Title : Shadow Warrior Ch 25

Genre : Friendship/Brothership, fantasy, action, horor

Rating : Fiction M

Cast : Kyuhyun, Leeteuk, Sungmin, Yesung, Kangin

Disclaimer : All them belong to themselves and GOD.I own only the plot.

Warning : Fanfic just Fanfic, typos, geje , if read don't bash, jangan meng-copy paste meskipun menyertakan nama; Share saja dalam bentuk link ffn, tidak kurang dari itu. Gomawo

Summary :

.

.

Shadow Warrior

.
CHAPTER 25

Matahari sudah terbit sepenuhnya saat Kyuhyun menyusup ke dalam kamar Sungmin.

"Kau beruntung Yesungie tidak ada di sini." Sungmin menyambut kedatangannya dengan senyum lebar. Ia memberi isyarat agar Kyuhyun duduk di kursi yang bersisian dengannya. Ia hendak meraih cangkir teh yang lain ketika Kyuhyun menahan cangkir yang masih tertelungkup itu.

"Tidak perlu. Aku tidak ingin ada yang tahu aku ke sini."

"Kenapa?" Wajah Sungmin sedikit kecewa. Ia meletakkan kembali poci tehnya.

"Yesung sshi tidak menyukaiku. Aku tidak mau ada keributan apapun dengannya."

"Dia hanya takut aku melakukan hal yang sama dengan Appa. Meski aku akui mungkin aku akan melakukan hal yang sama." Sungmin tersenyum melihat wajah Kyuhyun berubah cemberut. "Sebenarnya ada keperluan apa kau kemari, Kyuhyunie?"

"Hyung belum mengatakan letak kristal Hyeonmu. Kesempatanku tidak sampai 3 hari lagi!"

"Tempat apa saja yang sudah kau datangi selama 4 hari ini?"

Kyuhyun menatap ke jendela yang tertutup, mencoba menghindari pandangan Sungmin. Namun rahang Kyuhyun yang sedikit mengeras, dan kedua tangannya yang mengepal meski hanya sekejap, tidak lolos dari tatapan penuh selidik Sungmin.

"Apa yang terjadi?"

Pertanyaan dengan nada cemas itu membuat Kyuhyun kembali menatap Sungmin, dan mencoba memaksakan senyumnya. "Aku begitu bodoh… Aku tidak berhasil menemukan tempat penyimpanan kristal Hyeonmu. Aku membuang 4 hari ini dengan sia-sia. Karena itu…."

"Kau bisa mencarinya sendiri." Sungmin memotong.

"Apa?!"

Sungmin mengabaikan ekspresi Kyuhyun dan menuang secangkir teh lagi untuk dirinya sendiri. "Aku rasa kau mendengarnya cukup jelas. Waktumu tidak sampai 3 hari, dan kau harus mencarinya sendiri."

"Tapi, Hyung…"

"Aku tidak akan membantu dalam hal apapun yang membahayakan dirimu. Serahkan padaku dan pergilah dari semua ini bersama He ajussi. Kalau kau tidak bersedia, kau harus mencari letak kristal Hyeonmu sendiri."

"Sungmin hyung, aku hanya ingin memastikan kau tetap aman sampai waktunya tiba! Kalau kristal itu sulit didapat, setidaknya dengan aku melangkah lebih dulu, hyung akan tahu apa saja yang harus dipersiapkan selanjutnya!"

"DENGARKAN AKU!"

Hardikan keras itu membuat Kyuhyun terdiam. Ia tidak pernah mendengar Sungmin semarah itu seumur hidupnya. Melihat wajah pucat itu, Sungmin menghela napas berat. "Aku bisa saja pergi dan mencarinya sendiri, tetapi aku menahan diri untuk menjaga penyamaranmu. Apa yang akan terjadi kalau mereka tahu ada dua Jujak?"

"Bagaimanapun mereka akan tahu bahwa aku…." Penipu. Lanjut Kyuhyun, tak mampu mengucapkan kata-kata itu. Semenjak tahu yang sebenarnya, ia merasa sakit harus berpura-pura di depan semua orang.

Sungmin bisa melihat mata Kyuhyun yang sedikit berkaca, dan lagi-lagi orang yang ia anggap adiknya sendiri itu mengeraskan rahangnya menahan emosi.

"Pulanglah."

"Hyung?!"

