Hari ini, Mirabel memutuskan ingin menemani Luisa bekerja.

Lagi-lagi keledai milik señor Randon lepas dari kandang. Padahal sudah banyak tetangganya untuk mengingatkan señor Randon agar membangun pagar sehingga keledainya takkan lepas, Tapi tetap saja terus berulang.

Bahkan beberapa hari yang lalu, Isabela sampai memarahi señor Randon karena kebiasaan terlalu banyak minta tolong pada Luisa, Meski Luisa sendiri tidak keberatan jika seseorang membutuhkan bantuannya.

Setidaknya, Agustin pun mencoba membuatkan pagar untuk keledai-keledai tersebut. Tapi sepertinya gagal karena Agustin tak sengaja memalu jempol tangannya sendiri.


Sambil berjalan di atas rerumputan, Luisa menenteng dua keledai diatas bahunya, masih ada lima lagi yang tersisa di sekitaran ladang.

"Jadi... bisa kau ceritakan secara detail, dengan apa yang terjadi pada mimpimu?" tanya Luisa.

Sambil bersusah payah mendorong gerobak yang akan digunakan untuk mengangkut Keledai, Mirabel menghela nafas lelah. "Aku bahkan tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Seperti catatan yang ku tulis tadi pagi, Semua di keluarga kita menjadi jahat"

"Siapa saja yang menjadi jahat?" tanya Luisa.

"Aku... aku tidak tahu, Luisa. tapi mimpiku sangat buruk. Seluruh keluarga, hampir... hahhhh..." Mirabel mulai pasrah.

"Mira?" Luisa mulai khawatir.

"Ya ya ya, aku tahu! aku mengerti kau khawatir, tapi... ugghhh" Mirabel langsung mengusap-usap wajahnya, dia mulai bingung.

"Ehmm... a-apa aku juga berubah menjadi jahat?" tanya Luisa.

"Oh?" Mirabel langsung menegakkan kepalanya. Sambil menepuk-nepuk jarinya dengan perasaan gugup, Mirabel berusaha menjelaskan.

"Uhmm... aku... kalau di ingat-ingat, sepertinya hanya kau yang tidak menjadi jahat, Luisa."

"Benarkah?"

Mirabel mengangkat bahu. "Aku tidak yakin, mimpiku tidak jelas."

Luisa agak hening sejenak, Matanya melirik ke kanan dan ke kiri seolah memastikan tidak ada orang lain disekitar sini, kemudian dia langsung menurunkan kedua keledainya lagi.

"Jadi intinya adalah, kau bermimpi kalau lilin Abuela menghitam, dan kemudian keluarga Madrigal menjadi... uhm, jahat lalu.. apakah akan terjadi suatu bencana?" tanya Luisa lagi, suaranya agak mengecil.

"Aku tidak mengerti, Semuanya terasa cepat. Biar ku ingat, Isabela... membuat tanaman baru, yang langsung membunuhku!" kata Mirabel.

Luisa langsung terkejut. "A-apa?!"

"Whoaaa Tenang tenang tenang! cuma mimpi, Luisa! kau jangan panik!"

"Lalu apa yang terjadi selanjutnya Mira? katakan padaku!" Luisa langsung mengguncang-guncang bahu adiknya, Membuat Mirabel jadi sulit menyeimbangkan diri

"Aaaaa-aaa-aaaku...! Luisa! B-berhenti mengguncangku!"

"Oh maaf"

Mirabel membetulkan kacamatanya lagi, kali ini dia berusaha mengingat detail mimpi buruk yang sedang ia alami akhir-akhir ini. "Jadi selanjutnya, uhmm... aaaargghhh astaga, aku tidak ingat. Maafkan aku Luisa, mungkin sebaiknya kita akan cari tahu semuanya lewat prediksi tío Bruno"

Luisa menghela nafas berat, dia langsung terduduk diatas batu.

"Kau selalu membuatku khawatir Mira, tapi... aku ingin memastikan semuanya baik-baik saja. Karena aku tidak mau terjadi sesuatu padamu, hermana"

"Luisa, aku pasti baik-baik saja. Yang harus ku khawatirkan adalah kalian. Aku hanya ingin memastikan bahwa lilin keluarga kita tidak menghitam."

"Tapi kau bilang keluarga kita akan menjadi jahat kan? apakah yang mempunyai gift saja yang menjadi jahat?" tanya Luisa lagi.

Dan Mirabel mengerjapkan matanya, terdiam sejenak.

