Pada akhirnya Ino tidak menolak meskipun ada banyak pertanyaan yang ingin ia ajukan kepada Gaara. Ia penasaran dengan apa yang akan dibicarakan oleh kedua pria itu. Ino sedikit khawatir jika perspektif Gaara terhadap Sasuke masih keliru. Bagaimana tidak? Sebelum ini Gaara mengira Sasuke telah mencium Ino. Ino yakin jika rasa canggung tidak mungkin mudah dihindari oleh keduanya.

"Aku akan menemuimu segera setelah urusan ini selesai," kata Gaara.

Gaara berkata demikian sebelum Ino benar-benar keluar dari ruangan itu, pasalnya pria itu melihat Ino tak kunjung pergi menyusul Temari. Ino sempat berdiri di ambang pintu selama beberapa detik sambil memandangi Gaara seperti akan mengatakan sesuatu, tetapi wanita itu terlihat sedang menahan diri. Baru setelah Ino mendengar perkataan yang sedikit melegakan itu, ia menganggukkan kepalanya sejenak sebelum akhirnya mengekor di belakang Temari.

Tak lama setelah Ino pergi atas ajakan Temari, sosok yang ditunggu Gaara muncul dari balik pintu ruangannya. Sasuke telah tiba dan segera masuk untuk membicarakan hal penting dengan Gaara. Tentang sesuatu yang belum terjawab oleh pria berambut auburn itu.

Setelah apa yang terjadi semalam, hubungan keduanya tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Canggung dan aneh. Kedua pria itu saling memandang dengan ekspresi datar dan serius.

"Jadi, apa laporanmu kemarin masih belum cukup?" tanya Gaara.

Sejak pertama kali Sasuke tiba di Suna, pria itu telah melaporkan soal penangkapan penyerang Ino sekaligus hilangnya orang tersebut. Namun, dari laporan sebelumnya, Sasuke merasa belum puas karena tanggapan Gaara yang seadanya.

"Ini tidak akan pernah cukup jika pihakmu hanya diam," kata Sasuke.

"Selagi Ino berada di sini, dia akan aman. Aku akan memastikan penyerang itu tidak akan kabur ke sini," balas kazekage keempat itu yang masih duduk di kursi sambil menautkan jari jemari yang ia letakkan di dekat wajahnya.

Muak! Itu yang dirasakan Sasuke. Kalau saja Ino tidak ada hubungannya dengan semua ini, Sasuke tidak mau direpotkan dengan masalah yang berkaitan dengan Sunagakure.

"Lalu, jelaskan mengapa ini bisa ada di tempat terakhir penyerang itu berada?" tanya Sasuke dengan tatapan datar, tetapi penuh selidik sambil memperlihatkan sobekan jaket antipeluru khas Sunagakure.

"Aku tidak menugaskan jounin desaku untuk ke Konoha. Tidak ada yang janggal dari laporan perjalanan tugas. Jika memang jounin desaku menyusup atau pergi atas perintahku ke Konoha, tentu para penjaga mengonfirmasi itu. Lagipula, bukankah kalian mempunyai tim khusus yang bertugas untuk mendeteksi penyusup? Jika kau tidak bisa memberikan bukti lebih dari sekedar sobekan jaket itu, jangan sembarangan menuduh," terang Gaara.

Kini Gaara tidak lagi duduk di kursi kerjanya. Ia berdiri dan melangkahkan kakinya mendekati Sasuke. Meskipun merasa canggung, pria itu tak segan berdiri di hadapan Sasuke.

"Ino adalah salah satunya dan dia berada di sini," balas Sasuke tanpa sedikit pun melepaskan pandangannya dari Gaara.

Ino adalah yang terbaik dari seluruh anggota Barrier Team di Konoha –pikir Sasukejadi, jika Ino berada di sini, maka pekerjaan tim itu tidak lebih baik dari sebelum Ino pergi.

"Aku rasa itu bukan alasan. Your village is clearly incompetent in handling security, and you're blaming others?" cecar Gaara.

Gaara bukan tipikal yang banyak bicara, tetapi apa yang ia katakan saat ini dipengaruhi oleh tindakan Sasuke semalam yang hampir membawa Ino pergi dari desanya. Untuk pertama kalinya, tindakan yang ia tunjukkan dipengaruhi oleh emosi, bukan logika.