Sungmin berdiri, mengabaikan Kyuhyun yang masih berusaha mengutarakan keberatannya. "Aku harus berlatih sekarang. Pulanglah, Kyuhyunie. Tidak ada apapun yang akan kuberikan untukmu sampai kau menyerahkan posisiku kembali."

"Hyung!"

Sungmin melambaikan tangannya dengan tegas. Tanpa menoleh ke belakang, ia membuka pintu kamar dan beranjak pergi. Kyuhyun hanya bisa menatap pintu yang kembali tertutup itu dengan cemas.

.

.
Kyuhyun menaiki tangga belakang yang menuju bangunan utama dengan langkah gontai. Ia tidak bisa memberitahu Sungmin apa yang terjadi selama 4 hari ini, bahwa ia disibukkan dengan rencana untuk melindungi Istana Gerbang Selatan yang asli dan melawan pasukan Jenderal Agma. Kebenaran mengenai keluarganya yang mendadak terkuak dengan tindakan Eunhyuk semakin menambah beban pikirannya. Selama ini ia hanya menduga, menyimpan potongan demi potongan puzzle dalam pikirannya, tidak yakin di mana dan bagaimana ia harus menyusunnya. Tadi malam, semuanya menjadi jelas dan ia mendapat gambaran penuh.

"Jeonha…."

Kyuhyun terhenyak dari lamunan. Ia berhenti melangkah. Saat ia mengangkat kepalanya, Shindong berdiri menunggu di ujung tangga sambil tersenyum. Di belakangnya tampak Siwon, Zhoumi, dan Donghae yang melambai penuh semangat. Mereka bertiga berlari menuruni tangga untuk mencapainya.

"Jeonha, kenapa baru kembali?" Donghae melingkarkan tangannya di lengan Kyuhyun sambil menariknya agar menaiki tangga lebih cepat.

Hyung… Kyuhyun menatap Donghae dengan perasaan sesak.

"Cepat, Jeonha, kita tidak punya banyak waktu." Siwon ikut menarik lengannya yang bebas hingga Kyuhyun nyaris kehilangan pijakannya.

"Kami sudah siapkan semuanya di aula." Zhoumi mendorong punggungnya dari belakang.

"Apa-apaan kalian? Lepaskan!" Kyuhyun berusaha meloloskan diri, tetapi ketiganya bukan orang yang tidak memiliki kekuatan apalagi dengan kondisi penuh semangat seperti itu. Shindong hanya terkekeh gembira saat Kyuhyun tiba di dekatnya dengan wajah cemberut, masih berusaha menghalau ketiga pengawalnya. "Ajussi, kenapa kau tidak membantuku? Mereka lebih menurut kata-katamu."

"Jeonha, waktunya sudah sangat singkat. Kami tidak menyangka Jeonha akan pergi sepanjang malam." Shindong ikut menarik Kyuhyun ke dalam bangunan utama sementara yang lain tersenyum lebar dengan wajah gembira. "Dalam satu jam Jeonha harus tiba di sekolah. Cepatlah mandi dan berganti pakaian."

"Apa? Sekolah?!" Kyuhyun kali ini mendorong mereka dengan kuat sehingga terbebas, lalu berbalik menghadap keempatnya. Wajahnya benar-benar kebingungan. "Sekolah apa?"

"Bukankah jeonha ingin bersekolah?" Zhoumi tersenyum lembut.

"Aku mendengarnya dengan jelas." Siwon meringis lebar. "Ada empat orang yang mendengar Jeonha meminta hal itu."

"Aku akan mengawal Jeonha, jadi jangan khawatir." Donghae bertepuk tangan penuh semangat. "Aku akan berada di dekat Jeonha, dan Jeonha tinggal memanggilku jika perlu bantuan."

Kyuhyun ternganga. Ia benar-benar melupakan permohonannya sendiri. Menatap wajah mereka yang penuh semangat, ia merasa bersalah. "Maaf, tapi batalkan saja. Aku tidak bisa pergi."

"APA?!" Teriakan langsung berganti erangan ketika Shindong memukul kepala ketiga pengawal itu.

