Shinobi by Kang Nasgor.

Disclaimer : Naruto adalah kepunyaan Mr. Masashi Kishimoto.

High School DxD Bapaknya itu Mr. Ichiei Ishibumi.

Summary : Hening tanpa diketahui, lancar dan tuntas, adalah motto dalam hidupnya. Bergabung ke salah satu kelompok yang paling berbahaya di dunia saat ini. Membuat tugas-tugas yang diterimanya bertambah. Karena ini memang sudah menjadi tugasnya, bahkan dari semenjak leluhurnya hidup. Ini..., Adalah kisah hidup dari sang Shinobi terakhir, kisah dari Namikaze Naruto.

Rate : M.

Genre : Advanture, Fantasy, Supranatural.

Warning : Typo, Semi Canon, Other Chara, OCC, etc.

"Naruto" Berbicara.

"Naruto" Batin.

["Naruto"] Beast/Sacred Beast Berbicara.

["Naruto"] Batin Beast/Sacred Beast.

.

.

.

Don't read if you don't like it!

.

.

.

Happy read if you like it

.

.

.

Chapter 2 : Shinobi

.

.

.

"Karakter, seperti sebuah foto, berkembang dalam kegelapan." - Yousuf Karsh.

.

.

Universitas Kuoh, sebuah Universitas yang dibangun atas kerjasama dari 3 kubu yaitu, Akuma, Tenshi, dan Datenshi. Sebuah bangunan untuk menimba ilmu tingkat lanjut dan menjadi seorang lulusan sarjana. Sebuah bangunan yang melambangkan fakta damai yang telah disetujui oleh 3 pihak tersebut. Walaupun, kaum manusia tidak mengetahui hal itu. Universitas ini langsung populer di Jepang. Karena, prestasi-prestasi yang diraih dalam waktu sangat singkat. Baik itu prestasi tingkat nasional sampai prestasi pancanegara. Bahkan, Universitas ini, langsung dapat bersanding dengan salah satu Universitas terkenal Jepang yaitu, Waseda University. Itu semua tidak dapat terjadi apabila tanpa campur tangan dari ke-3 kubu. Baik dari promosi, relasi, dan banyaknya siswa berprestasi yang diundang masuk ke dalam Universitas tersebut. Dan kelak, di masa depan, semua mahluk-mahluk dari berbagai mitologi di seluruh dunia, akan menimba ilmu di sini. Namun, itu masih akan memakan waktu yang cukup lama.

Back to Rias dan Sona

Tiga hari sudah berlalu semenjak insiden pertemuan iblis-iblis muda dengan sang Shinobi. Sekarang, terlihat mereka sedang berkumpul di ruangan yang sudah dijadikan sebagai tempat pertemuan bagi mereka. Rias, Sona dan seluruh anggota peerage mereka, sedang duduk menghadap pria yang bisa mereka sebut sebagai 'sensei'. Gubernur Datenshi itu menikmati teh yang diseruputnya, menghiraukan semua pasang mata dari iblis-iblis muda di hadapannya.

"Jadi, siapa sebenarnya pria waktu itu, Azazel-sensei?" cukup lama sebelum akhirnya, Rias memecahkan keheningan di ruangan tersebut.

Azazel yang ditanya langsung to the point, meletakkan gelasnya dan menatap Rias dengan malas.

"Kuakui, kau sudah sedikit dewasa sekarang, Rias." balas Azazel tidak semerta-merta langsung menjawab gadis merah di depannya. "jika ini terjadi ketika kalian masih duduk dibangku SMA, aku berani bertaruh jika kau akan langsung bertanya padaku setelah kembali dari tempat itu."

Mendengar perkataan Azazel membuat Rias sedikit tersipu malu, sungguh, jika itu adalah dirinya dulu. Dia juga sangat yakin, akan melakukan apa yang senseinya itu katakan. Namun, sekarang dia sudah berumur 20 tahun. Walaupun dikalangan iblis, umurnya masih sangat-sangatlah muda, dengan apa yang sudah dia dan anggotanya lalui. Dia memang sudah harus mulai berpikiran matang dan memikirkan masa depannya, dan juga kelompoknya.

"Ehem..., bisa kau jawab pertanyaanku, Sensei?" Rias berdehem pelan dan kembali menatap Azazel dengan serius.

Sempat terdiam beberapa saat, Azazel lalu menghembuskan nafasnya lelah.