Ah benar juga.. didalam mimpinya, Keluarganya yang punya gift yang menjadi jahat. Sementara yang tidak punya gift seperti ayahnya dan tío Felix, tidak termasuk. Mirabel sampai berpikir-pikir, Jika mimpinya menjadi nyata, maka Mirabel harus membuat antisipasi.

Minimal, dia harus memperingatkan keluarganya, Tapi Mirabel takkan memberitahu soal lilin menghitam dan mimpinya sampai dia mengetahui prediksi dari tío Bruno terlebih dahulu.

"Kita takkan tahu apa yang terjadi sampai kita mengetahui prediksi tío Bruno." ucap Mirabel, menatap lurus ke kakaknya.

"Y-ya... kau... benar, Mira" kata Luisa.

Mereka memutuskan untuk tidak membicarakannya lagi. Mirabel dan Luisa tetap fokus mengumpulkan keledai-keledai tersebut sampai semuanya terkumpul, dengan begitu, keduanya akan pergi menuju alun-alun kota.

Sambil berjalan, Luisa tak sengaja melihat bentuk tanaman yang asing.

"Oh hei! Mira, lihat tanaman itu"

"Eh?"

Mereka berdua mengamati sebuah tanaman yang tumbuh di samping batu besar. Bentuknya... agak aneh. Sulit dijelaskan, seperti kaktus tapi bukan kaktus, Warnanya sedikit hitam berduri tajam seperti tangkai mawar dan tanaman tersebut rasanya terlihat sedikit mencekam bagi siapapun yang ingin menyentuhnya.

"Apa ini tanaman baru milik Isa?" tanya Mirabel.

"Entahlah Mira, Tapi sepertinya kakak tidak membuat tanaman seperti itu..." ucap Luisa, tak yakin.

Mirabel sedikit membungkuk dan mengamati tanaman tersebut. Ketika jarinya ingin menyentuhnya, seketika tanaman itu bergerak, hampir saja menggigit jari telunjuknya.

"WHOAAA-!"

Luisa dan Mirabel sampai terperanjat, mereka mundur dua langkah.

"Tanaman apa ini!?" tanya Luisa.

"Kalau ini punya Isa, Kita akan bawa tanaman ini ke Casita!"

Luisa langsung menoleh ke Mirabel. "Kau yakin ini punya Isa? se-sebaiknya kita hindari saja sebelum tanaman itu memakan jarimu!"

Tanaman itu memberontak, seolah ingin berjalan tetapi tidak bisa karena akarnya menyangkut didalam tanah. Mirabel mengamati sekelilingnya, seharusnya ada benda yang bisa memotong batang tanaman tersebut untuk dibawakan ke Casita, sehingga Isabela bisa mengamatinya nanti.

Ah sial, tidak ada apapun yang dapat ia gunakan. Tapi Mirabel baru ingat bahwa dia membawa peralatan di tasnya.

"Luisa, aku membawa pisau di tasku, ambilah!"

"A-apa? kau bawa pisau?"

"Cepat! tanaman itu seperti ingin berjalan!"

Tanpa banyak berkata, Luisa buru-buru membuka tas milik adiknya dan langsung menyerahkannya pada Mirabel.

Dengan hati-hati, Mirabel mengangkat pisaunya, memperkirakan momentum sebelum tanaman tersebut semakin memberontak. Dan kemudian, dia langsung menancapkan pisaunya ke batang tanaman sampai dalam-dalam. Setidaknya, tanaman itu mati sebelum ia benar-benar berjalan.

"Mira! hati-hati!" Luisa khawatir.

Mirabel menekan sekuat tenaga sampai tanaman itu akhirnya tak bergerak lagi.

"Whoa... aku tak menyangka bisa melakukan ini" Mirabel bergumam bingung. "Kita jangan beritahu dulu pada keluarga, kita akan bawa ini sekalian sambil melihat prediksi tío Bruno."

"Aku tak yakin tanaman itu mati, tapi kita harus membawanya ke Casita, segera." ujar Luisa.

Mirabel mengangguk setuju. Dia buru-buru menggali tanah yang menjadi tempat tanaman tersebut dan segera membawanya ke dalam gerobak. Kemudian, dia dan Luisa pergi mengembalikan keledai-keledai milik señor Randon.


Sore hari kemudian...

Langit Encanto menjadi oranye, Aktivitas masyarakat Encanto semakin lama semakin sepi karena akan tiba malam hari. Jadi, mereka pulang kerumah masing-masing, termasuk Familia Madrigal. Mereka pulang tepat waktu menuju Casita.

Mari kita hitung : Felix, Pepa, Camilo, Dolores, Antonio, Abuela, Julieta, Agustín, Félix telah sampai kerumah.

