Shinobi by Kang Nasgor.

Disclaimer : Naruto adalah kepunyaan Mr. Masashi Kishimoto.

High School DxD Bapaknya itu Mr. Ichiei Ishibumi.

Summary : Hening tanpa diketahui, lancar dan tuntas, adalah motto dalam hidupnya. Bergabung ke salah satu kelompok yang paling berbahaya di dunia saat ini. Membuat tugas-tugas yang diterimanya bertambah. Karena ini memang sudah menjadi tugasnya, bahkan dari semenjak leluhurnya hidup. Ini..., Adalah kisah hidup dari sang Shinobi terakhir, kisah dari Namikaze Naruto.

Rate : M.

Genre : Advanture, Fantasy, Supranatural.

Warning : Typo, OC, OCC, Bahasa Baku itu Sahabatku.

"Naruto" Berbicara.

"Naruto" Batin.

["Naruto"] Beast/Sacred Beast Berbicara.

["Naruto"] Batin Beast/Sacred Beast.

.

.

.

Don't read if you don't like it!

.

.

.

Happy read if you like it

.

.

.

Chapter 1 : Prolog

.

.

.

"Agar cahaya bersinar begitu terang, kegelapan harus hadir." – Francis Bacon

.

.

.

"Terimakasih, nak." wanita tua tersenyum ramah kepada seorang pemuda yang berdiri di sampingnya. "maaf merepotkanmu, ya."

Terlihat mereka berdua tengah menyeberangi jalan di atas zebra cross, lebih tepatnya sebuah perempatan jalan raya.

"Ah..., tidak apa-apa, nek." balas pemuda tersebut tersenyum ramah sambil menggiring nenek tua di sampingnya.

"Sekali lagi, terima kasih ya nak." ujar nenek tersebut menundukkan kepalanya sedikit kemudian kembali berjalan layaknya orang uzur. Meninggalkan pemuda berambut cokelat dengan gaya tsubasa.

Pemuda tersebut hanya tersenyum sambil melihat kepergian nenek yang baru saja ditolongnya. Dia kemudian berbalik, berjalan berlawanan sambil memainkan smartphone yang dikeluarkan dari kantong celananya. Dengan cepat dia membalas sebuah chat yang baru saja diterimanya.

"Tega sekali mereka meninggalkanku." gumamnya sedih sambil menangis ala-ala anime. Setelah membaca pesan yang diterimanya.

"Itu salahmu sendiri, Aibo." suara pria dewasa membuat pemuda tersebut menghentikan tangisnya, kemudian menatap jengkel ke tangan kirinya. Sebuah kristal bulat berwarna hijau jade muncul di punggung tangannya.

"Kau juga kenapa tidak membangunkanku, Ddraig. Kau tau sendirikan, ini adalah hari pertama aku masuk kuliah." balasnya kesal. "Setidaknya aku harus bisa memberikan kesan keren diperkenalanku nanti." lanjutnya sambil mengkhayalkan, dia yang berdiri di tengah kelas dan teriaki oleh kaum hawa yang menyeru-nyerukan namanya. Senyum mesum terpampang jelas di wajahnya. Sungguh nista sekali pemikiran pemuda itu.

"Salahkan tidurmu yang seperti orang mati." balas kristal tersebut dengan nada ketus. Membuyarkan lamunan tidak jelas pemuda tersebut.

Pemuda itu menggurutu tidak jelas sambil memanyunkan bibirnya mendengar balasan dari kristal tersebut. Dia tampak tidak menghiraukan tatapan-tatapan manusia yang menatapnya aneh, karena terlihat seperti berbicara sendiri.

"ISSEI!"

Teriakan kencang menghentikan langkah pemuda tersebut. Menolehkan kepalanya kebelakang, melihat seorang pemuda berambut pirang pucat dengan gaya two block, sedang berlari ke arahnya.

"Aku tidak percaya, kau juga terlambat, Saji." ucap pemuda yang bernama 'Issei' tersebut dengan tatapan tidak percaya.

"Berisik! Aku banyak kerjaan tau, tidak seperti dirimu." balas Saji merangkul dan menggiring paksa Issei.

"Tugas apanya, kaukan sudah tidak menjadi anggota OSIS lagi." ujar Issei hanya pasrah digiring oleh Saji, salah satu temannya yang memiliki umur setahun lebih tua dari dirinya.