"Shinobi, panggilan untuk individu yang berasal sebuah grup, atau bisa dibilang sebagai kelompok yang berada dibawah kendali langsung pimpinan mitologi Shinto, Dewa Izanagi. Dan sekarang diambil alih oleh Dewi Amaterasu. Sebuah kelompok yang konon katanya, tercipta dari satu buah keluarga semenjak tanah ini tercipta, atau tepatnya Jepang berdiri. Kelompok yang bertugas sebagai 'pelindung' Jepang. Baik itu keamanan dan ketertiban, penyegelan, ataupun pemusnahan yang memiliki faktor dapat membahayakan Jepang. Dikalangan umum, maksudku di kalayak kaum manusia, Shinobi dikenal sebagai agen rahasia atau agen bayaran yang sering digunakan jasanya di zaman foedal Jepang."

"Ninja kah?" gumam Koneko namun dapat di dengar oleh mereka semua.

"Itu bearti, sosok itu adalah seorang pembunuh baya-" Tsubaki yang ingin melanjutkan perkataannya terhenti karena melihat gelengan pelan dari Azazel.

"Itu hanya informasi yang sedikit dilencengkan oleh pihak Shinto. Kelompok itu lebih besar dari itu. Bagi diriku, Shinobi adalah pedangnya Shinto. Jika, kalian mengganggu ataupun menghalangi kubu Shinto, maka pedang ini akan langsung terhunus padamu. Menjawab pertanyaanmu soal pria waktu itu, aku mengenalnya karena hubungan diplomasi Grigori dengan para Yokai di Kyoto. Seperti yang kalian tau, pimpinan kaum Youkai sekarang adalah Yasaka. Seekor kitsune berekor sembilan. Dan jika kalian belum tau, Yasaka adalah Mikonya Dewi Amaterasu yang ditunjuk langsung oleh Dewi tersebut. Menjadi seorang Miko, membuat Dewi Amaterasu menugaskan seorang bodyguard dan sosok yang dipilih adalah pria yang kalian hadapi tempo itu. Walaupun lama pria itu menjadi penjaganya Yasaka bisa dibilang sangat singkat. Namun, aku bisa melihat kedekatan Yasaka dan Shinobi itu. Karena beberapa kali, aku yang selalu turun langsung untuk mewakili Grigori dan berurusan dengan Youkai. Aku jadi sering bertemu dan akhirnya membuatku 'sedikit' mengenal sosok tersebut. Bahkan, beberapa kali menggunakan jasa pria itu. Walaupun, aku sebenarnya sangat heran, ketika insiden di Kyoto, sosok itu tidak muncul. Yeah..., Aku tidak menyangka dia sekarang malah sedang berada di Kuoh. Harus kuakui, jika tidak karena Yasaka yang mengenalkannya padaku. Bahkan, aku juga tidak dapat merasakan kehadiran sosok Shinobi muda itu. Oh iya..., ini yang sangat ingin aku tanyakan padamu, Issei. Apa yang kau katakan sampai-sampai membuat pria itu menyebut nama Yasaka? walaupun aku sudah menduga apa yang kau lakukan. Namun, aku ingin mendengarnya langsung darimu!" ujar Azazel panjang lebar diakhiri sebuah pertanyaan yang ditujukan ke inang Welsh Dragon Emperor.

Semua pasang mata langsung teralihkan ke arah Issei. Dengan gugup, pemuda itu mulai menceritakan kejadian malam itu, ketika mereka menuju ke tempat terakhir pemusnahan 'iblis liar. Sampai pada di mana sosok itu sudah ada duluan di sana dan membasmi iblis-iblis liar tersebut.

"Dia berkata pada kami, kalau kami sangat lambat dalam menangani mahluk liar dari kaum kami sendiri. Mendengar itu aku kesal dong, Azazel-sensei. Masa kerja payah kami, disepelekan oleh orang asing yang tidak tau datangnya dari mana. Dan karena hal itu juga, aku langsung menyerangnya." ucap Issei membuat Azazel menghembuskan nafas.

"Kau yakin Cuma itu?" tanya Azazel menatap Issei penuh selidik.

Issei yang ditatap Azazel seperti itupun terlihat seperti mengalihkan pandangannya.

"Pria itu sangat cepat, Azazel-sensei. Dalam persekian detik kami semua sudah berhasil ditumbangkannya. Melihat itu, Issei langsung marah, dan berkata bahwa akan meremas semua dada wanita. Termasuk, menyebut nama Yasaka-san." Rias ikut menjelaskan. Membuat pionnya menutup wajah, karena malu. Karena dia tau sendiri, itu adalah salah satu cara agar membuatnya lebih 'bersemangat' dalam bertarung.

