ke ruang senjata bersama Donghae yang juga selesai.
Leeteuk memakai jasnya, mengambil file Rencana Pengamanan miliknya dan berjalan ke arah Kyuhyun yang sedang memakai jas.
"Jangan ketinggalan."
"SIAP!"
Kyuhyun mengenakan pin SP nya lalu bergegas menyusul Leeteuk dan teman-teman timnya ke ruang senjata.
.
.
Kwon Sang Cheol membuka sebuah kotak kecil. Bagian dalam kotak itu beralaskan kain halus, di mana 5 buah pisau karambit miliknya ditaruh. Ia melayangkan tangannya di atas pisau-pisau itu, dan akhirnya memilih pisau karambit yang paling besar.
Matanya mengamati pisau berbentuk lengkung itu, memeriksa ketajamannya. Setelah puas dengan apa dilihatnya, ia memasukkan pisau itu ke dalam sarung. Ia beranjak pergi menuju Gedung Memorial Universitas Sung, di mana SP yang diincarnya berada.
.
.
Ko Sang Jong bersiap berangkat. Ia meletakkan pistol di belakang punggungnya, tepatnya diselipkan pada ikat pinggang sebelah kanan. Pistol itu tersembunyi dari pandangan mata oleh jaket yang ia kenakan. Ia tidak perlu khawatir karena di sana tidak ada pengecekan tubuh ataupun detektor logam.
Ia melihat ke arah pisau lipat yang masih tergeletak di mejanya. Akhirnya Ko Sang Jong memutuskan untuk membawa pisau itu, dan memasukkannya ke saku kiri jaketnya.
.
.
Leeteuk dan keempat tim intinya tiba di halaman Universitas Sung. Sudah banyak mahasiswa maupun warga sipil yang berlalu-lalang di sana. Kelimanya berjalan menuju Gedung Memorial.
"Joeun achimimnida (selamat pagi)," sapa 5 agen SP lain yang sudah berkumpul di sana. Mereka memberi hormat kepada Leeteuk. Mereka terlihat sangat senang hari ini bisa berada di tim yang sama dengan Kapten Leeteuk yang sudah dikenal dari mulut ke mulut.
"Ayo kita pergi!" kata Leeteuk setelah membalas salam mereka.
Tanpa membuang waktu semuanya bergerak bersama menuju Gedung Memorial.
.
.
Panggung hari ini berbentuk segi enam dan dilapisi karpet merah. Di tiap sisinya terdapat 9 baris kursi, sehingga jika dari lantai atas terlihat seperti segi 6 yang sangat besar. Salah satu sisi panggung terpotong oleh adanya tangga tempat naik dan turun.
"Joeun achimimnida," sapa 5 agen SP lainnya yang ada di bawah panggung. Mereka memberi hormat kepada Leeteuk.
Tanpa diberi aba-aba, 14 agen SP berkumpul di sekeliling Leeteuk begitu Leeteuk berhenti melangkah. Mereka membentuk lingkaran 2 lapis yang rapi. Leeteuk mengeluarkan Rencana Pengamanan dari balik jasnya. Ia sudah hafal semua isinya namun tetap membawa file tersebut untuk berjaga-jaga.
"Periksa rute pintu keluar darurat lalu cari dan bersihkan area yang ditugaskan kepada kalian."
"SIAP!"
Keempat belas agen SP yang hari ini dipimpin Leeteuk segera berpencar.
.
.
3 Jam Sebelum Insiden
Pyo Sang Hoon bersiap mengenakan pakaian serba hitamnya yang tidak menyolok mata, memakai topi rajut hitam agar tidak ada sehelai rambutnya pun yang jatuh di lokasi, dan menyelempangkan tasnya. Ia sudah mengemasi semua barang yang dipakainya dan bersiap menuju atap yang berada dekat dari panggung Gedung memorial.
.
.
Semua agen SP yang dipimpin Leeteuk tampak sibuk menjalankan tugas masing-masing dibantu para polisi berseragam untuk pengecekan area sekitar kampus. Ada yang memeriksa lantai 2, ada yang memeriksa jembatan penghubung antara Gedung Memorial dengan gedung lainnya, ada yang memeriksa bagian luar atrium, dan lain-lain.