Sambil berjalan, mereka berdua asyik mengobrol sampai-sampai tidak sadar jika tempat yang mereka tuju sudah dekat.

Beberapa bangunan-bangunan berlantai dua sampai lima bergaya modern berdiri megah di depan mereka berdua. Terlihat banyak pemuda-pemudi yang berpakaian kasual berjalan masuk, melawati sebuah gerbang pagar tembok sebagai akses untuk masuk ke dalam area tersebut.

"Tidak terasa kita sudah masuk Universitas ya." ujar Saji menghentikan langkahnya, sambil memperhatikan ke dapan. Melihat sebuah nama di atas pagar masuk yang bertuliskan 'Kuoh University'.

Issei yang mendengar itu ikut menghentikan langkahnya. "Banyak hal yang sudah terjadi." ujar Issei tersenyum tipis dengan kedua mata yang terpejam. Mengingat tiap-tiap memori yang sudah dilewatinya setelah direinkarnasi menjadi seorang 'Iblis'.

Yups, dia yang dulunya lahir sebagai manusia, sekarang sudah menjadi iblis. Lebih tepatnya, 3 tahun lalu ketika dia duduk di kelas 2 SMA. Tidak berbeda dengan dirinya, Saji disebelahnya juga adalah manusia yang juga direinkarnasi menjadi iblis.

"Benar sekali." tukas Saji ikut memejamkan kedua matanya juga, menikmati semilir angin pagi yang datang entah dari mana. Dengan gaya coolnya, mereka berdua tidak menyadari, sepasang mata saphire yang tengah memperhatikan 'aksi' mereka berdua dari balik kaca salah satu bangunan universitas dengan tajamnya.

"Jadi itu dua naga kubu iblis, pion dari heiress Gremory dan Sitri." gumam sosok tersebut pelan, kemudian berbalik dan berjalan menjauh dari kaca. Karena melihat dua pasang wanita berambut pirang dan coklat yang berjalan mendekati Issei dan Saji. "Red Dragon Emperor, Ddraig dan Evil Dragon, Vritra. Hyoudo Issei,... Genshirou Saji. Aku harap kalian tidak terlena setelah diangkat menjadi High Devil." gumamnya sambil mengeluarkan sebuah kacamata dan memakainya. Terdengar dentingan suara besi yang beradu di tiap bait kata yang diucapkannya. Berjalan pelan melawati beberapa manusia yang berjalan ke arahnya. Seorang dari mereka kemudian menoleh, sambil menatap bingung pria yang baru saja melawati dia dan kawannya. "langkahnya tidak bersuara." batinnya bingung, melihat kaki jenjang sosok tersebut. Mengalihkan pandangannya ke punggung sosok tersebut, sambil memiringkan kepalanya melihat rambut berwarna pirang keemasan dengan gaya spike. "Kaka tingkat kah?" lanjutnya namun dikejutkan karena salah seorang dari temannya merangkul dan menariknya.

"Apa yang kau lihat? Ayo cepat! Acara penyambutan Mahasiswa baru akan segera dimulai."

"Ah, maafkan aku. Ayo."

.

.

.

Back to Issei and Saji

Terlihat mereka berdua tengah mengobrol sambil mengekori dua wanita muda yang memandu mereka.

Kilatan cahaya menghentikan langkah mereka berempat.

"Ddraig/Vritra." ucap Issei dan Saji bersamaan.

"Kau merasakannya bukan, Welsh Dragon." suara yang berasal dari tangan Saji. Mengabaikan tatapan bingung dari inangnya.

"Ya...," balas Ddraig singkat mengabaikan hostnya yang mengomel tidak jelas karena tidak dihiraukan. Kedua naga tersebut merasakan sesuatu dari insting naga mereka. Layaknya alarm yang terus berdering. Hal itu membuat mereka terdiam dan menghiraukan inang yang mereka tempati tengah kebingungan.

Sebuah bahaya.

"Gaje" ucap Issei melihat kristal hijau di tangannya menghilang. Namun, berbeda dengan Saji yang menatap kedepan dengan serius. "Parasaan apa ini..., ini sama ketika berhadapan dengan pemegang True Longinus." batin saji waspada karena mengingat kejadian di Kyoto dua tahun lalu. Menggelengkan kepalanya pelan, dia kemudian melanjutkan langkahnya yang diikuti oleh Issei dan dua wanita didekatnya. "Ayo cepat, Acara penyambutan di gedung utama bukan?"