Sang Gubernur Datenshi memijat keningnya pelan setelah mendengar cerita Issei dan Rias. Gambaran kasar sebenarnya sudah terlintas di benaknya ketika dia melihat langsung tempat murid-muridnya ini bertarung sebelumnya. Terutama Issei, dalam beberapa tahun belakangan ini mengenal dan bahkan mengajari muridnya yang satu ini. Sudah cukup membuat dia tau sifat dan karakteristik dari Issei. Menggelengkan kepalanya pelan, dia kembali menatap iblis-iblis muda.

"Hah..., Kalian seharusnya bersyukur. Setidaknya kalian masih hidup sekarang, sosok itu sangatlah berbahaya. Bahkan, untuk sekaliber diriku..., Kau juga seharusnya tau seberapa besar bahaya yang dapat ditimbulkan oleh tangan kanannya Shinto itu, Sirzech." ujar Azazel melirikan matanya ke sudut ruangan.

Rias yang mendengar nama kakaknya disebut, mengalihkan pandangannya dan melihat seorang pria berhelai rambut panjang kemerahan. Mengenakan baju kebesaran raja iblis, berdiri diam di pojok ruangan sambil memperhatikan mereka.

"ONI-SAMA" ujar Rias kaget dan mulai berdiri dari duduknya. Diikuti oleh semua anggota peeragenya.

"MAO-SAMA!" seru semua iblis muda menundukan kepala mereka memberi hormat.

"RIAS-TAN!" seru pria tersebut berlari kecil, lalu memeluk dan mencium kening Rias dengan watadosnya. Menghiraukan Issei yang sedang menggigit kerah bajunya sambil menatap iri.

"He-hentikan, Oni-sama!" balas Rias berusaha mendorong kakak kandungnya tersebut. Mereka yang melihat adegan itu hanya tertawa renyah, karena melihat kelakuan saudara kandung Rias yang bisa dibilang sedikit over dalam memberi kasih sayang pada adiknya, atau mungkin lebih tepat sang raja iblis itu adalah seorang siscon.

Beberapa saat sudah berlalu semenjak kedatangan Sirzech. Terlihat pria itu sudah duduk berhadapan dengan Azazel.

Semua iblis-iblis muda berdiri mengelilingi dua pria dewasa yang sedang menyeruput minuman mereka dalam diam.

"Dari informan yang kudapat, pihak iblis juga sempat menggunakan jasa Shinobi ketika masa kalian sedang dalam perang saudara dulu. Apa itu benar, Sirzech?" tanya Azazel menatap pria merah di depannya.

"Seperti yang dapat diharapkan dari Grigori. Informasi yang kau dapat itu memanglah benar, kami memang pernah menggunakan jasa Shinobi. Namun, Shinobi yang aku kenal. Sudah meninggal dalam pekerjaan yang kami berikan." jawab Sirzech meletakkan gelasnya. Namun, jika diliat secara seksama. Dapat terlihat tatapan kesedihan tiba-tiba muncul setelah dia berucap demikian.

"Jika itu benar, maka sosok yang kau kenal itu, merupakan sanak saudara atau malah mungkin orang tua kandung dari Shinobi yang sempat berseteru dengan adikmu." Azazel terpejam sambil menempelkan punggungnya ke sofa yang dia duduki. "Sepertinya kau sangat dekat dengan Shinobi itu."

"Apa kelihatan?" tanya Sirzech sambil tersenyum masam ke arah Gubernur Datenshi. "aku berhutang nyawa kepada, Minato. Tidak..., kaum iblis berhutang kepada pria itu." lanjutnya ikut merebahkan tubuhnya juga ke sofa. Menutup kedua matanya karena mengingat sosok yang sudah beberapa kali menyelamatkan nyawanya.

Rias yang melihat ekspresi kakaknya, membuatnya merasakan kesedihan juga. Pasalnya, kakaknya itu sudah tidak pernah lagi mengeluarkan ekspresi seperti sekarang. Ingin Rias langsung memeluk kakaknya itu. Namun, itu harus dia urungkan. Karena ingin berfokus mendengar pembahasan di hadapannya.

"!"

Sirzech yang membuka matanya langsung berdiri dari duduknya, mengejutkan Azazel dan semua iblis muda.

"Ada apa, Sir-" Azazel yang sempat bingung, langsung tercekat setelah mengikuti arah pandangan Sirzech yang menatap keatas.

Terlihat sosok Shinobi berdiri melawan gravitasi, menempel di pelafon ruangan tersebut sambil menatap Sirzech. Mata saphire yang bersinar menatap tajam ke arah salah satu mahluk terkuat di Underworld.