"Hari yang cukup berat! aku hampir saja menabrak pohon lagi" kata Agustín. Seperti biasa, wajahnya membengkak setelah di gigit lebah.

Julieta tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya. Suaminya selalu saja ceroboh. "Mi vida, berhentilah mencelakai dirimu. Bukankah sudah ku peringatkan agar kau menghindari sengatan lebah di pohon yang sama?"

"Papa terluka lagi?" tanya Luisa, di susul Mirabel yang baru saja sampai kerumah.

"Oh..! hahaha! Luka-luka ini sih biasa saja! ahahaha! aku bisa menghindarinya dengan mudah!" ucap Agustín, berusaha bersikap keren seolah tak terjadi apapun. Kemudian Julieta langsung menyuapinya makanan.

"Pshh, Mira" Luisa berbisik, Melihat Mirabel yang berusaha menginkat tali karungnya sekuat mungkin agar tidak di curigai keluarganya.

"Tenang saja, Mereka takkan melihatnya." Mirabel balas berbisik.

"Bagaimana hari-hari kalian?" tanya Julieta.

Luisa dan Mirabel langsung mengambil sikap tegap, buru-buru memasang senyum (yang di paksakan agar terlihat senang) sebisa mungkin. Sambil berkeringat dingin, keduanya saling menatap.

"Ka-kami... kami baru saja memindahkan keledai!" ucap keduanya bersamaan.

Julieta tersenyum, sepertinya kedua putrinya ini sangat menikmati hari-hari mereka diluar Casita. "Kalian nampak bersemangat sekali."

"Itu karena Luisa cepat mengerjakannya! iya kan?!" tanya Mirabel sambil tertawa gugup.

"I-iya! Mirabel juga kuat mendorong gerobaknya!"

"Ngomong-ngomong Isabela belum pulang?" tanya Agustín.

Mereka pun baru sadar, dari semua anggota Madrigal yang sudah pulang, hanya Isabela saja yang belum datang. Mirabel langsung melihat keluar pintu, aktivitas masyarakat sudah sepi sekali.

"Ehm... Isabela tidak kemana-mana kan?" tanya Mirabel.

"Oh? Terakhir Isabela pergi ke perumahan yang hampir didekat bukit. Katanya dia ingin membuat eksperimen tanaman baru." ucap Julieta.

Agustín sampai menggaruk-garuk kepalanya, dia sedikit berjalan keluar pintu dan mengamati keadaan diluar. Sudah sepi, masyarakat tidak lagi berada di jalanan.

"Kalau begitu, aku akan mencarinya kesana. Aku akan menyusul sampai makan malam siap." kata Agustín, hendak melangkah pergi.

Luisa dan Mirabel saling berbagi tatapan. Jangan-jangan Isa...

"Aku pulang!"

"Isa?"

Isabela berjalan menuju Casita. Dia nampak baik-baik saja, bahkan wajahnya terlihat ceria.

"Oh dios! Papa mencemaskanmu!" kata Agustín, bernafas lega.

Isabela agak bingung, dia pun berhenti di depan pintu Casita. "Eh? ada sesuatu yang terjadi?"

"Mija, Kami khawatir kau belum pulang, yang lain sudah ada didalam. Bagaimana hari-harimu?" tanya Julieta, langsung memeluk putrinya.

Isabela tertawa santai. "Tenang saja mama, aku tidak apa-apa. Tadi aku berada di bukit untuk membuat tanaman baru. Meskipun ada yang sediki gagal sih. Diantara tanaman yang ku buat, ada yang berwarna hitam dan berduri"

"EHHHHH?"

Luisa dan Mirabel terkejut, Jenis tanaman yang Isabela jelaskan tadi hampir sama seperti tanaman yang mereka lihat saat mengumpulkan keledai. Luisa dan Mirabel saling berbagi tatapan lagi, mereka mulai khawatir dengan kakak tertuanya.

Agustín ikut tertawa dan langsung menepuk-nepuk bahu putri tertuanya.

"Oh tidak apa-apa mija! kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, kau masih bisa membuat tanaman yang lebih baru lagi!"

"Tentu saja pa!"

"Segera mandi dan bersiap menuju ruang makan ya, makan malam akan di siapkan" ujar Julieta, dan kemudian semuanya menyebar ke kamar masing-masing, meninggalkan Luisa dan Mirabel yang berdiri kaku di tengah-tengah Casita.

"..."

Oh tidak.. jangan sampai terjadi lagi, Mirabel bergumam cemas.


Makan malam pun tiba.

