A Story of Two
Mereka dekat, tetapi tidak ke arah kedekatan yang lebih intim.
[Konohamaru-Sarada]
Boruto hanyalah milik Masashi Kishimoto
Romance, Drama
WARNING
OOC, EyD sedikit kacau,
setting waktu saat Boruto dan kawan-kawan sudah mulai dewasa dan desa Konoha aman damai tentram,
etc.
Hatinya terasa campur aduk antara perasaan kesal, sedih, jengkel, marah, dan lelah. Kepulangannya dari misi tingkat S bersama mantan ketua tim 7 Konohamaru membuat badannya terasa remuk dan lemas.
Sudah sedari perjalanan pulang sampai di depan gerbang Desa Konoha, Sarada hanya fokus pada kamar mandi dan kasur empuknya. Ia hanya ingin membersihkan diri dan segera beristirahat seharian penuh. Namun semua angan-angan indah itu Sarada hancur berkeping-keping.
Tepat saat mereka berdua akan melaporkan hasil misi kali ini ke Hokage, mereka malah langsung diperhadapkan dengan Daimyo yang sudah duduk seakan memang sedang menanti kehadiran Sarada dan Konohamaru di kantor Hokage. Firasat Sarada sudah buruk sejak awal dan benar saja, semua yang ia dengar dari Daimyo itu sangat buruk.
"Konohamaru, ini sudah keputusan yang bulat. Kau tidak dapat meneruskan nama belakangmu, Sarutobi, pada anakmu kelak. Tetapi kau akan membantu Uchiha untuk melanjutkan keturunannya." Ucap Daimyo dengan pasti dan penuh penekanan.
"Menurut kami, para Daimyo, hanya kau yang sanggup dan cocok dalam hal ini. Kami yakin perjodohan ini akan membawa berkat bagi Konoha."
Konohamaru dengan segala kekesalannya berucap, "Perbedaan umurku dengan Sarada, mantan muridku, adalah 15 tahun, jika kalian lupa."
"Tidak masalah—"
"Itu namanya pedofil, Daimyo-sama!" Konohamaru agak meninggikan suaranya.
"Uchiha Sarada sudah berumur 19 tahun, jika kau lupa." Kalimat Daimyo membuat Konohamaru bungkam. "Apa kau selalu melihat Sarada sebagai gadis kecil berumur 12 tahun yang harus selalu kau lindungi?"
Konohamaru terdiam, Ia tak berani menatap Sarada yang berdiri kaku di sebelahnya. Dalam hati, ia ingin sekali menyuruh Sarada keluar agar gadis itu tidak perlu mendengarkan perkataan gila dari Daimyo.
"Uchiha Sarada, gadis berumur 19 tahun dan baru saja diangkat statusnya dari chuunin menjadi jounin sepertimu, Konohamaru. Dia termasuk dalam jajaran kunoichi paling hebat di Konoha, nyaris sempurna dengan keahlian mata sharingan." Perkataan Daimyo benar-benar tidak bisa disanggah sedikitpun. Semua benar dan Konohamaru mengakui itu.
Konohamaru mendesah kesal. "Tetapi kalian tidak bisa seperti ini. Apa kalian tidak memikirkan bagaimana perasaan Sarada harus disandingkan dengan aku? Perasaan orang tuanya melihat anak semata wayangnya diserahkan pada pria sepertiku."
"Kalau Sasuke dan Sakura, mereka sudah aku urus dan mereka setuju." Ucap Daimyo santai sembari menyesap teh hangat yang disuguhkan oleh hokage.
Sarada terkejut. Bahkan Papa dan Mamanya setuju untuk menikahkan Sarada secara paksa dengan sensei-nya sendiri?!
"Konohamaru, jika kau menolak, keputusan kami untuk menunjukmu menjadi hokage selanjutnya akan kami pertimbangkan kembali." Lanjut Daimyo.