"KALIAN SOPAN SEDIKIT!" Shindong menghardik. Wajahnya melembut ketika berbalik ke arah Kyuhyun, mengabaikan ketiga pengawal yang mengelus kepala mereka yang sakit. "Jeonha, ada apa? Bukankah Jeonha yang memintanya sendiri? Siwon-sshi dan Zhoumi-sshi sudah bersusah-payah mencari sekolah yang bisa menerima kedatangan Jeonha."

"Aku tidak bisa, Ajussi." Shindong terdiam saat mata Kyuhyun tampak begitu sedih. "Aku harus mencari kristal Hyeonmu. Aku…." Waktuku hanya tinggal 3 malam lagi sebelum Sungmin hyung mengambil alih.

"Tidak bisa! Jeonha harus pergi!" Siwon menarik tangan Kyuhyun menuju ke aula utama. "Apa yang harus aku katakan kepada Tuan Shim jika Jeonha tidak datang?"

"Siapa Tuan Shim? Aku baru mengucapkannya tadi malam…." Kyuhyun menahan langkahnya. "Yak! Jangan bilang kalian ke rumah orang lain tengah malam!"

Mata Kyuhyun melebar ketika ringisan lebar muncul di wajah Siwon dan Zhoumi. "Aigoo… Aku tidak mau pergi! Mau ditaruh di mana mukaku ini? Kalian benar-benar tidak sopan!"

"Jangan khawatir, Jeonha. Tuan Shim sudah seperti keluargaku. Dia tahu pekerjaanku dan bukan pertama kalinya aku datang tengah malam. Ayolah!" Siwon terus menarik Kyuhyun hingga mereka sampai di aula utama.

Donghae, Zhoumi, dan Shindong menyusul masuk. Mereka langsung menutup pintu dan jendela yang masih terbuka. Siwon meraih tumpukan seragam yang ada di atas meja kecil, dan memberikannya kepada Kyuhyun.

"Ini seragam milik cucu Tuan Shim. Ia sangat bersemangat ketika tahu Jeonha hendak bersekolah, dan membantuku membujuk Tuan Shim untuk memberikan kesempatan sehari kepada Jeonha. Ia akan sangat kecewa jika Jeonha tidak datang."

Melihat Kyuhyun tidak bereaksi, Siwon memasang wajah memelasnya. "Jeonha, jebal. Kalau aku hanya boleh memohon kepadamu satu kali seumur hidup, ini akan menjadi satu-satunya permohonanku."

"Itu berlebihan, kau tahu?" Kyuhyun memandang wajah memelas Siwon yang mengenaskan itu dengan pipi menggembung kesal. Namun saat ia melirik Donghae, Zhoumi, dan Shindong, mereka juga menciptakan wajah memelas yang sama.

Begitu Kyuhyun membuang napas dengan keras, keempat namja lainnya bersorak. Mereka tahu itu pertanda Kyuhyun menyerah.

"Aku akan mandi dan berganti pakaian di kamar!" seru Kyuhyun dengan suara yang dibuat sekesal mungkin meski tampaknya gagal karena senyum keempatnya semakin lebar. Ia keluar dari aula dan menutup pintu dengan keras.

.
.

Kyuhyun memandang rombongan siswa yang berbondong-bondong melewati gerbang dengan wajah kebingungan. Ia langsung menyesali keputusannya untuk pergi sendiri tanpa diantar oleh Donghae, Siwon, atau Zhoumi. Mereka akhirnya setuju untuk menjauh namun masih berada di sekitar lingkungan sekolah. Setidaknya Kyuhyun bisa memanggil Donghae dengan cepat saat dibutuhkan, meski Kyuhyun merasa itu tidak perlu.

Namun saat ini Kyuhyun tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Wajah-wajah yang tidak dikenalnya saling berbincang dengan riang. Ada yangberjalan dengan lambat, ada yang berlari, bahkan ada yang berkejar-kejaran. Ia merasa salah tempat.

Apa yang aku pikirkan? Sebaiknya aku mencari kristal Hyeonmu saja.

Baru saja Kyuhyun berbalik, sepasang tangan berusaha menepuk bahunya dari belakang. Kyuhyun langsung menangkap pergelangan tangan orang itu dan hendak membantingnya. Namun sosok itu tanpa terduga justru berputar dan menempel di punggungnya seperti monyet.

"Jeonha, ini aku, Shim Changmin." Sosok itu berbisik di telinga Kyuhyun sambil mempererat pegangannya agar tidak terbanting. "Aku akan turun jika Jeonha berjanji tidak akan membantingku."

