Happy Reading
My Little Family
by ICHADRAY
{^-^}
.
.
.
.
Warning !
*Chapter ini cukup panjang, semoga tidak bosan _ _')
.
Perjalanan yang cukup panjang, Fang dan Boboiboy menoleh saat mobil mereka berhenti di lampu merah. Manik masing-masing menatap hangat anak-anak yang ribut, berceloteh tentang segala hal, sesekali mereka akan bersama-sama bersenandung mengiringi lagu yang diputar sang Ayah.
Boboiboy tersenyum, beralih pada Halilintar yang menguap mengantuk.
"Sayang, tidak apa-apa untuk tidur. Kita masih cukup lama." Ucap Boboiboy, mengusap surai coklat sang anak pelan, memandang penuh sayang.
"I can, Mom. Thanks." Balas Hali mengangguk, menarik sedikit senyum. Merasa senang akan perhatian dan kasih sayang. Manik ruby mulai menutup, menyembunyikan kilau menawan, membuat hati Boboiboy menghangat.
"Mom! Mau pipis.." Thorn menarik seatbelt yang ia pakai, emerald itu memelas menatap Boboiboy yang teralihkan.
"Thorn bisa menahannya sebentar, sayang? Kita akan berhenti di minimarket terdekat." Thorn mengangguk, memeluk boneka Green Dino miliknya erat. Boboiboy cemas, ia menatap sang Suami yang mulai menjalankan mobil, fokus pada jalanan untuk mencari minimarket terdekat.
Hanya butuh dua menit sampai akhirnya mereka berhenti. Boboiboy keluar terlebih dahulu, mengiring sang anak untuk keluar dari depan. Ia tersenyum lembut pada Ochobot yang melepaskan seatbelt Thorn yang terpasang erat.
"Mom! Mau ikut..!" Blaze berseru, terdiam setelahnya begitu Ochobot mengisyaratkan untuk tidak berteriak. Dapat ia lihat Solar cemberut, menurunkan bukunya karena terganggu.
"Baby, pelan-pelan."
Fang membantu mengangkat, tak heran saat Blaze juga ingin keluar.
Boboiboy membawa Thorn dan Blaze memasuki minimarket, meminta izin pada petugas untuk meminjam kamar mandi sejenak. Membuat tatapan gemas para petugas yang melihat pandangan si kembar berbinar pada makanan.
Thorn memberikan boneka di pelukannya, mengatakan ia bisa sendirian. Akhirnya Boboiboy dan Blaze menunggu di sebalik pintu.
"Mom, apa kita masih lama?" Blaze bertanya, mengayunkan jemari sang Ibu sembari melihat sekeliling.
"Cukup lama, Blaze tidak ingin pipis?" Pria manis berjongkok, sedikit merapikan pakaian sang anak yang kusut. Ia ditanggapi dengan gelengan.
"Mom? I'm done." Thorn keluar tiga menit setelahnya, tersenyum merentangkan tangan untuk menggapai boneka kesayangannya.
"Sudah mencuci tangan?"
"Done!"
"Pintar! Ayo, kita kembali." Boboiboy membayar pada kasir, berterima kasih untuk toiletnya. Ia tersenyum dan menggeleng maklum menemukan bahwa Taufan juga turun dan menyusul bersama Fang di belakang.
"Mom! Permen mint! Permen jeruk! Permen karet." Taufan berlari, mengatakan keinginannya, menjadikan sang Ibu menatap bertanya pada Fang yang mendekati mereka di depan kasir.
"Mereka ingin permen." Jawab Fang terkekeh sambil menggendong Blaze yang menarik kemejanya.
"Permen!" Seru Blaze semangat, menuai pekikan gemas tiga orang petugas yang terkejut menemukan tiga kembaran cilik yang identik.
"Mom! Mom! Permen!" Taufan menggenggam jemari Boboiboy.
"Yang mana hm?" Tanya Boboiboy pelan.
"Itu. Yang itu Mom!" Taufan berbinar menunjuk kotak kecil yang ia anggap permen tepat di dekat mesin otomatis sang petugas.
Sang Ibu menoleh, menahan malu saat para petugas cekikikan. Ia mendelik pada Fang yang menahan tawa.
"Sayang, bagaimana dengan Pocky? Atau lolipop?"
"Kenapa dengan permen itu Mom?"
"Apa itu tidak di jual?" Thorn dan Taufan bertanya polos.
"Yang itu sudah dipesan orang lain." Salah seorang karyawan menyahut, geli oleh tanggapan para si kembar yang menunjuk alat kontrasepsi yang terbungkus apik.
"Kita tidak bisa membelinya, Dad?" Blaze bertanya, mengedip bingung. Fang terkekeh, mencium puncuk kepala Blaze dengan gemas.
"Tidak, sebaliknya kita bisa membeli Pocky. Masing-masing satu, bagaimana?" Fang mengalihkan perhatian, merasa bersyukur anak-anak menyetujuinya.