Naruto yang sedari tadi diam kini merasa ia perlu bersuara karena pembicaraan agak berlebihan. "Daimyo-sama dengan segala hormat, saya tidak terima dengan keputusan mengenai Konohamaru akan menjadi hokage selanjutnya akan dipikirkan ulang, seharusnya hal itu sudah tidak bisa ditarik kembali."
"Nanadaime-sama, keputusan tetap ada ditangan Daimyo, kau tidak berhak mencampuri urusan ini." final Daimyo untuk menghentikan aksi Naruto yang menyanggahnya.
"Kalau begitu, aku akan melepaskannya."
Semua orang yang ada di dalam sama terkejut dan langsung menoleh ke arah Konohamaru. Pemuda itu menatap Daimyo dengan tatapan lurus seakan tak gentar dan tidak menyesal dengan kalimatnya.
Daimyo mendelik kesal. Darah hokage ketiga benar-benar mengalir dalam jiwa Konohamaru, lihat saja sisi keras kepalanya dan tekatnya yang tidak mudah goyah itu.
"Sudah kubilang, keputusan ada ditangan Daimyo.." Daimyo benar-benar mempermainkan Konohamaru.
"Apa? Kau tidak bisa memaksanya untuk menikah denganku!" Pekik Konohamaru mulai frustasi.
"Dia tidak punya alasan untuk menolak." Daimyo menatap Sarada. "Gadis Uchiha, kau sudah kuberikan hak istimewa untuk dapat melanjutkan keturunan Uchiha, padahal kau perempuan. Jika kau menolak, maka ucapkan selamat tinggal pada klanmu yang hanya tersisa kau dan Uchiha Sasuke. Keputusan kelanjutan dari keturunan Uchiha ada di tanganmu."
Sarada rasanya ingin menangis. Ia tak bisa mengeluarkan sepatah katapun. Ingin menolak tetapi ia diperhadapkan fakta mengenai kondisi klannya. Mau mengiyakan pun ia sulit.
"Jangan menyerangnya!" Konohamaru maju ke depan Sarada untuk melindungi gadis itu dari tatapan memaksa Daimyo.
"Uchiha Sarada, pikirkanlah kelanjutan klanmu dan nasib Konohamaru yang bisa saja gagal menjadi hokage selanjutnya."
"Daimyo-sama!" Konohamaru benar-benar kesal. Kalau saja ia sudah gila, ia akan langsung menyerang orang tua itu.
"Kalau begitu kami pamit undur diri."
Kepergian Daimyo dengan pengawalnya meninggalkan keheningan dalam ruang hokage. Antara Naruto, Konohamaru dan Sarada tidak ada yang bersuara. Mereka masih berdiri diposisinya dengan pikiran masing-masing.
"Kau bisa menolaknya Sarada, tidak perlu memikirkanku. Untuk kelanjutan klanmu, sama halnya dengan Ino-san dan Sai-san, mereka mampu meneruskan klan Yamanaka dari garis anak perempuannya. Kau tidak perlu memusingkannya." Saat Konohamaru membalikkan badannya untuk melihat keadaan gadis itu, ia terkejut melihat Sarada menunduk dalam dan bahunya sedikit bergetar. Tangannya terkepal erat, ingin sekali ia menghadiahi Daimyo tua itu dengan sedikit tinjuan.
"Sarada ?" Panggil Konohamaru dengan pelan. Ia menyentuh bahu gadis yang ada di depannya ini untuk menyadarkan.
"Sensei, aku —"
"Sarada!" Pekik Naruto dan Konohamaru saat melihat Sarada akan pingsan.
Untung saja Konomaharu menangkapnya dengan sigap, kalau tidak, kepala Sarada bisa terluka karena terbentur pinggiran meja.
"Nanadaime-sama, aku akan membawanya ke rumah sakit." Konohamaru segera mengangkat tubuh Sarada dalam gendongannya. Badan gadis itu terasa hangat.
"Ya, bawa dia ke Sakura."