Kyuhyun tidak lagi memegang tangan Changmin yang ditariknya tadi. Changmin bersenandung sebelum melompat turun. Ia merapikan seragamnya yang sedikit kusut, merapikan rambutnya, lalu memandang Kyuhyun sambil menggeleng dan berkacak pinggang.

"Jeonha, ini hari pertamamu, dan kau sudah menyerang seorang siswa? Kau bisa masuk penjara!" seru Changmin meski dengan suara sepelan mungkin.

"Itu berlebihan," sahut Kyuhyun.

Changmin meniup poninya yang jatuh dengan keras sebelum meletakkan kedua tangannya di atas bahu Kyuhyun. Changmin kembali berdecak ketika Kyuhyun sedikit tersentak, namun mencoba untuk tidak menghindar.

"Sepertinya sebelum masuk ke sekolah Jeonha harus menjalani masa pengenalan yang panjang. Tarik napas yang dalam. Aku hanya menepuk bahumu seperti yang dilakukan seorang teman, bukan berniat menyerangmu apalagi membunuhmu. Di dalam sana, Jeonha akan sering bertabrakan dengan siswa lain. Akan sangat kacau jika Jeonha menjatuhkan mereka semua."

Kyuhyun mengerutkan keningnya ketika Changmin tertawa kecil. Binar di mata namja itu menunjukkan kalau ia begitu senang membayangkan apa yang bisa terjadi.

"Siwon-sshi tidak bilang kau di sini untuk mengejekku."

"Oh!" Changmin tergagap melihat wajah Kyuhyun yang tampak kesal. Ia melambaikan kedua tangannya dan menggeleng. "Tidak. Tentu saja tidak. Aku akan memperkenalkanmu kepada kehidupan SMA yang menyenangkan, Jeonha. Mohon Jeonha mengijinkan hamba."

"Jangan bersikap seperti itu." Kyuhyun menarik tas ranselnya yang sedikit turun, menghibur diri untuk melupakan kristal Hyeonmu sejenak dan menebusnya di dua hari yang tersisa. "Panggil aku Kyuhyun. Kau bukan bawahanku, jadi bersikaplah sewajarnya."

"Itu yang aku tunggu." Changmin terpental gembira di tempatnya berdiri.

Belum sempat Kyuhyun bereaksi, Changmin sudah menariknya memutari tembok sekolah. Mereka baru berhenti di tembok belakang sekolah yang dipenuhi pepohonan di baliknya. Ia berdiri menempel tembok, menekuk lututnya, memantapkan posisinya, dan mengulurkan kedua tangannya yang saling bertaut.

"Kyuhyun sshi, ini adalah cara membuat kenangan tak terlupakan di sekolah. Ayo, aku akan membantumu melompati tembok."

"Kita tidak lewat gerbang saja seperti yang lain?" Sepasang mata Kyuhyun melebar tak percaya. Ia mulai mempertanyakan kewarasan cucu pemilik sekolah ini.

"Itu tidak asyik. Ayolah, percaya padaku. Arra?"

Kyuhyun memutar matanya. Bel sekolah berbunyi membuat keduanya tersentak.

"Percaya padaku, Kyuhyun-sshi. Aku tidak akan membiarkanmu ja…."

Changmin tidak sempat menyelesaikan kalimatnya. Ia terperangah waktu Kyuhyun berlari ke arahnya. Tanpa menginjak tangan Changmin yang sudah bersiap, kaki kanan Kyuhyun menjejak ke tembok hingga tubuhnya terangkat. Sebelum lututnya bertabrakan dengan tembok, ia menggunakan tangan kirinya untuk membuat tolakan hingga tubuhnya terangkat lagi sekaligus menghindari benturan. Sebelum Changmin bisa berkedip, tangan kanan Kyuhyun meraih bagian atas tembok. Kyuhyun membuat tolakan sekali lagi sehingga tubuhnya kembali naik dan kini mendarat di atas. Ia berbalik menghadap Changmin dan mengulurkan tangannya.

"Aku akan menarikmu. Cepat, bel sudah berbunyi!"

Changmin membuka mulutnya namun tidak ada kata yang keluar. Ia mencoba melompat hingga tangannya bisa menjangkau tangan Kyuhyun yang terulur. Dengan bantuan Kyuhyun, Changmin bisa memanjat tembok dengan mudah. Keduanya lalu meloncat turun bersamaan.

