DISCLAIMER
Haikyuu! is belongs to Haruichi Furudate
THE RISE : Karasuno Female Volley Ball Club
©Longlive Author
Chapter 7 : Miyama-san!
Udara semakin panas. Itu ditandai oleh Yuri yang terlihat matang seperti buah tomat setiap kali mereka latihan sore. Ia terlihat seperti mau menangis jika mereka baru saja berlari. Tapi ia tidak pernah mengeluh.
"Hei Yuri keluarkan saja! Hari ini memang sangat panas sekali. Pemanasa Global memang gila, aku juga seperti mau meleleh." Kata Misaki menpuk-nepuk punggung tinggi Yuri. Ozomi menatap mereka. Ia masih belum terbiasa dengan anak-anak kelas satu memanggil nama Yuri dengan kasual meskipun mereka berbeda angkatan. Yuri menolak untuk dipanggil secara formal oleh teman-temannya karena ia tidak biasa.
"Semenjak pindah ke Jepang paru-paru ku seperti mengecil." Katanya sambil mengelap keringat.
"Me-mangnya seberapa dingin sih tempatmu tinggal dulu?" Tanya Akira, iapun terengah-engah mengambil napas.
"Anggap saja, meskipun kau orang lokal, setiap musim dingin kau akan tetap kena demam musim dingin." Ujarnya.
"Kau sepertinya memang lebih cocok tinggal di Hokkaido dari pada di Miyagi." Kata Misaki.
"Semuanya! Ayo kita kembali ke gelanggang." Ujar Rinkou dan mereka pun berjalan kaki menuruni bukit kembali ke sekolah. Sembari berjalan mereka masih mengobrol.
"Kau baru di Jepang setengah tahun tapi bahasa Jepangmu lancar juga. Belajar dari kecil?" Tanya Misaki lagi.
"Ayahku orang Jepang, jadi aku bicara bahasa Jepang dengannya, tapi masih lebih sering berbicara bahasa Russia. Meski begitu, aku kesulitan dalam pelajaran. Aku harus les lagi dengan tutor sepulang sekolah jika tidak mau nilaiku hancur sekali. Aku sering sekali hanya mendapat nilai tidak tahu sekolah reguler sesulit ini." Jelasnya.
"Hah? Memangnya kau belum pernah sekolah reguler?" Tanya Akira terkejut. Yuri dengan wajah polos menggeleng.
"Aku sekolah privat dirumah." Jawabnya.
"Hah?!" Tidak hanya anak kelas satu tapi yang lainnya pun kaget.
"Kau tidak pernah ikut festival sekolah? Atau ekstrakurikuler? Atau pacaran dengan teman satu sekolah?" Sepertinya Akira adalah yang paling terkejut mendengar jika Yuri belum pernah masuk ke sekolah reguler.
"Aku tidak begitu yakin di Russia ada festival sekolah seperti disini. Yah jika ekstrakurikuler, aku kan ice skating." Jawabnya.
"Yuri!" Tiba-tiba Akira memegang bahu tinggi Yuri, "muka cantik dan badan mu yang seperti model ini sungguh sia-sia. Selama kau disini, kau tidak boleh menyia-nyiakannya." Katanya.
"Kemari, akan aku ajari kau mencari spot foto yang bagus untuk di unggah di Instagram!" Akira menarik Yuri berlari kembali ke sekolah.
Namun ketika mereka sampai di gelanggang. Ia mendapati Takeda Sensei dengan seorang wanita tinggi mengenakan pakaian olahraga berwarna hitam seperti sedang menunggu mereka.
"Semuanyaaa! Kemarilah, ada seseorang yang mau aku perkenalkan!"
Seorang wanita tinggi berambut cokelat di ikat tinggi. Umurnya mungkin di pertengahan dua puluh. Wajahnya elegan namun ia memberikan aura yang kuat. Belum apa-apa ia terasa seperti mendominasi mereka. Mereka berhenti di depan gelanggan mendengarkan Takeda Sensei memperkenalkan wanita itu.
"Ini Miyama Ruri-san. Beliau yang akan menjadi pelatih baru kalian." Ujar Takeda Sensei. Miyama-san melambaikan tangannya sambil tersenyum.
"Whaa..."
"Mohon bantuannya pelatih!"
"Santai saja denganku." Katanya.
"Miyama-san adalah temanku di universitas dulu, beliau adalah mantan klub Voli Putri Nekoma dari Tokyo. Sekarang ia tinggal di perfektur Miyagi."