Konohamaru mengangguk dan dengan cepat ia membawa Sarada menuju rumah sakit. Dalam hatinya terus merapalkan umpatan kesal pada Daimyo yang membuat Sarada harus merasa tertekan saat ia dalam kondisi lelah. Kakinya terus berlari dan lompat mencari jalan pintas menuju ke rumah sakit.
"Sarada, bertahanlah.." gumam Konohamaru pelan sembari melihat kondisi Sarada yang masih terpejam dengan mengerutkan kening.
"Sensei.." lirih Sarada pelan. Namun Konohamaru tetap mampu mendengarkannya.
"Ya? Bertahanlah, sebentar lagi akan sampai."
Sarada menggeleng pelan. "Aku mau pulang saja."
"Tapi Sarada kau butuh pertolongan—"
"Aku…hiks.. mau pulang saja. Kumohon..sensei.." Sarada menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan mengarahkan wajahnya ke dada Konohamaru. Ia terlalu malu menunjukkan sisi cengengnya ini di hadapan sensei-nya.
Konohamaru berhenti berlari. Ia sudah berada di rooftop rumah sakit dimana Sakura bekerja. Konohamaru tinggal turun beberapa lantai saja, maka Sarada akan bertemu dengan Sakura dan langsung ditangani. Tetapi melihat Sarada terisak dalam gendongannya. Konohamaru memilih menuruti kemauan gadis ini.
"Jangan menangis." Konohamaru mengeratkan gendongannya pada Sarada. "Aku akan menuruti semua keinginanmu, jadi kumohon berhenti menangis, Sarada."
Bukannya berhenti menangis, Sarada malah semakin terisak membuat Konohamaru menjadi bingung dan panik. Tanpa banyak bicara, Konohamaru segera melangkahkan kakinya kembali untuk menuju ke arah rumah Uchiha. Gadis ini butuh waktu sendiri.
Tidak butuh waktu lama, Konohamaru sudah sampai di depan rumah Uchiha. "Sarada, kita sudah sampai. Kau baik-baik saja?"
Sarada mengangguk. Konohamaru menurunkan Sarada dengan pelan. Konohamaru melihat sekitarnya. Rumah dengan lambang Uchiha itu terlihat sepi dan semua pintu jendelanya tertutup rapat.
"Sarada, kau yakin akan sendirian di rumah? Terlihat sepi sekali." Konohamaru berjalan ke arah samping untuk mengintip adakah kehidupan di rumah ini.
"Aku sudah biasa sendiri, Sensei. Tidak perlu khawatir." Sarada merogoh tas ninjanya untuk mencari kunci rumahnya.
Konohamaru hanya menghela napas. "Sepertinya kau demam, istirahatlah yang cukup. JIka butuh bantuan, kau bisa menghubungiku."
Sarada mengangguk lagi. Saat pintunya sudah berhasil terbuka, Sarada menolehkan wajahnya ke arah Konohamaru sejenak. Ia menatap mata yang sedari tadi ia hindari yang masih setia menatapnya. Sarada tak tau pasti apa maksud dari tatapan Konohamaru, yang pasti tidak ada tatapan ceria seperti biasanya.
"Sensei.." memalingkan wajahnya dan memilih membelakangi Konohamaru.
"Ya?" Konohamaru tampak bingung dengan tingkah Sarada. "Ada apa—"
"Terima kasih.." ucap Sarada dengan nada sendu.
Konohamaru menatap gadis yang biasanya ceria itu kini kehilangan senyumnya. Padahal baru kemarin mereka saling bercanda gurau saat misi bersama.
"Segeralah beristirahat. Aku pamit."
Kepergian Konohamaru dari halaman rumah Uchiha bersamaan dengan air mata pilu Sarada yang jatuh semakin deras.
TBC
pair-nya agak diluar nurul ya..
tapi biarlah imajinasi liar ini aku tuangkan di sini daripada mengendap di notes.
Terima kasih sudah membaca.
Maaf jika banyak ada kesalahan ejaan atau kekeliruan.
warm regards,
kirikosaki