"Itu…itu sangat keren!" puji Changmin.

"Sekarang apa yang kita lakukan?" Kyuhyun memandang sekeliling taman belakang sekolah.

"Ikuti aku!" Changmin berbisik lalu berlari menyusuri kelas-kelas sambil membungkuk di bawah jendela. Kyuhyun mengikuti dengan patuh.

"Ada guru!" Changmin mengajak Kyuhyun bersembunyi di balik salah satu pintu yang terbuka. Begitu sang guru lewat, keduanya menarik napas lega. Namun sebuah ketukan di jendela membuat keduanya terlonjak. Seorang siswa mengetuk kaca jendela dari dalam kelas.

"Changmin, cepat masuk! Sedang apa kau di situ?"

"Aku menunggu Yeop seongsaengnim," kata Changmin dengan tenang. Ia menarik Kyuhyun untuk menunggu di luar kelas.

"Mengapa tadi kita mengendap-endap jika kelas belum dimulai?" tanya Kyuhyun sambil berbisik.

"Seru kan?" Wajah Changmin bersinar gembira. "Kalau masuk kelas dengan berjalan biasa sangat membosankan. Hari ini, aku akan membuatmu mengalami pengalaman sekolah yang tak terlupakan."

Changmin menepuk dada dengan bangga sementara Kyuhyun memijat keningnya yang terasa sakit. Sepertinya ini akan menjadi hari yang panjang untuk Kyuhyun. Ia berharap masih memiliki tenaga untuk mencari kristal Hyeonmu sepulang sekolah.

.

.

"Direktur Kim, apakah yang kau katakan itu benar?"

"Ne, Jeonha."

Sungmin memperhatikan Direktur Kim yang duduk di hadapannya. Wajah namja itu tidak tampak sedang bergurau. Lagipula sejauh yang diingat Sungmin, Direktur Kim tidak pernah bergurau. Ia merenungkan semua yang dikatakan Direktur Kim tentang pengungsian besar-besaran, terlukanya Kyuhyun oleh jurus Jujak, dan serangan Jenderal Agma. Begitu banyak yang lolos dari pengintaiannya.

Sungmin memanggil pengawal yang bertugas memata-matai Kyuhyun. Orang itu langsung berlutut dengan kepalanya menyentuh tanah.

"Mianhamnida, Jeonha. Kyuhyun-sshi meminta hamba untuk tidak menceritakan apapun kecuali yang diijinkannya."

"Anak itu…." Sungmin dengan geram bangkit berdiri.

"Sungmin sshi, bersabarlah. Kau tahu apa maksud Kyuhyun-sshi melakukan semua ini. Bukan untuk sesuatu yang buruk," bujuk Direktur Kim.

"Dia berbohong padaku, Direktur Kim!" seru Sungmin. "Aku mempercayainya tetapi dia lagi-lagi membohongiku!"

"Lalu apa yang akan kau lakukan?"

"Aku ingin melihat kebenaran ceritamu tadi, Direktur Kim. Bawa aku ke tempat pengungsian, setelah itu akan aku pikirkan apa yang perlu aku lakukan."

Direktur Kim mengangguk setuju. "Silahkan, Jeonha. Ada beberapa hal yang harus aku urus. Aku akan mengatur agar asistenku mengantar Jeonha ke sana. Setelah itu, kita bisa menemui Kyuhyun sshi bersama-sama. "

.

.

Sekolah itu menyenangkan.

Itu yang Kyuhyun tarik dari beberapa jam pelajaran tadi. Ia sedikit bingung karena beberapa siswa tampak tertekan, padahal soal yang ditanyakan para guru cukup mudah baginya. Bagian yang tidak enak hanya saat perkenalan. Untungnya ia tidak diminta menerangkan apapun kecuali namanya.

Lamunan Kyuhyun buyar saat sudut matanya menangkap Changmin yang tersenyum lebar kepadanya.

"Begitu jam istirahat berbunyi, kita lari ke kantin, arrachi?"

"Lari?"

"Ya. Lari. Ikuti aba-abaku. Ini urusan hidup dan mati!" Changmin berbalik menghadap guru sebelum terkena teguran karena mengobrol. Meski begitu ekor matanya menangkap wajah Kyuhyun yang kebingungan dengan kata-katanya. Hal itu membuat senyumnya semakin lebar.

