D-Day
COUNTDOWN TO CRISIS
CHAPTER 22
.
.
Leeteuk dan enam agen SP lainnya tiba di pintu kaca yang ditendang oleh Kyuhyun sebelumnya. Sesampainya di sana, sama seperti Ko Sang Jong, ia harus mencari jejak darah dahulu. Ketika melihat jejak itu mengarah ke tangga yang menuju Ruang Opera, Leeteuk memberi kode agar mereka berpencar. Leeteuk ke arah kiri bersama tiga agen lainnya, dan tiga agen lagi berbelok ke arah kanan.
.
.
Kyuhyun tiba di pintu utama Ruang Opera. Ia mendorong PM Yu masuk.
.
.
Ri Mu Yeok yang mengikuti jejak darah, juga sudah sampai di tangga naik yang menuju ke Ruang Opera. Ia memegang pistol SP yang diambilnya dengan hati-hati dibalik jasnya. Ia sempat kebingungan hendak memilih jalan yang mana. Akhirnya ia memilih jalan kecil yang menuju ke bagian belakang panggung.
.
.
Sesampainya di lantai yang memisahkan bangku barisan atas dengan barisan bawah, Kyuhyun menyandarkan dirinya kembali. Kepalanya semakin sakit dan tubuhnya menjadi semakin lemas. PM Yu menunggunya memulihkan diri tanpa mengatakan apapun. Beberapa detik kemudian, Kyuhyun sudah mendorong PM Yu lagi menuju ke arah panggung.
Dari denah yang ia tahu, di bagian belakang panggung terdapat pintu yang menuju ruang studio rekaman. Biasanya dindingnya tebal dan memiliki kunci yang bisa dipasang dari dalam. Kyuhyun berharap mereka bisa mengamankan diri di sana sambil menunggu bala bantuan datang.
.
.
Tiba-tiba pintu yang baru saja Kyuhyun lewati terbuka. Ketika ia menengok ke atas, tampak Ko Sang Jong masuk dan mengarahkan pistolnya ke arah mereka. Tembakan terdengar. Kyuhyun lebih dulu menjatuhkan tubuh PM Yu dan dirinya sendiri ke antara barisan kursi. Peluru terpental mengenai kursi yang ada.
PM Yu yang jatuh terjerembab, berusaha bangun dengan menggunakan kursi sebagai penopangnya. Kyuhyun kembali menjatuhkannya tepat waktu sebelum peluru Ko Sang Jong yang kedua menembus kepala PM Yu.
.
.
Ko Sang Jong yang menyadari hanya tinggal 2 peluru yang tersisa, memilih berhenti menembak dan berjalan mendekati mereka.
.
.
Kyuhyun mendorong PM Kyu untuk berlari menuju panggung. Ia harus bersusah payah mendorong PM Yu yang sudah kelelahan untuk menaiki tangga yang ada.
"Bertahanlah, tinggal sedikit lagi," kata Kyuhyun sambil memandang pintu belakang panggung yang sudah terlihat dari posisi mereka.
Ia kembali menarik PM Yu untuk berdiri namun PM Yu sudah tidak sanggup. Kyuhyun berusaha sekuat tenaga menarik tubuh orang tua yang sudah lemas itu hingga ke tengah panggung, namun akhirnya tubuhnya menyerah. Tubuh Kyuhyun terpelanting ke samping. Ia sudah kehilangan banyak darah untuk tetap bisa menarik PM YU yang juga sudah kelelahan.
.
.
PM Yu melihatnya dengan tatapan ketakutan, karena Kyuhyun hanya tergeletak di sisinya, sedangkan Ko Sang Jong sudah menaiki panggung.
.
.
Kyuhyun menggelengkan kepalanya, berusaha menghilangkan rasa sakit dan pusing yang semakin menekan kesadarannya. Dengan tenaga yang tersisa, ia mencoba bangkit berdiri dan menarik PM Yu kembali.
.
.
Ko Sang Jong yang melihat itu tersenyum sinis. Ia hanya berjarak tiga meter saja dari mereka. Pria itu berdiri diam di tempatnya, menyaksikan perjuangan Kyuhyun yang susah payah menarik PM Yu sementara langkahnya sendiri sudah goyah.
.
.