"Penemuan sobekan jaket antipeluru jounin Suna tidak bisa dijadikan kesimpulan bahwa hilangnya penyerang Ino disebabkan oleh desaku. Asal kau tahu, penyerang Ino berasal dari Konoha. Itulah sebabnya Ino lengah karena ia menganggap penyerang itu hanyalah warga biasa," jelas Gaara.

Yang terjadi sebenarnya, setelah penyerang Ino tertangkap oleh beberapa jounin Konoha, ia ditahan di penjara bawah tanah. Meskipun bukan bagian dari Kaisekihan atau Tim Analisis, saat itu Sasuke memaksa Kakashi agar ia diizinkan untuk menginterogasi penyerang Ino. Namun, saat Sasuke tiba di gedung Kaisekihan, penyerang itu telah pergi dan dua orang jounin Konoha tewas dengan luka tebasan pedang. Satu-satunya jejak yang tersisa hanyalah sobekan jaket antipeluru Sunagakure di lokasi penyerangan itu. Alasan itulah yang membuat Sasuke menemui Gaara lagi dan berusaha mencari tahu masalah ini.

Sebelum Gaara memberitahu Sasuke, pria itu lebih dulu tahu jika penyerang Ino memang merupakan penduduk Konoha, terlebih lagi sosok itu adalah bagian dari clan Nara. Sasuke tahu, bahkan semua orang juga akan berpikir sama jika clan Nara dan Yamanaka memiliki ikatan persaudaraan yang kuat bersama dengan clan Akimichi. Tidak mungkin jika salah satu di antara mereka saling menyerang. Ini aneh dan janggal. Fakta ini sengaja Sasuke sembunyikan dan ia tidak akan memberitahu Gaara sebelum ia berhasil membuktikan bahwa Suna ikut terlibat dalam masalah yang membahayakan nyawa Ino. Siapakah sebenarnya Hiroyuki Nara? –satu pertanyaan yang ingin sekali Sasuke ketahui dan yang tak lain adalah identitas baru dari Shigezane Houki.

Saat melihat pandangan Sasuke tidak melunak sedikit pun, akhirnya Gaara hanya bisa mengembuskan napasnya.

"Aku akan membentuk tim khusus untuk menyelidiki ini. Jika memang ditemukan bukti lain yang memberatkan desaku, Rokudaime Kakashi dapat mengajukan tuntuan di rapat Serikat Shinobi. Atau bahkan atas namamu sendiri. Kau boleh menuntutku di depan para wakil negara besar," putus Gaara.

Keputusan besar itu menjadi akhir dari pertemuan Gaara dan Sasuke. Meskipun Sasuke belum mendapatkan jawaban dari Gaara, pria itu mulai menyadari bahwa Sang Kazekage memang memiliki rahasia yang ditutupi. Ini bukan sekedar feeling Sasuke, tetapi memang bukti fisik telah ada. Tugas Sasuke selanjutnya adalah mengumpulkan bukti lain untuk menuntut Sunagakure dan mencari penyerang Ino.

Sementara Sasuke yakin dengan tuduhannya, Gaara mulai bergelut dengan batinnya sendiri. Tanpa Sasuke sadari, Gaara telah mengenali postur dan ciri fisik penyerang Ino sesaat setelah pertarungan mereka waktu itu. Apalagi setelah Ino mengatakan kepadanya bahwa penyerang itu merupakan warga Konoha. Satu nama telah ia kantongi. Sebelum ia berhasil menangkap penyerang itu, rupanya Konoha lebih dulu berhasil melakukannya. Namun, sayang sekali penerang itu kembali menghilang dan kejadian tersebut meninggalkan jejak yang dapat mengancam desanya.

Brak!

Tampaknya mendobrak pintu menjadi kebiasaan baru yang tanpa disadari sering Gaara lakukan. Pria itu hampir merusak pintu kediaman Takeo yang letaknya tak jauh dari gedung kazekage. Setelah pertemuannya dengan Sasuke, pria itu tidak segera menemui Ino, tetapi ia datang untuk 'mengunjungi' Takeo.