Setiap tong sampah dan tempat-tempat yang berpotensi digunakan untuk menyimpan bom dan barang berbahaya lainnya diperiksa dengan teliti. Kyuhyun dan Donghae juga memeriksa tong-tong sampah yang ada di area yang menjadi bagian mereka untuk dicek.
Kyuhyun juga memeriksa tabung pemadam kebakaran di sana, kalau-kalau benda itu dijadikan tempat menyembunyikan bom. Ia melihat tak jauh dari mereka berada, tembok tidak tertutup sempurna. Ada satu sisi yang dibuat terbuka untuk orang masuk dengan leluasa. Ini adalah salah satu jalan menuju atrium Gedung Memorial.
"Donghae sshi, tong sampah ini lebih besar dari tong sampah yang lain..." gumam Kyuhyun.
"Jadi apa yang harus kita lakukan?"
Kyuhyun melihat ke sekeliling dan memberi kode kepada Donghae bahwa ia sudah menemukan solusinya.
"Permisi. Bisakah Anda membantu kami?" tanya Kyuhyun kepada dua polisi berseragam yang mendampinginya dan Donghae.
Kyuhyun memberitahu agar memindahkan dua buah tong sampah yang besar itu ke luar gedung. Tong sampah yang ada di sana memang berukuran beberapa kali lebih besar dari tong sampah yang lain. Seorang polisi membantu Kyuhyun, dan yang seorang lagi membantu Donghae menggotong tong sampah itu bersama-sama.
.
.
Ryeowook berkeliling di lantai dua yang menjadi area pembersihannya. Ia menatap atap kaca yang ditopang tiang-tiang baja dengan perasaan sedikit khawatir.
"Apa yang salah?" Eunhyuk yang melihat ekspresi itu segera menghampiri.
"Aku akan mencari dan membersihkan area atas," kata Ryeowook sambil menatap atap di atasnya sekali lagi.
"Seseorang seharusnya sudah melakukan hal itu," jawab Eunhyuk. Jika mereka tidak mendapat bagian itu, Leeteuk pasti sudah menugaskan orang lain. "Apakah itu mengganggumu?"
"Jika aku akan menembak, aku akan menembak dari sana," sahut Ryeowook.
Kini Eunhyuk menatap bagian atap dengan lebih serius. Dalam tim inti, Ryeowook adalah penembak nomor 1 mereka. Ketepatan dan kecepatannya menembak tidak diragukan karena sebelum menjadi SP, Ryeowook sempat menjadi atlet olimpiade menembak yang mewakili Korea. Ia sendiri tidak mengerti kenapa Ryeowook bisa terdampar di sini; Tapi Leeteuk pun meninggalkan jabatannya sebagai dosen Fakultas Hukum Universitas ternama untuk menjadi SP. Jadi Eunhyuk yakin semua orang memiliki alasannya sendiri.
Mata Eunhyuk menangkap sosok seorang SP dan seorang pengurus gedung yang sedang menaiki tangga baja yang berada d tengah atrium. Keduanya bergerak menuju atap.
"Lihat, pasti Kapten sudah menugaskan seseorang ke sana." Eunhyuk tersenyum. "Merasa lebih baik?"
"Ne." Meski Ryeowook ingin mempertanyakan kenapa bukan dirinya yang ditugaskan untuk hal itu, ia mencoba berpuas hati.
"Ayo turun," ajak Eunhyuk.
Ryeowook melihat atap sekali lagi. Ia yakin bisa memeriksa bagian atas lebih teliti, namun ia juga harus menghargai keputusan Leeteuk. Akhirnya Ryeowook mengikuti Eunhyuk, bersiap berkumpul bersama agen SP lainnya yang sudah selesai melakukan tugas masing-masing.
.
.