"Woah, Nekoma?" Akira terkesima.
"Yeah, begini-begini aku pernah menjadi kandidat U-19 loh." Miyama-san mengedipkan sebelah matanya.
"Apa kau pemain profesional Coach?" Tanya Mao.
"Ah tidak, aku sempat cidera cukup parah, jadi aku tidak bisa bermain lagi." Katanya santai. Namun, anak-anak terlihat merasa bersalah menanyakan hal itu. Yuri menatapnya dengan pandangan yang sedikit sulit untuk di artikan. Cidera. Ia juga mengalami cidera yang cukup parah hingga membuatnya berada di rumah sakit cukup lama.
"Jangan khawatir...jangan khawatir, aku mempunyai pekerjaan yang menyenangkan sekarang. Ketika Takeda-san menawariku menjadi pelatih kalian, ku pikir akan menyenangkan jika kembali ke dunia voli." Jawabnya.
"Oke kalau begitu, aku sudah mendengar sedikit tentang kalian dari Ukai-san. Bagaimana jika kita lihat kemampuan kalian?" Katanya.
"Eh.."
...
Pukul enam sore. Miyama-san meminta izin pada pelatih Ukai untuk meminjam lapangan. Pertandingan empat lawan empat dilakukan.
"Oy..oy..oy.. apa itu pelatih baru klub voli putri?" Ujar Tanaka, melihat Miyama-san dan klub voli putri memasuki lapangan.
"He...cantik sekali..." komentar Yuji, anak kelas satu.
Nishonoya menatap klub voli putri seperti mendapat pencerahan.
"Karasuno, telah di berkati oleh Budha. Klub voli putri dan pelatih yang cantik. Tahun ini aku bisa lulus dengan tenang." Ujarnya. Tsukishima yakin sekali sekilas ia melihat cahaya ilahi menerangi wajah Nishinoya seperti ditarik ke kayangan.
"Whoaa pelatih baru. Keren sekali." Kata Hinata.
"Hei apa maksudmu?" Pelatih Ukai tersinggung. Hinata menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Miyama-san, dia adalah mantan pemain Voli Putri SMA Nekoma dan kandidat U-19, tujuh tahun yang lalu. Ia cidera dan tidak melanjutkan karirnya di Voli." Kata Pelatih Ukai.
"Whoaa, Nekoma!" Jerit Hinata.
"Diamlah Hinata!" Kegeyama menusuk tulang rusuk Hinata hingga meringis.
"Dia sehebat itu, sayang sekali." Komentar Tsukishima. Tanakan menjitak kepalanya.
"Hei, tidak akan kubiarkan kau membuat pelatih baru Voli putri tersinggung. Ingat Tsukishima, Klub Voli Putra Karasuno harus menjadi pejantan yang terhormat." Katanya.
"Bukannya pejantan itu istilah untuk binatang ya." Balas Tsukishima.
"Cukup Tsukishima,kau tidak membantah ucapan seniormu." Katanya slebor.
Maka ketika klub voli putra melakukan pendinginan dan technical meeting klub voli putri melakukan tanding 4 lawan 4. Mereka menggunakan formasi sama seperti pada tanding rally sebelumnya, anggota baru lawan anggota lama. Hal ini berguna untuk mengatahui kemampuan mereka masing-masing. Klub Voli putri hanya beranggotakan delapan orang. Miyama-san memasang wajah serius, dengan anggota sesedikit ini, akan menjadi tantangan terbesar mereka di pertandingan sebenarnya. Mereka tidak memiliki pemain pengganti yang cukup. Pelatih Ukai menatap Miyama-san. Ia yakin jika Miyama-san sudah menyadari hal itu. Mereka semua harus mempunyai stamina yang besar jika ingin bertahan selama tiga set dengan pemain yang sedikit.
"Okay! Kita mulai!"
Miyama Ruri, tujuh tahun yang lalu ia adalah kelas tiga kandidat U-19 seperti Ushiwaka. Klub Voli Putri Nekoma pernah menjadi salah satu klub unggulan sebelum gelar tim unggulan di rebut oleh sekolah Putri Niiyama yang masih bertahan hingga hari ini. Miyama Ruri adalah seorang pemain voli yang bertubuh lumayan tinggi dan menjadi kapten saat itu. Intelejensinya dan juga ketangkasannya sebagai seorang Middle Blocker adalah fakto yang membuatnya dipilih untuk menjadi kandidat pelatihan U-19. Tapi karena sebuah kecelakaan ketika pertandingan, lututnya cidera. Cidera yang cukup parah hingga membuatnya tidak bisa melompat setinggi sebelumnya. Selain itu, cidera lututnya membuatnya kesakitan ketika ia bertanding. Maka dari itu ia memutuskan untuk pensiun sebelum bisa bertanding di Timnas.