PM Yu sama sekali sudah tidak bisa bergerak. Ia tertelungkup di lantai panggung dengan pasrah. Kyuhyun akhirnya melepaskan tangannya, tahu usahanya tidak akan membuahkan hasil. PM Yu sedikit pun tidak berpindah tempat.
PM Yu memandang Kyuhyun yang berdiri limbung di dekatnya dengan sedih, seakan memohon perlindungannya. Tetapi Kyuhyun hanya bisa balik memandangnya dengan napas terengah-engah.
.
.
Ko Sang Jong mulai mengacungkan pistol ke arah PM Yu yang masih terbaring di lantai.
PM Yu melihat hal itu dengan mata ketakutan. Ia berharap lantai panggung bisa menelannya, namun yang bisa ia lakukan hanya tertelungkup kehabisan tenaga.
.
.
Melihat ancaman itu, Kyuhyun menjatuhkan tubuhnya untuk menutupi tubuh PM Yu, terutama bagian vital yang bisa menyebabkan kematian jika tertembak. Ia menelungkup sambil memegang tubuh PM Yu dengan erat, agar hentakan peluru tidak akan membuat tubuhnya berpindah dari sana.
.
.
Ko Sang Jong menyaksikan hal itu dengan wajah kesal. Ia tidak habis pikir para agen SP yang menyerahkan nyawa mereka begitu saja untuk PM Yu Suk Won. Ketika ia memperhatikan raut wajah Kyuhyun yang memandangnya dengan waspada, ia tertegun.
"Kita pernah bertemu sebelumnya kan?" tanya Ko Sang Jong.
Apa yang dibayangkan Ko Sang Jong berbeda dengan apa yang diingat Kyuhyun. Kyuhyun kini yakin, Ko Sang Jong adalah orang yang 20 tahun lalu mengenakan jaket hoodie, orang yang menikam kedua orangtuanya hingga tewas.
"Kemarin malam..., di depan stasiun...," jawab Kyuhyun sambil mengerjapkan matanya. Ia merasa kesadarannya semakin menghilang. Kini dadanya mulai terasa sakit dan ia merasa sedikit kesulitan bernapas.
.
.
Leeteuk dan tiga agen SP yang bersamanya, memasuki Ruang Opera dengan mengendap-endap. Ia meminta mereka berpindah ke barisan kursi di sebelah kiri bergabung dengan tiga agen yang sudah ada di sana, sementara ia sendiri berjongkok di barisan kursi sebelah kanan yang berada dekat dengan pintu yang baru saja ia lewati.
Leeteuk tidak berani bertindak gegabah karena Ko Sang Jong berjarak sangat dekat dari Kyuhyun, sedangkan ia masih berada di lantai yang membelah Ruang Opera menjadi dua.
.
.
"Kenapa kamu ada di sana?" tanya Ko Sang Jong.
"Anda juga, kenapa Anda ada di sana?" Kyuhyun balik bertanya.
.
.
Leeteuk memberi kode agar mereka berpindah lebih maju ke depan.
.
.
"Jangan bergerak!" seru Ko Sang Jong ke arah para agen SP yang ada di sisi kiri, membuat Leeteuk dan agen SP lainnya diam di tempat.
.
.
Leeteuk merasa lega siasatnya untuk meminta ketiga agen SP itu berpindah telah membuat Ko Sang Jong berpikir mereka semua berada di sana. Meski begitu, Leeteuk tetap merendahkan tubuhnya di balik barisan kursi.
Saat itulah ia melihat Eunhyuk, Donghae dan Ryeowook masuk melalui pintu yang sama dengannya sambil mempertahankan posisi lebih rendah dari barisan kursi. Ketiganya berjongkok berurutan di sisi Leeteuk.
"Apakah kalian baik-baik saja?" bisik Leeteuk.
Tadi ia hanya sempat memastikan mereka semua mengenakan rompi anti peluru dan tidak terkena peluru secara langsung. Tetapi apakah tembakan tersebut membuat memar yang serius atau pun tulang rusuk yang patah, ia tidak sempat mengeceknya.
Ketiganya memberi isyarat bahwa mereka baik-baik saja.
Ryeowook mengokang pistolnya, bersiap menembak jika diperlukan.
.
.
"Jatuhkan senjatanya!" seru Ko Sang Jong yang mendengar suara pistol dikokang.