Semua iblis muda langsung hendak mangambil sikap kuda-kuda bertarung, terhenti karena melihat Sirzech yang mengangkat tangan kanannya. Walaupun begitu, mereka tetap bersiaga dan fokus menatap ke direksi manusia bertopeng yang saat ini sedang bergelantungan layaknya seekor kelelawar. Termasuk Issei yang sudah menggunakan Crimson Armornya, Akeno dan Rossweisse yang juga menggunakan pakaian tempurnya, Kiba dan Xenovia yang mengeluarkan dan memegang pedang mereka, termasuk Sona dan peeragenya yang juga sudah bersiap. Rias dan anggotanya tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama ketika mereka dalam sekejap sudah dikalahkan, bahkan sebelum mereka bersiap untuk bertarung.

"Shinobi sialan! bagaimana caramu menyembunyikan hawa keberadaanmu seperti itu?!" umpat Azazel menatap pria yang bergelantungan itu dengan pandangan kagum.

Shinobi yang mendengar itu hanya memandang Azazel sebentar. Lalu, kembali fokus menatap Sirzech.

Menjatuhkan dirinya sambil berputar, mendarat tanpa mengeluarkan sedikitpun suara dan kembali menatap Sirzech.

"Tarik ucapanmu!" suara yang tersamarkan oleh topeng tersebut menatap Sirzech dalam. "ucapanmu barusan adalah hinaan bagi almarhum ayahku."

Mendengar itu, Sirzech tersenyum tipis lalu, mendudukkan tubuhnya lagi dengan santai. "Ayah dan anak sama saja ya." Sirzech berucap sambil mengalihkan pandangannya ke arah Akeno. "Akeno, bisa kau buatkan juga teh untuknya?" lanjut Sirzech sambil menunjuk sosok Shinobi dengan jempolnya.

"Maaf?"

"Oni-sama?!"

"Yah seperti yang kalian lihat, dia juga adalah tamu kita disini. Jadi, alangkah sopannya jika kita memberikan dia ini minum bukan. Dan juga..., sudah berapa lama kau berdiri di sana, Shinobi-kun?" ucap Sirzech namun tidak mendapat respon apapun dari orang yang ditanyai. "Baiklah. Baiklah. Aku menarik kata-kataku. Kau dan almarhum ayahmu sama-sama memiliki watak keras jika bersangkutan dengan profesi kalian." lanjut Sirzech menatap malas ke arah Shinobi.

Mendengar itu Shinobi tersebut langsung mengalihkan pandangannya ke arah Azazel. Mengeluarkan sebuah gulungan dan menyodorkan gulungan tersebut kearah Azazel.

"Susano-san menitipkan ini padamu, Datenshi mesum."

Mendengar itu, Azazel langsung mengambil gulungan tersebut dan memasukannya ke dalam kantong pakaiannya. "Sepertinya..., Shinobi hanya tunduk dan hormat kepada Pimpinan Shinto." batin Azazel setelah mendengar pria di depannya memanggil salah satu dewa perang shinto tanpa embel-embel hormat.

Sirzech dan para iblis muda lebih memilih diam dan fokus menatap sosok pria bertopeng tersebut. Melihat gelagat santai sosok tersebut, membuat Issei dan yang lainnya kembali ke mode biasa mereka.

"Ayahku gugur dalam menjalankan tugas. Itu adalah suatu kebanggaan dan kehormatan bagi kami para Shinobi. Perkataan yang seolah-olah kau memiliki hutang nyawa kepada ayahku, adalah sebuah hinaan bagi dirinya yang sudah mengambil tugas dari kaum kalian. Sebelum menjalankan tugas, kami diajarkan selalu untuk bersumpah. Dimana sumpah kami untuk harus bisa berhasil dalam bertugas, atau harus mengorbankan nyawa untuk keberhasilan tugas tersebut. Apapun metodenya. Apapun caranya. Itu sudah diajarkan turun-temurun dari kakek buyutku. Hanya ada dua opsi dalam menjalankan tugas. Berhasil atau mati, Tidak lebih. Tidak kurang. Jadi, jangan anggap remeh sumpah seorang Shinobi." dia yang hendak pergi, diurungkannya. Karena melihat Akeno yang sudah membawa sebuah gelas berjalan ke arahnya. Shinobi mengambil langsung gelas dari atas nampan Akeno, sambil bergumam terima kasih yang mungkin hanya bisa di dengar oleh Akeno sendiri. Berjalan pelan membelakangi orang-orang di situ. Shinobi terlihat mengangkat sedikit topengnya sampai memperlihatkan bibirnya. Lalu, langsung menenggak teh tersebut dalam sekali teguk. Menghiraukan para iblis muda yang mencoba melihat wajah dari balik topeng kitsune tersebut.

