*Flashback*
Seminggu yang lalu sebelum keanehan terjadi...
Mirabel saat itu menjalani aktivitasnya seperti biasa. Di Casita, Mirabel paling sering bangun lebih awal dan menyiapkan semua piring ke meja saat sarapan. Bahkan Familia pun juga sarapan di luar halaman. Salah satu moment favorit dalam setiap kegiatannya.
Siang hari berikutnya, Mirabel pergi ke perumahan. Dia bertemu anak-anak yang mengagumi Familia Madrigal dan meminta Mirabel mengajari mereka cara menjahit pakaian. Mereka tahu Mirabel tidak punya gift, tapi anak-anak itu nampak senang ketika dia selalu bersama mereka.
Bahkan Abuela semakin dekat dengan Mirabel, sekarang Abuela tidak lagi terlalu menekan familia. dia membebaskan semuanya agar tetap nyaman dalam menggunakan gift mereka.
tía Pepa tidak perlu lagi memaksa perasaannya. Awannya sekarang bisa di kendalikan, moodnya perlahan membaik.
Luisa jadi sering beristirahat dan tidak perlu memaksa dirinya terus bekerja.
Isabela lebih ekpresif menciptakan tanaman-tanamannya yang sangat langka. tidak harus sempurna, tapi unik. Semua orang menyukainya!
Dolores jadi sering berkencan dengan Mariano.
Antonio mulai belajar menggunakan giftnya untuk membantu masyarakat, dengan berbicara pada hewan-hewan. Antonio nampaknya sudah menemukan potensi terbaiknya.
Camilo yang sering menghibur masyarakat dengan giftnya yang bisa berubah menjadi siapapun.
Dan mama Julieta yang seperti biasa menyembuhkan masyarakat dengan makanannya.
tío Bruno... mungkin sejak kembalinya ke Casita, dia berusaha mengumpulkan kembali kepercayaan masyarakat Encanto. Bruno masih takut kalau dirinya dianggap pembawa sial karena ramalan-ramalan masa depannya selalu berakhir buruk. Tetapi, masyarakat Encanto perlahan menerima Bruno kembali.
Dan sekarang, tío terbuka. dia tidak ragu lagi menolong orang untuk mencari masa depan. Dia selalu tahu bagaimana menggunakan giftnya dengan tepat.
Semuanya normal, tidak ada masalah apapun.
Tapi semua kegiatan-kegiatan menyenangkan itu berubah ketika malam menjelang...
.
"Miraboo! besok pagi kau mau main accordion di alun-alun?" tanya Agustín, sambil berusaha menggeser piano. Tapi tanpa sengaja ujung jarinya terbentur kaki piano. (yah seperti biasa, papahnya selalu saja ceroboh)
Mirabel tertawa. "Kurasa tidak masalah pa. apa kau akan membawa piano?"
Agustin tertawa sambil mengaduh kesakitan memegangi jarinya. "Hahahah! aduh... aughh! ouch, tentu saja mi hija. Besok Luisa yang akan membawanya ke alun-alun."
"ay Agustín." Julieta menggelengkan kepala, entah mengapa Agustín akhir-akhir ini seringkali terbentur. Tadi pagi dia di kejar lebah dan menabrak pohon, sorenya tercebur ke sungai dan sekarang jari kakinya terbentur piano. Tanpa banyak kata, dia langsung menyuapi suaminya sebuah Arepa.
"mi amor, besok pagi mungkin akan melelahkan. Bagaimana kalau kau mengambil waktumu untuk istirahat?" tanya Julieta.
"Tidak apa-apa, mama! aku baik-baik saja! tadi pagi anak-anak ingin sekali belajar menjahit. dan lihatlah! ini hasil karya milik Alejandra, yang ini punya Juancho dan ini Cecilia!" ucap Mirabel sambil menunjukkan hasil karya jahitan milik anak-anak yang bagus.
"Ini indah sekali. Kau mengajari mereka dengan baik." kata Julieta.
"Aku akan langsung ke kamar. Besok akan menjadi hari yang panjang. Buenas noches mama, papa!" ucap Mirabel sambil memberi pelukan ke kedua orang tuanya dan bergegas ke lantai atas.
"Buenas noches cariño!"
.
Mirabel hendak ke kamarnya, tapi sekilas ia melihat cahaya aneh yang melewati dirinya.
"Eh?"
Dia melirik ke kanan dan ke kiri, Mirabel yakin ada sesuatu yang baru saja melewatinya. Tapi apa itu?
"hmmm..." Mirabel menghentikan langkahnya di depan pintu. Lantai atas di Casita sudah sepi. Prima dan primonya juga sudah berada di kamar masing-masing. hanya dirinya yang masih berada diluar. Matanya melihat ke arah lilin yang terletak di bingkai jendela Abuela.