Pyo Sang Hoon menurunkan barang bawaannya dan bersiap di bagian atap yang bisa melihat dengan leluasa ke tengah panggung. Ia membuka kaca di bagian tersebut dan melihat ke bawah.
Tampak beberapa agen SP tengah berkeliling mengecek keamanan dan petugas gedung mengecek kesiapan acara. Beberapa agen SP tampak memeriksa setiap kursi lipat yang terpasang untuk memastikan tidak ada sesuatu yang membahayakan di sana.
Pyo Sang Hoon berharap kondisi terus seperti ini, karena keberadaan Kyuhyun akan menganggunya menjalankan tugas. Ia tidak tahu agen mana yang bernama Cho Kyuhyun. Tetapi saat ia menembak ban mobil waktu itu, ia sempat melihat seorang agen SP memandang ke arahnya. Beruntung agen SP itu tidak bisa melihatnya karena posisi Pyo Sang Hoon tertutup oleh sinar matahari yang memancar dari punggungnya. Ia merasa, mungkin agen yang melihatnya itulah yang bernama Cho Kyuhyun.
"Kami selalu mengunci daerah ini!"
Terdengar suara protes seorang petugas gedung yang dipaksa naik oleh agen SP yang bertugas. Pyo Sang Hoon bergegas mencari sudut untuk bersembunyi dari pandangan mereka.
"Jadi, tidak ada seorang pun yang tidak bisa datang ke sini."
"Kapten Leeteuk menugaskanku untuk memeriksa, jadi aku akan tetap memeriksanya."
Meski diprotes oleh petugas gedung, agen SP itu memeriksa dengan teliti, bahkan menaiki tangga yang dekat sekali dengan tempat Pyo Sang Hoon bersembunyi. Agen itu melayangkan pandangannya sepanjang atap. Tidak tampak ada orang yang akan berniat bersembunyi di sana. Karena ia bukan seorang sniper, agen tersebut tidak begitu peka terhadap area-area yang mungkin dilirik seorang sniper.
"Oke, mari kita ke area selanjutnya," ujar agen SP itu setelah puas memeriksa.
Pyo Sang Hoon menarik napas lega dan kembali ke tempat ia akan menembak. Dipersiapkannya senapannya dengan seksama. Ia hanya bisa menembak sekali. Leeteuk dan Direktur Choi ingin membuat orang-orang sadar akan ancaman yang bisa terjadi sehingga Reformasi Biro Keamanan akan disetujui. Jika Direktur Choi yang membuat keputusan, senapannya kali ini pasti berisi peluru asli. Tetapi Leeteuk yang ikut serta, memintanya hanya menembakkan peluru berisi cat.
"Kita hanya perlu membuat mereka sadar bahwa ancaman itu ada dan bisa terjadi. Tidak perlu menimbulkan korban." Pyo Sang Hoon teringat kata-kata Leeteuk meski ia lebih menyukai cara Direktur Choi yang menantang.
.
.
Keempat belas agen SP kembali berkumpul. Leeteuk melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 11.53. "Kita hanya punya waktu satu jam lagi. Pergi ke posisi yang ditugaskan kepada kalian dan jangan lupa untuk memeriksa kondisi perlengkapan kalian. Jangan sampai ada yang tidak berfungsi."
"SIAP!"
Semua kembali berpencar. Keamanan area panggung sudah dipegang oleh SP Seksi 1. SP yang Leeteuk pimpin membentuk 2 lapis lingkaran di antara bangku para undangan, dan tim intinya menempati bagian terluar dari lingkaran itu. Leeteuk berpikir mereka akan lebih leluasa bergerak di sana, terutama Kyuhyun yang akan membersihkan area setiap beberapa waktu dengan kemampuan ESP-nya.
.
.
1 Jam Sebelum Insiden
Para tamu undangan dan para reporter maupun kameramen mulai berdatangan. Selain itu, banyak mahasiswa dan warga sipil yang datang juga untuk melihat acara meski mereka harus berdiri di lantai 1, atau melihat dari pagar pembatas yang ada di lantai 2 dan 3.