Ia berjalan mendekati Kyuhyun yang masih menelungkup di atas tubuh PM Yu. Kini jarak di antara mereka hanya sekitar 1 meter. Ia bisa menembak Kyuhyun dan peluru itu akan tetap menembus mengenai PM Yu dengan jarak sedekat itu.
"Aku bisa menarik pelatuknya sekarang jika kalian mau."
.
.
Kyuhyun tidak melepaskan pandangannya dari ujung pistol yang kini terarah kepadanya.
.
.
Leeteuk memberi kode agar Ryeowook tetap bersiaga. Ia percaya Ryeowook mampu mengenai sasaran dalam sekali tembak jika diperlukan.
Namun saat ini keadaan Kyuhyun sangat genting. Ko Sang Jong akan langsung menembaknya jika tidak ada sesuatu yang mengalihkan perhatiannya. Dengan pemikiran itu, Leeteuk berdiri dari tempat persembunyiannya sambil mengangkat kedua tangannya. Dipegangnya pistolnya sehingga Ko Sang Jong akan mengira pistolnya yang dikokang tadi.
"Letakkan senjata dan serahkan dirimu, Ko Sang Jong!"
.
.
Ko Sang Jong menoleh ke arah Leeteuk sekilas, lalu kembali menfokuskan dirinya kepada Kyuhyun. Pistolnya tetap teracung, siap ditembakkan sewaktu-waktu.
"Oh, itu kamu," ujar Ko Sang Jong tanpa menoleh lagi. "Ini adalah pemandangan yang bagus. Jadi diam dan tontonlah!"
.
.
Kesadaran Kyuhyun mengambang, tetapi ia masih bisa mempertanyakan kenapa Ko Sang Jong mengenali Leeteuk.
.
.
Ri Mu Yeok yang sudah tiba di belakang panggung, menyaksikan semuanya dengan diam.
.
.
"Minggir!" seru Ko Sang Jong kepada Kyuhyun. "Dia tidak layak membuatmu menyerahkan hidupmu untuk melindunginya."
.
.
Mata PM Yu terbeliak mendengar kata-kata itu. Ia merasa putus asa, tidak yakin apakah Kyuhyun akan tetap melindunginya.
.
.
Kyuhyun tidak bergerak sedikit pun. Ia menatap ujung pistol itu tanpa berkedip.
.
.
Ryeowook melihat ujung pistol Ko Sang Jong hanya berjarak semeter dari Kyuhyun. Jika ia menembak, tidak mustahil Ko Sang Jong sempat menarik picu dan peluru akan menembus Kyuhyun sekaligus PM Yu tanpa ampun. Ia memperhatikan dengan seksama, mencoba mencari saat yang tepat.
.
.
"Minggir!" seru Ko Sang Jong lagi.
Kyuhyun menatap pistol yang siap merobeknya itu tanpa rasa takut. "Ini adalah tugasku."
"Tugasmu adalah mempertaruhkan nyawamu untuk sampah seperti dia?" Ko Sang Jong tersenyum sinis. "Tahukah kamu apa yang dia lakukan? Orang ini... membuatku membunuh orang."
"TIDAK!" PM Yu berteriak dari balik tubuh Kyuhyun yang menutupinya. "Kamu sendiri yang membunuh mereka!"
.
.
Kyuhyun yang diam mendengarkan keduanya berbicara, mulai teringat dengan kejadian yang selama ini berupa potongan-potongan acak di kepalanya. Ia bisa mengingat apa yang Ko Sang Jong lakukan; Ia juga bisa mengingat apa yang Ri Mu Yeok katakan kepada Menteri Yu saat itu.
"Ini tidak dimaksudkan untuk menjadi begini... Saya sarankan kita mengungsi, untuk berjaga-jaga," kata Ri Mu Yeok.
Waktu itulah Kyuhyun melihat Menteri Yu tersenyum, senyum yang menghantui dalam mimpi buruknya. Berarti PM Yu dan ajudannya merencanakan penyerangan palsu yang akhirnya menewaskan appa dan eomma...
Kyuhyun memejamkan mata. Tiba-tiba ia teringat seseorang lagi yang ada di sana, yang selama ini tidak pernah ia ingat. Anak laki-laki itu mengenakan pakaian seragam SMA dan memegang sebuah payung. Di saat semua orang pergi meninggalkannya hanya bersama jasad kedua orang tuanya, anak laki-laki itu berdiam di tempat sambil menatapnya tanpa bicara. Namun kehadirannya sudah membuat Kyuhyun merasa memiliki pegangan. Anak laki-laki itu terus berdiri seakan menemaninya, sampai para polisi membawa Kyuhyun pergi.
