D-Day
COUNTDOWN TO CRISIS
CHAPTER 23
.
.
"Eomma." Donghae langsung memeluk wanita yang baru muncul itu. "Terima kasih sudah datang."
Eunhyuk dan Ryeowook langsung memberi salam. Mereka baru kali ini bertemu dengan ibu dari Donghae.
"Gwenchana?" Kim Hyangsook memeriksa anak bungsunya. Matanya langsung berkabut ketika melihat bekas tembakan di kemeja putranya. Dengan tangan gemetar ia hendak menyentuh lubang itu, namun Donghae langsung menggenggam tangannya.
"Gwenchana, eomma. Lihat, aku baik-baik saja."
"Syukurlah." Kim Hyangsook memeluk Donghae sekali lagi. Ia kemudian teringat misinya. "Kenapa kalian tidak menemaninya di dalam?"
"Dia mengusir kami keluar," jawab Donghae sambil mengambil tas yang dibawa ibunya.
"Anak-anak muda memang tidak peka." Ibu Donghae bergegas membuka pintu kamar rawat inap. "Ommo...nae adeul, uljima!"
Seruan itu membuat Eunhyuk, Donghae dan Ryeowook bergegas masuk ke dalam kamar.
Ibu Donghae sudah duduk di pinggir ranjang. Ia mengelus punggung Kyuhyun yang duduk di atas tempat tidur sambil memeluk kedua lututnya. Wajahnya tenggelam di dalam bantal yang ia letakkan di pangkuannya.
"Adeul, kamu akan menyakiti tanganmu." Ibu Donghae mencoba memisahkan Kyuhyun dari bantal yang menekan tangan kirinya yang tengah digantung.
Ketika bantal itu diambil darinya, Kyuhyun mengusap air matanya yang masih jatuh dengan tangan kanannya.
"Hei! Jangan angkat tanganmu!" tegur Donghae yang langsung diberi tatapan tajam oleh ibunya.
"Lalu aku harus bagaimana? Tidak apa kalau diangkat sedikit!" Kyuhyun membalas dengan nada kesal. "Ah, ini memalukan... Kalian keluar saja, aku ingin sendiri."
Kyuhyun memalingkan muka agar yang lain tidak melihat air matanya.
"Ada apa sebenarnya denganmu?" tanya Ryeowook cemas. "Apakah ada yang terasa sakit? Kamu seharusnya bilang. Sebentar aku panggilkan euisanim."
"Aniya!"
Seruan itu menghentikan langkah Ryeowook yang sudah berada di dekat pintu.
"Aku... aku kira... kalian mati tertembak..."
"Apa?!" Eunhyuk, Donghae, dan Ryeowook tidak mendengar kalimat tadi dengan jelas karena Kyuhyun mengucapkannya dengan sangat pelan.
"AKU KIRA KALIAN SEMUA SUDAH MATI!" Kyuhyun mengulang dengan keras. Ia memandang ketiganya dengan wajah yang sudah basah lagi dengan air mata.
"Kami kan memakai rompi anti peluru...," sahut Donghae bingung.
"Mana aku tahu?! Aku tidak melihat kalian memakainya!" ketus Kyuhyun.
"Itu karena kau sangat lambat masuk ke ruang senjata." Eunhyuk mencoba menggodanya.
"Sebentar, aku ingat Kapten bilang kau tak memakainya." Ryeowook mendekat dengan wajah kesal.
"Aku nyaris tertinggal, jadi mana sempat aku memakainya."
"KAU INI?!"
"Sabar, Ryeowookie...sabar...dia sedang sakit." Donghae menahan Ryeowook yang hendak menempeleng Kyuhyun.
"Aku bosan memarahinya! Bagaimana jika dia ditembak?"
"Bisa saja kalau kena bagian yg tanpa rompi bukan?" Kyuhyun bersikeras.
"Ommo, apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian malah memarahinya?" Ibu Donghae langsung menarik Kyuhyun ke dalam pelukannya.
"Aku melihat kalian tertembak satu per satu, tapi aku tidak punya waktu untuk mengeceknya karena harus menyelamatkan VIP." Kyuhyun kembali menangis. "Gambar itu berputar terus di kepalaku dan aku tidak bisa menghilangkannya... Dan... dan ketika aku bangun... kalian malah sibuk membicarakan kedai makan baru di dekat kantor."
Eunhyuk, Donghae dan Ryeowook kehilangan kata-kata.
"Oh...tiba-tiba aku merasa sangat tua," keluh Eunhyuk sambil menyandarkan tubuhnya di kursi yang ada di dalam kamar.
"Uljima, adeul...uljima." Ibu Donghae melepaskan pelukannya namun tetap mengusap punggung Kyuhyun dengan lembut. "Semua baik-baik saja. Coba kau lihat, hyungdeulmu baik-baik saja bukan? Daripada meminta mereka keluar, kau bisa melihat mereka dengan seksama supaya ingatan buruk itu menghilang. Arrachi?"
Kyuhyun melayangkan matanya menatap ketiga rekannya itu. Ia melihat kemeja Eunhyuk dan Donghae memiliki lubang yang hitam di bagian perut akibat panasnya peluru yang mengenainya. Tetapi tidak ada noda darah di sana. Ketika ia mengamati Ryeowook, bagian kiri jasnya memiliki lubang, sama seperti yang ia alami waktu kejadian dengan reporter lalu. Namun Ryeowook tampak baik-baik saja.