"Kazekage-sama?!" Beberpa jounin Suna yang ditugaskan untuk menjaga tetua paling berpengaruh itu terperanjat melihat kedatangan Gaara di rumah itu.

"Apa cidera di kakimu masih belum cukup untuk membuatmu diam? Berhenti bertindak di luar perintahku!" berang Gaara setelah ia berhasil menarik kerah baju Takeo dan sedikit memaksa pria tua itu untuk bangun dari posisi duduknya.

"Kazekage-sama!" Meskipun para jounin meneriaki nama Sang Kazekage, tidak ada yang berani menahan pria itu untuk menghentikan kemarahannya.

Takeo pernah merasakan akibat dari kemarahan Gaara, tetapi pria itu tidak gentar dan terus mempertahankan seringai tipisnya.

"Apa yang aku lakukan, Kazekage-sama? Aku berdiam diri di sini seperti yang disarankan para dokter. Aku bahkan absen dari kewajibanku untuk membantumu mengurus pemerintahan," ucap Takeo tanpa rasa bersalah.

Gaara melepaskan cengkeraman pada kerah baju Takeo dan sedikit mendorongnya hingga pria itu hampir terjerembab kalau saja seorang jounin tidak berhasil menahan tubuhnya.

"Setelah kau menculik Hakuto, kau juga membawa pergi Shigezane dari Konoha?" tanya Gaara berusaha menahan emosinya.

Saat mendengar alasan Gaara menemuinya repot-repot ke rumahnya, seulas senyum miring tercetak di wajah Takeo. Ia memang tidak bisa bangun dari tempat tidurnya, tetapi mulutnya masih bisa memerintah orang lain untuk melakukan keinginannya.

Insiden penyerangan Ino cepat terdengar ke telinga para tetua. Saat itulah Takeo langsung bergegas menyelidiki insiden tersebut dengan memerintahkan beberapa anbu. Sebelum pihak Konoha berhasil mengetahui latar belakang Shigezane yang telah berganti identitas menjadi Hiroyuki Nara, para anbu harus lebih dulu bertindak sesuai dengan perintah Takeo. Mereka harus menangkap Shigezane dan membungkam mulutnya agar rencana besar para tetua Suna bisa terwujud. Tindakan Shigezane diyakini sebagai bentuk perlawanan atas ketidakadilan yang terjadi pada keluarga kecilnya. Tentu saja Shigezane tidak tinggal diam saat mengetahui istrinya yang telah mengandung tiba-tiba menghilang.

Setelah mengetahui bahwa penyebab istrinya menghilang adalah Gaara itu sendiri, Shigezane mulai membenci semua yang berhubungan dengan pria itu, termasuk tanah kelahirannya sendiri. Dan satu-satunya alasan istrinya menghilang adalah karena kehadiran Ino dan rencana pernikahan Sang Kazekage. Jika ia tidak bisa bahagia, maka Si Bungsu Kazegake itu juga harus sama menderitanya.

"Suatu saat nanti kau akan berterima kasih kepadaku atas semua pengorbanan yang telah aku lakukan untukmu, Kazekage-sama," balas Takeo sambil memperhatikan Gaara yang terlihat sedang mengatupkan rahang atas dan bawah dengan keras untuk menahan amarahnya.

"Mari buat kesepakatan ini. Aku akan melepaskan mereka setelah kau menikahi wanita itu. Kau bisa memegang janjiku," lanjut tetua itu.

Gaara menatap tajam ke arah Takeo dan membentak tetua itu, "Jika sesuatu terjadi pada desa ini, kau adalah penyebabnya. Ulahmu hampir mengancam kerja sama antara Suna dan Konoha. Itukah yang kau inginkan?!"

"Kalau begitu segera nikahi dia. Kalian berdua akan terikat, begitu juga dengan Suna dan Konoha," balas Takeo tanpa merasa takut dengan bentakan pemimpin Suna itu.

Manik turqoise-nya menatap tajam ke depan, tepat ke arah orang yang telah membuatnya marah. Tangan Gaara menggenggam erat di samping tubuhnya, dan ia mengambil napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan luapan emosi yang hampir meledak hebat.

"Aku pegang janjimu dan saat itulah kau harus membayar semuanya dengan nyawamu!" Suara Gaara terdengar rendah dan dingin, tetapi penuh penekanan seolah setiap kata yang keluar seperti belati yang siap menancap.