.

Lonceng tanda istirahat berbunyi. Changmin tampak tak sabar menunggu sang guru melewati pintu kelas. Begitu sosok sang guru pergi, ia langsung melompat keluar dari kursinya dan menarik tangan Kyuhyun.

"Palli! Jangan sampai kehabisan!"

Changmin berlari sekuat tenaga dengan kaki jenjangnya. Kyuhyun mengikuti tanpa bertanya. Keduanya terus berlari bahkan saat menaiki anak tangga, dan tiba di sebuah ruangan yang luas dipenuhi meja dan kursi. Di salah satu sisi terdapat banyak makanan berjajar dan di tiap jenisnya ada siswa yang bercelemek dan bertopi. Mereka bertugas membagikan makanan hari itu.

Kyuhyun mengambil baki stainless steel seperti yang dicontohkan Changmin lalu berdiri di sisinya.

"Park ajumma, kau cantik sekali hari ini." Changmin memuji sosok kepala kantin yang bertugas menuangkan nasi ke dalam baki.

"Tidak perlu memuji, Changmin sshi. Aku tahu kau ingin jatah nasimu 3x lipat siswa lain." Sang ajumma terkekeh. "Tuan Shim sudah berpesan agar tidak membiarkanmu kelaparan. Ia tak mau kau membuat keributan jika hal itu terjadi."

"Ugh…. Ajumma, jangan mempermalukanku di depan teman baruku." Changmin pura-pura merajuk. "Kenalkan, ini ajumma Park. Dia wanita tercantik di kantin ini."

Changmin memberi isyarat mata saat Kyuhyun hanya terdiam.

"Kyuhyun imnida." Kyuhyun mengangguk dengan kaku. Belum pernah ia memperkenalkan dirinya kepada orang lain seperti itu. Ia melirik ke arah Changmin kalau-kalau yang ia lakukan salah. Senyum di wajah teman barunya itu membuat Kyuhyun lega.

"Kyuhyun imnida." Kyuhyun mengulang perkenalannya sambil sedikit menganggukkan kepalanya. Ia tersenyum menyadari kalimat itu terucap dengan ringan, tidak seperti awalnya.

"Selamat datang di sekolah ini, Kyuhyun sshi. Tuan Shim sudah memberitahu mengenai kehadiranmu hari ini." Park ajumma tersenyum ramah. "Apa kau perlu nasi sebanyak Changmin sshi?"

"Ah, tidak. Aku porsi biasa saja."

"Baiklah." Park Ajumma menyendok nasi ke dalam baki milik Kyuhyun. "Selamat makan."

Kyuhyun mengucapkan terima kasih sebelum bergeser mengikuti Changmin untuk menerima sayur dan lauk lainnya. Ia hanya bisa menggelengkan kepala melihat Changmin membujuk teman-temannya yang bertugas untuk jatah tambahan.

Rasanya hanya sekejap, ruangan itu langsung dipenuhi ratusan siswa yang mengambil baki dan menunggu antrian. Karena mereka yang diurutan pertama, Kyuhyun merasa sedikit lebih nyaman bisa memilih meja yang ia inginkan.

"Enak?" Changmin mengamati saat Kyuhyun menjumput makanan di bakinya satu persatu dengan penuh minat.

"Enak." Kyuhyun tersenyum lebar. "Baru kali ini aku makan seperti ini."

"Baguslah." Changmin menghembuskan napas lega. "Selesaikan makanmu, lalu aku akan mengajakmu berkeliling ke taman. Arrachi?"

Kyuhyun mengangguk. Ia tak menyangka begitu menyenangkannya bersekolah. Untuk sejenak ia melupakan kehidupannya sebagai guardian Jujak.

.

Sementara itu, Eunhyuk yang turun gunung untuk membeli beberapa bahan makanan di desa terdekat, menyadari seseorang tengah mengawasinya. Ia masuk ke salah satu toko langganannya yang memiliki mesin pendingin, tempat ia biasa membeli susu strawberry kesukaannya.

"Annyeong." Eunhyuk menyapa sang pemilik toko sambil mengambil sekotak kecil susu strawberry lalu membawanya ke kasir.