Rasa lega menggantikan perasaan panik dan cemas tadi. Kyuhyun menarik napas panjang sambil mengusap wajahnya untuk menghilangkan jejak air mata.
.
.
"Aku meminta nae eomma menjaga Kyuhyun di rumah sakit," jelas Donghae saat mereka keluar dari kamar.
Mungkin karena banyaknya yang terjadi hari itu dan masih dalam pengaruh obat, Kyuhyun jatuh tertidur begitu saja. Meski begitu ketiganya memilih berbicara di luar.
"Kita tidak bisa menjaganya saat jam kerja dan Kyuhyun tidak memiliki keluarga untuk menjaganya. Apalagi untuk hari ini dan mungkin besok, ia belum bisa menggunakan tangannya yang sehat dengan leluasa. Jadi aku meminta eomma datang."
"Itu ide yang sangat bagus, hyung," puji Ryeowook. "Kapan infusnya bisa dicabut?"
"Katanya begitu kadar oksigen dan jumlah darah sudah normal baru bisa dicabut." Eunhyuk menjelaskan. "Paling lambat besok."
"Syukurlah. Pasti mengesalkan jika semua tangan kita sulit bergerak." Ryeowook menyandarkan punggungnya yang lelah di dinding rumah sakit.
Eunhyuk beranjak menuju mesin minuman. Ia membeli tiga kaleng minuman hangat dan membagikannya. Ketiganya duduk beristirahat di bangku yang ada di depan kamar.
"Kalian tahu soal kita akan diinterogasi?" tanya Donghae. "Katanya kali ini Kapten Gu sendiri yang turun tangan."
"Bukan hal aneh. Lama-lama aku mulai terbiasa." Ryeowook meneguk minuman di tangannya.
"Benar. Sejak Kyuhyun masuk, selalu ada peristiwa besar yang berujung interogasi. Menurutmu selama apa kali ini?" Eunhyuk meringis.
"Entahlah. Apa kita akan menceritakan semua yang kita dengar di sana?" Donghae menatap kedua rekannya.
"Tidak. Menurutku itu hak Kyuhyun. Kalau dia mau, biar dia yang mengatakannya. Anggap saja kita tidak mendengar apa-apa." Eunhyuk memberi usulan.
"Itu Ruang Opera. Ruangan yang didesain untuk bisa mendengarkan dengan optimal." Ryeowook mengingatkan.
"Kalau kita semua bilang tidak dengar, mereka tidak bisa apa-apa."
Ryeowook dan Donghae mengangguk setuju.
.
.
Sudah sangat lama sejak Kyuhyun merasakan kasih sayang seorang ibu. Mendapat kehangatan seperti itu membuatnya jatuh tertidur. Betapa terkejutnya ketika ia bangun dan mendapati ibu Donghae ada di kamar itu untuk menemaninya.
Menyadari Kyuhyun sudah bangun, Kim Hyangsook menyambutnya dengan senyuman. "Namamu Kyuhyun bukan? Aku Kim Hyangsook, eomma Donghae. Panggil saja eommonie."
"Kau pasti lapar. Aku akan menaikkan kasurmu, arra?"
Kim Hyangsook memutar tuas pada ranjang sehingga Kyuhyun kembali ke posisi setengah duduk. Ia lalu mendorong meja beroda yang biasa digunakan pasien untuk makan dan meletakkannya dekat pangkuan Kyuhyun. Ia meletakkan beberapa lauk dan sayur yang dibawanya. Ia juga mengambil semangkuk nasi panas dari dalam termos, lalu menaruh semuanya di atas meja itu.
"Kata Donghae kau terluka bukan sakit, jadi tidak ada pantangan. Karena itu aku membawa beberapa macam lauk. Semoga ini sesuai dengan seleramu. Untuk besok, katakan saja makanan apa yang kau mau, aku akan membuatnya."
Kyuhyun yang sedari tadi terdiam, melihat makanan itu satu per satu dengan perasaan yang sulit ia gambarkan. Ia juga diam saat Kim Hyangsook mengambil mangkuk itu dan mengambil sejumput bulgogi, bersiap untuk membantunya makan.
"Eommonie..." Akhirnya Kyuhyun membuka mulutnya yang sedari tadi terdiam. "Terima kasih sudah menjagaku sampai saat ini. Tetapi maaf, aku sudah dewasa. Eommonie tidak perlu repot menjagaku. Donghae hyung hanya terlalu khawatir. Aku bisa melakukan semuanya sendiri."
Mendengar hal itu, Kim Hyangsook meletakkan kembali mangkuk berisi nasi dan meraih tangan Kyuhyun yang masih mengenakan jarum infus. Ia memegangnya lembut dengan kedua tangannya sehingga Kyuhyun memandang wanita setengah baya itu dengan bingung.
"Adeul, tidak ada satu pun yang meragukan kemampuanmu menjaga diri sendiri." Kim Hyangsook berkata dengan lembut sambil tersenyum. "Donghae sudah menceritakan semua yang kau alami. Kau bisa tumbuh dewasa dengan baik seperti sekarang, itu sudah membuktikan semuanya."
