Title : Shadow Warrior Ch 21

Genre : Friendship/Brothership, fantasy, action, horor

Rating : Fiction M

Cast : Kyuhyun, Leeteuk, Sungmin, Yesung, Kangin

Disclaimer : All them belong to themselves and GOD.I own only the plot.

Warning : Fanfic just Fanfic, typos, geje , if read don't bash, jangan meng-copy paste meskipun menyertakan nama; Share saja dalam bentuk link ffn, tidak kurang dari itu. Gomawo

Summary :

Shadow Warrior

Chapter 21.

Sedikit flashback

"Ayo kita bertarung sampai mati, Jujak," kata Heechul sambil bangkit berdiri dan membuang sisa burung bakarnya. "Gua ini cukup bagus untuk pertarungan kita. Aku sudah pernah bertarung denganmu di tempat terbuka. Aku ingin melihatmu bertarung di tempat yang kecil dan tertutup. Kuharap kau akan memberiku pertarungan yang menarik."

Sebuah smirk muncul di wajah Heechul ketika ia menghunus pedangnya.

"Tunggulah sebentar lagi, ada sesuatu yang harus kulakukan."

"Tidak bisa." Heechul menolak. "Kita akan bertarung sampai mati. Sekarang."

"Aku tidak bisa menolaknya?"

"Tentu tidak."

"Baiklah kalau begitu." Kyuhyun bangkit berdiri, membuat Heechul menautkan alisnya. "Donghae-ya!"

Begitu Kyuhyun menyebutkan nama itu, sosok Donghae muncul seketika, membuat Heechul mundur selangkah karena terkejut. Donghae langsung memposisikan dirinya di depan Kyuhyun dengan pedang terhunus, siap bertarung jika Heechul menyerang mereka.

"Heechul sshi!" Kata-kata penuh wibawa itu membuat Heechul urung mengayunkan pedangnya. Ia menatap Kyuhyun yang tersenyum dari balik bahu Donghae.

"Terima kasih atas pertolonganmu. Ada yang harus aku kerjakan. Setelah itu, aku akan kembali memenuhi janjiku."

"Kau pikir, aku akan membiarkanmu pergi, Jujak?" desis Heechul mengancam. Namun matanya langsung memicing melihat Kyuhyun hanya tersenyum lembut, tidak tertekan oleh ancamannya sama sekali.

"Donghae-ya, mari kita pulang."

"Siap, Jeonha!"

Belum sempat Heechul bertindak, tiba-tiba keduanya lenyap begitu saja dari hadapannya.

"Bagaimana bisa?!" Heechul tertegun menatap goa yang kosong itu.

"KALIAN MENGERTI PERASAANKU SEKARANG?!" Donghae berteriak dengan air mata masih mengalir di pipinya. Ia duduk di depan sebuah meja kecil di aula utama yang penuh berbagai makanan manis dan permen, sementara Zhoumi dan Siwon duduk di kiri dan kanannya dengan wajah prihatin.

Donghae baru saja menceritakan bahwa Andeulaseu berusaha menghasutnya namun sihirnya tidak berpengaruh kepada Donghae. Meski begitu Donghae ketakutan sehingga ia hanya bisa diam mendengarkan semua hasutan Andeulaseu serta perintahnya, kemudian kembali ke Istana Gerbang Selatan tanpa tahu apa yang harus ia lakukan. Hal itu berlangsung sampai pagi, di mana karena tertekan, Donghae menjadi diam dan mudah marah. Kyuhyun kemudian memanggilnya waktu beristirahat di kuil Jujak, tepat sebelum makan siang. Setelah mendengar semua cerita Donghae, Kyuhyun justru menyuruh Donghae tetap berpura-pura terhasut dan menemui Andeulaseu jika dipanggil. Itu sebabnya Donghae pergi saat makan siang berlangsung.

"Jeonha tidak memikirkan perasaanku!" Donghae terisak sambil mengambil salah satu kue dan mulai memakannya. Zhoumi dan Siwon terpaksa menunggu untuk kesekian kalinya, sampai Donghae mengosongkan mulutnya. "Aku benar-benar cemas ketika ia terbakar jurusnya sendiri. Tetapi apa yang Jeonha lakukan? Ia memanggilku hanya untuk mengatakan bahwa aku adalah boneka Andeulaseu. Jadi aku tidak boleh mencemaskannya!"

"EH?!" Siwon terbelalak. "Kapan Jeonha memanggilmu?"