Kenapa baru kali ini aku teringat sosok itu?
.
.
"Biar aku katakan sekali lagi." Suara Ko Sang Jong menarik Kyuhyun kembali. "Dia memanfaatkanku untuk mendapatkan popularitas dan meninggalkanku seperti sampah. Dan... sebagai ganti kehidupanku yang hancur, dia naik dan naik... Sekarang, dia duduk di puncak negara ini."
"Beri aku istirahat dari omong kosong ini," kata Kyuhyun yang kini menatap tajam ke arah Ko Sang Jong. "Apapun alasannya, Andalah yang memegang pisau itu. Anda yang membunuh mereka."
"Kamu tidak akan pernah bisa mengerti perasaanku." Ko Sang Jong menggeram marah.
"Saya mengerti!" seru Kyuhyun tajam. "Saya mengerti rasanya dimanfaatkan demi popularitasnya kemudian dibuang begitu saja setelah tidak berguna, sementara kehidupanku hancur berantakan."
Wajah Ko Sang Jong pucat pasi ketika sesuatu melintas dibenaknya. "Mengapa kamu tahu...tentang pisaunya?"
Ko Sang Jong menatap wajah Kyuhyun. Ia kini mengerti kenapa anak kecil itu muncul lagi dalam mimpinya, dan kenapa ia merasa pernah melihat mata anak itu sejak pertemuan mereka di bangku yang ada di depan stasiun.
"Kamu... Apakah kamu anak yang waktu itu?"
.
.
PM Yu bergerak dari bawah Kyuhyun. Ia beringsut keluar dari perlindungan Kyuhyun dan memandangnya dengan mata terbelalak.
.
.
Ri Mu Yeok yang mendengar semua itu dari balik panggung, berjalan dengan langkah yang gontai. Ia tidak menyangka salah satu agen SP adalah anak dari sejarah kelam mereka.
.
.
Melihat Ko Sang Jong masih mengalami shock karena identitas Kyuhyun, Leeteuk memberi isyarat agar ketiga anggota tim inti mengikutinya. Ia memberi kode agar agen SP yang lain tetap pada posisi mereka.
Keempatnya bergerak sangat perlahan dan tanpa suara hingga mereka tiba di bawah panggung. Keempatnya tetap merunduk agar Ko Sang Jong tidak menyadari kehadiran mereka.
.
.
"Sepertinya kita dipertemukan oleh suatu kekuatan aneh." Ko Sang Jong tersenyum penuh penyesalan. Kematian sepasang suami istri itulah yang membuatnya merenung malam itu di bangku depan stasiun.
"Minggirlah," bujuk Ko Sang Jong lembut. "Dari siapa pun di dunia ini, kamu orang yang paling tidak punya alasan untuk melindunginya."
.
.
Kyuhyun menoleh ke arah PM Yu yang kini duduk di sebelahnya. Mata orang tua itu menatapnya dengan pasrah. Kyuhyun kembali menatap Ko Sang Jong yang masih mengacungkan pistolnya.
.
.
Melihat Kyuhyun tidak beranjak, Ko Sang Jong berdecak kesal.
"Untuk terakhir kalinya, aku akan memberitahumu sesuatu yang menarik. Aku berada di dalam tembok itu selama 20 tahun, tapi aku sangat terkejut ketika aku keluar. Dunia politik tidak berubah sama sekali dalam 20 tahun terakhir. Bahkan sepertinya keadaannya menjadi lebih buruk."
"Apakah kamu mengerti apa yang aku katakan? Dalam kurun waktu 20 tahun itu, seharusnya kepala negara sudah berganti berkali-kali. Namun tidak ada hal yang berubah. Tidak sekarang... Tidak kapan pun... Pemikiran yang sama berpindah dari satu kepala ke kepala lainnya, dan tidak ada yang berubah. Mereka semua sampah!"
"Apakah kalian...akan terus mempertaruhkan nyawa demi kepala sekali pakai itu?" Ko Sang Jong bertanya. "Apa gunanya...melakukan hal seperti itu...?"
"Kalau begitu, jangan menembak!" balas Kyuhyun. "Jangan menghancurkan hidupmu untuk melakukan sesuatu yang tidak ada gunanya!"