Leeteuk mengawasi sekeliling area di mana ia berdiri dengan seksama. Ia memegang area yang paling dekat dengan pintu masuk ke atrium Gedung memorial. Matanya menangkap sosok Heechul yang berjalan tenang menuju kursi khusus undangan yang tidak jauh dari tempatnya berjaga. Heechul menatap ke arah Leeteuk dengan wajah datarnya sebelum duduk.
Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya. Leeteuk yang fokus melihat Heechul menjadi sedikit tersentak karena tidak menyadari seseorang mendekatinya. Matanya melebar melihat Direktur Choi tersenyum padanya.
"Apa yang Anda lakukan di sini?" tanya Leeteuk kaget.
"Aku disini sebagai tamu," jawab Direktur Choi. "Selalu canggung bagi seorang supervisor untuk berada di lapangan, karena kalian akan merasa sungkan bukan? Jadi aku sebenarnya tidak ingin hadir tapi..."
Direktur Choi menyadari Leeteuk yang terdiam. Ia merasa Leeteuk menyadari semua yang dikatakannya adalah kebohongan. Ia hadir karena ingin menyaksikan bagaimana kehebohan yang terjadi saat rencana mereka berdua berjalan. Dan tanpa Leeteuk tahu, ia juga ingin menjadi saksi dari akhir hidup seorang Cho Kyuhyun.
"Baiklah, semoga sukses dengan tugasmu," katanya akhirnya.
"Baik!" Leeteuk memberi hormat dan mengiringi Direktur Choi yang berjalan ke arah kursi undangannya dengan pandangan mata.
Baru saja Leeteuk mengecek jam tangannya yang kini menujukkan pukul 12.45, ponselnya bergetar.
"Yeoboseyo. Leeteuk imnida."
"VIP akan tiba dalam 10 menit," kata Kapten Ban di ujung sana.
.
.
"VIP akan tiba dalam waktu 10 menit." Terdengar suara Leeteuk di earphone semua agen SP yang bertugas. "Semuanya, pergi ke posisi yang ditugaskan kepada kalian."
Eunhyuk, Donghae, Ryeowook dan Kyuhyun tidak beranjak dari posisi mereka karena tempat mereka berdiri sejak tadi memang area yang menjadi tanggung jawab mereka.
Leeteuk memeriksa posisi tiap agen yang sudah bersiap. Kondisi atrium mulai penuh dengan orang-orang yang berdatangan, baik undangan atau pun bukan. Ia berharap akan ada detektor logam atau pemeriksaan tubuh bagi setiap orang yang masuk agar tidak terjadi hal-hal yang mengancam, yang akan dibayar oleh nyawa para agen SP yang bertugas.
Informasi dari Heechul tadi malam terus memenuhi pikirannya. Seandainya dua hal itu dikabulkan, pasti tidak akan ada orang yang bisa membawa senjata tajam apalagi pistol ke dalam gedung. Kini mereka hanya bisa berharap yang terbaik dengan orang sebanyak ini dan hanya 36 penjaga yang sudah termasuk pengawal Perdana Menteri.
Leeteuk menarik napas sambil diam-diam melirik ke arah atap. Ia sengaja tidak menugaskan Ryeowook untuk menyisir area tersebut. Dibandingkan Pyo Sang Hoon, Ryeowook lebih ahli dalam menembak. Ia khawatir Pyo Sang Hoon akan tertangkap jika Ryeowook yang bertugas membersihkan area tersebut.
Begitu juga Kyuhyun. Ia berharap kemampuan Kyuhyun menyisir dengan ESP nya tidak sampai ke atap, apalagi tampaknya Kyuhyun tidak dalam kondisi optimal. Leeteuk berharap tembakan cat oleh Pyo Sang Hoon akan menyadarkan para petinggi Biro keamanan untuk lebih waspada sehingga menghindari jatuhnya korban dari VIP dan SP.
.
.
