Happy reading
My Little Family
ICHADRAY
.
*
Sang kepala keluarga itu membelokkan mobil, sudah cukup dekat dengan pemukiman warga tetap pulau rintis. Manik keunguan yang terbingkai kacamata terlihat berpendar, melihat-lihat sekitar tanpa meninggalkan fokus pada jalanan.
Fang tersenyum tipis, menyadari bahwa tak cukup banyak perubahan di sekitar sejak terakhir kali mereka ke sini. Lingkungan bersih nan asri yang menjadikan kenyamanan udara untuk di hirup. Ia melirik sang Istri, Boboiboy tampak sependapat dengannya, mereka bertukar senyuman, lebih kepada nostalgia yang berarti.
Pemuda manis terkekeh, menoleh memeriksa anak-anak yang berisik dan bersemangat sejak mereka semua telah terjaga.
"Mom.. apa sudah dekat?!" Blaze berseru, tak bisa diam dari tempatnya duduk. Ia meletakan kedua lututnya diursi untuk melihat keluar melalui jendela.
"Mom.. seberapa jauh kita?!" Taufan mengikuti Blaze, tertawa pelan merasakan angin yang menyapu surai kecoklatannya.
"Kak Hali.. look.. ada penjual buah!" Thorn bergegas menuju Blaze setelah melihat sang kakak, tak menyadari ia refleks sedikit melemparkan bonekanya. Ia berteriak keras begitu menemukan stand di pinggir jalan yang menawarkan berbagai macam buah-buahan.
Solar yang merasa terganggu sedikit bergeser, duduk tenang di samping Halilintar yang menguap malas.
Di belakang, Ochobot bergeser mengawasi, memperingati tiga kembaran yang hiperaktif untuk tidak terlalu dekat pada jendela mobil.
Melihatnya Boboiboy tersenyum, ia bisa melihat bahwa Gempa melirik cemas para adik kembarnya yang terus berceloteh sembari melihat keluar. Wajahnya yang manis tertampil khawatir itu sangat lucu.
Berbanding dengan Ice, kembaran imut nomor lima itu malah sibuk membereskan biskuit yang ada di dalam plastik, menghitung jumlahnya dan menyimpannya. Bibir kecil tersenyum puas lalu kembali memejamkan mata untuk tidur, membuat Boboiboy terkekeh karena gemas. Bertanya-tanya bagaimana Ice bisa begitu cepat mengantuk.
"Sudah dekat, sebaiknya kita bersiap untuk turun sebentar lagi. Dan Taufan, Blaze, Thorn... Dengar apa kata Ochobot. Nanti kalian bisa jatuh, sayang." Ucap Boboiboy lembut, mengambil boneka dinosaurus Thorn yang jatuh di dekat Solar.
Ochobot mengatur kembali si kembar, menggeleng maklum. Permen kapas yang terbungkus apik ia singkirkan, memilih untuk meletakkannya di belakang agar mendapatkan lebih banyak ruang.
"Green Dino!" Thorn kembali memeluk bonekanya, tertawa kecil bersama Blaze yang juga memainkan robotnya.
Boboiboy mengangkat tangannya, mencubit lembut pipi gembul Thorn dan Blaze untuk mendapatkan balasan tawa sang anak. Terlalu gemas melihat kelakuan imut si kembar.
Berbalik, sang istri menatap Fang, baru menyadari jika pria tampan itu memperhatikan dari pantulan kaca kecil yang tergantung di depan. Tersenyum hangat melihat Boboiboy yang entah sejak kapan tersipu.
"Something wrong hm?"
Fang terkekeh, manik keunguannya memancar hangat. Ia meraih sebelah jemari Boboiboy, mengecupnya singkat.
"I love you." Ucap sang pria tulus, tersenyum dan kembali memperhatikan jalan. Terlepas dari perasaan mencintai Ibu dari anak-anaknya, Fang tahu bahwa ia selalu mengagumi sang istri yang telaten dan sigap pada anak-anak. Merasakan hatinya menghangat bahkan hanya untuk melihat Boboiboy tersipu setiap kali ia memberikan perhatian setelah sekian lama mereka bersama.