Boboiboy tersenyum canggung, raut wajah geli masih terpasang pada mereka dan ia tersipu. Menyerahkan uang lalu pergi berpamitan dengan sopan. Ia dan Fang saling melirik, tertawa kecil. Mereka merutuki kenapa benda seperti itu di letakkan di tempat yang masih bisa dijangkau oleh anak kecil.
Fang membuka mobil, berterima kasih pada Ochobot telah menjaga kembaran lain yang tertidur di dalam.
Ochobot mengangguk, berhati-hati memasang seatbelt Taufan, Blaze dan jiga Thorn agar tidak membangunkan yang lain. Ia tersenyum pada Boboiboy, merasa hangat sejenak sebelum kembali duduk untuk melanjutkan perjalanan.
.
.
.
.
My Little Family
by ICHADRAY
.
.
.
Mobil MPV itu berhenti di tempat parkiran luas, berjejer mengikuti aturan tepat berhadapan dengan perbukitan yang ditempeli oleh pepohonan hijau. Membentuk bingkai untuk setiap mata memandang kagum.
Fang dan Boboiboy memilih berhenti sejenak untuk istirahat dari perjalanan. Membutuhkan satu jam lagi perjalanan menuju kampung halaman mereka, dan membuat tubuh mereka lemas karena kurang asupan bukanlah ide yang bagus.
Untungnya Boboiboy dan Ochobot sudah memperkirakannya, membuat bekal makan siang mereka semua.
"Aku akan mencari tempat," Fang berucap pelan, tak ingin membangunkan sebagian para kembar cilik di belakang yang tertidur. Ia memberikan kecupan singkat dan tatapan sayang pada Boboiboy yang menoleh mengangguk. Manik keunguannya menghangat, mengisyaratkan bahwa sang Istri bisa mengandalkannya mengenai tempat mereka istirahat tak jauh dari parkiran.
"Dad! Ikut...!" Taufan berseru semangat untuk terdiam dan terkikik menyadari Ochobot meletakkan satu telunjuk agar tidak berisik. Hali, gempa, Ice dan Blaze terlihat masih memejamkan mata. Tak heran menemukan sebagian para si kembar yang tidur. Terlepas dari fakta bahwa saat ini harusnya adalah jam tidur mereka, perjalanan yang cukup jauh pasti akan melelahkan. Melihat tiga kembaran yang lain masih mempunyai banyak energi membuat Boboiboy tersenyum.
Fang, keluar terlebih dahulu, menunggu Taufan yang sedikit kesulitan melepas sebelum akhirnya dibantu Ochobot.
"Heee? Thorn juga mau ikut!" Kali ini Thorn menyahuti, menarik-narik seatbelt nya tak ingin ditinggal.
"Sayang, pelan-pelan." Boboiboy mendekat, masih dalam mobil membantu sang anak melepaskannya. Ia mengatakan untuk tetap berada di dekat sang Ayah dan tidak keluyuran. Thorn dan Taufan mengangguk, masing-masing menggandeng telapak tangan Fang yang hangat, merasa aman saat sang Ayah tersenyum lembut ke arah mereka.
Boboiboy beralih melihat satu kembaran yang masih terjaga, Solar seperti tak tertarik sama sekali, sang anak masih fokus pada buku panduannya.
"Solar, tidak ikut Daddy?" Boboiboy bertanya, berharap ia tak mengganggu anak terakhirnya yang mungkin sedang berpikir keras mengenai gambar galaxy.
"Eh? Kita sudah sampai?" Solar menurunkan bukunya, tampak terkejut dan baru saja menyadari mereka telah berhenti. Ia menoleh kepada kakak kembarnya yang lain, lalu melihat Boboiboy yang terkekeh.
"Masih satu jam perjalanan lagi. Kita hanya istirahat sebentar, sayang. Dad keluar untuk mencari tempat. Bagaimana jika kita membaca bukunya nanti dan membantu Ochobot membawa barang hm?" Alih Boboiboy, merasa Solar tak mempunyai minat untuk mengikuti dua kakaknya yang lain. Ia membuka pintu lalu keluar, membiarkan Ochobot memeriksa peralatan di belakang.
Kemudian, sang pria manis beralih ke arah pintu di mana Blaze bertempat. Boboiboy tersenyum dan meletakkan topi Solar ke surai coklat sang anak, dengan senang membuat Solar menyerahkan bukunya untuk turun dan mendekati Ochobot.
"Blaze.. Hali.. Ice... Gempa... Bangun, baby.. ayo makan siang dulu." Boboiboy berucap lembut, melepaskan seatbelt mereka satu persatu. Tangannya menggendong Blaze yang menggeliat keluar.