Kim Hyangsook menepuk tangan Kyuhyun dengan hati-hati. "Tetapi Kyuhyunie, seumur hidup itu terlalu panjang untuk kita lalui sendirian. Kau sudah membuktikan kau bisa sendirian. Tetapi masa itu sudah berlalu. Sekarang ada orang-orang yang menganggapmu sebagai keluarganya. Kau bisa beristirahat dan bersandar pada kami, arrachi?"
"Aku kehilangan semua yang aku sayang dalam sekejap... Aku takut mengalaminya lagi. Aku takut, jika aku mulai mengandalkan orang lain, aku akan menjadi lemah seperti dulu."
"Banyak orang bilang, mengandalkan orang lain adalah kelemahan..." Kim Hyangsook kembali tersenyum. "Tetapi tahu kah kamu... memiliki orang yang kau cintai dan berharga bagimu, akan membuatmu lebih kuat. Kau akan bisa melewati batas kekuatanmu sendiri demi melindungi mereka. Jadi, kau juga boleh mengandalkan kami. Arrachi?"
Kim Hyangsook kembali mengambil mangkuk nasi dan sumpit. "Kau ingin makan dengan apa dulu? Jangan sungkan. Setelah tangan kananmu bisa bergerak bebas, kau boleh makan sendiri."
"Aku bisa makan apapun. Tapi bulgogi itu menarik perhatianku." Kali ini meski sedikit merasa malu karena perhatian itu, Kyuhyun mencoba menerimanya.
"Pilihan yang bagus." Kim Hyangsook tersenyum lebar.
.
.
Tidak perlu waktu lama untuk menghabiskan semua makanan yang ada. Kim Hyangsook sangat senang melihat Kyuhyun menyukai masakannya.
"Aku dengar kau sering mengalami sakit kepala. Bagaimana kata euisa?"
Melihat ekspresi terkejut di wajah Kyuhyun, Kim Hyangsook tertawa kecil. "Aku meminta maaf atas nama Donghae. Anakku yang satu itu memang sulit menjaga rahasia. Tetapi ia bermaksud baik."
"Di dalam tim, Donghae hyung juga orang yang selalu memberitahu rumor terkini." Kyuhyun meringis. "Aku baik-baik saja, eomonie. Jangan khawatir."
"Kalau itu karena beban pekerjaan, kau bisa beristirahat dari pekerjaaanmu. Aku masih sanggup membiayai seorang anak lagi. Kedua anakku sudah mandiri. Kau bisa tinggal bersama kami sampai kau membaik."
Kyuhyun kehilangan kata-kata mendengar tawaran yang begitu tulus. Ia hanya bisa membalasnya dengan senyum.
.
.
Beberapa hari telah berlalu. Eunhyuk, Ryeowook, Donghae dan Kim Hyangsook bergantian menjaga Kyuhyun di rumah sakit. Bukan hal yang mudah karena begitu infus dan transfusi darah bisa dicabut keesokan harinya, Kyuhyun sempat memaksa untuk pulang. Namun akhirnya mereka bisa menahannya hingga hari keempat, di mana luka di lengannya sudah mulai merapat dan bisa dilakukan rawat jalan.
Divisi Public Security langsung memberikan panggilan interogasi untuk Eunhyuk, Donghae, Ryeowook dan Kyuhyun. Tempatnya di lantai 15 di mana Divisi Public Security berada. Mereka tidak perlu menunggu giliran di sana. Keempatnya dipersilakan menunggu di ruang kantor mereka sendiri.
.
.
Markas Besar Badan Kepolisian Nasional
Divisi Keamanan – Public Security Seksi-1
Ruang Interogasi - Pukul 08.30
Eunhyuk mendapat panggilan pertama. Ia turun ke lantai 15 dan memasuki ruang interogasi. Ruangan itu sebenarnya memiliki 2 jendela yang menghadap ke arah bagian dalam, tetapi dua tirai rapat menutupnya. Sebuah kaca besar yang Eunhyuk yakin adalah kaca 2 arah, ada di salah satu dinding yang tepat berhadapan dengan kursi yang didudukinya. Ia tidak heran jika ada tim yang memantau jalannya interogasi di sana.
Kapten Gu Tae Hwan dan Heechul duduk di hadapan Eunhyuk, membelakangi kaca dua raah. Mereka terpisah oleh sebuah meja kecil. Di atas meja itu terdapat alat menyerupai kamera yang memiliki dudukan, yang akan merekam ekspresi orang yang diinterogasi.
"Letnan Lee Eunhyuk." Kapten Gu memulai interogasi. Heechul memilih mendengarkan, karena ia sudah melampirkan semua penilaiannya kepada Gu Tae Hwan. "Saat ini berusia 28 tahun. Sudah empat tahun menjadi SP dan memiliki keahlian beladiri Judo berperingkat tinggi. Benar?"
"Benar."
"Bisa dibilang kau adalah wakil ketua tim dalam tim ini."
"Tidak pernah ada penegasan apapun, tapi karena saya anggota terlama, saya rasa mereka menganggapku senior."
"Apakah kamu tahu kalau kamu dituduh membocorkan jadwal VIP?"
"Tidak tahu."
"Hanya itu?"
"Saya memang tidak tahu, jadi saya harus menjawab apa?"
"Bagaimana dengan Kyuhyun?"
"Di luar SP, hidupnya adalah game. Dia tidak akan repot-repot membocorkan informasi."