.

.

.

Beberapa jam kemudian

Terlihat banyak pemuda-pemudi atau lebih tepatnya, sekumpulan 'iblis' yang tengah berkumpul dalam sebuah ruangan. Terdapat beberapa sofa dan sebuah meja kaca persegi panjang tepat di tengah-tengah ruangan tersebut.

Salah seorang wanita berambut merah panjang, yang sedang menikmati secangkir teh dengan anggunnya. Meletakkan gelasnya di meja, kemudian menatap beberapa orang di hadapannya.

"Jadi, bagaimana hari pertama kalian?" tanyanya sambil tersenyum manis.

Issei yang juga berkumpul di situ, sedang bergelayut manja dengan seorang wanita berambut pirang yang tadi menjemputnya. Sambil menahan isak tangis, dia kemudian membalas tatapan wanita merah didepannya.

"Se-sepertinya aku tidak akan turun kuliah dulu dalam beberapa hari ini, Rias-Buchou." ujar Issei kembali masuk dalam dekapan wanita di sampingnya, karena mengingat kejadian yang baru dialaminya beberapa jam yang lalu. "HUAAA, ASIAAA" di hari pertamanya, dia langsung saja dikeluarkan dari kelas pertamanya.

"Yosh yosh yosh, tidak apa-apa, Issei-san. Aku ada disini." ucap wanita berambut pirang sambil mengelus-elus rambut Issei dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Saji yang juga ada di situ kemudian tertawa sambil memberikan tatapan mengejek ke arah Issei. "Siapa suruh kau yang menggoda Dosen tadi." ucap Saji mengolok namun, kemudian memberikan tatapan iri karena melihat Issei dan Asia yang sedang bermesraan di depannya.

Issei yang mendengar itu kemudian duduk sambil menunjuk-nunjuk wajah Saji dengan kesal. "Saji, Sialan kau. Mana aku tau kalau wanita muda berbadan montok itu dosen kita. Lagipula, jika kau tau itu dosen kita. Kau seharusnya memberitahu ku dong." balas Issei dengan kesalnya.

Saji yang mendengar itu mulai beradu mulut dengan Issei. Semua orang yang berkumpul di situ hanya tertawa melihat dua orang pria yang saling memberi sumpah serapah.

"Rias."

Wanita berambut merah mengalihkan pandangannya ke samping. Melihat wanita berambut pendek berwarna ungu, yang sedang menatapnya.

"Ada apa, Sona?" tanya Rias dengan nada bingung.

Wanita yang bernama Sona itu kemudian memperbaiki kacamata yang dikenakannya. "Aku sudah melihat semua daftar nama Mahasiswa dan Mahasiswi yang ada disini. Aku juga sudah memilah data-data yang memiliki kaitan dengan dunia Supranatural. Termasuk, Iblis, malaikat jatuh, dan malaikat yang diberikan oleh Azazel-Sensei. Dan ini adalah beberapa nama diluar dari nama-nama yang diberikan oleh Azazel-Sensei. Beberapa manusia di situ membuat aku cukup tertarik." ujar Sona memberikan beberapa lembar kertas kepada Rias. Semua orang yang ada disitu ikut memperhatikan kertas yang diberikan Sona.

Rias yang mendengar perkataan 'sahabat masa kecilnya' itu, kemudian mengambil kertas tersebut dan segera membacanya. Alisnya mengkerut melihat beberapa nama yang tercantum di dalamnya.

'Namikaze Naruto' sebuah nama Jepang dengan sebuah foto memperlihatkan pria berkacamata berambut pirang berjambang, membingkai wajahnya. "Aku tidak tau, kalau Sona juga memiliki ketertarikan kepada Naruto." batin Rias melirik ke arah Sona yang sedang meminum tehnya. "Namikaze Naruto, pemuda dari ras manusia yang berpenampilan biasa, yang saat ini berada di kelas yang sama dengan aku, Sona, Akeno, Rossweisse dan Tsubaki. Kelas teknik sipil. Pemuda yang selalu saja mendapat nilai pas, baik itu tertulis ataupun praktek dari awal semester sampai sekarang. Seorang Yatim Piatu yang berasal dari Kyoto. Riwayat kehidupan yang minim akan informasi, layaknya seperti sedang ditutup-tutupi. Membuatku sudah tertarik semenjak mengenal pemuda itu." lanjutnya membatin kemudian meletakkan kertas tersebut. "Aku tidak tau kau juga tertarik kepada Namikaze, Sona." ujar Rias mendapat tatapan bingung dari Akeno dan Tsubaki.