Setelah mengatakan itu, Gaara berbalik dan meninggalkan kediaman Takeo. Langkahnya cepat dan tegas saat ia berjalan menuju pintu. Pria itu berusaha sekuat tenaga untuk menahan amarah yang berkobar di dalam dada. Ia membuka pintu dengan kasar dan keluar dari rumah itu, meninggalkan suasana tegang yang menggantung di udara sekitar Takeo beserta para jounin lainnya.

Sesampainya di gedung kazekage, Gaara akan menyingkirkan sejenak masalah itu. Ia perlu berpura-pura terlihat baik-baik saja karena setelah ini ia akan menemui Ino. Setibanya di sana, seorang jounin memberitahu Gaara jika Ino berada di rooftop sendirian setelah puas berkeliling bersama Temari, sementara kakak perempuannya itu mengurus pekerjaan yang lain.

Langkah kaki Gaara terdengar jelas saat dia menaiki tangga menuju rooftop. Tanpa terengah sedikit pun setelah pria itu menaiki begitu banyak anak tangga, ia membuka pintu terakhir dan merasakan angin Suna yang menyambutnya di rooftop gedung itu.

"Sudah selesai?"

Meskipun posisinya saat ini sedang membelakangi pintu rooftop, Ino bisa langsung menyadari kehadiran Gaara. Itulah sebabnya ia langsung mengatakan pertanyaan itu.

Gaara sempat terdiam tepat di depan pintu. Ia tertegun ketika memperhatikan wanita berambut panjang itu sedang duduk membelakanginya. Wanita itu duduk dengan tubuh yang sedikit membungkuk, seolah-olah sedang fokus pada sesuatu di depannya. Rambutnya yang panjang terurai indah mampu menyembunyikan wajahnya dengan sempurna, apalagi saat angin berembus dengan kencang hingga mampu menerbangkan setiap helainya. Wanita itu tampak sedang menulis sesuatu dengan tekun. Jarinya dengan lincah menari di atas kertas, seperti sedang mencurahkan pikirannya melalui pena. Dalam suasana yang tenang ini, si pria hanya bisa diam, terpesona oleh dedikasi dan keindahan yang terpancar dari wanita itu meskipun ia tidak melihat parasnya secara langsung.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Bukannya menjawab, Gaara malah menanyakan hal lain saat kedua kakinya mulai melangkah mendekati wanita itu.

Sesaat setelah Gaara tiba di sampingnya, Ino seketika melupakan kertas miliknya yang tak lagi sebersih sebelumnya. Ia sedikit mendongak untuk memandangi wajah Gaara yang sedang berdiri tak jauh darinya. Saat netra aquamarine-nya berhasil menangkap ekspresi pria itu, dahi Ino sedikit mengernyit. Setelah dua kali mengerjapkan mata, senyuman Ino kembali terlukis di wajahnya.

"Kau bilang aku boleh mengajukan program dengan anggaran desa, 'kan? Jadi, aku merancang sesuatu yang aku inginkan," kata Ino sambil menyodorkan kertas yang sejak tadi menjadi fokusnya.

Gaara meraih kertas itu, lalu ia mengamatinya. Sejenak Gaara tertegun saat ia memperhatikan gambar design arsitektur sederhana sebuah bangunan rumah kaca di atas kertas putih itu. Setiap garis dan sudut tersusun begitu sempurna, mencerminkan kecakapan yang menakjubkan. Gaara merasa terkejut oleh bakat tersembunyi yang dimiliki Ino. Ia tak menyangka jika Ino mampu membuat arsitektur bangunan beserta perhitungan sederhana seperti yang terlihat pada gambar itu.

"Jika Kazekage-sama tidak keberatan, aku ingin menambah satu ruangan khusus untuk membuat obat-obatan dari tanaman. Sebenarnya... itu untuk ruangan pribadiku, sih," ucap Ino malu-malu.

"Tapi aku tidak sepenuhnya egois karena aku juga ingin mengembangkan beberapa tanaman obat di rumah kaca itu," lanjut Ino dengan buru-buru sebelum Gaara meresponsnya.