"Mom...?" Blaze memanggil sang Ibu, memeluk tengkuk orang yang memeluknya, membaui aroma manis nan hangat yang ia kenal. Dalam kesadaran yang sudah terkumpul sempurna, Blaze mengangkat wajahnya, tersenyum lebar mengayunkan kaki kecilnya. Senang menemukan wajah cantik Ibunya yang balas tersenyum begitu ia membuka mata.
"Sudah bangun, sayang? Ayo, kita bantu Ochobot membawa barang." Boboiboy mencium pipi yang gembul, gemas pada anaknya yang ingin turun. Ia menurunkan Blaze hanya untuk menemukan Halilintar yang menatapnya seolah menunggu, lirikan manik ruby yang menyembunyikan malu itu membuat Boboiboy tersenyum penasaran.
Boboiboy melirik ke dalam mobil, masih ada Ice yang tertidur. Ia meminta pemahaman Gempa yang mengedip bangun untuk kembaran lainnya. Mengandalkan sang Kakak untuk tugas membangunkan Adik kembarnya.
"Hali? Sini, sayang.." ucap Boboiboy lembut, berjongkok menyamai tinggi. Halilintar yang merasa dipanggil kemudian mendekat. Boboiboy yang melihat anak kembar pertamanya tampak tersipu dengan wajah tanpa ekspresi itu hanya terkekeh kecil, memeluk tubuh Hali dan mencium puncak kepalanya.
"Selamat siang, jagoan! Bisa bantu Mum dan Ochobot membawa barang?" Sapa Boboiboy guna meningkatkan kepercayaan diri sang Kakak. Bagaimanapun, ia tahu bahwa Halilintar sangat menyukai tanggung jawab yang diberikan kepadanya, apapun hal itu. Sifat yang hampir sama dengan Fang.
Halilintar mengangguk, menarik sedikit senyum dan mengecup pipi sang Ibu. Ia berlari ke belakang mobil mengikuti para adiknya.
Boboiboy berjalan menuju Gempa dan Ice yang masih berada dalam mobil, gemas menemukan kakak kembar kedua yang mencoba membujuk Ice bangun. Sang Ibu tersenyum hangat, berterima kasih pada Gempa dan membiarkan anaknya untuk keluar bersama yang lain. Tak lupa memberikan kecupan sayang.
"Ice... Bangun, nak." Boboiboy mengangkat tubuh Ice yang menggeliat, reaksi yang sama dengan Blaze yang tidak ingin dibangunkan.
"Hmm... Mum?" Ice memanggil setengah sadar, mengucek matanya dan tersenyum melihat wajah malaikat sang Ibu. Ia lebih mengeratkan pelukannya, mencium pipi orang tua yang telah melahirkannya. Merasa nyaman dalam pelukan hangat yang Boboiboy berikan.
Boboiboy terkekeh, mengecup surai berantakan Ice yang baru bangun tidur. Ia mengetahui bahwa di antara para si kembar, hanya Ice yang memanggilnya dengan kata 'Mum'. Dari sang anak mulai berbicara sampai sekarang, tak ada perubahan meski, bukan berarti Boboiboy tidak menyukainya.
"Sayang Mum sudah bangun?" Gemas Boboiboy mencium pipi gembul, mengelap sedikit sudut bibir yang terdapat remah roti.
"Apa kita sudah sampai?" Ice bertanya pelan, masih setengah mengantuk, suara kecilnya bersama manik biru cerah yang sayu itu sungguh menggemaskan.
"Kita istirahat sebentar. Mum sudah membawakan biskuit, bagaimana jika Ice membantu Mum membawanya?" Boboiboy berucap lembut, menurunkan Ice untuk memperbaiki kerah baju si kecil yang sedikit kusut.
Mendengar kata biskuit, Ice mengedipkan matanya tertarik, ia mengangguk sebelum kembali memeluk sang Ibu, membaui aroma cokelat hangat yang ia sukai.
..
...
Pria tampan itu memeriksa sekitar, menggandeng satu tangan anaknya dan menggendong yang lain. Fang menyeimbangkan langkah kaki Taufan yang ia gandeng, mencoba untuk tidak kewalahan saat sang anak melompat-lompat semangat. Thorn yang berada dalam gendongannya membuat Fang setidaknya bisa bernafas lega, tak ingin membuat kemungkinan sebuah keributan jika ia membiarkan dua kembar anaknya tidak berada dalam pengawasan. Mendapati si kecil hilang dalam kerumunan bukanlah suatu hal yang Fang inginkan.
Manik ungu kemerahan menilai, ada banyak keluarga yang beristirahat pada beberapa tempat yang sudah di sediakan. Sangat cocok untuk berhenti di sini saat tahu bahwa lingkungan, pepohonan dan beberapa stand begitu terawat. Fang memilih tempat yang cocok untuk mereka, tepat di bawah beberapa pohon pinus yang menjulang. Di depannya memperlihatkan pemandangan berupa perbukitan bersama perumahan penduduk sekitar. Agak ramai sebenarnya, tapi tempat ini yang paling dekat dengan parkiran dan beberapa stand makanan.