Masih menyala.
Entah mengapa, Mirabel akhir-akhir ini sering memperhatikan lilin. Dia tidak punya kekhawatiran yang besar, tapi tanpa alasan yang jelas, dia selalu mengamatinya. Seolah memastikan lilin keluarga masih menyala.
Mirabel tidak yakin bagaimana dia harus menjelaskannya, tapi dia tidak menceritakan ini pada lainnya.
'Mungkin, hanya perasaanku' dia bergumam.
Belum sampai ia memegang knob pintu, angin tiba-tiba berhembus. hampir menerpakan roknya.
"Whoa!"
Ada apa ini?
Mirabel yakin cuaca malam ini baik-baik saja. Seharusnya.
Lilin yang sempat ia amati seketika apinya mengecil, Mirabel panik. Dia mencondongkan tubuhnya ke depan dan memperhatikan lilin sekali lagi. Secara perlahan, lilinnya menghitam.
'Ga-gawat!'
Lilinnya menghitam!
Dia melepas kacamata dan mengusap kedua matanya. Mirabel masih berusaha postifif kalau penglihatannya yang salah. Dan setelah ia memperhatikan lagi, lilinnya masih normal. tidak menghitam.
Dia menelan ludahnya dengan perasaan cemas, apa dia harus memberitahukan ini pada familia? jika dia memberitahunya, semua akan panik. Mirabel tidak ingin kejadian dua kali nyaris mencelakai familia. terlebih.. selama 7 bulan, semua berjalan normal.
Seketika kepalanya terasa pusing, Mirabel memegangi sisi kepalanya sambil berpegangan ke pagar didepan kamar. Rasanya seperti mengalami migrain, tapi rasa pusing tersebut dengan cepat menghilang.
"Ughh.. ada apa ini..." Mirabel bergumam.
Api yang menyala di lilin milik Abuela belum redup. Mirabel berharap tidak ada kejadian aneh yang menimpa keluarganya. La Familia Madrigal itu kuat, kita adalah keluarga hebat.
15 Detik dia berdiri di depan pintu kamar, akhirnya Mirabel buru-buru masuk. Sekarang, jantungnya berdegup cepat.
Semenjak saat itulah, Mirabel mulai mimpi buruk.
Dia bermimpi mamanya memberi racun mematikan ke makanannya. Dia bermimpi Isabela membunuhnya dengan kaktus monster, kemudian tía Pepa yang awannya langsung menghembus kencang seluruh perumahan Encanto, Camilo yang mulai berperilaku nakal, Dolores yang diam-diam mampu mendengar rasa takut Mirabel, Antonio yang dapat menyuruh binatangnya menerkam Mirabel...
Benar-benar mimpi buruk yang menakuti Mirabel selama satu minggu kemarin...
Dan hari ini...
Mirabel berusaha bersikap normal.
Usai mereka menyelesaikan sarapannya. Seluruh keluarga pun langsung keluar dari Casita untuk membantu masyarakat. Hanya Mirabel, Luisa, Julieta dan Agustín yang masih berada di Casita karena harus bersiap-siap dahulu.
Sambil menunggu, Mirabel mendongak ke atas dan memperhatikan sekali lagi ke lilin yang masih menyala di jendela Abuela. Syukurlah, lilinnya tidak menghitam. Untuk kali ini.
"Pssh, Mira" panggil Luisa.
Mirabel langsung menoleh.
"Kau baik-baik saja kan?" bisik Luisa.
Mirabel mengangguk cepat. "I-iya..."
Luisa memberinya tepukan lembut ke bahu adiknya. "Jangan khawatir, kita akan baik-baik saja."
"Kau janji tidak akan memberitahukan yang lainnya kan? soal mimpi burukku? dan lilin yang menghitam" bisik Mirabel lagi, matanya melirik sekeliling untuk memastikan tidak ada yang mendengar obrolannya.
Luisa mengangguk cepat.
"Aku janji, ini hanya kita berdua saja."
"Benar, hanya kita berdua. Lilin menghitam, keajaiban memudar, semua menjadi jahat, itu hanya mimpi. Nanti malam kita pergi ke kamar tío Bruno untuk membahas perihal masalah ini."
Luisa dan Mirabel sama-sama mengangguk.
Tapi mereka juga harus memastikan kalau Dolores tidak mendengar. Yahh.. kalaupun dia dengar, Mirabel sudah bersiap membekap mulut primanya itu jika diacoba-coba mengatakan ini pada keluarga.
"Kalian belum pergi?" tanya Bruno.
"tío!"