Gaara menyerahkan kembali kertas itu kepada Ino. setelah wanita itu menerimanya, Gaara memutuskan untuk duduk di samping Ino –satu-satunya tempat duduk yang tersisa untuknya karena tidak ada bangku kayu lain di atas gedung itu.

Pandangan Gaara yang semula tertuju ke arah kertas gambaran Ino, kini beralih memperhatikan wajah wanita itu. Angin Suna yang begitu kencang membuat rambut panjang berwarna platina pucat itu beterbangan hingga menutupi wajahnya, bahkan beberapa helainya sempat menari-nari di wajah Gaara.

Setiap helai rambut Ino bergerak ringan seiring tiupan angin, memancarkan aroma manis dan menyegarkan. Saat rambutnya terbawa angin, wangi yang memikat melayang memenuhi udara di sekitarnya, membelai indra penciuman Gaara dengan kelembutan yang membuatnya tersadar akan eksistensi wanita itu. Gaara tidak bisa menebak semua wewangian yang tercium dari tubuh Ino karena sejujurnya ia tidak begitu paham, tetapi yang dapat Gaara tangkap adalah aroma jeruk bergamot dan wangi bunga yang mirip mawar –yang tak lain berasal dari wangi bunga peony. Tanpa sadar Gaara menyentuh rambut Ino dan merasakan kelembutannya.

Saat menyadari rambutnya mulai mengganggu Gaara, Ino segera merapikan setiap helai yang tertiup angin sebisa mungkin dengan memeganginya.

"Maaf," ucap Ino sambil memegangi rambut panjangnya yang ia sampirkan.

Dengan sedikit susah payah, Ino mengambil karet rambut yang selalu ia bawa setiap saat di kantong kecil di sisi kiri rok panjangnya. Ino sempat melipat seadanya kertas yang tadi ia genggam di pangkuan, lalu memasukkannya asal-asalan ke saku yang sama tempat ia menyimpan karet rambutnya.

Ino mulai mengumpulkan setiap helai dengan menggunakan jari sebelum ia mengikat tinggi rambutnya, tetapi pergerakan tangannya terhenti saat ia menyadari Gaara memperhatikannya sejak tadi –sejak Ino kesusahan mengambil karet dan hendak mengikat rambutnya.

"Bisa tidak berhenti melihatku seperti itu? Apa kau mau membantuku mengikat rambut?" tanya Ino dengan maksud bercanda ringan.

Meskipun Gaara tidak menjawab, tetapi pria itu mengulurkan tangan kanannya dengan posisi telapak tangan terbuka menghadap langit, seolah menantikan sesuatu yang Ino sadari adalah karet rambutnya.

"Dia menganggapku serius?" batin Ino setelah melihat reaksi Gaara akibat candaan Ino barusan.

Tak mungkin Ino menarik kata-katanya, jadi ia membiarkan rambutnya kembali terurai setelah ia menyerahkan karet rambut miliknya kepada Gaara. Ia mulai menggeser tubuhnya untuk membelakangi Gaara agar pria itu bisa dengan leluasa mengikat rambutnya.

Ino mulai merasakan jemari Gaara menyentuh kepalanya dengan bebas. Pria itu mengumpulkan setiap helai rambut panjang Ino dan menariknya ke atas seperti yang tadi dilakukan oleh pemiliknya. Meskipun ia memiliki saudara perempuan, tetapi ia tidak pernah membantu Temari mengikat rambut.

"Kau bisa melakukannya?" tanya Ino.

Bagi Ino mengikat rambut seperti ekor kuda bukan hal sulit yang membutuhkan banyak waktu. Namun, karena ini Gaara, kegiatan mengikat rambut menjadi menguras banyak menit.

"Hn." Pria itu hanya bergumam dan karena jarak mereka begitu dekat, Ino bisa mendengarnya dengan jelas.

"Ikat rendah saja," kata Ino.

"Aku ingin mencobanya," balas Gaara.

Akhirnya pria itu bersuara juga. Gaara yang semula duduk, kini mengganti posisinya menjadi berdiri. Ia melakukan hal yang sama tadi ia lakukan –mengumpulkan rambut Ino hingga menyerupai ekor kuda sebelum ia berhasil mengikatkan karet di sana.