"Dad! Dad! Ramai sekali..." Taufan melompat-lompat senang, melihat banyak orang yang beristirahat bersama keluarga, ia juga berbinar melihat stand makanan yang ada di belakang.
"Itu?! Dad! Sangat bagus!" Thorn memeluk tengkuk sang Ayah, menunjuk pada penjual pernak-pernik. Boneka dinosaurus yang ia peluk di tangan kanannya membuat Fang teralihkan.
"Benar, kita ambil tempat bagian ini. Ayo kembali." Fang tersenyum tipis, mengatakan bahwa ia akan mengambil tempatnya pada seorang petugas yang ditugaskan di sana. Ia membawa Taufan dan Thorn kembali ke parkiran, tak memperdulikan sebagian pasang mata yang menatap mereka tersenyum karena gemas.
...
My Little Family
ICHADRAY
...
"Baik, masing-masing membawa termos susunya, oke?" Ochobot bertanya penuh senyum, memeriksa para si kembar yang menatapnya menunggu. Ia menyerahkan termos kecil berbeda warna yang berisi susu formula masing-masing, sedangkan ia menyusun beberapa keranjang makanan. Sesekali Ochobot menunduk menyapa beberapa orang yang melihat mereka, tahu arti tatapan kagum tak percaya sekaligus gemas yang tertuju pada para kembar cilik yang manis. Sungguh mengagumkan mengetahui ada tujuh anak-anak imut kembar identik,bukan?
Ochobot memberikan termos terakhir punya Ice yang dengan langsung memeluk miliknya, bertanya apa yang membuat si kecil yang suka sekali tidur itu masih menunggu saat kembaran lainnya telah menjauh.
"Cookie..." Ice mendongak, mata bulatnya menatap Ochobot penuh harap. Berniat membantu, membawa setidaknya satu keranjang biskuit cokelat kesukaannya.
Mendengarnya membuat Ochobot tertawa geli, mencubit pelan pipi yang gembul karena gemas. Ia memindahkan sebagian kecil biskuit yang ada di keranjang ke wadah plastik makanan instan, terlalu berat untuk Ice membawa satu keranjang besar. Ia menyerahkannya, tersenyum lebar merasa terhibur akan reaksi si kecil yang tanpa sadar meneguk ludah. Ochobot tertawa, berpikir bahwa Ice sangat lucu menahan diri untuk tidak langsung memak...-
Krauukkk...
.. - kannya. Ochobot speechless. Ya, dan satu cookie itu sudah di makan. Ice bersama wajah tak bersalahnya berlalu pergi.
...
..
.
...
Fang mendekati Boboiboy, menurunkan Thorn yang langsung memeluk kaki sang Ibu, terlihat ceria. Sang Ayah mengatakan mereka mendapatkan tempat. Fang tersenyum melihat Istrinya yang memberikan tanggapan sembari meminta Thorn bersama yang lain selagi ia menyusun barang bawaan. Fang terkekeh, mengangkatnya sekaligus untuk menggantikan.
Mereka mulai berjalan menjauh dari parkiran, Fang dan Ochobot yang membawa barang, membuat Boboiboy yang membimbing semua anak-anak. Ia berjalan di belakang, memastikan para si kembar tidak kehilangan jalan.
Para elemental cilik begitu menggemaskan, dengan setelan senada berbeda warna, membawa termos susu masing-masing di tangan, melangkah kecil dengan sepatu kets bersama celotehan yang cedel. Dapat mereka lihat semua orang yang mereka lewati memperhatikan, bahkan beberapa ada yang berhenti berjalan untuk menoleh terkejut nan gemas. Boboiboy hanya tersenyum, terbiasa oleh pandangan semua orang setiap kali ia mengajak semua anaknya bepergian.
"Mom, kenapa langit berwarna biru?" Solar menggandeng tangan sang Ibu, bertanya setelah ia menatap langit dan spontan ingin tahu.
Boboiboy menoleh, "Itu adalah pantulan dari warna lautan, sayang." Jawab Boboiboy lembut menuai wajah cerah Solar. Kemudian ia beralih pada kembaran lain,
"Blaze, hati-hati." Boboiboy berucap pelan, memperingati sang anak yang berlarian menyusul sang Ayah yang berada di depan. Sang Ibu menarik senyum, Blaze sangat hiperaktif, anaknya yang selalu bersemangat itu kini mengajak Taufan berlarian.
Ochobot menggelengkan kepalanya, melirik Halilintar memberikan isyarat yang berarti.
"Taufan, Blaze. Kalian mengganggu Daddy dan orang lain." Ucapan tanpa intonasi itu berasal dari Halilintar, netra merahnya memincing dan menjadikan dua kembaran lainnya menoleh cemberut, mulai berjalan bersama yang lain.