Ko Sang Jong duduk di bangku yang tersedia di bagian luar gedung, di mana beberapa orang sedang menyantap bekalnya di area itu. Ko Sang Jong membuka kantung plastik yang berisi makan siangnya. Ia mengigit roti yang dibawanya dan menikmati matahari yang bersinar terik. Setelah yang ia lakukan nanti, ia akan kembali ke penjara yang dingin dan tidak lagi melihat matahari dengan bebas seperti sekarang. Tanpa terburu-buru ia kembali menggigit rotinya.
Tidak ada yang ia takuti lagi saat ini. Tidak penjara. Tidak juga kematian. Seluruh hidupnya sudah hancur 20 tahun lalu. Ia hanya ingin membalas dendam kepada orang yang menyebabkan hal itu terjadi padanya.
.
.
Pyo Sang Hoon mengamati situasi di bawah dari jendela atap yang dibukanya. Ia melirik jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul 12.59. Ia mulai memeriksa senapannya sekali lagi. Pyo Sang Hoon menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Ia sangat gugup apalagi ini adalah tembakan satu kali saja. Ia harus berhasil.
.
.
Kursi undangan telah penuh. Tidak ada seorang pun yang berdiri di area segi enam itu kecuali para agen SP. Kameramen berdiri di sisi paling luar segi enam sehingga tidak menutupi pandangan para tamu undangan. Para mahasiswa dan warga sipil yang menonton berdiri di bagian luar segi enam, dan di lantai 2 serta 3.
Kyuhyun yang menempati posisi di sisi kiri area penjagaan Leeteuk, mulai menggunakan ESP-nya untuk menyisir area sekitarnya. Matanya tertuju pada beberapa barang yang mencurigakan dan memeriksanya lagi sebelum mendapati tidak ada yang perlu dicemaskan. Namun begitu ia selesai, kepalanya terasa sakit. Ia memejamkan mata beberapa kali untuk menghilangkan rasa sakit yang muncul.
Hal itu tidak lepas dari pantauan Leeteuk yang memang sengaja menaruh Kyuhyun di area yang bersisian dengannya. Mereka berdua berada paling dekat dari area pintu masuk utama di mana semua tamu khusus yang datang akan lewat di antara mereka.
"VIP datang!"
Suara Kapten Ban terdengar membuat Leeteuk kembali fokus pada tugasnya. Agen SP yang lain juga mendengarnya. Mereka langsung bersikap siaga lebih dari sebelumnya.
Iring-iringan mobil yang membawa Perdana Menteri Yu Suk Won dan keluarganya tiba. PM Yu masuk didampingi oleh istrinya. Di belakangnya berjalan anak perempuan dan menantunya. Mereka masing-masing menggandeng tangan anak lelaki dan anak perempuan mereka.
.
.
29 Menit Sebelum Insiden
Ko Sang Jong menyaksikan rombongan PM Yu dan keluarga, juga Ri Mu Yeok yang memasuki Gedung Memorial didampingi Divisi Keamanan PM.
.
.
Tepuk tangan riuh menyambut PM Yu sekeluarga. Mata Kyuhyun tidak lepas dari PM Yu yang berjalan melewatinya. Petugas yang mengatur acara mempersilahkan PM Yu sekeluarga duduk di paling depan, di kursi kehormatan. PM Yu duduk dengan didampingi istrinya di sisi kiri, dan putrinya di sisi kanan. Kedua cucunya dan menantunya duduk berurutan di sebelah putrinya.
Kyuhyun mengamati senyum bahagia PM Yu dengan tatapan tajam. Hal yang sama dilakukan oleh Pyo Sang Hoon dari atas gedung.
.
.
Kwon Sang Cheol mulai memasuki area Universitas Sung. Ia berjalan dengan langkah mantap menuju Gedung Memorial.
.
.
Ko Sang Jong mengemasi plastik bekas rotinya, dan membawanya serta ke dalam Gedung Memorial.
.
.
Setelah tepuk tangan mereda, para tamu dipersilakan kembali duduk. Mata Kyuhyun tetap tidak lepas dari punggung PM Yu yang duduk barisan paling depan area yang dijaganya. Tatapan tajamnya tidak berkurang sedikit pun.
