Naruto merasa dia melayang di udara. Itu terasa nyaman untuknya, beberapa saat yang lalu tubuhnya sekarat. Kesakitan, penderitaan, kesedihan, semua terasa oleh batin dan tubuhnya.
Namun sekarang dia merasa seakan keadaan beberapa saat yang lalu hilang. Digantikan perasaan nyaman saat dia melayang.
Apakah ini kematian, jika kematian terasa senyaman ini, mungkin sejak lama dia seharusnya berhenti berjuang.
Ya, Uzumaki Naruto, Pahlawan dari Desa Konoha. Begitulah orang-orang memanggilnya.
Padahal dia hanya ingin orang-orang mengakuinya. Mengakui dirinya yang hanya seorang anak. Tapi hanya menjadi Pahlawan orang-orang bisa mengenalnya, mengakuinya. Maka dia menjadi pahlawan.
Dia sudah lelah,
Kematian ini sangat nyaman, dia ingin terus berada disini-
Bocah sadarlah-!
Naruto terkejut, kesadarannya terangkat. Dia membuka matanya dan hanya kekosongan yang dilihatnya dan dia merasa kesulitan bernafas. Dia meronta-ronta untuk bernafas mencari udara, tapi tampaknya tempat itu tidak memeliki udara untuk dia bernafas.
Kenapa sangat menyakitkan jika dia sudah mati! Padahal tadi dia sangat nyaman! Suara keras tadi membangunkannya dan sekarang dia merasa kesakitan. Dan untuk waktu yang mungkin beberapa menit namun terasa seperti lama sekali. Kegelapan menguasainya.
.
.
.
.
Naruto tersentak dari tidurnya terduduk. Tangan memegang dadanya nafas nya memburu, dia berusaha menghirup udara sebanyak-banyaknya. Mengisi paru-paru nya yang seperti tidak ada udara didalamnya.
Setelah pernafasannya sedikit stabil, dia mulai memindai sekelilingnya. Tempat tidur dan seprai usang, dinding dengan cat yang luntur, cup ramen yang bertebaran di lantai, tikus yang sesekali mengintip dari lubang didinding. Tidak salah lagi, dia berada diapartemen lamanya.
Memeriksa tubuhnya, dia tampak jauh lebih kecil. Sialan, dia berubah jadi anak kecil lagi. Apa yang terjadi. Pikirannya masih belum bisa mengingat semuanya.
Lalu, seakan tersadar karena menjadi kecil lagi. Naruto tanpa sadar memegang perutnya.
"Jangan-jangan..."
Kesedihan dan kerinduan memenuhi dirinya. Rasa sakit saat kehilangan sahabat dalam dirinya kembali teringat. Air mata mulai keluar dari matanya. Dan Naruto menangis penuh kesengsaraan tanpa suara sambil memegang perutnya.
.
.
.
.
Naruto terlihat berjalan disepanjang terowongan seperti selokan dengan air semata kaki. Terdengar gemericik air saat dia melangkah ke ujung terowongan.
Setelah menangis tersedu-sedu, dia langsung memberanikan diri mulai meditasi dan masuk kedalam mindscape miliknya. Seperti yang diingatnya, itu adalah terowongan seperti selokan saat dia masih kecil.
Ketika sampai diujung, ruangan besar dengan jeruji menjulang tinggi ada dihadapannya. Jantungnya berdegub kencang, dia gugup.
"Ku- Kurama"
Dia memanggil tak yakin ke penjara dihadapannya. Dia menunggu, penjara itu sunyi. Dia menunggu, hati nya gelisah. Bagaimana, bagaimana jika rubah itu tidak ada. Bagaimana jika hanya dia yang kembali jadi anak kecil dan rubah itu tidak ikut kembali karena sudah di ambil klan Ootsuki.
Pikiran-pikiran negatif terus memenuhi kepalanya saat ruanganan itu tetap hening. Naruto mulai kesakitan, hatinya semakin perih dengan keheningan penjara itu. Mungkin karena tubuh anak kecilnya dia jdi susah mengendalikan emosinya saat ini.
Sesaat dia akan mulai menangis karena tidak ada sahabatnya. Dia mendengar suara besar dalam dan berat dari rubah.
"Bocah"
Perasaan senang, bahagia, terharu mulai memenuhi hati Naruto.
"Kurama! Kurama! Kurama! Apa kau mengingatku!! Kurama!!!"
Teriak Naruto bahagia.
"Berisik bocah! Tenanglah! Aku mengingatmu. Karena jiwa mu terikat dengan chakra ku jadi ingatan yang tersimpan dijiwamu juga ikut kembali bersama kami" Kata Kurama sambil menunjuk jari berkuku besarnya ke arah Naruto.
"Benarkah? Syukurlah! Aku senang! Aku khawatir kau tidak ingat aku- tidak aku lebih khawatir kalau kau tidak ada didalam diriku!" Ucap Naruto penuh teror.
"Tapi tunggu! Tadi kau mengatakan 'kami'? Apa maksudmu?"
Rubah itu melirik ke arah Naruto.
"Sepertinya kembali ke masa lalu membuatmu menjadi pintar" perkataan Kurama mendapatkan cemberut di bibir Naruto. "Intinya, seperti yang ku bilang, jiwa mu terikat dengan chakra kami. Jadi karena sebelumnya kau memiliki semua chakra dari monster berekor walaupun hanya sedikit, tapi itu terhubung dan semua monster berekor dipastikan mengetahui jiwamu" Jelas Kurama.