Ochobot menahan tawa, ia melihat sang Kakak pertama mengangguk puas, membuat Ochobot bertanya dalam hati, bagaimana Halilintar bisa memiliki kendali dan wibawa seperti itu saat usianya bahkan belum enam tahun?! Benar-benar aura seorang Kakak. Sang pengasuh diam-diam melirik Boboiboy, Ibu dari semua anak kembar itu tampak sangat manis, menggandeng Solar dan penuh senyum menatap hangat.
Mereka mulai menyusun barang, menggeraikan karpet dan berterima kasih pada sang petugas wanita, sempat mengobrol sebentar sebelum dengan gemas terpekik mendekati para si kembar cilik. Boboiboy tertawa, meletakan barang selagi membiarkan anak-anak dalam pengawasan Ochobot.
"Halo... Oh kalian sangat imut, bisa kita berkenalan?" Sang petugas melepas topi seragamnya, berjongkok memperhatikan tujuh kembar cilik yang mencerahkan matanya. Mereka benar-benar identik, sangat menggemaskan.
"Halo! Namaku Gempa." Gempa memulai terlebih dahulu, tersenyum lembut memperkenalkan diri dengan sopan.
"Aku! Aku! Namaku Blaze! Aku suka robot!" Blaze menyahuti, mendekat, manik oranye itu berbinar bersemangat memperlihatkan robot di tangan kirinya.
"Aku Taufan, sang naga badai... Wuss..." Kali ini Taufan memperkenalkan diri, melompat dan menggerakkan tangannya seperti melawan angin. Ia tertawa kecil sesudahnya, mengajak Blaze mendekat ke arah sang Ayah.
Petugas itu tertawa gemas, memperkenalkan dirinya kemudian. Ia bisa melihat dua kembaran identik itu begitu mengidolakan sosok Ayah yang mereka dekati, terlihat jelas binar di warna mata cantik yang mencoba membantu.
Beralih, sang petugas melihat kembaran yang lain. Agak sulit membedakan karena terlepas dari pakaian yang berbeda warna, tingkah menggemaskan mereka benar-benar menarik perhatian.
"Ice, apa kau mau cookies?" Ice mengedip polos, memperkenalkan diri saat tatapan petugas tertuju padanya.
"Namamu Ice? Ah, bolehkah?" Sang petugas bertanya penuh senyum, tak bisa mengalihkan bagaimana ia begitu gemas karenanya.
Ice mengangguk, Jemarinya meraih biskuit dalam plastik, menatapnya lama, ragu memberikan satu cookie yang utuh. Dan akhirnya, ia membelah menjadi dua bagian, memakan sebagiannya dan memberikan sepotong biskuitnya yang lain menggunakan tangan kanan. Membuat petugas itu menahan pekikan gemasnya, berterima kasih, geli oleh raut wajah tanpa beban mengunyah makanan.
Sekarang ia menoleh pada si kembar berpakaian hijau yang memiringkan kepalanya bertanya, boneka dinosaurus yang ada di pelukan itu menjadikannya sangat manis. "Siapa yang ini?"
"Oh, namanya Green Dino, dia teman tidur Thorn!" Si kecil tersenyum lebar, menunjukkan bonekanya dengan bangga. Bola mata emerald itu sungguh polos dan memikat. Sang petugas tak bisa menahan diri, ia mencubit pelan pipi yang tersenyum padanya. Terlalu gemas.
"Lalu ini kak Hali." Lanjutnya menarik kembar berpakaian berwarna merah yang merengut. Ekspresi datar yang tertampil imut itu sungguh menawan.
"Dan itu, Solar. Dia suka menghitung!" Timpalnya kembali, menunjuk satu lagi kembaran yang menggenggam sebuah buku. Si petugas berasumsi bahwa dia adalah kembaran terakhir. Tapi tunggu.. bukankah itu buku pembagian bilangan? Di usia sekecil ini?
"Ah, maaf. Apa anak-anak mengganggu?" Boboiboy mendekat, ia dan yang lain sudah menyiapkan makanan. Mendekat dan berharap para elemental tidak membuat keributan.
"Tidak sema sekali. Mereka benar-benar menggemaskan, betapa beruntungnya!" Petuga itu menyapa, siapa yang akan terganggu oleh keimutan para tujuh kembar identik?! Ia tak cukup gila untuk menyebutkan itu adalah gangguan.
"Ini Mommy! Mom! Cantik sekali..! Mommy Thorn!" Thorn berucap keras, memperlihatkan deretan gigi putihnya menatap sang petugas agar melihat sang Ibu. Memuji betapa Boboiboy sangat Thorn sayangi.
Boboiboy merona, membalas senyum. Ia mengusap surai si kecil Thorn yang memeluk kakinya.
"Apa kau ingin bergabung? Kami tidak keberatan." Boboiboy menawarkan, melirik tempat mereka istirahat. Ia tak keberatan, lagipula mereka membawa makanan lebih.