"Melalui CCTV di Ruang Opera, kami lihat terjadi percakapan yang cukup panjang saat di atas panggung. Tampaknya PM Yu, Ko Sang Jong, dan agen Kyuhyun memiliki hubungan yang dalam. Apa kamu bisa mengulangi apa yang mereka percakapkan?"
"Maaf, Kapten, tapi saya tidak mendengar percakapan itu dengan jelas."
"Kamu ada di dekat panggung." Kapten Gu menunjukkan di layar saat tim inti Leeteuk bersembunyi di dekat panggung. "Ruang Opera dirancang untuk bisa menghantarkan suara dengan jelas. Tidak mungkin kamu tidak mendengarnya."
"Maaf mengecewakanmu, Kapten Gu. Tapi saya benar-benar tidak mendengarnya dengan jelas. Mereka bukan sedang bermain opera, dan tidak ada mike di sana. Mungkin itu membawa pengaruh juga."
Kapten Gu Tae Hwan terpaksa menerima jawaban itu.
"Apakah kau sudah menikah?"
"Aku belum menikah," jawab Eunhyuk. "Aku memiliki seorang kakak perempuan dan seorang keponakan yang cantik. Jika Kapten Gu mau memperkenalkan seorang gadis untukku, sebaiknya lupakan saja. Aku belum memikirkan hal itu."
Kapten Gu Tae Hwan melongo mendengarnya sementara Heechul tersenyum tipis sebelum memasang wajah datarnya kembali.
.
.
Pukul 09.45
Kali ini Ryeowook yang duduk di meja interogasi.
"Sersan Kim Ryeowook." Kapten Gu memulai interogasi. Sama seperti tadi, Heechul hanya mendampingi tanpa mengatakan apapun. "Saat ini berusia 26 tahun. Sudah dua tahun menjadi SP dan memiliki keahlian beladiri Aikido dan Krav Maga. Benar?"
"Benar."
"Apakah kamu tahu kalau kamu dituduh membocorkan jadwal VIP?"
"Itu tuduhan paling tidak elit yang pernah saya dengar. Kalau saya memiliki informasi itu, saya lebih suka menjualnya dengan harga tinggi di pasar gelap."
"Apa kau tidak takut kami tangkap karena mengatakan hal itu?"
"Saya rasa kalian terlalu pintar untuk menganggap serius kata-kataku."
"Aku dengar kau mantan atlet menembak level olimpiade. Kenapa kamu menjadi SP? Apa kamu punya tujuan tersembunyi?"
"Kapten Gu, bagaimana kalau kapan-kapan kita makan bersama?" tanya Ryeowook tiba-tiba. "Saya tahu banyak sekali tempat makan yang enak dan murah. Anda lebih suka makan gimbab atau bulgogi?"
"Aku suka bulgogi."
"Ah... Anda memilih bulgogi daripada gimbab. Apa Anda punya tujuan tersembunyi?"
Kapten Gu Tae Hwan terdiam. Heechul mencoba tetap berwajah datar sambil memperbaiki letak kacamatanya.
"Jadi kita sepakat itu masalah selera. Tidak ada alasan khusus." Ryeowook membantu menyimpulkan. "Oh, omong-omong soal siapa yang membocorkan jadwal VIP, saya rasa Anda harus memeriksa seluruh kantor. Tanyakan pada Donghae. Dia selalu menyampaikan rumor terbaru pada tim kami."
"Bagaimana dengan Kyuhyun?"
"Kyuhyun?" Ryeowook mendengus. "Kalau tidak menjadi SP, aku rasa ia akan menjadi gamer profesional. Tiada hari tanpa game. Aku sudah bosan memarahinya."
"Melalui CCTV di Ruang Opera, kami lihat terjadi percakapan yang cukup panjang saat di atas panggung. Tampaknya PM Yu, Ko Sang Jong, dan agen Kyuhyun memiliki hubungan yang dalam. Apa kamu bisa mengulangi apa yang mereka percakapkan?"
"Untuk Anda ketahui saja, Kapten... Saya sangat tidak menyukai rumor. Kuping saya otomatis tertutup ketika mendengar orang mengobrol yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan."
"Jadi kau mau bilang bahwa kau tidak mendengarnya?"
"Begitulah. Saya minta maaf telah mengecewakan Anda."
.
.
Pukul 11.00
Donghae tersenyum ketika dipersilakan duduk di kursi interogasi.
"Wah, kau benar-benar tampan," puji Kapten Gu. "Bahkan lebih tampan saat melihat aslinya."
"Kamsahamnida." Donghae mengangguk hormat.
"Letnan Lee Donghae." Kapten Gu memulai interogasi. "Saat ini berusia 28 tahun. Sudah tiga tahun menjadi SP dan memiliki keahlian seni beladiri campuran atau Mixed Martial Arts. Benar?"
"Benar."
"Apakah kamu tahu kalau kamu dituduh membocorkan jadwal VIP?"
"Anda sedang berbohong." Donghae meringis lebar. "Saya tidak pernah mendengar tuduhan itu. Saya orang yang paling cepat mendengar rumor terbaru di tim. Eunhyuk sibuk dengan keponakannya; Ryeowook sibuk dengan masakannya; Dan Kyuhyun sibuk dengan gamenya. Jadi jika saya dituduh, saya akan mengetahuinya lebih dulu."
"Kyuhyun sangat menyukai game?"