Mendengar kata-kata Kyuhyun, Ko Sang Jong mau tak mau tersenyum. "Teorimu masuk akal..."
"MINGGIR!" Kali ini Ko Sang Jong menghardik.
Mendengar hal itu, Kyuhyun justru kembali menarik PM Yu ke arahnya, melindunginya dari ancaman tembakan.
.
.
Leeteuk memberi isyarat agar Ryeowook bersiap. Ryeowook menjawabnya dengan menganggukkan kepala.
.
.
Tiba-tiba terdengar suara tembakan. Ri Mu Yeok muncul dari balik panggung dan menembakkan pistolnya ke arah Ko Sang Jong. Namun Ri Mu Yeok bukan seseorang yang biasa memegang pistol. Tembakannya meleset mengenai dinding.
Ko Sang Jong menoleh ke arahnya.
Ri Mu Yeok kembali menembak dan lagi-lagi ia meleset. Kali ini Ko Sang Jong balas menembak. Pelurunya bersarang di tubuh Ri Mu Yeok. Sekretaris Utama Menteri Yu itu jatuh sambil terbatuk, menandakan ia mengenakan rompi anti peluru.
Ko Sang Jong hendak menembak untuk kedua kalinya, ketika teringat bahwa peluru di pistolnya hanya satu lagi.
Pria itu berbalik dengan cepat ke arah Kyuhyun, kali ini berniat untuk menembaknya. Namun niatnya itu terputus oleh sebuah peluru yang menembus lengannya.
.
.
Ryeowook memanfaatkan saat Ko Sang Jong berputar sehingga meskipun pistol di tangannya meletus, tidak ada orang lain yang tertembak. Ryeowook menembak tepat di saraf yang membuat tangan kanan pria itu tidak bisa digerakkan lagi.
.
.
Tangan kanan Ko Sang Jong terkulai sedemikian rupa seperti boneka kain. Namun ia belum menyerah. Ia meraih pisau lipat di saku kirinya. Dengan bantuan mulutnya, ia membuka pisau itu lalu berjalan mendekat.
.
.
Kyuhyun menatap pisau di tangan kiri Ko Sang Jong itu dengan nanar. Tatapannya mulai bergoyang namun ia masih bisa melihat pisau tajam itu mendekat ke arahnya.
.
.
Baru saja Ko Sang Jong hendak menghujamkan pisau itu ke tubuh Kyuhyun, sebuah tembakan menembusnya, menyerempet jantungnya. Pria itu jatuh tersungkur, menampakkan Leeteuk yang berdiri dengan pistol teracung.
.
.
Kyuhyun menatap Leeteuk dengan tatapan tak percaya.
.
.
Meski sudah berada di akhir napasnya, Ko Sang Jong merangkak dengan pisau yang masih digenggamnya, mendekat ke arah Kyuhyun.
.
.
Kyuhyun yang masih berlutut melindungi PM Yu, menegakkan tubuhnya dan memegang tangan Ko Sang Jong yang memegang pisau. Dengan tangan kirinya yang sudah nyaris tidak bisa digerakkan, Kyuhyun mengambil pisau itu.
.
.
Tubuh Ko Sang Jong jatuh tergeletak begitu Kyuhyun melepaskan pegangannya.
.
.
PM Yu ikut menegakkan tubuhnya ketika Kyuhyun yang masih memegang pisau bangkit berdiri. Ia bersiap menerima nasibnya namun yang ditakutkannya tidak terjadi.
.
.
Kyuhyun melepaskan pisau itu hingga jatuh berdentang di lantai panggung. Ia menjatuhkan tubuhnya di sebelah Ko Sang Jong yang sedang sekarat karena tembakan Leeteuk. Dengan tangan yang sudah gemetar karena kehilangan banyak darah, Kyuhyun menekan luka di dada Ko Sang Jong dengan kedua tangannya.
"Ambulans...," bisiknya nyaris tak terdengar. Ia memejamkan matanya berusaha mengumpulkan seluruh tenaganya yang tersisa. "Panggilkan ambulans!"
.
.
Salah satu agen SP yang ada di sana bergegas meraih ponselnya untuk memanggil ambulans, sedangkan yang lain menghampiri Leeteuk untuk menerima perintah.