Ada sesuatu yang membuat Fang tak bisa berpaling, walaupun bukan berarti ia menginginkan itu. Tapi, di antara senyum manis nan cantik Boboiboy, perlakuan yang tulus, kesabaran yang membuatnya elegan, bahkan pelayanan tanpa mengeluh dan menuntut membuat Fang teralihkan. Ia menyukai gagasan bahwa pria manis di sampingnya adalah satu-satunya miliknya. Sampai pada karunia yang menjadikan mereka sebagai Ayah dan Ibu, Fang tidak bisa tidak jatuh cinta lagi dan lagi.
"I love u too, dad...!" Blaze menginterupsi, memberikan senyum lebar mendengar bisikan sang Ayah yang tidak sengaja dia dengar. Lalu ia menghadap sang Ibu.
"I love you, Mom!" Lanjutnya semangat, membuat para kembarannya yang lain mengatakan hal yang sama saat mereka sudah sampai.
Boboiboy tertawa kecil, memutar tubuhnya keluar dan membuka pintu mobil. Ia mengatakan secara tak langsung agar Ochobot keluar terlebih dahulu untuk membawa barang.
"I love u, one!" Ucap Boboiboy penuh senyum, mengecup dahi si kecil Halilintar yang keluar terlebih dahulu. Kembaran pertama itu tampak berkharisma dengan aura dingin dan kedipan mata ruby yang tajam. Ia terkekeh melihat sang Kakak pertama membalas ucapannya melalui bisikan pelan sebelum pergi. "Love u too, Mom.."
"I love u, two!" Boboiboy kembali menarik senyuman, membantu Thorn yang bersemangat untuk keluar mendahului Solar yang tengah melipat bukunya.
"Really love u, Mom! Thorn sayang Mommy!" Si kecil menjawab kembali, tertawa polos sembari memeluk Bonekanya. Thorn terlihat senang dengan kecupan di dahinya, tertampil jelas melalui emerlad berkilau begitu ia memeluk leher Boboiboy untuk kecupan singkat di pipi sang Ibu sebelum turun.
"I love u, three! berapa akar dari 46?" kali ini Solar yang berdiri tenang, mengapit bukunya di sebelah lengan menunggu kecupan.
"So many love for Mommy! Enam!" Jawab Solar cepat, manik kuningnya memancar bangga, mengetahui Ibunya yang cantik tersenyum lembut padanya, mengatakan ia pintar dan menghadiahkan ciuman hangat di pelipis. Boboiboy tersenyum, terkekeh pelan. Ia tahu jika Solar menyukai bagaimana seorang bertanya padanya, menanyakan apa yang ia ketahui dengan cepat menjawab secara spontan.
"I love u, four... And.. five!" Sang Ibu beralih pada Blaze dan Taufan, dua kembar cilik yang bersemangat melompat untuk turun. Boboiboy dengan sigap menahan mereka berdua menggunakan kedua tangan, tertawa bersama saat Blaze dan Taufan mencuri ciuman manis di masing-masing pipinya.
"We love Mommy!" Teriak mereka antusias, memperlihatkan deretan gigi putih bersama taring kecil yang lucu.
Boboiboy melepaskan pelukan, membiarkan keduanya keluar bersama yang lain. Ia menoleh hanya untuk menemukan Gempa, anak kembarnya yang nomor dua tersenyum hangat. Boboiboy seolah melihat cerminannya sendiri saat setiap kali menemukan senyum hangat milik Gempa.
"I love u, six." Ibu dari tujuh orang anak itu mengedipkan sebelah matanya, membalas senyuman Gempa tak kalah lembut. Ia mengangkat sang anak, mengecup pipi gembul sebelum menurunkan tubuh pria kecilnya yang membalas ciuman kecil di pipi.
Beralih, Boboiboy menunggu yang terakhir, mengedip bingung tak menemukan Ice di hadapannya. Ia memeriksa ke dalam, menarik kedua sudut bibir dan menggeleng pelan. Tampak Ice masih memejamkan mata, Boboiboy berasumsi bahwa anaknya yang suka sekali tidur itu tidak menyadari bahwa tinggal dia sendiri di mobil.
"Baby Ice, wake up.." sang Ibu mengelus surai berantakan Ice, terkekeh mendengar erangan pelan. Ia melepaskan seatbelt yang terpasang, menggendong si kecil keluar.
Ice membuka kelopak matanya, memperlihatkan warna biru cerah berkilau menatap sang Ibu yang tersenyum hangat. Ia selalu suka aroma dan senyuman manis Ibunya setiap kali membuka mata.