"Aku rasa semua orang tahu itu sekarang."
"Melalui CCTV di Ruang Opera, kami lihat terjadi percakapan yang cukup panjang saat di atas panggung. Tampaknya PM Yu, Ko Sang Jong, dan agen Kyuhyun memiliki hubungan yang dalam. Apa kamu bisa mengulangi apa yang mereka percakapkan?"
"Saya tidak mendengar dengan jelas."
"Tapi itu di Ruang Opera dan kalian ada di bawah panggung."
"Suasana sangat tegang saat itu. Saya tidak mendengarkan apa yang mereka bicarakan, tetapi memikirkan kapan saat yang tepat untuk menembak Ko Sang Jong. Apakah Kapten tahu bahwa yang dia pakai adalah pistolku?"
"Benarkah?" Gu Tae Hwan menengok ke arah Heechul.
"Benar. Menurut CCTV, Ko Sang Jong mengambilnya karena pistol yang ia bawa kehabisan peluru. Saat itu Donghae sshi tergeletak paling dekat dengannya. Jadi ia mengambil pistolnya."
"Nah, coba bayangkan... Jika pistol itu benar-benar menembak Kyuhyun atau VIP apalagi sampai membunuhnya, bukankah saya tetap merasa bersalah? Pistol saya telah melukai seorang agen SP... Ko Sang Jong menembak kakinya dengan pistol itu."
"Donghae sshi, kalau kalian semua bilang tidak mendengar, interogasi ini bisa sangat panjang. Apakah kamu siap?"
"Tidak masalah." Donghae melirik jam di pergelangan tangannya. "Kapten, sebentar lagi jam makan siang. Apa Anda tidak punya setidaknya secangkir kopi dan beberapa bungkus snack?"
"Orang-orang di divisi kami selalu datang dan pergi. Tidak mungkin menyediakannya di jam-jam tertentu."
"Jadwal SP juga sama acaknya tapi kami bisa." Donghae mencodongkan tubuhnya sampai ke tengah meja dengan wajah antusias. "Mau aku beritahu rahasianya? Di divisi kami ada area kecil yang sebenarnya merupakan dapur sekaligus gudang makanan. Begitu ada tim atau agen yang datang, Noona Jihoo selalu menghidangkan minuman dan snack. Jadi belilah sebuah mesin pendingin dan microwave, lalu sewa lah orang seperti Noona Jihoo. Oh ya, jangan berterima kasih padaku. Saranku itu gratis."
Heechul hanya bisa tersenyum melihat Kapten Gu Tae Hwan kehilangan kata-kata.
"Jadi, apakah saya akan mendapat kopi dan snack sebelum mulai?"
Donghae dikeluarkan dari ruang interogasi saat itu juga.
.
.
"Anda hanya bertahan 30 menit dengan Donghae, Kapten." Heechul tak bisa menahan senyumnya lagi.
Kapten Gu Tae Hwan memijat kepalanya yang pening. Kini hanya dia dan Heechul yang ada di ruangan itu.
"Fiuuh, baru sebentar saja aku sudah hampir gila menghadapi mereka. Bagaimana Leeteuk bisa tahan? Pantas saja Kolonel Shindong sering memarahi mereka."
Heechul tersenyum simpul. "Leeteuk sendiri yang memilih tim inti. Jadi tentu saja ia bisa menahannya. Selama lima tahun, hanya empat orang yang direkrut Leeteuk sebagai anggota tim, jadi aku rasa mereka agen-agen pilihan."
"Mereka memang sangat bagus, ilmu bela diri mereka pun hebat." Gu Tae Hwan mengakui. "Tapi karakter mereka semua sangat aneh."
"Apakah Anda siap memanggil yang selanjutnya Kapten? Ini akan menjadi hari yang panjang." Heechul tersenyum.
.
.
Pukul 11.45
Kyuhyun mengetuk pintu dan masuk setelah dipersilakan. Ia mengenakan seragam SP lengkap, hanya saja lengan kirinya digantung oleh kain segitiga.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Kapten Gu.
"Sangat baik, Kapten. Saya sangat bosan karena tidak bisa melakukan apapun selain makan dan tidur."
Mata Kyuhyun menangkap alat yang ada di meja. Matanya langsung berbinar.
"Whoa...apakah ini perlengkapan interogasi terbaru? Ini bisa mendeteksi panas tubuh dan detak jantung? Semacam alat pendeteksi kebohongan?"
"Itu hanya kamera perekam."
"Benarkah? Kalau begitu kenapa ada titik merah di keningku?"
"Bagaimana kamu tahu?"
"Terpantul di kacamata Heechul sshi," sahut Kyuhyun.
Heechul terbatuk.
"Ok, kami akan memulai interogasinya." Kapten Gu membuka file di depannya.
"Silakan."
"Sersan Cho Kyuhyun." Kapten Gu memulai interogasi. "Saat ini berusia 25 tahun. Sudah sembilan bulan menjadi SP dan memiliki keahlian seni beladiri..."
Kapten Gu menatap Kyuhyun sejenak sebelum membaca file yang ada di depannya. "Menguasai Taekwondo, Jiu-jitsu, Pencak Silat, Самбо dan Eskrima?"
"Aku juga belajar cara melacak jejak dari seorang Native American."