"Ara-ara,... Namikaze-kun? Apa yang sudah dilakukan pemuda culun dari kelas kita itu sampai-sampai membuat Sona-Kaichou dan Buchou tertarik?" tanya Akeno menatap Sona dan Rias. Tsubaki hanya diam sambil ikut melihat Kingnya dan Rias dengan tatapan tertarik juga. Issei dan Saji sangat penasaran, atau lebih tepatnya, 'waspada' karena mendengar nama pria yang terucap. Mereka tidak mau jika calon harem mereka tiba-tiba diambil dari sisi mereka. Karena, Issei dan Saji sebenarnya adalah dua mahluk yang sama. Sama-sama ingin membuat harem setelah direinkarnasi menjadi iblis.

"Hanya instingku saja." balas Sona singkat mengangkat kedua bahunya. "dan juga Akeno, sudah beberapa kali aku bilang. Kalian harus berhenti memanggilku dengan 'Kaichou'!".

Akeno hanya tertawa anggun mendengar perkataan dari Sona.

Rias yang mendengar itu, kemudian mengambil cangkirnya namun terhenti, karena melihat sebuah lingkaran sihir, yang mengeluarkan seorang wanita berambut perak yang berjalan ke arahnya. Wanita itu kemudian menyerahkan beberapa berkas kepada Rias. "Ini berkas-berkas yang harus diberikan kepada Lucifer-sama, Buchou." ucapnya tersenyum kepada Rias. "terdapat beberapa berkas yang berasal dari kubu malaikat yang juga dititipkan padaku."

Rias yang menerima itu juga ikut tersenyum. "Terimakasih, Rossweisse. Maaf merepotkanmu." ujar Rias merasa tidak enak. Karena, membuat member terbaru dari peeragenya itu tidak bisa masuk kuliah hari ini.

Rossweisse yang mendengar itu, menggelengkan kepalanya pelan. Lalu, ikut duduk di salah satu kursi sofa yang ada di sebelah Koneko. Wanita dengan sepasang telinga kucing dikepalanya. Akeno yang melihat itu kemudian berjalan masuk kesebuah ruangan, dalam beberapa saat terlihat membawa sebuah nampan yang ada gelas berisi teh di dalamnya dan memberikannya kepada Rossweisse.

Semua orang terlihat bersantai dan saling bercengkrama satu dengan lainnya, layaknya sekumpulan pemuda-pemudi manusia. Namun, semua itu harus terhenti. Karena pintu ruangan tersebut terbuka. Menampilkan sosok Kiba yang dulunya dikira Issei adalah pria tampan rupawan, ternyata adalah sosok wanita yang menyembunyikan gendernya.

"Terdapat beberapa 'iblis liar' bermunculan di beberapa tempat, Buchou." seru Kiba membuat semua orang berdiri dan segera bersiap pergi.

"Ciptakan teleportasinya, Akeno!" perintah tegas Rias yang dibalas anggukan dari Akeno. Sebuah lingkaran sihir yang berdiameter setengah ruangan, bersinar dengan terang. Kubu Rias segera mendekat dan berdiri mendekati King mereka. Sedangkan kubu Sona juga melakukan yang sama.

"Kita berbagi tempat, Rias." ujar Sona yang dibalas singkat oleh Rias sambil tersenyum semangat. Heiress Gremory itu bersemangat karena saat ini Kuoh adalah salah satu wilayah yang dimana berada dalam tanggung jawab kubu Iblis. Hal ini juga dipengaruhi karena pakta damai yang sudah dilakukan oleh beberapa kubu. Dimana, Kuoh adalah wilayah yang ditunjuk sebagai wilayah perdamaian. Dapat dilihat dari Universitas yang dibangun karena pakta damai tersebut. Walaupun begitu, suasana sekarang sedang dalam masa 'tenang' tidak semena-mena membuat mereka bersantai-santai saja. Karena, apa yang mereka lakukan di Kuoh, tentu akan dipandang oleh kubu-kubu yang berbeda. Membuat pamor peerage yang mereka miliki, semakin terkenal di kalangan kubu mitologi-mitologi sebelah.