Setelah lulus dari universitas ia bekerja sebagai pengelola Retreat untuk pelatihan Team Building Company, perusahaan akan mengirim karyawan mereka untuk melakukan kegiatan seperti outing dan juga pelatihan kepemimpinan. Namun setelah dua tahun bekerja ia merasa bosan dan memutuskan untuk menjadi full time influencer dan blogger sejak ia memiliki banyak followers di media sosial. Oleh karena itu ia menerima tawaran Takeda Sensei, teman semasa kuliahnya. Bukan hanya karena ia merindukan dunia voli, tapi ini juga bisa dijadikan konten untuk segmen baru di halaman media sosialnya.
Begitulah kini ia berdiri di gelanggan voli SMA Karasuno. SMA yang sejak dulu menjadi rival SMA nya, meskipun itu adalah persaingan antara klub voli putra. Ia tidak pernah mendengar klub voli putri Karasuno, klub voli SMA Nekoma pun tidak se berjaya ketika di zaman nya dulu. Yah ia rasa memang begitulah siklus perputaran kegiatan di klub SMA, kecuali jika sekolah itu adalah sekolah yang benar-benar unggulan.
"Misaki!" Akira menjerit dari sisi lapangan mengumpan bola pada Misaki. Misaki melompat dan...
BAAMM!
Sebuah spike keras di tembakan. Keras sekali dan bodohnya bola keluar. Namun saking kerasnya bola terpental jauh hingga ke lantai dua gelanggang.
"Hahahaha... apa-apaan power itu? Memang nya dia atlet lempar lembing." Miyama-san tertawa melihat tembakan Misaki. Pipi Misaki memerah karena malu.
"Hah apa-apaan." Komentar Tsukishima. Klub Voli putra pun terkejut dengan tembakan Misaki. Apa benar, seorang perempuan bisa menembakan bola seperti laki-laki. Itu mengingatkan mereka pada spike milik Kyotani dari Aoba Johsai.
"Hee yang benar saja. Otot bahunya bagus sekali. Mungkin ini saatnya kalian untuk latihan angkat beban. Dia bisa seperti itu karena dia sering pergi ke gym." Komentar pelatih Ukai.
Permainan masih terus berlanjut. Akira anehnya lebih sering melakan kesalah ketika mengumpan dibandingkan dengan ketika mereka latihan sendiri.
"Hei Yuri, apa kau pikir umpan Akira agak aneh?" bisik Misaki.
"Entahlah, tapi umpannya sering tidak pas." Jawab Yuri.
Di samping itu Mao sedang bermain baik hari ini. Tidak dapat di pungkiri, ia juga salah satu yang paling sebal ketika tahu mereka tidak punya pelatih. Oleh karena itu dia bersemangat sekarang ketika mengetahui mereka mempunyai pelatih baru. Mao adalah anggota yang paling terbiasa menggunakan split step. Split step yang ia lakukan sudah sempurna. Namun napas nya sudah terengah-engah meskipun mereka baru di set pertama. Padahal ia merasa sudah melakan gerakan se efektif mungkin. Sepertinya karena mereka baru saja berlari sebelum pertandingan dan sekolah seharian. Ia sudah terlalu lelah untuk pertandingan ini. Belum lagi ini adalah pertandingan empat lawan empat.
"Mao-mao melakukan split step yang bagus, dia sudah bisa sejak SMP. Jika dia terus berkarir di voli dia akan menjadi libero yang hebat." Komentar Nishinoya.
"Tapi Noya-san, dia kelihatan capek sekali." Ujar Shun anak kelas satu.
"Yah dia harus meningkatkan staminanya."
Mao berhasil menerima serve dari Aoki yang cukup keras, "Akira!" Jeritnya.
"Yosh, Yuri!"
Yuri berlari dan melompat dengan tinggi, postur yang bagus untuk melakukan spike semuanya hampir yakin jika Yuri akan melakukan spike. Namun alih-alih melakukan spike, lagi-lagi ia melakukan feint. Bola melewati blocker dan jatuh ke arah yang tanggung untuk di terima receiver.