"Kau sangat suka belajar," gumam Kapten Gu. "Tetapi rekan-rekanmu bilang kamu sangat suka bermain game."
"Itu benar." Kyuhyun mengangguk. "Dulu saya suka belajar sambil bermain game. Dan sekarang saya suka bekerja sambil bermain game. Hidup harus seimbang bukan?"
"Kau benar." Kapten Gu terpaksa mengangguk.
"Apakah kamu tahu kalau kamu dituduh membocorkan jadwal VIP?"
Kyuhyun terdiam beberapa saat, menatap Kapten Gu dengan wajah prihatin. "Sudah berapa kali kapten mengulanginya hari ini? Kalimat itu terasa seperti permen karet yang sudah di mulut seharian bukan?
"Tolong jawab saja."
"Baiklah." Kyuhyun menurut. "Sekarang begini saja, Kapten Gu. Untuk apa saya membocorkan jadwal VIP yang sedang saya jaga? Apa Kapten kira saya suka diteror setiap bertugas? Apa keuntungannya buat saya? Saya memilih pulang tepat waktu dan bermain game daripada menghadapi teror seperti itu."
"Dan ini..." Kyuhyun menunjuk tangan kirinya yang masih tergantung. "Saya sudah tidak tahan dengan ini. Buat apa saya meminta diserang?"
Bintik merah yang terpantul di kacamata Heechul kembali mengingatkan Kyuhyun. "Ah, Kapten belum menjawab pertanyaanku, untuk apa titik merah itu?"
"Itu hanya perekam visual dan audio. Ada tim yang menganalisa semuanya di kamar sebelah."
"Sayang sekali... Kalau saja alat ini bisa mengecek detak jantung dan grafik kesehatan lainnya, aku akan meminta salinan hasilnya. Aku bisa meminta surat pernyataan euisa bahwa aku baik-baik saja dan aku bisa segera bertugas kembali."
"Lupakan saja alat itu, ok?" Kapten Gu menarik napas panjang, membuat Heechul diam-diam tersenyum.
Kyuhyun menangkap senyum itu dan meringis lebar karenanya.
"Kita akan membicarakan kasus di bioskop. Mengapa kamu mengetahui serangan itu sebelum orang lain?"
"Ia menggunakan tongkat untuk berjalan, tetapi kakinya baik-baik saja. Tentu saja aku curiga."
"Bagaimana dengan kejadian dengan Menteri Lingkungan itu?"
"Dia terlihat gelisah seperti pemuda yg hendak menembak kekasihnya."
Heechul terbatuk.
"Maksudku menembak dalam arti menyatakan perasaannya, bukan menembak dengan pistol."
"Aku mengerti, tidak perlu dijelaskan."
"Syukurlah kalau begitu."
"Mengapa begitu banyak serangan teroris sejak kamu bertugas di SP?"
"Apakah kapten percaya hal mistik?" Kyuhyun berbisik. "Kata rekan timku, saya adalah bulgilhan."
"Bulgilhan?" Kapten Gu kebingungan.
"Angel of death." Kyuhyun mengangguk.
"Orang yang selalu membawa bencana di mana pun dia berada," jelas Heechul.
"Katanya kami selalu terlibat dalam masalah besar sejak saya bergabung. Nah, jadi kalau Kapten tanya kenapa, saya benar-benar tidak tahu."
"Mungkin ada orang yang tidak menyukaimu?"
"Mungkin saja." Kyuhyun mengerutkan keningnya. "Orang itu pasti sangat tidak menyukaiku. Kebetulan ia memiliki posisi yang cukup tinggi sehingga mengetahui jadwal VIP. Lalu ia mengatur agar setiap tim kami bertugas selalu terjadi kasus. Bukankah itu baru masuk akal?"
Kapten Gu membuat sebuah catatan sebelum melanjutkan.
"Ah, Anda mencatatnya?" Kyuhyun tersenyum lebar. "Bolehkah saya mengusulkan untuk mencari alasannya kenapa orang itu tidak menyukai saya?"
"Aku akan catat." Kapten Gu menyerah melihat mata yang penuh harap itu. Ia terpaksa menuliskannya karena Kyuhyun mencondongkan tubuh untuk melihat apa yang ia tulis.
"Tolong beri tahu pendapatmu tentang siapa yang menembakkan peluru tiruan itu dan untuk tujuan apa. Kami menemukan sebuah selongsong peluru ditempat dia menembak. Apakah kamu memiliki sesuatu untuk dipikirkan setelah kejadian itu?"
Kyuhyun menyusun semua keterangan tadi dan menambahkan apa yang ia lihat di lapangan. "Uhm, saya kira mereka ingin menunjukkan bahwa sistem keamanannya lemah."
Kapten Gu kembali membuat catatan.
Setelah itu Kapten Gu menghadapkan layar laptop yang ada di sisinya ke arah Kyuhyun. Ia memutar video CCTV kasus penembakan di ruang khusus reporter. Ia menghentikan video saat Kyuhyun melompat menghadang peluru.
"Kamu melompat tepat sebelum peluru di tembakkan. Dari mana kamu tahu?"
"Aku tidak tahu. Itu hanya kebetulan." Kyuhyun menyahut. "Dia sudah dua kali meleset. Peluru ketiga minimal ada di arah yang benar."
"Jadi itu hanya intuisi?"
"Betul."