"Waktu euisa-nim ada di kamar Jeonha." Donghae mendengus marah dan mulai mengambil beberapa permen untuk ia kunyah sekaligus.

"Itu sebabnya euisa lama sekali di dalam." Zhoumi mengangguk paham. "Supaya kami tidak tahu, Jeonha memanggilmu ketika urusannya dengan euisa sudah selesai, tetapi euisa tidak diperkenankan keluar dari ruangan."

"BETUL SEKALI!" Donghae menggeram.

Kyuhyun duduk seperti biasa di kursi utama, menyaksikan semua yang terjadi dengan tenang. Ia mengangsurkan cangkir kosong yang segera diisi Shindong dengan teh. Kyuhyun memberinya kode untuk mendekat sehingga Shindong menundukkan kepala hingga telinganya sejajar dengan mulut junjungannya.

"Tambahkan kue manis dan permen ke mejanya," bisik Kyuhyun dengan wajah serius. "Ini akan berlangsung lama."

Shindong nyaris tak dapat menahan tawa melihat Kyuhyun menyeringai di akhir kalimat. Ia mengangguk dan beranjak keluar untuk mengerjakan perintah itu.

"Jeonha, kau lebih mempercayai euisa-nim dari pada kami." Siwon melemparkan pandangan kecewa.

"Kalian terlalu mudah dibaca. Tidak aman membiarkan kalian tahu rencana ini." Kyuhyun akhirnya angkat bicara. Ia sempat tertegun sejenak karena ia yang dulu tidak akan peduli dengan penilaian orang lain. Namun sekarang, ia begitu peduli dengan penilaian mereka terhadapnya. Ia tidak mau ada kesalah pahaman apalagi kekecewaan.

"Sebenarnya apa rencana Jeonha?" Zhoumi mengalihkan perhatiannya kepada Kyuhyun. "Kibum sshi begitu marah ketika tahu Jeonha menurunkan tingkat keamanan portal dengan sengaja. Donghae-ya bilang, Jeonha yang memintanya membocorkan lokasi ini. Aku benar-benar tidak paham. Apa ini misi bunuh diri?"

Kyuhyun menurunkan cangkir tehnya dengan perlahan. Matanya menghindari mereka, menatap lekat ke cairan hijau yang ada di dalam cangkir kecil itu.

"Aku belum bisa menjelaskannya sekarang." Kyuhyun menguatkan hatinya sebelum memaksakan pandangannya kepada Zhoumi dan Siwon. Ini sangat berat untuknya, tetapi ia ingin, mereka berdua setidaknya tahu bahwa ia bersungguh-sungguh. "Aku akan menjelaskan semuanya di saat yang tepat. Aku berjanji. Sampai saat itu, aku harap kalian bisa menunggu."

Shindong yang tengah meletakkan sepiring kue dan permen di meja Donghae, hanya bisa memandang Kyuhyun dengan perasaan bercampur aduk. Meski Kyuhyun berulang kali meyakinkannya bahwa itu bukan kesalahannya, Shindong tetap merasa menempatkan Kyuhyun di posisi yang sulit.

"Apa yang Jeonha rencanakan memang berhasil…"

Kata-kata itu membuat mereka semua menoleh kepada Donghae. Namja itu tidak melanjutkan kalimatnya. Ia tahu Kyuhyun masih ingin menyembunyikan hal itu lebih lama. Namun tak urung tangan Donghae gemetar ketika menghapus air mata yang masih mengalir di pipinya.

"Tapi aku tidak menyukainya… Memintaku untuk berpura-pura menyerang kalian… Membiarkan Jeonha berada dalam bahaya tanpa bisa berbuat apa-apa… Aku tidak menyukainya!"

Tiba-tiba Donghae kembali terisak sehingga Siwon langsung merangkulnya untuk menghibur.

Zhoumi mencoba mengumpulkan kepingan-kepingan puzzle yang ada di kepalanya, dan ketika semua itu menyatu, ia menepuk bahu Donghae sambil tersenyum.

"Donghae-ya, Jeonha bukannya tidak peduli perasaanmu. Dia justru sangat memikirkannya." Zhoumi hanya tersenyum ketika semua yang ada di aula utama, tak terkecuali Kyuhyun, menatapnya dengan bingung. "Begitu Jenderal Agma muncul, Jeonha membuatmu tak sadarkan diri. Ia tidak ingin kau tersiksa menyaksikan pertarungannya melawan Jenderal Agma tanpa boleh berbuat apa-apa."