Ryeowook memeriksa Ri Mu Yeok yang masih terkapar. Donghae memberi kabar kepada SP Seksi-1 untuk mengamankan PM Yu. Dan Eunhyuk menghubungi rumah sakit kepolisian untuk memastikan darah yang sesuai dengan Kyuhyun tersedia.
.
.
Ko Sang Jong menatap Kyuhyun sambil tersenyum. Air mata mengalir di wajahnya yang mulai memutih. "Mianhe... Jeongmal mianhe...," bisiknya dengan napas yang semakin berat.
.
.
Kyuhyun masih terus menekan luka di dada Ko Sang Jong ketika dua agen SP Seksi-1 menjemput PM Yu untuk mengungsikannya ke tempat yang aman.
PM Yu menghentikan mereka yang hendak menariknya. Ia berbalik ke arah Kyuhyun.
"Nak... maaf tentang itu," katanya sebelum beranjak pergi.
Kyuhyun hanya menoleh sekilas sebelum kembali menatap Ko Sang Jong.
.
.
Leeteuk sudah selesai membagikan tugas. Ia mendekat dan berjongkok di sisi Kyuhyun. Dilepaskannya dasinya, lalu mengikatkan dasi itu untuk menekan luka di lengan Kyuhyun sehingga memperlambat pendarahannya.
"Jeongmal kamsahamnida," kata Kyuhyun sambil menatap Leeteuk yang tampak mencemaskannya.
"Aku akan melihat bagaimana keadaan para korban cedera." Leeteuk berdiri. Ia menatap Ko Sang Jong yang sudah tidak bernyawa lagi. Kehidupan telah meninggalkan matanya yang setengah terbuka.
.
.
Direktur Choi yang berjalan ke tengah panggung, berpapasan dengan Leeteuk. Leeteuk memberi tatapan tajam ke arahnya tanpa sedikit pun menghentikan langkahnya. Direktur Choi terdiam di tempat. Ia sadar Leeteuk akhirnya menyadari niatnya untuk membunuh Kyuhyun melalui tangan Kwon Sang Cheol.
Akhirnya Direktur Choi hanya mengawasi keempat tim inti Leeteuk yang berkumpul di atas panggung bersama jasad Ko Sang Jong dan meninggalkan tempat itu.
.
.
Heechul melihat semuanya dengan diam. Untuk beberapa saat, Heechul mengamati Kyuhyun yang masih berusaha menekan luka di dada Ko Sang Jong. Tampaknya ia tidak berniat melepaskannya sebelum petugas medis menyatakan Ko Sang Jong sudah meninggal. Diam-diam Heechul meninggalkan Ruang Opera. Semua yang ia amati hari ini sudah lebih dari cukup.
.
.
Markas Besar Badan Kepolisian Nasional
Divisi Keamanan – Public Security Seksi-1
Pukul 15.30
"Kita harus menginterogasi mereka." Kapten Gu Tae Hwan berdiri dari tempatnya ketika Heechul selesai menyampaikan laporan.
"Kapten, bagaimana kalau ditunda beberapa hari?" usul Heechul. "Kyuhyun sshi kehilangan darah cukup banyak. Dokter sedang menanganinya di ruang operasi."
"Kita lakukan begitu dia sadar. Tetapi untuk berjaga-jaga, kita tunggu di rumah sakit."
"Kapten..."
"Heechul sshi, jika tidak sekarang, nanti mereka semua akan menyamakan jawaban." Gu Tae Hwan menjelaskan. "Kebenaran akan terungkap ketika kita menanyakan mereka di detik-detik awal."
"Apa Kapten ingin mewawancarai mereka di rumah sakit tanpa alat perekam dan pendeteksi kebohongan?" tanya Heechul menyadarkan Gu Tae Hwan. "Lagipula, Kyuhyun sshi tidak dalam keadaan bisa ditanyai. Dia memerlukan waktu istirahat."
Gu Tae Hwan memicingkan matanya ke arah Heechul. "Kau tahu jelas bahwa ini berbeda dengan yang diajarkan teknik penyelidikan bukan? Kita tidak melakukannya saat peristiwa pengambilalihan rumah sakit; Kita menanyai mereka langsung hari itu juga."
"Apakah Kapten tidak mempercayai penilaianku?" Heechul menatap Gu Tae Hwan dengan mata menghakimi. "Bahkan soal keinginanku untuk tetap membuntuti Ko Sang Jong adalah tindakan yang benar kan? Seandainya Kapten mengabulkan permintaanku waktu itu, hal ini mungkin tidak terjadi."