"Tch!" Rinkou-san berdecih. Ia tahu jika Yuri belum bisa melakukan spike dan akan melakuan feint, tapi bola-bola yang di jatuhkan Yuri selalu tanggung. Jika tidak net in, dia mengincar tempat-tempat yang sulit seperti bagian tengah dan juga garis tepi.
"Hahaha.." Miyama-san kembali tertawa. "Dia masih ragu melakukan spike ya? Tapi tidak begitu buruk, haha.." Ia berkata pada Yamada yang di balas dengan anggukan.
Pertandingan akhirnya hanya bertahan dua set dengan skor imbang, karena waktu sudah menunjukan setengah delapan malam. Seiring berjalannya waktu, mereka jadi terlihat seperti sengaja melakukan rally dari pada bertanding. Wajar saja, mereka selalu melakukan latihan rally selama dua minggu kebelakang. Rally terpanjang mereka hari ini adalah delapan menit. Miyama-san sampai harus berteriak untuk menyadarkan mereka kalau mereka sedang bertanding dan bukan sedang latihan. Tim Voli putra dan pelatih Ukai juga belum pulang. Mereka pernah melihat tim-tim yang jauh lebih baik tentunya. Tapi pertandingan ini terlalu menarik di lewatkan. Tim Voli Putri Karasuno masih prematur, itu mengapa banyak bola-bola aneh dan unik yang di berikan oleh kelas satu
"Jadi begitu. Mereka memanfaatkan kekurangan mereka, itu kenapa banyak sekali tipuan." Komentar pelatih Ukai.
"Bola-bola mereka aneh dan tidak biasa, ya." Sambung Takeda Sensei.
"Itu wajar Sensei, anggota baru itu, dua diantaranya tidak pernah menyentuh bola voli sebelumnya, dua lagi bisa bermain voli, tapi itu tidak cukup untuk membuat permainan yang bagus, setidaknya, Yuri dan Misaki mencari cara agar mereka tetap bisa membuat poin meski permainan mereka belum terlalu bagus." Jelas Ukai
Sembari pendinginan Miyama-san memberikan komentar pada tim voli putri. Wajah mereka memerah dan rambut mereka basah. Dua set pertandingan empat lawan empat dengan tujuan untuk mencetak skor ternyata tidak kalah melelahkannya dengan latihan rally yang mereka lakukan.
"Hoho, aku mengerti, aku mengerti." Jawabnya tertawa.
"Kalian semua masih payah, hahaha."
"Eh.." Semuanya tidak begitu terlihat sedih. Mereka tahu jika mereka masih payah meskipun sudah latihan teknik selama dua bulan. Tapi tampaknya mereka sudah terlalu lelah untuk memikirkan itu.
"Tapi bukan berarti selamaya seperti itu. Aku melihat potensi yang bagus." Sambungnya.
"Kau Libero kelas satu. Kira-kira apa kelemahan mu?" Tanya Miyama-san.
"Lelah, sejak set pertama aku sudah lelah." Jawab Mao, jujur saja, menurut tim voli putra, Mao terlihat sangat mirip dengan Tsukishima ketika ia berekspresi lelah.
"Oke, dan kau setter?"
"Uh, hari ini...aku banyak melakukan kesalahan?" Akira tidak yakin.
"Kau banyak terdistraksi hari ini. Aku tidak tahu apa yang membuatmu begitu, tapi kau terlihat tidak fokus." Katanya.
"Lalu, kau Miss Home Run?" Mereka semua terkehkeh, hari ini ia mendapatkan julukan baru selain gym freak karena setiap serve, ia memukul terlalu keras hingga bola keluar lapangan.
"Mereka bilang tenagaku selalu terlalu kuat." Misaki dengan berat tidak mengakuinya.
"Lalu kau?" Terakhir ia menunjuk Yuri.
"Uh, aku belum bisa melakukan spike. Jadi aku banyak melakukan feint." Jawab Yuri.
"Cukup cerdas, tapi tidak bisa selamanya seperti itu. Kau terlalu banyak ragu." Balas Miyama-san.
"...dan anggota lama. Kalian akan menjadi penyelamat tim ini jika kalian lebih kuat menerima servis dan spike kuat." Komentarnya
Semuanya mengangguk mengerti.
"Baiklah kalau begitu. Dalam dua bulan kedepan, aku akan membuat tim ini menjadi lebih baik. Hanya satu syarat dariku." Katanya.
'Eh syarat?'
"Aku tidak ingin mendengar keluhan."
...