Kyuhyun membuang pandangannya ke arah lain ketika ketiga pengawal itu memandangnya dengan mata yang berbinar.

"Jangan berpikir yang tidak-tidak. Aku melakukannya karena Donghae pasti membongkar penyamarannya." Kyuhyun berusaha mengelak. "Kekuatan Andeulaseu tidak berpengaruh kepada Donghae. Si bodoh ini akan bertarung melawan Jenderal Agma mati-matian jika aku tidak membuatnya pingsan."

"Jeonha…" Donghae tidak peduli. Ia terlalu bahagia mendengar penjelasan Zhoumi dan memandang Kyuhyun dengan perasaan haru. Air matanya benar-benar berhenti sekarang, berganti senyuman lebar penuh semangat.

"Tutup mulutmu, Donghae-ya! Ini perintah!" Kyuhyun mencoba berbicara senormal mungkin namun wajah dan telinganya bahkan memerah karena malu.

Zhoumi tergelak senang mengetahui kesimpulannya sangat tepat. Siwon nyaris memeluk Kyuhyun jika Guardian Jujak itu tidak melemparkan pandangan tajam ke arahnya yang dibalas cengiran lebar. Donghae masih tersenyum bahagia sementara Shindong tertawa melihat semuanya.

"Beberapa hari lagi aku akan menjelaskan semuanya kepada kalian." Suara Kyuhyun yang serius membuat suasana hening seketika. Shindong bahkan mengerutkan kening sambil melemparkan pandangan bertanya yang dijawab senyuman lelah oleh junjungannya. "Sebelum itu, kita akan mencari kristal Hyeonmu. Dan…."

Semua menunggu kata-kata Kyuhyun dengan diam sehingga namja itu merasa jengah. "Dan aku ingin kalian bisa membantuku. Ada sesuatu yang ingin aku lakukan sebelum mencari kristal dan menceritakan semuanya."

"Aku akan membantu!" seru Siwon penuh semangat.

"Aku, sama seperti Siwon, akan berusaha membantu. Apapun." Zhoumi tersenyum.

"Aku juga." Donghae mengangguk. "Jadi, apa yang bisa kami bantu, Jeonha?"

Waktuku tinggal 3 hari lagi. Aku sudah berjanji pada Sungmin hyung...

Kyuhyun tanpa sadar meremas jarinya di bawah meja untuk menghilangkan perasaan gugupnya. Ia juga memandang Shindong yang menatapnya penuh tanya, lalu kembali kepada ketiga pengawalnya.

"Aku ingin bersekolah," kata Kyuhyun nyaris tak terdengar.

Seruan-seruan terkejut dan riuh bermunculan dari keempat namja yang ada di sana, membuat wajah Kyuhyun memerah.

"Hanya satu hari saja. Aku hanya ingin tahu bagaimana rasanya," tambah Kyuhyun dengan cepat.

Shindong baru kali ini mendengar nada memohon dan putus asa itu. Biasanya Kyuhyun selalu percaya diri bahkan memaksakan keinginannya. Dengan panik Shindong melemparkan pandangan ke arah Siwon, Zhoumi, dan Donghae dari balik punggung Kyuhyun. Ketiganya langsung tersadar.

"Ah, tentu saja bisa. Kenapa tidak?" Siwon mengangguk. Ia melempar pandangan bingung kepada Zhoumi, tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk mengabulkan keinginan Kyuhyun.

"Aku rasa aku bisa mencari cara untuk itu." Zhoumi mencoba meyakinkan diri sendiri.

"Jeonha, aku senang jika Jeonha senang." Donghae tersenyum lebar.

Mendengar jawaban mereka, Kyuhyun tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya. Ia menatap Shindong dengan mata berbinar, meminta peneguhan.

Shindong dengan mantap mengangguk sehingga senyum di wajah Kyuhyun semakin lebar. Namun saat pria setengah baya itu melirik ke arah Siwon dan Zhoumi, ia bisa melihat jelas kalau mereka belum memiliki ide apapun. Hal itu membuatnya meringis.

Setelah memastikan Kyuhyun benar-benar tertidur, Donghae berkeliling Istana Gerbang Selatan. Sejak menetap di sana, hal ini menjadi kebiasaan Donghae setiap malam. Ia baru bisa tenang setelah memeriksa semua penjagaan sebelum tidur. Penyerangan beberapa malam yang lalu adalah pengecualian, karena Kyuhyun memang menginginkannya.