Sang petugas tersenyum lembut, kebaikan hati itu membuatnya enggan. Tak ingin menjadi orang yang menggangu waktu keberadaan keluarga yang begitu manis.
"Maaf, mungkin lain kesempatan. Jam kerjaku sudah habis, dan beberapa temanku menunggu di luar." Tolaknya halus. Boboiboy menampilkan wajah maklum, tersenyum dan berterima kasih telah menyapa.
Sang petugas tersenyum lebar, pamit untuk semuanya, senang berkenalan dengan keluarga yang bahagia sebelum undur diri. Ia bisa mendengar teriakkan yang cedel, melambai ke arahnya mengatakan sampai jumpa. Tersenyum, hati seorang petugas meleleh dibuatnya.
.
.
.
Pemuda pirang itu mengeluarkan keranjang, meletakkan beberapa potong biskuit pada wadah yang terbuka untuk mereka. Tikar besar telah dibentangkan, dan Ochobot tersenyum lembut melihat kini anak-anak berjalan menuju kemari bersama Boboiboy, yang berbalik sesudah berbincang pada seorang petugas wanita.
Thorn dengan manja menggandeng sang Ibu, mengayunkan lengannya senang. Di depan ada Gempa dan Halilintar, menangkap Ice yang hampir menjatuhkan cookies di tangannya. Boboiboy tampak khawatir, jadi ia menggendong Thorn dan mendekat, tersenyum lega mengetahui Ice tidak terluka. Dia juga memuji dua kembaran yang dengan sigap menangkap sang adik, membuat sebuah binar bangga pada manik masing-masing si kecil.
Ochobot kemudian ia beralih pada sang kepala keluarga, Fang. Pria berkacamata itu tengah sibuk membawa beberapa mainan Blaze dan buku Solar. Fang juga mengatakan agar Taufan tidak berlarian saat membawa tiga termos susu milik si kembar. Ochobot menahan kekehan gelinya melihat Blaze merengek ingin digendong, wajah cemberut itu sangat lucu. Fang tersenyum gemas, menggendong Blaze menggunakan satu tangan, mencium pipi yang menggembung kesal dan tertawa. Solar yang berjalan di samping tampak asik sendiri, ia bersenandung sembari menghitung langkahnya.
Ochobot menghangat, masih saja kagum pada Fang dan Boboiboy yang tahu bagaimana cara menjadikan anak-anak begitu berharga dan senang atas setiap apa yang mereka lakukan. Sungguh menggemaskan dan Ochobot berharap ia bisa seperti mereka suatu saat nanti.
"Ocho! Ocho! Lihat... Aku membawa tiga termos!" Taufan berlarian ke arah Ochobot, memberikan tiga teromos susu yang ia pegang susah payah dengan raut wajah bangga yang manis.
"Tiga?! Wow... Taufan sangat bisa diandalkan!" Ochobot membalas tak kalah semangat, menyusun termos masing-masing di atas meja pendek besar yang terdapat di sana. Ia melirik Taufan yang mengangguk, bibir kecilnya memberikan cengiran.
Boboiboy dan Fang datang, melepaskan sepatu para elemental dan duduk. Sang Ibu mendudukkan tubuhnya di sekeliling si kecil, menyuruh mereka untuk tidak kemana-mana selagi para orang dewasa menyiapkan makanan.
"Mom! Sudah ini kita akan bertemu Atok?!" Taufan memanggil sang Ibu yang sedang menuangkan susu dari ternos kecil mereka.
"Iya, sayang. Maka dari itu, ayo makan siang dulu," jawab Boboiboy lembut, ia memberikan sandwich yang Taufan minta. Mendapati sang anak berteriak betapa sandwich sangat enak.
"Mom? Mana susu punya Thorn?" Pertanyaan polos yang lembut, Thorn mengedip menunggu, memegang biskuitnya, emerlad itu menatap pria manis yang menjadi Ibunya. Boneka dinosaurus masih dipeluk erat, tak ingin berpisah.
"Ini, sayang... Mom sedang menuangnya, Thorn sudah haus?" Sang Ibu beralih, menyerahkan susu dalam botol kecil untuk sang anak yang mengangguk lucu, ia berterima kasih pada Ochobot yang membantu elemental lainnya.
Blaze mengambil kue kering, beringsuk masuk ke pangkuan Fang yang menggeleng, membiarkannya. Blaze memainkan robotnya sembari mengunyah makanan, dengan baik melahap suapan biskuit sang Ayah.
Si kecil Gempa duduk tenang di samping Ochobot, memakan makanan. Sesekali manik coklat itu melihat Ice yang ada di sebelahnya, mengelap pipi sang adik yang belepotan.
Berbeda dari Gempa, Halilintar tampak tak peduli. Ia menuang dan menyiapkan makanannya sendiri, sedikit merona bangga begitu Boboiboy memujinya.