Kapten Gu Tae Hwan terdiam. Selama ini Heechul memang memiliki penyidik yang paling ia percaya: Intuisinya sangat tajam, dan penilaiannya sangat akurat.
"Baiklah, aku akan menurutimu saja." Gu Tae Hwan mengalah.
"Terima kasih, Kapten."
Heechul mengucapkan itu dengan sungguh-sungguh.
.
.
National Police Hospital – Seoul
Pukul 16.25
Eunhyuk, Donghae dan Ryeowook duduk di depan ruang operasi di mana Kyuhyun yang akhirnya tak sadarkan diri di dalam mobil ambulans tengah ditangani. Ketiganya serentak berdiri ketika Leeteuk tiba.
"Bagaimana kondisinya?" tanya Leeteuk dengan wajah cemas. Ia ingin berada di sana bersama mereka namun banyak hal yang harus ia bereskan. Ia hanya bisa meluangkan waktu sejenak untuk ke tempat ini sebelum kembali pergi.
Belum sempat anak buahnya menjawab, pintu ruang operasi terbuka. Kyuhyun yang terbaring dengan mata terpejam didorong menuju kamar rawat inap. Leeteuk memberi kode agar Donghae dan Ryeowook mengikuti rombongan itu.
"Siapa keluarganya?" tanya dokter yang memimpin operasi.
"Dia sendirian," jawab Leeteuk. "Tetapi saya atasannya. Bagaimana kondisinya?"
"Ia kehilangan banyak darah, jadi kami memberinya infus dan transfusi darah. Ini untuk mencegah terjadinya komplikasi terhadap organ-organ dalam karena kurangnya oksigen," jelas sang dokter. "Lukanya cukup parah, menembus lengannya dan merobek beberapa jaringan. Tetapi tidak ada kerusakan yang fatal. Kami sudah memperbaikinya. Untuk sementara ia tidak boleh menggerakkan lengan kirinya. Aku rasa melihat usia dan kondisi tubuhnya, dalam sebulan ia akan pulih."
"Syukurlah." Leeteuk dan Eunhyuk saling berpandangan dengan perasaan lega.
"Tadi Dokter Kim yang menangani agen Kyuhyun untuk keluhan di kepalanya, meminta saya memanggil keluarganya. Tapi karena tidak ada, maka saya akan meninggalkan hal itu kepada Dokter Kim setelah agen Kyuhyun siuman."
"Apakah ada masalah? Apakah saya tidak berhak mengetahuinya?" Leeteuk mendesak.
"Maaf, kecuali ada surat perintah pengadilan mengenai kasus dan semacamnya, hanya pasien dan keluarganya yang berhak tahu."
Leeteuk terdiam. Ketika ia melirik kepada Eunhyuk, wajah anak buahnya itu sama cemasnya. Namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa.
"Baiklah." Leeteuk terpaksa melepaskan hal ini.
"Terima kasih atas bantuannya, Euisanim."
Leeteuk dan Eunhyuk membungkuk sebagai tanda terima kasih.
.
.
Heechul mendengarkan semua itu dari balik dinding koridor yang ada di dekat sana, lalu ia beranjak pergi.
.
.
Leeteuk menatap Kyuhyun yang masih terbaring tak sadarkan diri di kamar rawat inap. Sebuah tabung infus dan sebuah tabung darah dihubungkan ke tubuh anak buahnya itu.
"Kami akan menjaganya. Kapten tidak perlu khawatir," kata Eunhyuk melihat Leeteuk tampak enggan meninggalkan mereka semua.
"Apakah kalian juga sudah diperiksa?" tanya Leeteuk.
"Kami semua hanya memar." Ryeowook menyahut menenangkan.
"Betul, aku rasa dalam waktu dua hari memar itu akan hilang," sambung Donghae.
"Syukurlah kalian semua mengenakan rompi anti peluru," gumam Leeteuk sambil tersenyum. "Apakah kalian tahu Kyuhyun tidak mengenakannya?"
"APA?!"
Eunhyuk, Donghae dan Ryeowook dengan segera menutup mulut mereka masing-masing karena berteriak. Untunglah Kyuhyun masih belum sadarkan diri.
.
.