"Hari ini adalah hari yang luar biasa untuk upacara ini, bahkan cuaca sepertinya sedang merayakannya bersama kami." Pembawa acara memulai pembukaannya. Ia mengundang Rektor Universitas Sung untuk memberikan kata sambutan.
.
.
Pyo Sang Hoon mencoba mengintip dari atap untuk memastikan posisinya, tanpa memegang senapan. Ia akan menunggu hingga PM Yu berdiri di tengah podium.
Seperti yang dipesan, Kyuhyun kembali menggunakan kemampuan ESP-nya untuk menyisir area atrium. Tiba-tiba ia menangkap firasat buruk dari atas atap. Ia melayangkan matanya ke sana.
Pyo Sang Hoon menjatuhkan dirinya seketika itu juga ke lantai. Ia merutuk tanpa suara karena mendapati Kyuhyun menengadahkan kepala untuk melihat ke arahnya. Dia pasti Cho Kyuhyun! Agen itu juga yang memandangku waktu itu! Pyo Sang Hoon tidak berani mengintip lagi, karena kali ini posisinya tidak terlindungi oleh matahari.
Kyuhyun melihat tidak ada apapun di atap yang membuatnya terpancing ke sana. Ia menurunkan pandangannya sedikit dan sedetik kemudian matanya menangkap seorang mahasiswa di lantai 3. Mahasiswa itu berdiri tepat di arah yang sama dengan arah datangnya firasat itu meski sedikit turun. Mahasiswa itu membentuk pistol dengan jarinya dan membuat gerakan menembak ke arah podium yang langsung ditegur oleh kawannya. Kyuhyun menghela napas lega. Mungkin mahasiswa itulah yang memancing firasatnya ke sana.
Sakit di kepalanya kembali muncul. Setiap kali selalu lebih berat dari sebelumnya jika ia menggunakan kemampuan ESP-nya. Kali ini rasa sakit itu tidak tertahan. Memejamkan mata sama sekali tidak membantu. Akhirnya Kyuhyun terpaksa mencubit bagian tengah keningnya untuk meredakan rasa sakit.
Ketika ia membuka matanya kembali, pemandangan di depannya menjadi kabur. Ia hanya bisa melihat sosok-sosok tubuh tanpa wajah, dan akhirnya semua melebur menjadi kumpulan warna. Kyuhyun merasa ia akan jatuh pingsan.
Pyo Sang Hoon yang mencoba mengintip dari atas melihat Kyuhyun berdiri dengan sedikit limbung, namun ia masih belum berani memposisikan dirinya untuk menembak. Terlalu riskan jika Kyuhyun tiba-tiba melihat ke arahnya.
.
.
Kini Kwon Sang Cheol sudah tiba di luar Gedung Memorial. Ia tersenyum membayangkan hari ini akan bisa melaksanakan keinginannya.
.
.
15 Menit Sebelum Insiden
Pidato sambutan masih berlanjut. Mereka silih berganti memberikan pujian kepada PM Yu Suk Won atas jasa-jasanya.
Hal itu membuat pikiran Kyuhyun semakin penuh. Rasa sakitnya juga tidak berkurang. Akhirnya Kyuhyun bergerak meninggalkan area yang dijaganya, berjalan di sekitar area segi enam untuk mencari udara segar.
Tepuk tangan riuh kembali bergema membuat Kyuhyun menoleh ke arah podium. Dari tempatnya berdiri ia dapat melihat PM Yu dengan leluasa. Pria yang sudah berusia 65 tahun itu tampak sangat bahagia dengan pujian-pujian yang disampaikan. Kyuhyun memejamkan matanya sejenak, berusaha bertahan agar kesadarannya tidak hilang.
.
.
Sementara itu, baik Kwon Sang Cheol maupun Ko Sang Jong sudah memasuki atrium Gedung Memorial.
.
Pyo Sang Hoon akhirnya meraih senapannya, karena waktu pertunjukan sudah dekat. Berdasarkan daftar acara yang ada di dalam Rencana Pengamanan, giliran PM Yu tidak lama lagi.