"Mum? Kita sudah sampai?" Tanya Ice serak, bergerak lemah seolah mengatakan bahwa ia ingin kembali tidur.
Boboiboy tak bisa menahan diri, terlalu gemas. Ia mengecup hidung mungil si tukang tidur, tertawa kecil melihat Ice membalas dengan kecupan manis di pipinya bersama renguhan erat di lehernya.
"Kita sudah sampai, ayo bersama yang lain." Ucap Boboiboy penuh perhatian, menurunkannya agar para elemental berkumpul.
_
.
Terlihat sebuah rumah dua tingkat yang sederhana, tampak tua namun elegan di saat bersamaan dengan beberapa tumbuhan rambat cantik yang mengelilingi, lengkap dengan bagasi dan desain taman kecil yang unik. Terlihat agak sedikit berbeda dari terakhir kali mereka mengunjungi Tok Aba, dan itu adalah tambahan bangunan kokoh di sampingnya yang sejalur melalui ruang tengah. Fang dan Boboiboy memastikan bahwa Tok Aba sengaja membuatnya untuk mereka. Para si kembar yang tumbuh dan semakin aktif untuk mendapatkan lebih banyak ruang.
"Atok...!"
Para elemental memanggil dan berlarian, melangkahkan kaki kecil mereka menuju Tok Aba yang berjongkok merentangkan kedua tangannya. Merasa tak bisa lebih bahagia merasakan tubuh tuanya dipeluk oleh para si kembar.
"Atok! Tok Aba, sehat?!" Gempa bertanya gembira, melepaskan pelukannya sesaat untuk menatap wajah sang kakek yang mereka rindukan.
"Atok! Blaze membawa robot! Lihat!" Tarikan tangan yang bersemangat, Blaze bersama manik oranye berkilau miliknya tampak membara, memperlihatkan mainan robotnya.
"Tok, kita akan menanam jagung? Kapan? Di mana?" Thorn tersenyum lebar, melompat-lompat kegirangan bersama boneka Greendino miliknya.
"Tok Aba, Atok tahu tidak, ternyata tenaga matahari bisa menggerakkan satelit di luar angkasa!" Solar dengan semangat berucap bangga, tertahan antara pikirannya untuk menjelaskan lebih lanjut tentang apa yang ia baca.
"Atok! Kenapa Tok Aba semakin tua?" Taufan menggenggam jemari Tok Aba, mengerutkan dahinya kebingungan saat menyadari keriput yang jelas.
"Hmm.. cookie?" Ice berdiri di samping Halilintar yang diam memperhatikan, menawarkan biskuitnya pada sang Kakak sambil tersenyum hangat. Mendapatkan jawaban Halilintar yang menggeleng, Ice mengangkat bahu, memilih untuk memakan biskuitnya sebelum mendekat ke Tok Aba yang kualahan.
"Sayang... Bagaimana dengan memberikan salam yang benar?" Boboiboy menengahi para si kembar yang ribut, berjalan bersama Fang dan Ochobot yang mengiringi di belakang, tersenyum begitu menemukan seorang pria tua yang terkekeh dikelilingi oleh para elemental yang semangat, lengkap dengan kacamata kecilnya ditimpali hangatnya senyuman. Pancaran kerinduan menampilkan, membuat Boboiboy membalas hal yang sama. Sudah cukup lama untuk bertemu Tok Aba sejak terakhir kalinya.
Para Boboiboy cilik memberikan cengiran, segera berbaris dan menyalami tangan Tok Aba.
"Bagaimana kabar, cicit-cicit Atok?" Tok Aba bertanya lembut, penuh senyuman rindu kepada tujuh kembar identik yang begitu manis mengelilinginya. Sang pria tua merasa hangat, tak mempermasalahkan keinginan Boboiboy yang membuatnya terlihat lebih muda dengan panggilan 'Atok' kesayangannya. Karena, terlepas dari kebiasaan Fang dan Boboiboy yang menyertai, pria berkacamata yang terkenal dengan racikan cokelat lezat itu juga menginginkan hal yang sama. Panggilan dekat dengan para cucu dan cicitnya.
"We're fine!" Jawab para elemental serempak, memberikan cengiran manis sembari menyalami Tok Aba bergantian. Senyum kebahagiaan menghiasi wajah yang berkeriput, mengecup dahi mereka satu-persatu.