Beralih pada si cilik berkacamata, Solar bersandar pada Ochobot, membawa kepalanya pada pangkuan sang pengasuh sambil mengesap dot susunya. Buku yang terbuka di kedua tangannya membuat Ochobot menggeleng maklum, akan sulit untuk membuat Solar bisa berhenti membaca meski sejenak. Ochobot tahu dari mana asal kacamata minus berwarna kuning yang dimodifikasi itu sekarang.
"Ocho?" Solar memanggil pengasuhnya, menurunkan bukunya sediki hanya untuk menatap Ochobot yang sedang meminum air mineral.
"Ya? Apa Solar ingin sandwich lagi?"
Solar menggeleng, lalu menyerahkan susu botolnya yang sudah habis.
"Siapa itu Albert Einstein?" Ia menatap dari sebalik kacamatanya, panasaran yang terpancar jelas melalui manik kuningnya.
Ochobot tertegun, ia bisa merasakan tekad Solar yang samar. Sesuatu seperti sebuah prestasi yang jenius. Ia berasumsi bahwa Solar mendapatkan nama itu dari buku yang kini dibacanya. Masih kagum dan bangga mengetahui para elemental yang kini bisa membaca walaupun sedikit mengeja. Kemungkinan buku itu adalah milik Fang, dan sang Ayah bahkan tidak repot untuk memberikannya.
Ochobot mengulas ingatannya, setidaknya ia mengingat pelajaran fisika di sekolahnya dulu sangat berhubungan dengan nama yang kini Solar tanya.
"Dia adalah orang yang sangat pintar. Pencipta teori relativitas dan masih banyak lagi. Solar bisa mencari tahu apa saja yang ditemukannya di buku."
Solar mengangguk-angguk, mencoba mencerna ucapan Ochobot. Membuat Boboiboy terkekeh bangga sembari mengelap remahan sandwich di pipi Taufan.
Fang hanya tersenyum, menaikan kacamatanya. Menatap hangat semua anak mereka yang manis dan menggemaskan. Dapat ia lihat beberapa orang menoleh ke arah mereka, tatapan gemas dan Fang tidak ingin peduli kecuali jika ada yang menggangu keluarga kecilnya.
"Dad, mau permen kapas.. Blaze mau permen kapas.." Blaze menarik-narik lengan sang Ayah, menunjuk sebuah stand yang menjual permen kapas berbentuk berbagai macam hewan. Robotnya sudah ia tinggalkan, dan tatapan mata bulat yang berbinar itu tak bisa berbohong.
"Permen kapas? Mauuu... Thorn juga mau!" Thorn menimpali, berdiri semangat dan melompat-lompat. Boboiboy menoleh ke arah sang penjual, membalas sedikit senyum menyadari si penjual yang berbinar melihat anak-anak menatap hasil usahanya.
"Permen...?" Ice bergumam di tengah rasa kantuk, botol susu di mulutnya masih setengah.
"Sayang... Bukankah kita tadi membeli permen? Lagipula kita baru saja makan, bukan?" Boboiboy berucap lembut, tak ingin para si kembar mempermudah proses perusakan gigi dengan memakan lebih banyak gula.
"Mom..." Blaze berhenti menarik tangan Fang, menunduk untuk merengut sedih.
Boboiboy menghela nafas, tak tega melihat sebagian para elemental hilang binar di mata mereka yang cantik. Fang tertawa, memandang sang Istri dan mengangguk.
"Baiklah, tapi dimakan setelah kita sampai di rumah Atok. Setuju?" Sang pria membuat pilihan, menjadikan para si kembar mengangkat kepala dan berdiri serentak bersemangat.
"Setuju..!"
Bahkan Halilintar dan Gempa sudah membereskan makanannya.
Fang dan Boboiboy tertawa, membelikan masing-masing satu untuk si kembar. Mereka kewalahan begitu anak-anak beralih memeluk mereka berdua. Tertawa memeluk permen kapas yang terbungkus plastik transparan.
..
Sang pengasuh tengah menumpuk barang saat semua elemental berada di sekitarnya, menatap senang dirinya. Ia menoleh ke arah sepasang suami istri yang berdiri di samping, mengangkat bahu.
Ochobot tak mengerti, tapi saat semua kembar cilik itu memintanya berjongkok, ia tahu ia tak bisa menahan luapan hatinya yang berbunga menerima pelukan. Ochobot tersenyum haru, selalu ada hal yang ia terima dari pasangan dengan tujuh kembar identik yang sudah ia anggap seperti keluarga.
"Selamat siang," Fang dan Boboiboy menoleh, terlihat ada dua orang yang sepertinya sepasang kekasih, membawa tas ransel dan menggenggam kamera yang di kalungkan, menyapa penuh senyum.
Boboiboy membalas bersama anggukan sopan Fang, mereka bertanya apa ada yang bisa dibantu saat menyadari tatapan gemas keduanya.