.
.
Kyuhyun berjalan kembali ke area yang dijaganya, tidak bisa menghindari matanya selalu tertuju kepada PM Yu. Kepalanya terasa semakin sakit, dan perasaannya bergejolak setiap kata-kata pujian terlontar. Tidak ada satupun kalimat yang buruk ditujukan kepada PM Yu. Lebih dari semua itu, senyum PM Yu yang selama ini menjadi mimpi buruknya, membuat semuanya menjadi tak tertahankan.
Tiba-tiba kegelapan seakan menelannya. Ia kembali ke saat 20 tahun lalu, berdiri di tengah derasnya hujan. Senyum PM Yu kala itu bermain kembali di benaknya; Pisau berdarah; Jeritan ibunya ketika tertikam; Tubuh sang ibu yang melengkung ketika pisau itu menghujam perutnya; Tubuh ibunya yang tersungkur; Tubuh ayahnya yang tertelungkup di samping jasad ibunya; Dan akhirnya, semua kembali kepada PM Yu yang tersenyum menyaksikan semua itu.
Kyuhyun mencoba menghilangkan semua ingatan gelap tersebut, namun kondisinya yang sedang rapuh membuatnya tidak bisa menahannya. Kyuhyun menutup seluruh wajahnya dengan telapak tangan kanannya, mencoba menghapus ingatan yang terus berusaha menyeretnya ke dalam kegelapan tak berdasar sejak kemarin malam.
Namun saat Kyuhyun menurunkan telapak tangannya, wajahnya berubah. Ia seperti melepaskan topeng yang selama ini terpasang di wajahnya, dan kini memunculkan raut aslinya yang penuh amarah dan kebencian. Dengan langkah pasti, Kyuhyun berjalan ke depan, dimana PM Yu duduk bersama keluarganya.
.
.
Leeteuk mengerutkan keningnya ketika Kyuhyun bergerak menuju kursi kehormatan. Begitu pula dengan Heechul, Direktur Choi, dan Ri Mu Yeok. Mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi. Mata mereka tidak lepas dari Kyuhyun yang terus saja berjalan dengan tenang.
Eunhyuk yang melihat Kyuhyun masih terus berjalan ke depan menjadi keheranan. Langkah rekannya itu begitu tenang, sama sekali tidak tergesa-gesa. Berbeda jika Kyuhyun menangkap firasat buruk dari antara undangan. Rekannya itu akan bergerak cepat dan kadang gegabah.
"Ada apa, Kyuhyun sshi?" tanya Eunhyuk melalui earphone.
Ryeowook dan Donghae juga melihat semua itu dengan penuh tanda tanya.
Kyuhyun terus saja berjalan ke depan.
"Kembali ke area tugas Anda!" Perintah Eunhyuk.
Kyuhyun mengabaikan perintah itu. Kini ia sudah ada di hadapan PM Yu dan keluarganya. Sang cucu laki-laki melihatnya yang berdiri diam di depan kakeknya dengan wajah bingung.
PM Yu memandang penuh tanya. Seandainya hal ini terjadi tidak di tengah liputan para kameramen dan disaksikan tamu undangan, ia pasti sudah memerintahkan pengawalnya untuk mengusir Kyuhyun. Namun kali ini ia hanya bisa tersenyum dengan pandangan penuh tanya.
Kyuhyun berdiri di hadapannya dengan tatapan tajam. "Apakah Anda ingat?" tanya Kyuhyun dengan dingin.
PM Yu mengerutkan keningnya, tidak merasa mengenali sosok Kyuhyun. Senyum di wajahnya mulai menghilang melihat tatapan yang tajam itu berubah menjadi dingin.
Leeteuk, Eunhyuk, Ryeowook, Donghae juga Heechul merasa ada yang aneh dari Kyuhyun saat ini.
Dua agen SP Seksi-1 yang bertugas mengamankan PM Yu saling memberi kode. Satu di antaranya bergerak mendekati Kyuhyun untuk menariknya mundur. Namun Kyuhyun bergerak lebih cepat. Ia memukul rahang orang itu dan membantingnya hingga ia pingsan seketika.