"Apa kau tidak takut, jika minuman yang kau minum sudah diberi racun?" ucap Azazel membuat Sirzech menatapnya kesal.

"Hn." Shinobi menatap Azazel santai. "Jika racun bisa membunuhku. Mungkin Shinobi sudah tiada dari era kakek Hashirama. Lagipula, dari informasi yang ku tau, wanita cantik ini tidak pernah sekalipun berkaitan dengan 'racun'."

"Ara-ara." Akeno tersenyum mendengar dirinya dipanggil cantik dan sedikit terkejut malahan.

"Cantik apanya, beberapa hari yang lalu, kau dengan santainya menghajar 'wanita cantik' ini." ujar Azazel menatap Shinobi lucu.

Shinobi hanya mengangkat bahunya mendengar perkataan dari pimpinan Grigori. "Air mata Phoenix sudah cukup bukan untuk maaf. Lagipula, mereka mendapat 'pengalaman manis' dariku secara cuma-cuma."

Wush

Melempar gelas kosong tersebut dan dengan ajaib mendarat tepat diatas meja. Menyenderkan tubuhnya, kembali menatap Sirzech.

"Aku hampir lupa. Kedatanganku kesini juga, karena ingin mengatakan sesuatu kepada dua heiress Gremory dan Sitri." ujar Shinobi menatap Rias dan Sona.

Mendengar hal itu membuat Rias dan Sona mengangkat alisnya bingung.

"Apa maumu?" tanya Rias ketus. Berbeda dengan Sona yang lebih memilih diam dan menatap sosok Shinobi.

"Maukah salah satu dari kalian, menikah denganku?"

"HAH!?" Issei dan Saji langsung berteriak kecang mendengar perkataan Shinobi.

"Brengsek. Kau mau merebut Rias dariku!" teriak Issei menatap marah ke arah Shinobi.

Sring

Dengan sekejap tubuh Issei terbalut dengan armornya lagi. Bersamaan dengan Saji yang memunculkan juga secred gearnya. Dan hendak menyerang Shinobi.

"HENTIKAN KALIAN BERDUA!" seru Azazel kencang menghentikan aksi dua muridnya.

"Apa maksudmu, Sensei. Aku tidak terima jika Rias diambil dariku. Bahkan jika kau menghalangiku, aku tidak akan segan-segan padamu, Azazel-sensei." Issei menatap Azazel tidak suka. Saji mengangguk-anggukkan kepalanya setuju dengan perkataan sang pemegang Boosted gear.

Suara decakan yang berasal dari Shinobi. Membuat mereka berdua menatap ke arahnya.

"Bagiku, kau sudah gagal menjadi seorang guru, Azazel-san. Hanya murid tidak tau terimakasih yang tidak mendengarkan dan malah hendak menyerang gurunya sendiri. Ma... ma, Lagipula itu bukan urusanku. Perihal kurang ajarnya dua muridmu ini ataupun kurangnya didikkanmu terhadap mereka berdua. Ideologimu ideologimu, ideologiku ideologiku." ujar Shinobi sarkas kepada Azazel. "jadi bagaimana, Rias Gremory..., Sona Sitri."

"Mengapa kau melamar kami? Apa yang kau inginkan?" Rias yang hendak berucap di dahului oleh Sona yang berdiri di sampingnya. Memperbaiki posisi kacamatanya, heiress Sitri menatap Shinobi serius.

"Seperti yang diharapkan dari Keluarga Sitri. Otak cerdas kalian memang bukan hisapan jempol semata." ujar Shinobi sambil bertepuk tangan. "hmmm..., aku tidak bisa memberitahumu secara detail, mengapa aku ingin mempersunting salah satu dari kalian. Anggap saja, ada sebuah tujuan yang ingin aku wujudkan dengan bantuan pure high devil sepertimu. Tapi, jika kau menerima tawaranku. Aku bisa memberitahumu sekarang, hanya kita berdua, empat mata, Sona Sitri." lanjutnya membalas tatapan Sona.

Sona terpejam sambil besedekap dada mendengar perkataan Shinobi. "Ini terlalu tiba-tiba..., banyak hal yang harus aku pikirkan dan pertimbangkan terlebih dahulu." ujar Sona mengejutkan semua orang yang ada di sana.

"SONA-SAMA!"

"KAICHOU!"

"SONA!?"

Heiress sitri itu hanya diam membisu, tidak menghiraukan teman dan seluruh anggota peeragenya yang terkaget karena perkataannya.