Familia Madrigal melaksanakan aktivitas malam mereka seperti biasa. Kali ini, ruang makan sangat ramai dengan binatang-binatang yang hadir. Sambil makan, Antonio bercerita bahwa dia berhasil menemukan kucing yang hilang berkat gift-nya. Pepa bertepuk-tepuk penuh dengan bangga sampai pelangi diatasnya memenuhi ruangan.

Abuela juga mengingatkan agar Antonio menggunakan giftnya sebaik mungkin supaya dia tidak memaksakan dirinya.

Sepanjang makan malam, hanya Luisa dan Mirabel yang membisu. Tak mampu ikut berbicara, hanya mengunyah ajiaco mereka secara perlahan. Mereka makan sambil mendengarkan cerita Isabela bahwa dia baru saja membuat tanaman-tanaman baru, tapi bentuknya aneh. Terlebih ciri-cirinya hampir sama seperti tanaman yang dilihat mereka berdua waktu mengumpulkan keledai.

Bruno yang mengamati kedua sobrinanya tersebut ikut khawatir. Sepertinya Luisa dan Mirabel membutuhkan bantuan prediksinya.

Setidaknya, Bruno juga ingin tahu apa yang ingin Mirabel ceritakan. Terutama mimpi yang dia maksud.


Usai makan malam. Seluruh keluarga hendak tidur, tadinya mereka ingin menonton drama Telenovela yang di adakan Bruno, tapi Bruno membatalkannya karena dia mengaku sedang pusing.

Walau sebenarnya, dia tidak pusing. Dia sengaja membatalkannya karena ingin membantu Luisa dan Mirabel.

"Baiklah, kita lakukan di ruanganku. Kalau kita melakukannya di ruangan Antonio, semua binatangnya akan memberitahukan ini padanya." ucap Bruno.

Luisa dan Mirabel mengangguk pelan. Mereka langsung masuk ke kamar tío-nya.

Ketika mereka masuk kedalam, Penuh dengan debu pasir dimana-mana, kamarnya Bruno tidak berubah semenjak Casita di bangun kembali.

"tío, aku jadi khawatir bagaimana kalau terjadi sesuatu pada keluarga kita?" tanya Luisa. Semenjak ia melihat tanaman aneh, Luisa mulai sedikit panik.

"Luisa, tidak apa-apa. Kita punya satu sama lain, semua akan baik-baik saja selama kita mampu saling melindungi." Jawab Bruno.

"Aku hanya ingin agar Dolores tidak mendengarkan kita disini. Karena aku ingin merahasiakannya terlebih dahulu- Whoaaaaaa!" Mirabel malah terpeleset pasir.

"Mira! hati-hati! kau hampir saja menginjak lubang!"

Mirabel terjatuh diatas tumpukan pasir, dia pun buru-buru langsung bangun sambil melepas kacamatanya yang berdebu.

"Ughhhhh kamarmu memang paling terburuk, tío..."

Bruno terkekeh, dia juga tidak menyangka kamarnya akan menjadi seperti ini. Bahkan di luar imajinasinya waktu pertama kali ia menyentuh knob pintu.

"Baik, kita menuju tangga atas ya."

"KE ATAS?"

Ups, Mirabel lupa kalau kamar tío-nya punya tangga.

Aaaaaaaaaaaaarghhh jangan lagi...

Mirabel sudah pernah menaiki ratusan anak tangga dengan susah payah. Dia juga tak yakin kedua kakinya masih mampu berjalan sebanyak itu.

"Aaaargwhhh bisakah kita melakukannya dibawah saja?!" tanya Mirabel dengan nada frustasi.

Bruno mengangkat bahu. "Ah sayang sekali, mi sobrina. Tapi ruanganku memang di atas. Aku perlu konsentrasi agar kita bisa melihat apa saja yang akan terjadi kedepannya."

Mirabel menghela nafas pasrah. Tapi setidaknya dia tidak sendirian sekarang. Luisa bisa menggendongnya kalau kelelahan. Akhirnya, mereka bertiga langsung menaiki tangga.

TO BE CONTINUED


NOTE : Thanks yang datang untuk membaca cerita ini! yaah sebenarnya aku sempet gak yakin bisa lanjutin karena fanfic ENCANTO yang bahasa indo memang sepi. Tapi terima kasih atas reviewnya! jadi aku akan tetap lanjutkan selama ada yang masih baca fanfic ini.

Cerita ini agak panjang, author belom bisa memastikan berapa banyak chapternya, tapi hei let's see! cerita ini akan terus berlanjut dan kita lihat siapa yang menjadi jahat duluan di Familia Madrigal!