Ketika agen kedua mendekat, tangan Kyuhyun dalam sekejap sudah mencengkeram lehernya. Ia memukul pelipis agen itu dengan gagang pistol hingga jatuh tak sadarkan diri. Sekarang pistol itu mengarah kepada PM Yu. PM Yu terpojok di kursinya dengan ketakutan.
Leeteuk tersentak melihat hal tersebut.
Ryeowook bergegas meraih pistol di sakunya dan bersiap menembak, namun jarak Kyuhyun dan PM Yu sangat dekat. Jika tembakannya tidak membunuh Kyuhyun seketika, pistol di tangan Kyuhyun tetap akan meledak dan pelurunya menembus tubuh PM Yu. Ia terpaksa menahan tembakannya.
Eunhyuk dan Donghae meninggalkan posisi mereka dan berlari mendekat.
Ri Mu Yeok dan Direktur Choi duduk menahan napas.
Heechul memejamkan mata, tidak sanggup menyaksikan ekspresi di wajah Kyuhyun yang tidak dikenalinya.
Kyuhyun memandang PM Yu yang ketakutan dengan pandangan puas. Sebuah smirk terukir di wajahnya.
"Hentikan!" seru Leeteuk melihat smirk yang baru kali ini dilihatnya. Ini bukanlah Kyuhyun yang selama ini ia kenal. "Jangan menembak!"
Namun Kyuhyun sudah menarik picu pistol ketika Leeteuk mencoba berlari ke arahnya. Tembakan itu hanya berjarak kurang dari 1 meter dan tepat menembus jantung. PM Yu terhempas ke punggung kursi yang didudukinya. Sang istri menangis dan anak perempuannya menjerit ketakutan melihat sang ayah sudah tidak bernyawa.
Leeteuk, Eunhyuk dan Donghae menyaksikan hal itu dengan wajah tidak percaya. Ryeowook yang sudah bersiap dengan pistolnya hanya bisa tertegun. Jarinya sama sekali tidak bisa digerakkan untuk menembak.
Rektor Universitas bertiarap di atas panggung, merangkak mencoba melarikan diri.
Suasana seluruh atrium Gedung memorial menjadi heboh dengan ratusan udangan yang berlarian menyelamatkan diri. Begitu pula para warga sipil yang ada di tiga lantai. Semua berhamburan membuat agen SP yang ada kesulitan untuk mendekati Kyuhyun.
Kyuhyun tersenyum puas. Tangannya yang memegang pistol masih teracung di posisi semula. Ketika ia melirik ke arah kanan PM Yu, ia menatap sepasang mata cucu laki-laki PM Yu yang tengah dilindungi oleh tubuh ayahnya. Putri PM Yu sendiri merangkul melindungi tubuh putrinya.
Mata anak lelaki yang masih kecil dan belum mengerti apa-apa itu menatapnya dengan bingung, membuat Kyuhyun tersadar kembali. Ia yang selama ini tidak ingin menciptakan anak lain yang berada di posisi yang sama dengannya, kali ini justru melakukan hal tersebut.
Pandangannya yang tajam dan dingin menghilang. Kyuhyun memandang PM Yu yang sudah terkulai di kursi tanpa nyawa dengan sang istri yang merangkul tubuhnya sambil menangis histeris.
Perlahan Kyuhyun menurunkan tangannya dan menjatuhkan pistolnya begitu saja.
.
.
TBC
.
.
Semua tempat diperiksa, semua area sudah dicek,
Tapi yang terlewat adalah pengecekan agen SP sendiri.
Kemarahan dan kebencian selama ini dipendam oleh Kyuhyun,
akhirnya pecah karena ia dalam kondisi yang tidak baik untuk menahannya.
Seperti kata Kyuhyun, begitu ia teringat, ia merasa kegelapan akan menelannya.
Seberapa keras pun ia berusaha untuk keluar, ia tidak sanggup.
Apa yang akan terjadi pada Kyuhyun selanjutnya?
