NARUTO-DESU

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Chapter I : Naruto-desu

Hujan rintik mulai membasahi permukaan tanah, membuat orang-orang yang awalnya berlalu lalang mulai mencari tempat berteduh. Namun hal itu bukan halangan untuk seorang pemuda pirang bernama Uzumaki Naruto, dengan senyuman lebar diwajahnya ia terus melangkah maju menuju tempat tujuannya yang tidak lain dan tidak bukan adalah…. jeng…. jeng… Kantor Kepala Desa, atau orang lain sering menyebutnya dengan Gedung Hokage. Alasannya tentu saja karena dirinya sudah selesai menjalankan misi rank C dan sekarang saatnya meminta upah. Bukan tanpa alasan si pirang menggebu-gebu meminta uang kepada nenek peyot nan glowing yang kini menjabat sebagai hokage, karena bulan kemarin saja ia tidak mendapatkan bayaran atas misi yang telah diselesaikannya, dengan kata lain ada kemungkinan kalau upahnya telah di korupsi oleh si nenek peyot itu.

BRAKK

"baba, aku sudah selesai menjalankan misi. Dan sekarang mana bayaranku, aku mau sekarang" ucap si pirang dengan alisnya yang naik sebelah

Tsunade Senju hanya diam ditempat duduk dengan segunung berkas di meja kerjanya, terlihat kantung matanya menghitam pertanda bahwa dia telah bekerja dalam waktu yang cukup lama membereskan kerjaan yang ga ada habis-habisnya itu.

"Ini bayaranmu" Tsunade menyimpan sebuah amplop diantara tumpukan kertas

"Hmm… lalu untuk bayaranku yang sebel-"

"Ambil dan pulang… atau mau kukirim ke ranjang Rumah Sakit!"

Seketika Naruto langsung menciut, cengengesan dan log out dari ruangan tersebut.

Dengan setengah hati si pirang mulai melangkahkan kakinya menuju sebuah kedai ramen, meskipun masih terasa berat merelakan fulus di bulan kemarin. Apa boleh buat kesehatan tetap nomeru uno, karena bisa saja si nenek peyot nan cetar membahenol itu benar-benar mengirimnya ke ranjang Rumah Sakit. Membayangkannya saja sudah membuat bulu jemb- eh maksudnya bulu kuduknya berdiri seketika.

"ji-san… ramen super duper jumbo-nya satu"

Teuchi, nama sang pemilik kedai ramen langsung mengacungkan jempolnya, melihat salah satu pelanggan setia yang terbiasa ngutang datang dengan bangganya dan duduk disalah satu kursi kosong tanpa sadar siapa yang ada disebelahnya.

"Naruto-kun"

Sebuah suara lembut membelai telinganya, terlihat seorang gadis bermata lavender tengah tersenym kepadanya. Siapa yang tidak kenal dengan Hyuuga Hinata, seorang gadis, calon pacar, calon tunangan dan calon istri idaman. Seorang yang penyayang, dan juga berasal dari keluarga terpandang, ditambah memiliki body yang aduh-

Pikiran liarnya langsung terhenti ketika begitu sadar siapa yang ada disebelah

Hyuuga Neji langsung menatap tajam ke arah Naruto, bagaimanapun juga ia sudah mengaggap Hinata sebagai adiknya sendiri. Jadi, siapapun lelaki hidung belang yang ingin mendekati adiknya harus berhadapan dengannya lebih dahulu.

Naruto hanya bisa meneguk ludahnya, hampir semua warga Konoha tahu kalau Neji adalah seorang siscon. Apalagi jika dirimu seorang Uchiha, pasti auto di blacklist dari calon adik ipar. Entah masalah apa yang terjadi antara Neji dengan si pantat ayam, yang pasti hanya Tuhan yang tahu. Kembali pada Naruto, pemuda pirang itu menyantap ramen dalam diam. Sesekali ia menoleh ke arah Hinata, dan di detik berikutnya tatapan taja Neji terarah padanya. Sepertinya jalan Naruto untuk mengajak Hinata ke pelaminan masih sangat jauh.

'Hahhh'

Desahan nafas yang tertutupi oleh rintik hujan, pertanda hubungan tanpa kemajuan.

Si pirang langsung menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Entah sejak kapan dirinya menjadi sad boy yang hobinya meratapi nasib di kala senja.

Sekali lagi, pemuda pirang itu hanya menutupi wajahnya karena malu… atau mungkin tak punya malu!?

Tanpa terasa sekarang ia berada didepan sebuah pintu apartemen, memutar kenopnya dan langsung masuk. Sedetik kemudian sebelah alisnya terangkat begitu menyadari ruangan tersebut gelap gulita. Naruto berjalan ke arah saklar lampu dalam keadaan heran, seharusnya lampu tetap dalam keadaan menyala karena masih ada seorang… sesosok… entahlah, dirinya juga belum begitu paham, apa atau siapa dia. Dan ketika ia menoleh ke arah meja makan…

"KYAAAAA"

Mau tidak mau teriakan jantan seorang lelaki keluar dari mulutnya. Bagaimana tidak, seonggok kepala diatas meja makan dengan rambut hitam legam dan mata merah darah tengah menatap tajam ke arahnya. Diikuti dengan sesosok tubuh tanpa kepala, mengambil kepala tersebut dan memasangnya kembali layaknya seperti boneka.

"Selamat ulang tahun" ucapnya dengan nada datar sambil membawa sebuah kue dengan lilin diatasnya.

Naruto hanya terdiam mematung, meneguk ludahnya, dan dengan segenap keberanian yang dimiliki, ia langsung meniup lilin tersebut.

Sampai detik ini, dirinya masih belum terbiasa dengan sosok tersebut. Masih terlintas jelas dikepalanya, saat pemakaman Asume sensei. Wanita itu berkata…

"Jika kau mau… aku bisa saja membangkitkannya kembali, tapi ada harga yang harus dibayar" ucapnya dengan sebuah senyuman ganjil diwajahnya.

Bahkan ketika orang lain berduka, dirinya hanya bisa merasakan takut. Bukan takut saat menghadapi shinobi yang jauh lebih kuat darimu. Perasaan takut ini, seperti menghadapi terror nyata dihadapanmu, entahlah bagaimana mengungkapkannya.

CONTINUE

Next Chapter : Mainan Favorit Sang Penyihir