Bruno datang sambil merapihkan ruananya. "Ku kira kalian sudah di alun-alun perumahan?"
"tío Bruno! ku kira kau sudah diluar?" tanya Mirabel.
Bruno hanya mengangkat bahu. "Sebenarnya, aku berencana libur. aku sudah bilang ke mama kalau aku perlu beristirahat, kepalaku agak pusing."
Luisa dan Mirabel saling bertukar pandang, mungkin... mungkin mereka bisa memberitahunya sekarang?
"Hei, kalian nanti malam mau menonton pertunjukkan telenovelaku-kan?" tanya Bruno.
Mirabel tertawa canggung. "Ehm...tío.. sebenarnya aku-"
"Ya?"
Mirabel dan Luisa menghela nafas berat, mereka agak menunduk.
"tío, sebenarnya ada yang ingni kami katakan." kata Luisa.
"Oh? apa itu?" Bruno bertanya, agak khawatir melihat kedua sobrina-nya mulai murung.
"Ini sebenarnya rahasia. yaa aku tahu, membuat rahasia di keluarga ini sebenarnya tidak bagus, tapi.. kuharap tío berjanji jangan memberitahukan ini pada keluarga." kata Mirabel.
Bruno mengedipkan matanya berkali-kali, dia nampak bingung.
"Ohh ayolah tío! aku serius!" Mirabel frustasi.
"Ah bukan bukan! maksudku... kau nampak... mengkhawatirkan sesuatu?"
"Iya memang begitu! makanya aku ingin mengatakan sesatu!" Mirabel malah nge-gas. wow, oke. tenang.
"Whoa whoaa Mira! tenang! baiklah, aku mendengarkanmu."
"Aku mengalami mimpi buruk, tío. Sebenarnya, ini berhubungan dengan keluarga kita. Maksudku... kau lihat lilinnya?" tanya Mirabel, menunjuk ke atas.
"Ya lalu?"
"tío, apa kau pernah iseng melihat masa depan? masa depan Familia kita?" tanya Mirabel lagi.
Bruno tertawa kecil, dia mengangkat bahunya lagi. "Jujur, sebenarnya aku mulai jarang memprediksi masa depan familia kita, Mira. karena aku berpikir, kita semua akan terus baik-baik saja. Aku hanya tidak ingin kejadian buruk terulang lagi hanya karena prediksiku. Tapi... jika ada sesuatu yang terjadi, aku mungkin akan mengatakannya langsung."
"Nah! kalau begitu bagaimana kalau nanti malam kita berada di ruanganmu dan kita sama-sama melihat apa yang terjadi?" Mirabel menyarankan.
"Ehmm... Mirabel, aku tak mengerti. Memangnya apa yang-"
"SSHHHHHHHHHHHHHHHH"
Luisa dan Mirabel langsung menutup mulut tío-nya. Bruno hampir mengalami sesak, mereka berusaha untuk tidak membuat sepatah kalimat pun.
"Dengar, ini rahasia. akan ku jelaskan lewat catatan. Malam ini aku meminta tío untuk segera memprediksi apa yang terjadi pada keluarga kita, apa kau mengerti?" desis Mirabel.
Bruno mengangguk-angguk cepat sebelum ia kehabisan nafas. Kemudian.. Mirabel dan Luisa langsung melepasnya.
"Haahh! hahhh hah... ba-baiklah... malam ini." ucap Bruno.
Luisa menghela nafas lega. "Baiklah, maaf jika aku dan Mirabel bertingkah aneh, tío. Tapi kami janji, kami akan jelaskan semuanya."
Bruno tersenyum. "Tidak apa-apa mi sobrina, aku mengerti mengapa kalian ingin memohon. Kalau begitu, kembalilah bekerja dan pergi ke alun-alun. Semua orang sedang menunggu."
"Baiklah"
"Luisa, Mirabel! kalian sudah siap?" panggil Julieta dari dapur.
"Kami siap mama!"
Luisa langsung mengangkut gerobak makanan dan bergegas pergi. Sementara Mirabel, sebelum ia melangkahkan kakinya ke pintu, dia menoleh pada Bruno.
"tío, mungkin aku terkesan memaksa, maafkan aku. Aku hanya ingin tahu saja apa yang terjadi pada kita. karena... kita mencintai keluarga ini."
"Aku mengerti, Mirabel. Aku juga mencintai keluarga ini. Katakan saja lewat catatanmu dan aku akan membantumu nanti malam"
Mirabel memberinya senyuman, sekarang dia bisa bernafas lega dan setidaknya masih ada orang di keluarga ini yang dapat di percaya untuk menjaga rahasianya.
TO BE CONTINUED