Itulah yang membuat para iblis-iblis muda, yang baru-baru ini dianggap sedang naik daun itu bersemangat. Dipengaruhi juga karena sifat iblis yang 'sombong'. Sombong dalam artian yang baik. Tidak mau kalah dengan pihak malaikat ataupun malaikat jatuh. Namun, ada beberapa hal yang mereka tidak tau. Kuoh adalah salah satu wilayah yang berada di Jepang, dan Jepang adalah wilayah kekuasaan dari Mitologi Shinto. Kuoh..., hanya di sewakan sementara kepada pihak akuma.

Dalam sekejap, semua iblis yang ada disitu menghilang tanpa jejak.

Bersamaan dengan itu, sebuah lingkaran sihir muncul. Menampilkan seorang pria dewasa yang sedang membawa majalah 'dewasa'.

" Yo, Sekiryutei..., Aku membawa ol-" namun perkataannya terhenti karena mendapati ruangan yang ditujunya kosong tanpa penghuni. "Oya..., kemana bocah-bocah iblis ini pergi?" gumamnya bingung kemudian mengangkat kedua bahunya. Seolah tidak ambil pusing.

Sring

Menciptakan sebuah lingkaran sihir lagi. Namun, entah mengapa Azazel, Pimpinan dari Grigori itu merasakan sesuatu. "Firasatku tidak enak." batinnya, kemudian menghilang lagi, berteleportasi entah kemana.

.

.

.

Beberapa waktu berlalu bersama Sona

Heiress Sitri saat ini sedang berada di dalam rumah kosong tak berpenghuni. Wanita cantik tersebut mengangguk mantap melihat performa anggotanya yang dengan mudah mengalahkan iblis liar beberapa saat yang lalu mereka hadapi. Beberapa bangkai yang berubah menjadi serpihan-serpihan debu, terbang menghilang di depannya, adalah bukti mereka sudah membasmi makhluk-makhluk tersebut.

Saji kemudian berlari pelan menghampiri Sona.

"Sona-Kaichou, aku rasa sebaiknya kita pergi menuju tempat Rias-sama." ujar Saji setelah berdiri di hadapan Kingnya. Sona hanya mebalas perkataan Saji dengan berdehem pelan. Kemudian, mengalihkan pandangannya ke arah Queennya, aka Tsubaki.

Tsubaki yang mengerti tatapan dari Sona kemudian menciptakan lingkaran teleportasi yang segera memindahkan mereka semua ke tempat Rias dan kawan-kawan.

Sring

Layaknya kilatan cahaya, Sona yang sebelumnya memejamkan matanya membuka dengan perlahan. Namun, pandangan di hadapannya. Membuat Heiress Sitri itu shock.

Sona POV

"Apa-apaan ini?!" gumamku terkejut melihat ke depan. Dimana semua Peerage Rias dan sahabat masa kecilnya itu, sudah tersungkur dan berusaha sekuat tenaga untuk bangkit.

Dia sangat terkejut melihat sesosok yang besar dugaan, berjenis kelamin laki-laki, sedang mencekik pion Rias. Dari mata violetnya, terlihat sosok tersebut menggunakan pakaian hitam yang tidak menutupi otot kedua tangannya, dengan sebuah topeng putih bermotif Kitsune (Pakaian Anbu), di bahu kiri sosok tersebut, terlihat sebuah simbol atau bisa dibilang tato merah yang berbentuk seperti api yang menyulur dari atas dan dari bawah membentuk lingkaran api (Tato Anbu). Beberapa armor perak menutupi badan, lengan dan lututnya. Dengan santainya dia mengangkat Issei, seperti tidak memiliki beban sama sekali. Sang Red Dragon Emperor itu, tidak bisa dikatakan baik, karena Crimson Armor yang menyelimuti beberapa bagian vitalnya sudah retak dan pecah, bersamaan dengan darah-darah mengalir keluar dari bekas-bekas sayatan benda tajam. Di tangan kanan sosok tersebut, dia memegang senjata andalan Xenovia, Durandal.

Andai Sona tidak melewati 'pengalaman-pengalaman' dalam beberapa tahun ini. Dia yakin, dia pasti akan berjengit kaget melihat sepasang mata yang mengarah padanya dan anggotanya. Memilih opsi untuk segera pergi dan menjauh secepatnya.