Kapten Gu sekarang memutar CCTV di ruang Terapi Fisik rumah sakit. Ia menghentikan video tepat di saat Kyuhyun melompat ke dalam bath up.
"Bagaimana dengan ini?"
"Dia musuh yang sangat cerdas dan kuat. Aku akan kalah jika bertarung langsung dengannya, apalagi aku sudah melawan 4 orang sebelumnya. Dan kalau aku melompat sebelum peluru terbakar, dia bisa kabur dan membahayakan sandera lainnya."
"Kau bisa melihat peluru yang bergerak cepat itu?"
"Sepertinya intuisiku bagus." Kyuhyun meringis.
"Bagaimana dengan bom?" Kapten Gu mengejar. "Dari CCTV hotel kelihatan jelas kamu meminta mereka keluar mobil sebelum kamu memeriksa apakah ada bom di dalam dan di bawah mobil. Apakah kamu akan bilang itu hanya intuisi?"
"Ini laporan pengecekan kondisi otaknya." Tiba-tiba Heechul mengeluarkan sebuah salinan file. "Saya memintanya dari Dokter Kim dengan alasan penyelidikan."
Saat Kapten Gu tengah memperhatikan foto-foto yang ada, Heechul menutup kamera yang menyorot wajah Kyuhyun dengan tubuhnya yang membungkuk melintasi meja. Kyuhyun menatap Heechul dengan pandangan penuh tanya. Heechul hanya tersenyum menenangkan dan memberi kode agar Kyuhyun diam, lalu kembali ke posisi duduknya semula. Heechul membalikkan tubuh ke arah kaca dua arah.
"Maaf, saya kira saya melihat sesuatu di lantai," katanya, memberi kode kepada siapa pun yang ada di sana bahwa semua berjalan lancar.
"Apa maksud foto-foto ini? Kenapa banyak sekali bagian yang merah?" tanya Kapten Gu.
"Euisanim bilang, saat terjadi trauma di masa kecil, itu bisa meningkatkan intuisi seseorang meski jarang sekali terjadi. Bunyi dan bau sesedikit apapun, sangat terasa olehnya. Jadi itu sebabnya dia seakan lebih tahu daripada yang lain. Padahal Kyuhyun sshi hanya lebih peka dan jeli daripada orang kebanyakan."
"Ah...aku kira semacam kemampuan meramal atau indera keenam." Kapten Gu terlihat sedikit menyesal.
"Meskipun kamu masih muda, kamu memiliki intuisi yang tajam," puji Kapten Gu.
.
.
Markas Besar Badan Kepolisian Nasional
Divisi Keamanan - Security Police Seksi-4
Pukul 16.30
"Kenapa Kyuhyun lama sekali? Aku hanya 30 menit!" Donghae bergerak dengan gelisah.
"Kita masing-masing sekitar 1 jam. Apakah mereka menanyainya jauh lebih banyak?" tanya Ryeowook tidak bisa menyembunyikan kecemasannya.
"Bagaimana menurut Kapten?" Eunhyuk bertanya kepada Leeteuk yang sedari tadi duduk diam di meja kerjanya.
"Aku tidak tahu."
"Mereka tidak memanggil Kapten?" tanya Ryeowook.
"Giliranku besok. Mungkin sehari empat orang sudah lebih dari cukup."
"Tentu saja jika giliran Kyuhyun selama ini," gumam Eunhyuk.
"Apakah aku perlu mengingatkan mereka bahwa jadwal Kyuhyun minum obat sudah tiba?" Ryeowook melirik ke arah jam dinding.
"Jangan-jangan, mereka menangkap dan menahan Kyuhyun!" seru Donghae.
Seketika itu juga Ryeowook menjitak kepalanya, Eunhyuk menyodoknya dengan pulpen, bahkan Noona Jihoo mendekat dengan langkah-langkah yang lebar hanya untuk menusuk Donghae dengan sebuah pin.
"Noona, itu sakit!' protes Donghae.
"Jangan bicara macam-macam! Meski aku tidak terlalu menyukainya karena sering membuat masalah, tapi Kyuhyun sshi anak yang baik. Mereka tidak punya alasan untuk menangkap apalagi menahannya!"
"Mianhe..." Donghae mengangguk dengan wajah menyesal.
Leeteuk tersenyum melihat semua mencemaskan Kyuhyun.
"Kalau kalian lelah, kalian boleh pulang lebih awal. Aku akan menunggunya di sini."
"Mana bisa begitu?"
"Kami akan menunggunya!"
"Aku tidak akan pulang sebelum Kyuhyun kembali!"
Seru-seruan protes bermunculan, membuat Leeteuk hanya bisa tersenyum dan kembali membereskan dokumen yang masih menumpuk di mejanya. Sepertinya tidak ada gunanya meminta mereka pulang.
.
.
Markas Besar Badan Kepolisian Nasional
Divisi Keamanan – Public Security Seksi-1
Ruang Interogasi - Pukul 16.45
Kyuhyun meluruskan punggungnya yang mulai terasa pegal. Kondisi tangannya sama sekali tidak membantu dalam interogasi yang berjam-jam ini. Ia heran Kapten Gu bertanya berputar-putar, bahkan membahas mengenai masa lalunya, tragedi orang tuanya, juga hal-hal lain yang menurut Kyuhyun tidak ada kaitannya dengan kasus penembakan Ko Sang Jong.