Langit sudah mulai gelap ketika Kyuhyun tersadar. Ia melihat Eunhyuk, Donghae, dan Ryeowook tengah membahas kedai makan baru di dekat kantor. Ia berusaha bangun namun rasa sakit di kedua tangannya langsung membuatnya tersentak kesakitan.
"Jangan bergerak!" Ryeowook bergegas membaringkan Kyuhyun kembali.
Kyuhyun mengamati kedua tangannya, penasaran dengan apa yang membuatnya tidak bisa bergerak leluasa. Lengan atas kirinya dibalut dan kain segitiga membuat tangan kirinya itu tergantung. Tangan kanannya terhubung dengan kantung infus dan kantung darah.
"Aku akan menaikkan tempat tidurmu. Tunggu sebentar." Donghae bergegas memutar sebuah tuas di ujung kaki tempat tidur. Perlahan bagian kepala tempat tidur naik, sehingga Kyuhyun berada dalam posisi setengah duduk.
"Euisanim bilang, kau jangan menggerakkan tangan kirimu dulu minimal satu minggu," jelas Eunhyuk. "Setelahnya, tangan kirimu masih harus digantung selama sebulan sampai benar-benar pulih."
"Keluar," gumam Kyuhyun tanpa memandang ke arah ketiga rekannya.
"Keluar? Apa maksudmu?" tanya Ryeowook heran.
"Kyuhyunie, aku tahu sangat tidak nyaman tidak bisa menggerakkan kedua tanganmu saat ini. Tapi bersabarlah arrachi?" Donghae mencoba menghibur.
"Kalian bertiga, keluar!" desis Kyuhyun. Melihat mereka bertiga hanya berdiri mematung, Kyuhyun meraih bantal dengan tangan kanannya dan melemparkannya ke arah mereka bertiga. "KELUAR!"
Meski terkejut, Eunhyuk berhasil menangkap bantal itu sebelum jatuh ke lantai.
"Baik, kami akan keluar," kata Eunhyuk dengan nada menenangkan. Ia memberi isyarat agar Donghae dan Ryeowook tidak mempertanyakan keputusannya. "Kami akan keluar sekarang, jadi jangan mengamuk, arra? Kalau kau menggerakkan tangan kananmu seperti tadi, darah justru berbalik ke atas."
Eunhyuk menepuk bantal itu, membuatnya kembali padat dan enak untuk dipakai. Diselipkannya bantal tadi ke belakang punggung Kyuhyun untuk menopang posisinya. Ia menatap Kyuhyun yang melengos tidak memandangnya sama sekali.
"Kami akan tetap berjaga di depan kamar. Panggillah jika kamu butuh bantuan," kata Eunhyuk sambil merapikan selimut di pangkuan Kyuhyun.
Kyuhyun masih tidak memandang mereka sama sekali.
Akhirnya mereka bertiga keluar dari kamar, meninggalkan Kyuhyun sendirian.
.
.
"Apa itu salah satu gejala PTSD?" tanya Donghae saat ketiganya duduk di bangku yang ada di depan kamar itu sambil berbisik. Ia khawatir Kyuhyun mendengar suaranya dan kembali mengamuk.
"Aku kurang paham, tapi setidaknya kita tahu PM Yu salah satu pemicunya. Pantas kita tidak menemukan kasus Kyuhyun. Ternyata ia mengganti namanya." Eunhyuk menghembuskan napas pelan. Ia tidak mengerti mengapa Kyuhyun begitu marah.
"Dari yang aku baca, saat PTSD kambuh, mereka bisa memiliki pikiran negatif bahkan melakukan tindakan merusak diri sendiri. Apakah amukannya tadi termasuk?" Ryeowook menggeleng bingung.
"Kalian sedang apa? Kenapa kalian semua berdiri di sini?" Tiba-tiba seorang wanita setengah baya muncul di hadapan mereka. Ia memandang ketiganya dengan pandangan penuh tanya. "Bukankah seharusnya kalian menemani pasien?"
.
TBC
.
Kenapa Kyuhyun tiba-tiba mengusir ketiga rekannya?
Siapa wanita setengah baya itu?
Apa yang ingin diketahui oleh Public Security saat melakukan interogasi?
Bagaiman pendapat teman-teman tentang hal ini?
Akhir kata, selamat membaca.
Selalu ditunggu reviewnya hehehe
Kamsahamnida