Mata saphire yang berkilat tajam, bersinar di kegelapan layaknya predator yang menatap mangsanya.

"Sitri...," gumam sosok didepanku. Tanpa sadar membuatku memundurkan langkah kakiku kebelakang, setelah mendengar nama keluargaku disebut. Namun, aku kembali tersadar karena teman atau sahabat kecilku memanggil namaku.

"So-so... na" suara lirih dari Rias membuatku langsung berlari menghampirinya. Dengan tergesa-gesa aku mengeluarkan botol yang berisi 'air mata Phoenix' dan cepat-cepat memberikan air tersebut kedalam mulut Rias.

Sring

Dengan susah payah, sahabatnya itu bangkit setelah luka-luka yang ada baru saja di terimanya itu menghilang, sembuh seperti sedia kala. "Kita harus mundur sekarang, Sona. Aku tidak mau mengatakannya, namun, dia lebih kuat dari musuh-musuh yang sudah kita lawan." ujar Rias menatapku dengan pandangan Horor. Tatapan yang sama ketika Rias, melihat seluruh peeragenya dikalahkan oleh Riser Phoenix dulu.

Sosok yang mendengar perkataan dari Rias dengan santainya melempar Issei ke dinding bangunan tua yang mereka berada.

Bamn

Membuat dinding tersebut jebol karenanya. Menancapkan Durandal, dan berfokus menatap aku dan Rias. Mataku kembali terbelalak karena melihat sosok tersebut menghilang meninggalkan sebuah kilatan kuning.

"Kalian sudah mau pergi?"

Dengan sangat amat terkejut, aku memandang sosok yang sudah ada diantaraku dan Rias, sedang merangkul kami berdua. Sungguh kami berdua tidak dapat bereaksi sedikitpun dibuatnya. "Kalian datang tiba-tiba dan ingin pergi tiba-tiba. Mana sopan santun kalian?" ujar sosok itu menatap ke depan.

Aku dan Rias membeku karena kecepatan sosok tersebut, namun, aku kembali tersadar karena mendengar teriakan lantang yang sangat aku kenal.

ABSORPTION LINE

Teriakan pawnnya lantang menciptakan sebuah sulur berwarna ungu, mengarah ke arah sosok yang sedang merangkul dirinya dan Rias.

Karena pendengaran iblis sangatlah tajam, Sona dapat mendengar sosok tersebut bergumam.

"Lambat."

Sebelum serangan andalan Saji mengenai sosok tersebut, lagi-lagi sosok itu menghilang meninggalkan kilatan kuning.

Dengan cepat aku bediri dan berteriak, mencoba memperingati Saji.

"SAJI, DI BELAKA-"

Dugh

Namun, aku tercekat. Karena melihat sosok itu yang muncul di belakang Saji. 'Mengkarate' tengkuk Saji dengan cepat, membuat pionnya itu jatuh tersungkur ke depan, pingsan.

"Tch tch tch,... banyak sekali celahmu, Kadal hitam." ujar sosok itu berdecih dengan nada sarkas.

Semua anggotaku langsung tersadar dan mengambil mode siaga, melihat teman mereka tumbang dalam sekali serang.

Namun, lagi-lagi aku dikejutkan apa yang akan dilakukan sosok tersebut.

Futon : Daitoppa

Bersamaan dengan sosok itu menepukkan kedua telapak tangannya. Sebuah pusaran angin tercipta, mengelilingi sosok itu sebagai pusatnya, kemudian membesar, menghempaskan semua anggota peeragenya.

Wush Brak

Sona sungguh tidak suka melihat apa yang terjadi dengannya, apa yang dilakukan sosok yang di hadapannya, mengeluarkan 'jurus-jurus' yang tidak dikenalnya. Bahkan aura yang dikeluarkan sosok itu, sangatlah asing baginya. Terlihat tenang, namun serasa menusuk layaknya jarum ke setiap jengkal kulit tubuhnya.

"Sepertinya, ketika kalian mengalahkan Loki, kalian hanya berhasil karena faktor keberuntungan." ujar sosok itu kembali menatapku dan Rias. Otakku langsung mati kutu, setelah mendapatkan informasi, bahwa sosok yang dia hadapi ada kaitan dengan salah satu Dewa jahat dari mitologi Norse.