Shinobi bersiul mendengar perkataan Sona. "Kau sepertinya terlalu menilai tinggi diriku. Atau mungkin, ambisimu itu yang sangat besar..., Nona Sitri." dalam sekejap dia sudah berdiri di hadapan Sona. Menundukan kepalanya menatap intens gadis berambut bob tersebut.

Sona sempat berkedip beberapa kali karena dikejutkan sosok bertopeng yang sudah berdiri di depannya. Melewati Issei dan Saji. Sebelum akhirnya, dia mendongkakkan kepalanya, mencoba memfokuskan tatapannya juga. Violetnya bertemu dengan sepasang saphire yang menatapnya dengan tatapan penuh selidik, seperti sedang mencoba menulusuri dirinya.

"Hehhh...," Shinobi terkagum melihat wanita di depannya membalas tatapannya tanpa berkedip. Seolah menantang dirinya. "kau berbeda ketika pertama kali bertemu denganku. Apa yang kau rencanakan, Nona?" tanya Naruto memundurkan tubuhnya menjauh dari Sona.

Sona hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan pria topeng di depannya. Namun, jika dilihat secara seksama. seulas senyum tipis terukir di wajah cantiknya.

"Rias, bagaimana menurutmu?" Sirzech yang juga sedari tadi diam dan hanya memperhatikan. Kini menautkan tangannya di depan bibirnya. Sambil merilik gadis berambut merah yang masih shock dengan perkataan sahabat masa kecilnya.

Mendengar perkataan Kakaknya, Rias sungguh kaget. Sempat terlintas dipikirannya, jika kakaknya itu hanya iseng. Namun, Rias harus meneguk sedikit liurnya karena melihat lirikan serius kedua mata kakaknya yang diarahkan padanya.

"Aku tidak mungkin bisa, On-"

Tok tok tok

Perkataan Rias terhenti karena suara ketukan yang berasal dari pintu masuk ruangan yang dia tempati.

Semua orang yang tadinya fokus menatap pria bertopeng dan Sona. Kini mengalihkan pandangannya ke arah pintu tersebut.

"Sirzech 'Lucifer' Gremory"

Sirzech langsung menatap pria yang memanggilnya. Pria itu terlihat sedang mengambung-ambungkan sebuah benda tajam di tangan kanannya yang entah muncul darimana.

"Karena kau sepertinya memiliki hubungan cukup dekat dengan mendiang ayahku. Maka aku akan memberikanmu informasi terbaru dari Khaos Brigade."

Mendengar nama sebuah organisasi yang beberapa kali berseteru dengan faksinya. Sirzech dan Azazel menyipitkan mata mereka, memberikan tatapan serius ke arah Shinobi.

"Ini..., peringatan dini dariku. Sepertinya dalam waktu dekat, Ouroboros Dragon sedang merencanakan sesuatu di Underworld. Aku tidak tau secara detail, tapi sebaiknya kau, menyuruh anak buah mu untuk menyelidikinya segera. Karena, sangat besar kemungkinan, wilayah teritorimu itu bisa porak poranda karena ulah mereka." ujar Shinobi sambil memainkan kunai cabang tiganya. Menatap balas Sirzech lalu Azazel dan diakhiri menatap Sona sebentar. Menggelengkan kepalanya pelan, dia kemudian berbalik, mengangkat dan melambaikan tangan kirinya pelan.

Sring

Dengan secepat kilat, sosok Shinobi sudah menghilang. Meninggalkan semua orang yang terdiam mendengar perkataannya.

"Sirzech." Gubernur Datenshi memanggil nama pria berambut merah yang saat ini terpejam memikirkan informasi yang didapatnya. "Informasi dari Shinobi ak-"

"Aku tau, Azazel. Informasi ini sudah pasti valid. Aku akan kembali ke Underworld dan berdiskusi dengan ketiga sahabatku. Jaga dirimu baik-baik, Datenshi mesum." ucap Sirzech sambil tersenyum.

"Bah..., aku tidak mau mendengar itu dari seorang pria pengidap siscon akut." balas Azazel cetus namun memberikan senyum juga ke pria di depannya.

Sirzech kemudian berdiri dan berpamitan kepada adik tercintanya dan semua iblis muda sebelum pada akhirnya berteleportasi dari ruangan tersebut.

"Sepertinya aku juga harus pergi." ujar Azazel melihat murid-muridnya. "jadikan apa yang terjadi di sini barusan sebagai pengalaman bagi kalian. Terutama kalian berdua. Issei..., Saji, aku sangat berharap kalian akan lebih bisa mengontrol emosi kalian. Sekian saja dariku, Ja na..., Gaki domo." lanjutnya kemudian menciptakan lingkaran sihir teleportasi dan menghilang juga.