"Hanya ini saja, Eunhyuk sshi? Biasanya kau membeli persediaan untuk beberapa hari. Oh ya, persediaan daging baru saja datang. Kau mau melihatnya?"

"Mianhe, ajussi. Hari ini aku hanya membeli ini saja." Eunhyuk meraih dompetnya. Ia meringis melihat setumpuk uang yang baru saja diberikan oleh sang ayah untuknya berbelanja.

Mianhe, appa, sepertinya aku tidak akan kembali hari ini. Setidaknya uang ini bisa appa gunakan di lain waktu.

"Eunhyuk sshi?"

Panggilan itu menyadarkan Eunhyuk. Ia mencoba tersenyum dan membayar susu yang ia beli. Ia langsung membuka dan meminumnya.

"Ah, susu strawberry benar-benar enak."

Pemilik toko terkekeh melihat mimik bahagia Eunhyuk. "Kau ini seperti anak kecil saja."

"Ajussi, terima kasih sudah melayaniku dengan baik selama ini." Eunhyuk mengucapkan kalimat itu sambil membungkuk hormat. Ia tertawa melihat mimic keheranan sang pemilik toko.

"Kau ini seperti akan pergi jauh saja."

"Ah, itu hanya perasaan ajussi." Eunhyuk tergelak. Ia membuang kotak susu kosong ke tempat sampah lalu berjalan ke luar.

Seharusnya Eunhyuk menuju kios sayuran dan telur, namun ia memutuskan untuk kembali ke gunung dengan jalan memutar. Sesekali Eunhyuk bersenandung sambil sesekali menjatuhkan sebutir biji semangka kering yang selalu ada di sakunya. Ilkook mengajarkan hal itu kepada Eunhyuk dan Donghae sejak kecil, kalau-kalau mereka tersesat dan membutuhkan pertolongan.

Biji semangka ini berwarna hitam dan ringan. Jika kalian menebarkannya sedikit demi sedikit tidak ada yang akan menyadarinya.

Eunhyuk nyaris tak bisa menahan senyum melihat orang yang mengikutinya mulai bingung dengan arah yang dituju Eunhyuk.

Ck, kau pikir aku akan membawamu kekediaman appa? Jangan bermimpi!

Eunhyuk teringat percakapan kemarin dengan Kyuhyun. Ia pikir rencananya untuk menyamarkan Kyuhyun sudah gagal. Namun hari ini ia tahu bahwa umpannya mengena. Kata-kata Kyuhyun kemarin tampaknya tidak termakan oleh sosok yang mengikutinya.

"Kau sengaja berputar-putar, anak muda?"

Eunhyuk menghentikan langkahnya mendengar suara yang nyaris berupa geraman itu. Ketika ia menoleh, sesosok tinggi besar berdiri tak jauh darinya. Awalnya sosok itu hanya seperti manusia pada umumnya. Namun kemudian sosok itu berubah wujud. Wajahnya bukan lagi wajah manusia dan ia memiliki sepasang tanduk besar di kepalanya. Jubahnya yang hitam seperti seluruh pakaiannya berkibar ditiup angin. Sosok itu mengeluarkan sebilah pedang hitam yang sangat besar.

Segala sesuatu yang terpancar dari sosok itu membuat Eunhyuk bergidik dan mundur selangkah.

"Siapa kau? Demon? Gaekgwi? Aku rasa aku tidak punya urusan apapun denganmu."

"Kau tentu saja memiliki urusan denganku, anak muda. Aku sudah mengikutimu dan mendengar percakapanmu dengan Jujak kemarin. Meski Jujak tidak mempercayaimu, aku rasa kau bisa memberiku dugaan siapa orang yang memanggil burung-burung untuk menyerang saat itu. Jika kau membantuku, aku akan membuat kematian yang cepat untukmu."

Eunhyuk masih berharap bisa keluar hidup-hidup dari semua ini. Ia berharap Song Ilkook melihat biji semangka yang bertebaran itu.

Kalaupun tidak... Kyuhyunie, ingatlah kata-kataku kemarin… Hyung merasa terhormat bisa menjadi orang yang mendukungmu; Meski karena itu aku harus kehilangan nyawaku….

"Maaf, aku rasa aku tidak bisa membantumu."

Eunhyuk menghunus pedangnya, bersiap untuk bertarung.

.

.

TBC

Terima kasih sudah membaca fanfic ini

Kamsahamnida