Fang dan Boboiboy menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah para si kembar, meski begitu tetap menarik senyuman. Mereka terlalu bersemangat.
Tok Aba membalas salam, memeluk Fang dan Boboiboy sebelum menyuruh mereka semua masuk.
"Tok..." Ochobot merasa hangat, membalas pelukan sang pria tua yang sudah ia anggap seperti kakeknya sendiri.
"Kali ini sendiri, Ochobot? Pacarmu tidak ikut?" Tok Aba bertanya pelan, melihat sekeliling dan tidak ada tanda-tanda kehadiran orang lain yang mengikuti di belakang. Bukan tanpa alasan Tok Aba bertanya demikian, beberapa kali Fang dan Boboiboy pulang bersama Ochobot, Tok Aba pasti akan menemukan satu orang lagi pemuda tampan yang berpredikat sebagai kekasih sang pengasuh. Menemani pacarnya berlibur sekaligus dengan menjaga para si kembar. Menemukan Ochobot yang mengangkut barang sendirian membuat Tok Aba bertanya-tanya.
"Ah, tidak... Dia ada jam kerja beberapa hari ke depan." Jawab Ochobot merona, malu mengakui bahwa ia dan sang kekasih begitu dikenal sebagai salah satu anggota keluarga Boboiboy. Ia menyalahkan kekasihnya yang cukup protektif hanya agar ia tidak terpikat oleh siapapun saat berlibur, mengikutinya dengan dalih membantu menjaga para elemental. Meski sebenarnya keluarga Fang dan Boboiboy tidak keberadaan sama sekali, yang ada mereka akan berterima kasih hingga menggodanya lebih sering. Ochobot cukup bersyukur bahwa pacarnya tidak ikut kali ini, atau itu akan lebih memalukan.
"Ayo masuk dulu, Atok sudah menyiapkan hot chocolate special di dalam." Balas Tok Aba bangga, menuntut mereka semua setelah mendahulukan para elemental yang masuk ke rumah sembari berlarian riang.
"Atok! Mana mobil Blaze?"
"Mobil..!"
"Mobil..! Mobil..!"
Si kecil Blaze bersama Taufan dan Thorn bertanya setelah memasuki rumah, menanyakan mobil besar mereka yang bisa di naiki memang di tinggalkan di tempat sang Kakek.
"Ada di dalam sana, ingat... hati-hati mengeluarkannya," Tok Aba menunjuk ruangan yang di khususkan, membuat tiga kembaran aktif itu bergegas mengeluarkannya.
Taufan, Blaze dan Thorn mulai menaiki masing-masing mobil mereka, berkeliaran di atas lantai luas bermain semangat. Thorn bahkan mengajak Halilintar untuk menumpang di sampingnya, yang ditolak halus sang Kakak karena ingin memanggil Ibunya.
Solar dan Ice duduk di sofa santai, tepat berada di samping Tok Aba menunjukkan apa yang mereka bawa. Ice dengan biskuit cokelat buatan sang Ibu membagikan penuh binar, dan Solar yang menunjukkan buku barunya.
"Tok .. cookies mommy!" Ice tersenyum manis, memberikan bingkisan plastik terdapat cookie yang sudah ia bagi untuk sang Kakek. Sebagai gantinya, ia mendapat kecupan sayang di dahi dan usapa gemas pada rambutnya.
"Tok Aba! Apa Atok tahu jika matahari bisa menggerakkan satelit?! Aku membacanya dan itu keren!" Solar berucap semangat, melompat-lompat mencoba menjelaskan bagaimana tenaga matahari bisa di manfaatkan untuk ilmu pengetahuan di luar angkasa. Manik kuningnya berbinar dari sebalik kacamata minus yang sudah dimodifikasi, membuat Tok Aba terkekeh menanggapi tak kalah semangat.
Sedangkan si kecil Gempa, sesudah sempat berbicara bersama sang Kakek, ia berjalan menemani Ochobot menuju dapur. Mencoba membantu sang pengasuh menyiapkan hot chocolate Tok Aba yang begitu terkenal.
.
My Little Family
ICHADRAY
.