Semua orang menundukan kepala mereka sesaat, termasuk Issei dan Saji yang sekarang merasa tidak enak kepada Azazel. Karena perkataan dan tindakan mereka sebelumnya.

Tok tok tok

Suara ketukan pelan kembali bergema, membuat Rias menatap ke arah Queennya. Akeno yang mengerti, langsung membukakan pintu ruangan yang mereka tempati.

"Ara-ara..., Namikaze-kun?" ucap Akeno melihat sosok Naruto yang sedang berdiri dan memegang tumpukan kertas di tangan kirinya. "ada perlu apa ya?"

"Maaf mengganggu aktivitas kalian, Himejima-san." ujar Naruto meminta maaf setelah melihat banyak orang di balik badan wanita di hadapannya. "aku disuruh Dosen mengantarkan ini untuk Rossweisse-san."

Mendengar namanya disebut, Rossweisse langsung berjalan ke arah Naruto dan berdiri di samping Akeno.

Melihat wanita berambut perak yang dicarinya sudah berdiri tepat di hadapannya. Naruto langsung memberi tumpukan kertas itu dan hendak segera bergegas pergi.

Baru hendak melangkahkan kakinya, dia mendengar Rias yang memanggil namanya.

"Namikaze Naruto-kun!"

"?" Alis Naruto sempat terangkat mendengar salah satu idola Universitas memanggil lengkap namanya dan menambahkan suffix akrab kepadanya.

Menghiraukan pemuda pirang berkacamata yang menatapnya aneh, Rias langsung berdiri dan ikut menghampiri Naruto. Melihat Kingnya berjalan mendekat, Akeno dan Rossweisse memberi jarak.

"Seperti yang kau tau, Naruto-kun. Kemaren dosen kita memberi tugas praktek dan menyuruh kita membentuk sebuah kelompok berisikan 6 orang. Apa kau sudah bergabung ke kelompok di kelas?" tanya Rias bersedekap dada, yang membuat dua buah 'assetnya' yang bisa dikategorikan besar semakin tampak dan jelas.

Mendengar itu, Naruto hanya menggelengkan kepalanya pelan dan tetap menatap ke arah wajah wanita berambut merah di depannya.

"Bagaimana jika kau masuk ke dalam kelompok kami saja? Kami beranggotakan Aku, Sona, Akeno, Tsubaki, dan Rossweisse. Kami masih kurang 1 orang lagi. Akan sangat baik jika kami memiliki anggota pria. Jadi bagaimana menurutmu?" Rias bertepuk tangan kecil sambil tersenyum ke arah Naruto.

"Heh... Kedengarannya akan merepotkan." gumam Naruto membuat wanita yang satu kelas dengannya itu bingung.

"Merepotkan?"

"Gremory-san, jika kau tidak tau. Kalian berlima sudah dianggap sebagai sosok Dewi di angkatan kita. Jika seorang pria sepertiku masuk ke dalam kelompok kalian..., Ah membayangkannya saja sudah membuatku pusing." ujar Naruto memijat-mijat pelan hidungnya.

"Orang sepertiku? Terdengar sangat pesimis, Namikaze-san." Sona memberi komentar.

Mendengar perkataan Sona, Naruto hanya tersenyum miring.

"Mungkin itu saja ya..., aku memiliki sedikit pekerjaan setelah ini. Aku permisi terlebih dahulu." ucap Naruto menundukan sedikit kepalanya dan berjalan pergi.

Melihat pria pirang tadi sudah pergi, Akenopun menutup pintu.

"Entah mengapa aku merasa tenang jika berada di dekat, Namikaze-san." ujar Rossweisse sambil tersenyum.

"Ara-ara, aku tidak tau jika kau menyukai Naruto-kun, Rossweisse." Akeno memberi tatapan menggoda ke arah gadis perak disampingnya.

Mendengar perkataan Akeno, Rossweisse hanya menatapnya sekilas, lalu berjalan balik ke arah tempat dia berdiri sebelumnya. "Aku rasa ini bukanlah seperti yang kau kira, Akeno-san."

"Mah, mungkin karena Naruto-kun tidak seperti kebanyakan pria yang selalu menatap dadamu jika sedang berbicara dengannya. Seperti mereka bedua contohnya." komentar Rias berjalan dan menundukan tubuhnya di sofa. "pria yang menarik bukan, Sona?" dia melirik ke arah gadis Bob yang sudah duduk juga di depannya.

"Aku akan keluar sebentar. Kalian sebaiknya pulang saja. Kau juga, Tsubaki!" ujar Sona yang tib-tiba berdiri dan berjalan mendekat ke arah pintu.