Donghae melewati portal, tiba di tengah terowongan yang menghubungkannya dengan dunia luar. Ia terus berjalan hingga tiba di jalan sempit yang dipenuhi ratusan pohon jeruk. Wangi jeruk yang menerpa hidungnya membuat namja itu merasa segar. Ia mengambil sebuah jeruk yang sudah matang dan mulai menikmatinya sambil duduk di bawah pohon.

Namja itu menarik napas panjang ketika teringat kejadian saat mereka kembali dari gua. Kyuhyun tidak tahu bahwa ia telah menghilang bersama Heechul selama tiga hari sehingga seluruh Istana panik. Dari cerita yang dituturkan Siwon dan Zhoumi, Donghae mengira akan menemukan Kyuhyun terluka sangat parah. Namun selain pakaiannya yang menegaskan hal itu, Kyuhyun baik-baik saja. Ia hanya terlihat sangat lelah.

"Seharusnya Jeonha terluka parah. Kenapa dia…."

"Kau seharusnya senang dia baik-baik saja." Sesosok tubuh melompat turun dari atas pohon. Ia mengeluarkan suara berdecak saat Donghae mengambil sikap waspada dan menghunus pedangnya. "Hei, aku tidak berniat menyerangmu!"

"Bukan berarti aku akan menyarungkan pedang ini," desis Donghae tajam.

Suara hembusan napas yang dibuat-buat terdengar. "Kau yang lebih dulu mengganggu tidurku dengan duduk di bawah pohon. Sekarang kau juga ingin kita bertarung?"

Meski suasana di sekitar mereka begitu sunyi dan gelap, mata Donghae yang mulai terbiasa, bisa melihat keseriusan kata-kata Heechul. Ia pun menyarungkan pedangnya meski tangannya tetap siaga, siap menarik benda itu kapanpun Heechul bersikap mencurigakan.

"Omong-omong soal tadi, tentu saja aku senang Jeonha baik-baik saja. Aku hanya penasaran. Apa kau yang menyembuhkannya?"

"Aku hanya membetulkan posisi tulang-tulangnya yang patah dan mengeluarkan bibit demon dari tubuhnya." Heechul duduk bersandar di tempat Donghae duduk tadi. Ia memejamkan matanya, tampak sangat mengantuk.

Donghae memandang Heechul dengan rasa bersalah karena telah mengganggu tidurnya. Namun kata-kata Heechul tadi membuatnya penasaran.

"Kau tadi mengatakan bibit Demon. Apakah itu yang membuat Jeonha terkena jurusnya sendiri?"

"Benar. Kau juga jika memakannya." Heechul menjawab tanpa membuka mata. "Kekuatan Andeulaseu tidak berpengaruh kepadamu. Itu menandakan kau bukan manusia ataupun demon. Tetapi begitu darahmu dikotori bibit demon dan kau mengerahkan kekuatanmu…. BOOM!"

Donghae terlompat mendengar teriakan tiba-tiba itu sehingga Heechul membuka matanya dan tergelak. "Kau sama lucunya dengan Jujak. Aku heran kalian masih bertahan hidup sampai sekarang. Kalian terlalu polos, mengerti?"

Donghae mengabaikan ejekan itu. Ia benar-benar ingin tahu apa yang sudah terjadi. "Lalu, bagaimana luka-luka Jeonha bisa sembuh? Kau bilang bahwa kau membetulkan posisi tulang-tulangnya yang patah. Itu berarti dia mengalami patah tulang bukan? Lalu bagaimana dia bisa sembuh secepat itu? Apa…."

"DIAM!" Heechul menghardik, membuat Donghae menutup mulutnya seketika. "Kalian berdua benar-benar membuatku kesal…"

Donghae tidak berani berbicara lagi. Ia hanya mengamati Heechul yang telah bangkit berdiri dan berjalan ke sana dan kemari seakan mempertimbangkan hal yang berat. Ketika akhirnya Heechul berhenti tepat di depannya, Donghae hanya bisa menatap dengan mata yang melebar, nyaris menahan napas.

"Dengar, kau seharusnya tahu kenapa dia bisa sembuh seperti itu." Heechul mendekatkan wajahnya begitu dekat, hingga hembusan napasnya menerpa wajah Donghae, membuat namja itu tidak berani bergerak. "Aku kebetulan saja menyadarinya ketika dia sekarat, dan memanfaatkan sebaik mungkin."