Semua kasus yang terjadi selama ia menjadi SP dibahas, Kyuhyun tidak heran. Namun pelatihannya selama di Akademi Polisi, proses perekrutannya, semua juga menjadi bahan pertanyaan. Yang membuat Kyuhyun merasa aneh adalah, ia tidak merasa mereka menganggapnya orang yang membocorkan informasi. Meski pertanyaan mengarah ke sana, Kyuhyun tahu mereka tidak menganggapnya sebagai tersangka. Mereka seakan hendak menyelidiki orang lain dengan menanyakan seputar kehidupan Kyuhyun.
"Apa yang kamu lakukan di hari liburmu?" tanya Kapten Gu
Pertanyaan aneh lainnya menurut Kyuhyun. Tetapi ia dengan patuh menjawabnya.
"Saya senang membaca dan bermain game."
"Apa hubungan pribadi Anda dengan agen-agen SP lainnya di Seksi-4?"
"Hampir tidak ada. Kami musuh bebuyutan. Kami bertengkar setiap hari." Jika Kyuhyun sampai terkena masalah dari interogasi ini, Kyuhyun tidak ingin mereka semua terseret olehnya.
"Bukankah kamu memiliki hubungan khusus dengan Leeteuk?"
Kyuhyun memberi garis bawah kepada pertanyaan tersebut.
"Itu hanya hubungan antara atasan dan bawahan. Bahkan Kapten masih berhutang tteobokki paket komplit porsi besar sebagai imbalan memintaku masuk di hari libur."
"Melalui CCTV di Ruang Opera, kami lihat terjadi percakapan yang cukup panjang saat di atas panggung. Tampaknya PM Yu, Ko Sang Jong, dan kamu sendiri memiliki hubungan yang dalam. Apa kamu bisa mengulangi apa yang kalian percakapkan?"
"Aku tidak ingat."
"Kamu yakin kamu tidak ingat?"
"Kapten, saya sangat capek dan banyak kehilangan darah. Kesadaran saya mungkin hanya sekian puluh persen. Apa yang masuk ke telinga atau saya katakan, mungkin semua itu igauan. Jadi saya tidak ingat."
"Semua rekanmu mengatakan mereka tidak dapat mendengar dengan baik. Hal itu tidak bisa terjadi di Ruang Opera."
"Mungkin telinga mereka bermasalah," bisik Kyuhyun dengan wajah serius.
Untuk beberapa saat, Gu Tae Hwan hanya berpandangan dengan Kyuhyun dalam diam.
"Kapten, Kyuhyun sshi masih dalam tahap penyembuhan. Mungkin sudah waktunya ia makan dan minum obat," kata Heechul memecah keheningan itu.
"Kyuhyun sshi, apakah kamu tahu bahwa rasa persahabatan yang terdistorsi akan membawa negara ke arah yang salah?"
Kyuhyun paham bahwa Kapten Gu tengah menyindirnya dan ketiga rekannya. Ia tersenyum tenang.
"Kapten Gu, kita memerlukan politik untuk membimbing kita. Tapi kita juga memerlukan hukuman untuk menertibkan keadaan. Keduanya tidak baik berdiri sendiri."
"Kamu bilang hobimu membaca, kan? Apakah itu semacam filafat?" tanya Kapten Gu kebingungan.
Kyuhyun tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Heechul tidak bisa menahan senyumnya.
"Ok, seperti kata Heechul sshi, sepertinya kamu perlu beristirahat. Interogasi ini sudah cukup. Terima kasih atas kehadiranmu."
Kyuhyun berdiri dan memberi hormat kepada Kapten Gu dan Heechul, lalu beranjak menuju pintu. Namun sesampainya di pintu, Kyuhyun berbalik.
"Kapten Gu, Anda harus berhati-hati," kata Kyuhyun tanpa nada mengejek. "Anda cenderung mudah ditebak ketika menanyakan pertanyaan penting..."
Kyuhyun menyeringai melihat wajah Kapten Gu yang kebingungan. Ia kembali memberi hormat sebelum menghilang di balik pintu.
.
.
"Kadang aku tidak paham apa yang dia bicarakan." Kapten Gu menggelengkan kepalanya.
"Tampaknya benar bahwa pengawasan yang ketat terhadap masyarakat justru memperburuk keadaan." Heechul teringat analek yang Kyuhyun sebutkan tadi.
"Apa yang kau bicarakan?"
"Bukan apa-apa, Kapten." Heechul bangkit berdiri dan bersiap untuk pulang.
"Heechul sshi!" Panggilan itu membuat Heechul berbalik. "Apa pendapatmu setelah semua interogasi hari ini?"
"Tidak ada argumen," jawab Heechul. "Saya hanya ingin menyampaikan bahwa di tempat kejadian, saya melihat mereka semua berusaha mati-matian untuk menjaga keamanan VIP."
"Berarti kita masih berpegang pada orang itu." Kapten Gu mengangguk. "Mari kita urus surat penangkapannya segera. Sertakan bukti-bukti yang bisa membuat surat itu dikeluarkan."
"SIAP!"
.
TBC
Siapa yang hendak ditangkap oleh Public Security?
Apa pendapat kalian mengenai chapter ini?
Aku sangat mengantuk, jadi aku akan tidur dulu.
Selamat membaca.
Aku selalu menantikan review kalian.
Kamsahamnida