Rumah yang nyaman bahkan setelah sekian lama sejak pertama kali ia menginjakkan kaki di rumah. Sempat berbincang bersama Tok Aba sebentar, Boboiboy segera meletakkan barang-barang ke dalam kamar mereka, membiarkan para si kembar identik bermain-main bersama sang Buyut tersayang. Ia mengambil jaket sang suami yang menghela nafas lega mereka sampai dengan selamat. Terpekik kaget saat Fang langsung memeluknya dari belakang begitu ia berbalik, menenggelamkan wajah ke tengkuknya dalam. Semburat merah muda muncul, Boboiboy tersenyum sayang, mengusap jemari kuat yang memeluk pinggangnya.
"Apa kau ingin beristirahat sebentar?" Tanya Boboiboy mengetahui Fang pasti cukup lelah dari perjalanan yang cukup panjang. Berpikir jika waktu sudah hampir mendekati malam. Ia berbalik dan melepas rengkuhan hanya untuk melihat Ayah dari anak-anaknya itu menatap hangat penuh cinta.
"Tidak perlu, hanya akan mandi dan berganti pakaian," jawab sang kepala keluarga pelan tanpa meninggalkan senyum tampannya.
Boboiboy mengangguk, ia mengatakan akan melihat para elemental. Waktunya untuk mereka mandi sebelum ia ditarik, merasakan pipinya terbakar mengetahui Fang menciumnya mesra.
"I love you," Bola mata berwarna keunguan di sebalik kacamata itu tampak menawan dan Boboiboy tidak bisa tidak tersipu. Fang selalu mengejutkannya dalam hal-hal manis yang pria itu lakukan.
"Me too.." ucap Boboiboy lembut, terkikik geli mendapatkan kembali pelukan erat sang suami bersama kecupan sayang di pipi. Fang selalu menyukai reaksi sang istri, ia hampir akan menggoda Boboiboy saat suara anaknya terdengar.
"Mom..?"
Pria manis itu tertawa, menjauh dari Fang sebelum ia benar-benar ditarik kembali untuk sebuah bisikan romantis yang membuat wajahnya terbakar malu. Mendorong sang suami, Boboiboy keluar setelah mendengar si kecil Hali yang memanggilnya dari luar.
"Hali, ayo bersama yang lain.. sudah sore waktunya untuk mandi, sayang." sang Ibu berjongkok, berucap lembut menyingkirkan beberapa helai rambut yang hampir menutupi mata ruby mempesona sang anak. Halilintar mengangguk, menarik senyum tipis lalu menggandeng tangan Ibunya.
.
Boboiboy memasuki ruang tengah, tertawa ringan melihat Tok Aba yang juga tertawa meladeni para si kembar yang berisik.
Membiarkan Halilintar ditarik si polos Thorn, Boboiboy melangkah menuju Ochobot yang membawa hot chocolate, membantu pemuda cantik itu membawanya. Ia tersenyum dan mengecup dahi Gempa saat sadar anaknya yang ke-dua dengan manis menolong sang pengasuh.
"Thanks, baby." Ucap Boboiboy meletakkan nampan, berterima kasih atas bantuan Gempa yang tulus, membuat manik almond itu bersinar hangat.
"Cokelat...!"
"Hot chocolate special Atok..!"
"Cokelat! Cokelat!.. I love cokelat!"
"Hmm... Hot chocolate?"
Para elemental yang melihat seketika mendekat semangat, tiga kembar cilik yang menaiki mobilnya melaju cepat, menuju Ochobot dan Boboiboy yang kini duduk di tikar depan televisi yang menyala.
"Baby.. pelan-pelan, sayang.. nanti kalian bisa jatuh." Sang Ibu memperingati, cemas melihat trio hiperaktif yang mengendarai mobil mereka cukup cepat.
"Tinnn... Tumpangan untuk Ice!" Mobil kecil Blaze berhenti, ia bersemangat menunggu adik kembarnya untuk naik. Tertawa ceria saat mereka berdua mulai menjalankannya.
Ochobot terkekeh geli melihat Blaze memberikan tumpangan pada Ice yang dengan senang hati naik. Berpikir Ice tak ingin menghabiskan tenaga dan menghemat waktu bersama Blaze yang melaju. Wajah imut identik yang tertawa itu benar-benar menggemaskan.
Taufan dan Thorn menjalankan mobil yang mereka naiki beriringan, sama-sama menampilkan cengiran manis yang lucu.