Kedua mata Heechul memicing ketika tidak menemukan pemahaman di wajah Donghae.

"Astaga, apa aku harus membantu musuhku sendiri?!" Heechul mengerang dengan keras. Ia berbalik kembali ke arah Donghae dan mengetukkan jarinya di dada namja itu. "Dengar, aku tak peduli kau mengerti atau tidak. Kalau kalian terbunuh karena kebodohan kalian, itu sama sekali bukan tanggung jawabku. Mengerti?"

"Mengerti." Donghae mengangguk dengan wajah polos dan bersungguh-sungguh, membuat Heechul benar-benar berteriak kesal. Donghae kebingungan, tak mengerti apa lagi yang salah di mata namja itu. Bukankah aku sudah bilang mengerti?

Heechul menggeleng dengan keras, mendengus sekali sebelum berbalik menghadap Donghae yang masih memandangnya penuh rasa ingin tahu.

"Jika…." Heechul berhenti. Kenapa aku harus repot-repot memberitahunya? Hal ini sama sekali bukan urusanku! "Jadi jika…"

Donghae memandang dengan ngeri ketika Heechul kembali menggelengkan kepalanya keras-keras. Ia nyaris membayangkan kepala dengan rambut gondrong itu terlepas dari lehernya dan terguling…. Kali ini Donghae yang menggelengkan kepala, mencoba mengenyahkan khayalannya.

"AKU SEHARUSNYA TIDAK MEMBERITAHUMU!" Heechul benar-benar berteriak. Ia mencoba menghidupkan kekesalannya saat Kyuhyun menunda bertarung dengannya, mencoba membangkitkan amarahnya saat mengingat Kyuhyun kabur begitu saja dari gua bersama Donghae tanpa persetujuannya.

"Kau tidak begitu hebat eoh? Aku kadang lupa kalau kau masih anak-anak."

"Aku bukan anak-anak!"

"Kau hanya anak kecil yang berusaha menjadi dewasa dan menanggung semuanya. Berpura-puralah seperti itu sebentar lagi, dan semua ini akan berlalu."

"Aku tidak..."

Heechul teringat perasaan panik yang menyelimutinya saat Kyuhyun tiba-tiba tak sadarkan diri. Ia mengguncang bahu anak itu untuk membuatnya tetap tersadar dan memanggil namanya, namun Kyuhyun tetap terkulai di bahunya. Kepanikan itu baru reda setelah ia tahu seluruh bibit demon sudah lenyap. Kyuhyun hanya tertidur. Dan ia tertidur selama tiga hari sementara Heechul berjaga untuknya.

Heechul menyerah.

Kali ini ia menghadap Donghae yang masih menunggunya. Ia menepuk kedua bahu namja itu, memintanya memperhatikan dengan penuh.

"Aku tak tahu bagaimana orang yang kau lindungi itu bisa menjadi Jujak, lengkap dengan lambang dan jurus apinya." Heechul berhenti sejenak untuk memastikan Donghae masih menyimak dengan benar. "Mungkin kalian berniat melindunginya. Tetapi taktik harus berubah. Kalau kau ingin dia selamat, kau harus membuatnya menjadi dirinya sendiri. Kau harus memutuskan ikatannya dengan Jujak. Kau paham?"

Donghae menatap dengan bingung sehingga Heechul menghela napas berat.

"Kurasa bantuanku sudah cukup. Selanjutnya terserah padamu."

Tanpa menunggu reaksi Donghae, Heechul melompat ke kegelapan.

"Apa yang dia bicarakan? Aku sama sekali tidak mengerti…." Donghae bergumam sedih.

TBC

SELAMAT TAHUN BARU 2018!

Aku berharap ff ini bisa menjadi hadiah tahun baru, sayang aku terlambat sekitar 30 menit untuk menyelesaikannya sebelum hari berganti menjadi tanggal 2.

Terima kasih buat teman-teman yang sudah mengikuti ff ini.

Aku akan menyelesaikannya sebelum meneruskan ff lainnya, satu per satu.

Selalu senang membaca review yang masuk.

Terima kasih banyak untuk semua review yang telah menemani penyelesaian chapter demi chapter ff ini.

Kamsahamnida

SEMOGA TAHUN 2018 MENJADI TAHUN YANG LEBIH BAIK DARI SEBELUMNYA.