"Kau mau kemana, Sona-Kaichou?" tanya Tsubaki yang mewakili semua orang.

Diam sesaat sambil memegang gagang pintu. Sona menolehkan kepala sambil tersenyum tipis.

"Hanya mencari udara segar sebentar. Kalian kembali saja duluan." jawab Sona sambil membuka pintu.

Sona langsung keluar dari ruangan tersebut berjalan menuju suatu tempat. Setelah dia sampai, dia berhenti tepat di depan sebuah jendela kaca. Menatap ke bawah, melihat sosok pemuda yang sedang mengenakan jaket dan sedang hendak memasang sebuah helm di kepalanya.

Sosok Naruto yang saat ini sudah duduk di sebuah motor merek BMW R Nine T buatan Jerman.

Sona yang melihat sosok Naruto sudah menyalakan motornya, kemudian berbalik dan berjalan menjauh.

Namun, yang tidak gadis itu ketahui. Bahwa, sepasang mata saphire yang terhalang kacamata, sekarang sedang melihat ke arah tempat dirinya berdiri sebelumnya.

Saphire itu bersinar sebentar sebelum akhirnya meredup. Menolehkan kepalanya ke depan. Lalu, mulai menjalankan motornya pergi ke luar dari area parkir Universitas Kuoh.

.

.

.

Beberapa saat kemudian di sebuah ruangan.

Terlihat Naruto yang saat ini sedang duduk bersila sambil memunculkan beberapa gulungan-gulungan setelah dia menyentuh pergelangan tangan kirinya.

Suara burung gagak membuat Naruto berdiri dan berjalan mendekat ke arah sebuah jendela kamar dan membukanya.

Dengan cepat sekumpulan burung gagak terbang masuk melewati Naruto dan menabrak tubuh mereka ke gulungan yang sudah Naruto buka.

Dengan ajaib burung-burung gagak tersebut, hancur dan berubah menjadi tinta hitam. Yang kemudian bergerak membentuk kata-perkata di atas kertas tersebut.

Dalam waktu semenit, terlihat sudah hasil dari tinta tersebut. Berupa kata-kata Jepang yang membuat Naruto mulai membaca tulisan-tulisan tersebut.

Menarik nafas panjang setelah membaca tulisan yang ada di kertas-kertas tadi. Dia kemudian menggerakan tangan kanannya dan membentuk gerakan-gerakan layaknya seorang ninja di televisi. Dalam sekejap gulungan-gulungan tersebut mulai terbakar api kecil dan menjalar secara perlahan. Naruto kemudian mengambil kertas-kertas yang terbakar. Lalu, melemparkanya keluar dari jendelanya. Api yang membakar kertas tadi, tiba-tiba membesar dan membakar kertas dalam sekejap mata. Melihat itu, Naruto terlihat mengeluarkan sebuah bungkus kotak kecil dan mengeluarkan sebatang rokok dari dalamnya. Menaruhnya di bibinya, dia menatap ke luar dari jendela kamarnya. Menatap pandangan malam hari kota Kuoh. Sebelum pada akhirnya menciptakan sepercik api dari kedua jarinya. Membakar ujung rokoknya dan mulai menghisap racun tersebut.

"Jadi, itu yang ingin kalian lakukan, kadal-kadal tua." ujar Naruto setelah dia menghembuskan asap rokok dari dalam mulutnya. "sepertinya aku akan banyak berinteraksi dengan kalian, Gremory..., Sitri." lanjut Naruto membayangkan iblis-iblis muda yang pada hari ini ditemuinya. Sebelum rokok yang dia hisap habis, Naruto kemudian berbalik dan kembali duduk bersila di lantai.

Memegang beberapa lembar kertas yang di mana terdapat foto Sona di depannya.

Teng teng teng

Suara gema jam dinding tua yang tertempel di ruangan tersebut. Menunjukkan angka tepat jam 12 malam. Naruto tetap terjaga dan membaca tulisan-tulisan yang ada di kertas yang di pegangnya. Tidak tampak raut wajah mengantuk ataupun lelah di wajahnya. Dia masih terlihat segar bugar dan fokus dengan apa yang sedang dia lakukan. Karena, dia tau betul. Kalau dia adalah seorang pengidap Workaholic.

.

.

.

Continue

.

.

.

Tbc: ehem, untuk yang tanya kapan update Black Boosted gear. (Aku menghilang berbaur dengan butiran debu)

Tinggalin review kalian viewerku yang gabut. Review kalian adalah penambah semangat buat akang untuk terus berkembang dan berimajinasi, sekian.

Peace

Bye, ciuman hangat dan mesra dari akang. Muachhhhh