Si kembar terakhir berjalan bersama Tok Aba, melompat senang untuk jawaban cermat dan tanggapan spontan yang pria tua itu berikan.
Sedangkan Halilintar, ia sudah duduk tenang di depan televisi, mengganti saluran pada acara promosi sebuah movie trailer yang akan tayang.
Boboiboy tersenyum, merasakan hatinya menghangat. Ia akan menunda sejenak untuk memandikan anak-anak, memilih menikmati tawa ceria nan manis mereka sembari memberikan hot chocolate yang telah dibuat. Mereka sudah makan di perjalanan, tinggal menunggu untuk makan malam. Boboiboy berpikir akan memasak pindang saja setelah memeriksa kulkas di dapur.
"Mana, Fang? Atok sudah membersihkan kamar kalian agar dia bisa beristirahat dari perjalanan." Tok Aba memulai, duduk bersama yang lain, ia menyuapi Solar yang tengkurap sembari membaca buku.
"Hanya sedikit lelah tak akan membuatnya langsung istirahat, Tok. Fang sedang mandi." Balas Boboiboy pelan, sebuah senyuman menariknya lagi dan lagi akan tingkah si kembar yang manja. "Solar... Duduk saja, sayang. Kau bisa sesak nafas jika seperti itu." Lanjut sang Ibu lembut, mengangkat dan mengubah posisi kembar terakhir agar duduk bersandar di kursi bantal khusus anak-anak.
Solar menaikan kacamata, memberikan cengiran manis saat Ibunya memberikan atensi agar ia duduk membaca dengan benar. Ia mengecup pipi Boboiboy, menerima suapan sang Kakek yang tidak keberatan sama sekali, tahu bahwa ia di sayangi.
"Ocho! Ayo naik.. kita akan melintasi perbukitan penyihir!" Taufan berucap semangat, berbelok dan menepuk tempat duduk di sebelahnya.
"Ocho! Sama Thorn saja!" Thorn tak kalah senang, tertawa kecil pada Taufan yang merengut merasa tertantang.
"Thorn.. aku yang mengajak duluan!" Taufan berucap kesal, meletakkan lidahnya mengejek.
"No... Ochobot mau sama Thorn, kan?" Thorn balas mengejek, mendekati Ochobot yang tertawa melihat tingkah mereka.
"Ocho...-"
"Berisik.. Ochobot akan menemaniku menonton TV!" Halilintar menimpali, manik ruby berkilaunya berkilat terganggu. Ia sedang menunggu acara seni bela diri favoritnya saat adik kembarnya berceloteh. Ia mendekati Ochobot lalu duduk di pangkuan sang pengasuh, mengabaikan Taufan dan Thorn yang terdiam cemberut.
Tok Aba, Boboiboy dan Ochobot tertawa, di iringi suara kekehan geli Fang yang keluar dari pintu. Itu terlalu imut dan lucu, bagaimana Halilintar menengahi untuk membuatnya bisa lebih beruntung.
"Ochobot terlalu besar untuk naik ke mobil." Fang berucap lembut, menahan tawanya melihat delikan Halilintar yang tidak ingin di ganggu. Anak kembar pertamanya sangat manis.
"Daddy!" Melupakan kejadian, Taufan dan Thorn melaju mendekati sang Ayah hanya untuk mendapatkan kecupan sayang di dahi. Tertawa kecil saat mereka di angkat dari atas mobil bersama-sama dan di letakkan di samping Ochobot.
"Ochobot!" Teriak mereka antusias, mengganggu Halilintar dengan memeluk sang pengasuh yang tertawa jenaka.
Fang beralih pada sang Istri, membawa si kecil Gempa yang anteng meminum cokelatnya ke tengah-tengah mereka. Lalu ia mengambil makanan Ice saat mobil Blaze melewatinya, tertawa menemukan anaknya yang suka tidur itu merengut masam.
Boboiboy menghela nafas, Fang saat mode jahilnya muncul. Ia berbalik, mencubit paha si Suami penuh sayang. Tersenyum hangat dan mengangguk saat Fang menyeringai memberikannya kembali bersama kecupan di pipi yang gembul, mencurahkan kasih sayang. Tok Aba menggeleng, meski begitu terkekeh kecil. Terkadang hal-hal seperti ini terasa menyenangkan untuk dilihat dan di simpan dalam memori.
..
TBC
Silahkan jejaknya jika berkenan..