"Ah sebelumnya, maafkan kami yang lancang. Kami mengambil beberapa gambar kalian dan itu sangat bagus, bolehkah kami meminta izin?" Sang wanita tersenyum ramah, sedikit enggan melihat tatapan Fang yang datar.
"Gambar? Bisakah kami melihatnya?" Boboiboy mengelus sebelah punggung tangan sang Suami yang memeluk pinggangnya, merasa jika Fang ingin berbicara tentang sesuatu seperti meminta izin yang benar.
Pasangan itu saling menoleh, tersenyum lebar dan menyerahkan kamera, memperbolehkan untuk melihatnya.
Fang dan Boboiboy tertegun, tertampil bahwa ada dua gambar yang berbeda. Gambar pertama adalah saat mereka sedang makan.
Terlihat posisi para elemental yang begitu pas. Halilintar sedang mengelap mulutnya menggunakan serbet, seakan menyembunyikan rona di pipi yang gembul. Itu adalah saat sang Ibu memuji kedisiplinannya.
Di sebelahnya ada Gempa, tengah membagi biskuitnya kepada Ice yang tersenyum tipis memegang sepotong sandwich diiringi wajah mengantuk.
Lalu Thorn dan Taufan, dua kembar itu tampak sedang mengatakan sebuah lelucon, terlihat jelas saat tangkapan tawa dan gerak tangan yang terbuka memperlihatkan wajah manis penuh remah biskuit yang tertinggal. Itu adalah saat Boboiboy telah mengembalikan topi mereka yang jatuh ke wajah menjadi seperti semula.
Beralih ke samping, ada Solar yang sedang menunjuk buku menggunakan tangannya yang tidak memegang botol susu, bersama Ochobot yang mengangkat jemari seperti menjelaskan.
Dan terakhir adalah Blaze, si kecil hiperaktif yang tersenyum lebar mendapatkan sebotol susu lagi dari Boboiboy. Fang di sebelahnya tampak terbuai, memandang Boboiboy penuh cinta memperhatikan semua anak-anak dengan wajah lembut nan hangat.
Potret itu .. sangat indah, semua orang bisa melihat bahwa keluarga di sana begitu bahagia, bersama bingkai dari pepohonan hijau dan sedikit keburaman di sekeliling, memfokuskan mereka semua. Sungguh, posisi yang cukup sulit untuk kamera menangkap mereka semua, dan Fang menghargai bagaimana pemuda itu bisa mengambilnya sejelas mungkin.
Beralih, gambar yang kedua adalah saat Fang dan Boboiboy membelikan anak-anak permen kapas. Potret itu diambil dari bawah, sepertinya penangkapan gambar yang diperbesar saat menyadari ada sedikit rerumputan yang menghalangi. Namun, tidak menjadikan itu buruk. Sebaliknya, cahaya dan beberapa penegasan bahwa mereka tidak menyadari adanya kamera yang memotret menjadikannya sungguh menawan.
Anak-anak terlihat senang, berbinar membawa permen kapas di pelukan, tersenyum lebar menatap kedua orang tuanya penuh sayang. Fang dan Boboiboy berdekatan, jemari mereka bertautan, ekspresi hangat memandang anak-anak yang berisik.
Boboiboy terpekik haru, kagum dan bersemangat. Ia beralih kepada sepasang kekasih yang membuatnya melihat potret momen mereka.
"Ini sangat indah..." Puji Boboiboy tulus, mendapatkan Fang mengangguk setuju.
"Terima kasih," sepasang kekasih itu tersenyum senang, saling menoleh dan mengangguk mengambil kameranya.
"Ah, bolehkah kami mengambilnya?" Pria manis bertanya, Boboiboy berharap mereka mendapatkan gambar itu sebelum pergi.
"Tentu saja, kami akan mengirimkannya ke email anda. Dan jika diperbolehkan, bisakah kami mendokumentasikannya untuk tugas kampus? Sebenarnya ada kompetisi, dan kami berencana untuk menang." Sang wanita mengulum senyuman, malu saat melihat tatapan Boboiboy yang lembut dan cantik.
Fang dan Boboiboy saling menoleh, mengangguk akan isyarat tanpa kata. Membagi senyuman mereka sebelum kemudian mengizinkan dan memberi email untuk pengiriman. Tak ada kata 'tidak' untuk dua remaja ceria yang bertekad menjadi pemenang.
Sang pengasuh memperhatikan, menahan para si kecil untuk tidak menggangu percakapan empat orang dewasa itu sebentar. Ochobot merasa hatinya menghangat, tak pernah terpikirkan olehnya betapa keluarga ini sangatlah mudah menarik perhatian sekitar untuk sebuah kebahagiaan. Dan begitu ia bisa menjadi salah satu dari mereka adalah yang terbaik yang dapat ia terima. Ochobot... Sangat menyayangi Keluarga barunya.
.
.
.
Tbc
Silahkan Jejaknya Jika Berkenan..