"Sial, sial, sial" aku mengumpat dalam hatiku karena berhadapan dengan situasi yang sudah lama tidak aku rasakan. Situasi yang dimana dia, tidak dapat berbuat banyak dibuatnya.

Dengan perlahan, suara derapan langkah kaki pria tersebut, berjalan pelan ke arahku. Bergema, membuat kesan horor untukku. Namun, sosok itu terhenti, sambil mengeluarkan sebuah senjata kunai bercabang tiga di tangan kanannya.

Lingkaran sihir teleportasi dengan simbol yang aku dan Rias sangat kenal. Karena, sosok yang menciptakan sihir tersebut, adalah sosok yang sudah melatih dia dan Rias bersama dengan peerage-peerage mereka. Menggunakan haori hitam khas Jepang, berdiri tegak di hadapan dia dan Rias. Memperlihatkan punggung 'orang dewasa' yang sangat bisa diandalkan.

"AZAZEL-SENSEI!" seruku dan Rias berbarengan, senang melihat kehadiran sang Gubernur datenshi.

Sona POV end

"AZAZEL-SENSEI!" seru kedua heiress tersebut dengan nada gembira.

Azazel yang mendengar itu, langsung melihat ke sekitar, melihat semua murid-murid yang dilatihnya sudah tumbang. Lalu mengalihkan pandangannya ke depan. Melihat sosok hitam yang berdiri santai mentapnya. Otak cerdasnya berputar cepat mengolah informasi-informasi setelah melihat hasil pertempuran satu pihak di depannya.

Mata yang bersinar itu, fokus menatap tajam ke arah Azazel. Membuat pria tua itu, menghembuskan nafasnya lelah dan menatap malas sosok tersebut.

"Shinobi-kun, aku sudah lama mengenal mu, apa yang mereka lakukan sampai-sampai kau membuat murid-muridku seperti ini?" ujar Azazel dengan nada malasnya. Rias dan Sona terkejut, mendengar perkataan Azazel yang seolah-olah mengenal pria yang mereka hadapi.

"Kita tidak begitu dekat, sampai-sampai kau bisa berkata begitu, Azazel-san." jawab sosok tersebut mengarahkan kunainya ke arah Azazel.

Melihat itu, Azazel menghembuskan nafasnya lagi, namun dapat dilihat dari gelagatnya, dia sudah bersiap dengan apapun hal kedepannya.

"Jika kau melakukan hal lebih dari ini, aku akan mengadukan perihal ini ke Yasaka." ujar Azazel bersedekap dada. Menghiraukan, kunai yang sudah menempel di leher jenjangnya. Sosok itu dengan kecepatan abnormalnya, sudah hampir memotong leher Azazel. Namun terhenti, karena perkataan santai dari Gubernur Datenshi tersebut.

Menurunkan senjatanya, lalu mundur beberapa langkah. Memainkan kunai cabang tiganya dengan ahli sambil menatap Azazel dengan tajam. Terlihat sedang berpikir dan menimang-nimang perkataan Azazel.

Kilatan mata sosok itu tiba-tiba meredup, menghentikan aksi permainan kunainya. Lalu berbalik ke belakang. "Cih..., Itu curang, Malaikat jatuh mesum." ucap sosok itu dengan nada tidak suka. Membuat Rias dan Sona menghembuskan nafasnya lega karena melihat sensei mereka hampir kehilangan kepalanya.

Paw

Suara kepulan ledakan kecil, bergema setalah sosok itu menghilangkan kunainya dan memegang pergelangan tangan kirinya. Memunculkan 3 botol air yang dilemparkan ke arah Azazel, Sona, dan Rias bersamaan.

Dengan sigap mereka bertiga menangkap botol itu. Sona yang melihat air yang di dalam botol itu, kembali menatap sosok yang sedang membelakangi mereka.

"Gremory, ini peringatan pertama dan terakhir dariku. Jangan pernah sampai aku, mendengar pionmu, berkata mesum tentang Yasaka-san lagi." ujar sosok itu membuat Azazel menatap kaget ke arah Rias. Lalu mengalihkan pandangannya ke arah Issei yang sedari tadi, berusaha keras mendudukkan tubauhnya.

"Baka-Gaki, jadi, ini semua olehmu ya?!" Azazel berucap sambil menghembuskan nafasnya lagi dan lagi dengan malas.

Sring

Azazel mengalihkan pandangannya melihat kepergian sosok yang dipanggilnya 'Shinobi'.