Tanpa disadari dahi Gaara berkerut karena ia terlalu serius mengikat rambut wanita di depannya itu. Ketika suasana hanya didominasi keheningan, Ino mulai bersuara. Pertanyaan yang keluar dari mulut Ino berhasil menghentikan pergerakan tangannya.

"Sesuatu telah terjadi, 'kan?" tanya Ino.

Gaara terdiam.

"Aku hanya menebak, sih, soalnya tadi wajahmu tegang sekali," lanjut Ino.

Wanita itu tak bergerak sedikit pun, sama seperti yang dilakukan Gaara sekarang.

Sejujurnya Ino ingin menyinggung soal Sasuke, tetapi wanita itu sadar jika Gaara tidak akan menyukainya. Akhirnya ia memutuskan untuk diam dan akan menanyakan hal itu jika Gaara lebih dulu menyinggung soal Sang Uchiha Terakhir.

"Apa itu buruk?" tanya Ino lagi.

Ingin rasanya Ino berbalik untuk memastikan ekspresi yang ditunjukkan Gaara, tetapi saat ini pria itu sedang memegangi rambutnya. Ia tak bisa menoleh sedikit pun untuk sekedar mengamati wajah pria itu.

"Setelah usaha yang kau lakukan pagi ini... aku rasa... aku akan mencoba untuk mempercayaimu, Gaara-kun." Ino terus berbicara meskipun Gaara tidak meresponsnya, bahkan pria itu masih diam –tidak melanjutkan kegiatannya untuk mengikat rambut Ino.

Gaara tertegun.

"Jika orang lain tidak lagi mempercayaimu, maka satu-satunya yang bisa kau harapkan adalah aku. Bahkan jika semua orang mulai menentangmu, aku akan tetap berada di pihakmu." Setelah mengatakan kalimat yang dimaksudkan sebagai lelucon yang lain, Ino tertawa pelan.

Suara tawa Ino terdengar seperti lonceng kecil yang berdering lembut di udara. Di saat wajah Ino memancarkan secercah kebahagiaan, pria di belakangnya malah terdiam dengan wajah yang menampilkan ekspresi kaget. Gaara tidak menyangka wanita itu akan melontarkan candaan spontan yang mengena.

"Gaara-kun? Kau mendengarku, 'kan?" panggil Ino karena Gaara tidak kunjung menanggapinya.

-to be continued-

Halo, hai! Akhirnya aku bisa melanjutkan fanfiksi ini setelah sekian purnama menghilang. Setelah drama kehidupan yang begitu sibuk, aku punya waktu yang lumayan untuk kembali bergelut dengan remahan cerita ala roman picisan ini. Aku minta maaf ya! Pokoknya happy reading, readers!

~Sesi ngobrol~

Ai Moriuchi: Iya, 'kan? Semoga ke depannya Si Panda enggak denial lagi soal perasaannya, yah~

Evil Smirk of the Black Swan: Terima kasih temanku tercintah~ Melalui ini aku sampaikan pesan permintaan maafku karena lama update huhuhu~ Dua anak laki-laki Bapak Rasa ini sebenarnya menggemaskan, cuma takaran menyebalkan juga ada, sih ahahaha~ Sudah terjawab, 'kan, Gaara sama Sasuke bahas apa. Ya, bisa dibilang ini awal perang dingin mereka.

Inzaghi: Abisnya kadang scene-nya itu kurang greget, 'kan? Jadi rasa pesimis soal fanfiksi ini selalu ada TwT. Soal misteri, memang aku sengaja kasih clue tipis-tipis setiap chapter-nya, sih. Baru chapter ini yang gamblang banget plot-nya karena aku hiatus lama, jadi enggak berani buat petunjuk samar. Takutnya nanti harus baca ulang dari chapter awal. Bisa didemo aku nanti. Kak Inzaghi, jangan macam-macam pakai segala mau nyuri jendela Polsek xD. Untung jadinya cuci mata ahahaha~

Kchi77327: Fufufu~ Let's celebrate~

Mikaluna: Halo, terima kasih dan maaf membuatmu menunggu lama.

Guest: Terima kasih banyak!

winhanpermana: Halo, selamat datang dan selamat membaca~ Dan tidak lupa, terima kasih banyak!

See you next chapter~