"Yare-yare, ini sangat merepotkan." gumam Azazel malas menatap Rias dan Sona sedang menyembuhkan semua anggota mereka. "Aku tidak tau kalau dia ada di Kuoh." Azazel membatin berdengus malas sekaligus kagum karena sosok tersebut lepas dari pantauannya.

.

.

.

Tempat tersembunyi, Markas Khaos Brigade

Sring

Sosok yang baru saja berkonfrontasi dengan kubu iblis dan Gubernur datenshi muncul di depan sebuah gerbang pintu raksasa. Mendorong, membuka pintu itu, kemudian berjalan masuk. Menghiraukan banyak pasang mata yang tertuju padanya. Menghentikan langkahnya di depan seorang wanita loli yang sedang duduk di singgasana.

"Semua sudah beres, Ophis." ujar sosok tersebut mengeluarkan beberapa tabung berukuran mini yang berisikan darah segar.

Loli yang bernama Ophis itu hanya mengangguk kecil, dan dengan sihirnya. Mengambil tabung tersebut dari sosok tersebut.

Melihat itu, sosok tersebut kemudian berbalik dan berjalan pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Setelah keluar dari bangunan tersebut, dia terhenti karena mendengar seseorang memanggilnya.

"Kau sudah mau pergi, Shinobi?'

Menolehkan sedikit kepalanya, dia dapat melihat seorang pemuda berparas tampan dengan rambut berwarna putih. Di keliling pemuda itu, terdapat dua orang pria dan seorang wanita bertelinga kucing tengah menatapnya.

"Vali Lucifer." gumam sosok tersebut, menatap pria bernama Vali sejenak, kemudian menolehkan kepalanya ke depan lagi. Tampak seperti menghiraukan Vali.

Dia hendak kembali melanjutkan langkahnya, namun kembali terhenti karena perkataan dari Vali.

"Apa kau benar-benar tidak bisa mengambil tugas yang aku ajukan?" tanya Vali menatap punggung sosok tersebut.

"Entahlah." balas singkat sosok tersebut sebelum menghilang meninggalkan Vali dan kelompoknya.

Vali hanya diam memperhatikan kepergian dari sosok Shinobi. Dirinya sedang bingung bagaimana cara supaya sosok itu dapat mengambil pekerjaan yang ingin dia berikan. Sebuah pekerjaan yang dapat membuatnya bisa membalaskan dendam kesumatnya. Untuk membunuh etinitas yang paling dibencinya dalam seumur hidupnya.

Rizevim Livan Lucifer

Ayah dari ayah kandung Vali, atau bisa disebut kakeknya. Keturunan langsung dari 'Lucifer' sang Iblis pertama. Sosok yang membuat dia trauma di masa kecilnya. Sosok yang juga bertanggung jawab atas kematian ibu kandungnya, sosok yang paling Vali sayangi dan cintai.

Kematian dari Ibunda tercinta membuat Vali sangat membenci Kakek dan ayah kandungnya.

Itulah mengapa dia saat ini bergabung dengan Khaos Brigade.

Itulah mengapa dia dulu bergabung dan menjadi murid dari Azazel.

Itulah mengapa dia ingin menjadi sosok terkuat.

Semua itu hanya untuk mencapai tujuannya.

Tujuan dalam hidupnya.

Membunuh kakek kandungnya sendiri.

Membunuh Rizevim.

.

.

.

Continue

.

.

.

Tbc: yo, memperkenalkan karangan baru buatan ane. Dibuat dimasa-masa gabut libur melanda setelah aktivitas bekerja. Membuat banyak imajinasi liar ane bermunculan, sampai-sampai membuat lagi fic ini.

Ini timenya, setahun sesudah Issei dkk naik jadi High devil. Dan mungkin, kedepannya Cuma bergantung dengan imajinasi ane.

Untuk tampilan Naruto pas kuliah, kalian bisa nonton SpyXFamily. Dimana Lyloid pas episode 1 dengan penyamaran, itu pakaian Naruto.

Baju Anbu ane ambil referensi dari baju anbu punya Kakashi.

Untuk pakaian kuliah Issei dkk, sengaja gk ane jelasin, biar terserah kalian imajinasinya kek gimana.

So nikmati karangan ane.

Chapter 2 dah 50 persen, paling nunggu libur kek gini lagi gw up.

See u next time. Babayyy!