"jadi maksudmu kalian semua mengingatku?"
"Ya"
"Astaga! Bukankah ini keren! Aku lebih bahagia lagi! Karena kembali ke masa lalu, aku jadi bisa mencegah tragedi di masa depan"
"Intinya ya. Dan sebelum kau mulai mengoceh omong kosong, bukannya kau harus menjelaskan bagaimana kau bisa berkahir di masa lalu, bocah?"
"Astaga, kau benar. Hmmm" Naruto berfikir keras. Dia mengingat-ngingat apa yang terjadi sebelum kembali ke masa lalu. Namun pikirannya terputus oleh suara feminim yang tiba-tiba muncul di dalam mindscape miliknya, yang seharusnya tidak bisa dimasukin siapapun.
"Ara~ aku lihat kau kembali dengan selamat"
Naruto dan rubah itu menoleh kearah suara yang tiba-tiba muncul dari sebelah kiri dibelakang naruto. Terlihat sosok gadis bertubuh ramping dengan pakaian hitam yang belum pernah mereka lihat. Rambut hitam panjangnya di ikat 2 rendah dibahu, wajahnya melihat mereka berdua dengan senyum lembut yang tulus.
Seketika Naruto tersadar.
"Aaaaaaahhhhh! Suaramu, kau sebelumnya yang berbicara padaku ketika aku sekarat! Aku mengingatnya." Ucap nyaring Naruto dengan suaranya yang berusia 12 tahun.
"Siapa kau? Aku tidak merasakan bahwa kau manusia, aku juga tidak merasakan bahwa kau seperti Jiji atau klan Ootsuki yang lain. Aku merasa seperti kau tidak ada tapi aku bisa melihatmu didepan mataku" Ucap rubah itu penasaran dan waspada.
Gadis itu masih tersenyum kepada keduanya.
"Ya, sebelumnya aku sudah mengatakannya pada pemuda- ah sekarang menjadi bocah laki-laki disana bahwa aku bukan dewa"
"Hei, aku bukan bocah" Protes Naruto.
Rubah itu mengabaikan Naruto dan berbicara lagi.
"Kalau bukan dewa, bagaimana kau bisa mengirim Naruto kemasa lalu?" Kata Rubah itu dengan mata menyipit.
"Ahahaha, aku bukan apa-apa, jika aku memberitahu kalian juga kalian tidak akan mengetahuinya." Ketika gadis itu menjelaskan, ia melihat kedua pasangan itu malah semakin penasaran dan waspada.
Menghela nafas. "Ketika ku katakan kalian tidak akan tahu, itu memang jujur. Kalian- tidak, semua makhluk mau yang abadi atau tidak yang lahir di masa sekitar seratus ribu tahun yang lalu sampai sekarang tidak akan tahu. Karena semua catatan mengenai diriku sudah dipastikan hilang." Jelas gadis itu. "Ya, dewa-dewa itu bekerja keras untuk menghapusnya" Lanjutnya.
"Lalu, jika bukan dewa jadi apa?" Tanya Naruto.
"Hmm, aku hanya roh waktu, kalian bisa memanggilku dengan nama Lynea, ya singkat cerita ratusan juta tahun yang lalu aku dan beberapa dewa melakukan perang karena orang-orang tua itu bermain dengan makhluk lemah, bahkan beberapa dunia hancur karena permainan mereka. Ya itu lah masa lalu. Aku biasa berkelana dari satu dimensi dunia ke dimensi lain. Kalau tidak salah dalam dimensi ini, selain dunia tempat kalian tinggal, ada beberapa dunia lain. Beberapa memiliki jarak 500 tahun perjalanan dengan kekuatan dewa muda, beberapa memiliki jarak 10.000 tahun. Ya intinya. Setiap dimensi memiliki ribuan dunia di dalamnya, dan setiap dimensi memiliki dewa berbeda dan disetiap dunia memiliki beberapa dewa yang mengatur dunia itu. Dan di dunia ini..." Kata-kata Lynea berhenti. Ia melihat ke dua sosok didepannya. Masing-masing mereka mendengarnya dengan tertarik.
"Dunia ini?" Tanya Naruto ketika gadis yang diminta untuk menanggilnya Lynea itu berhenti.
Menghela nafas pelan. "Sebenarnya, sejak awal dunia ini tidak memiliki dewa. Memang ada shinigami(dewa kematian) di dunia ini. Tapi dewa yang mengatur dunia ini tidak ada. Biasanya itu karena hilang, pergi, atau mati. Tapi makhluk immortal tidak bisa mati. Jadi sepertinya yang memungkinkan adalah dewa di dunia ini hilang atau pergi. Hilang di sini adalah dia menghilang dari keberadaan, ini biasa terjadi jika dewa muda yang baru bisa menciptakan dunia memiliki perselisihan dengan dewa kuno. Yang kedua adalah pergi, beberapa dewa muda yang menciptakan dunia terkadang bosan dengan ciptaannya dan tiba-tiba pergi dari dunia yang dia ciptakan. Beberapa dunia bisa berkembang tanpa dewa, tapi tidak sedikit juga yang hancur karena dewa mereka pergi. Tapi aku tidak tahu untuk dewa dunia ini"
"Hm? Bukannya dewa disini Kaguya?"
"Bocah, apa kau tidak mendengarkan Jiji kalau Kaguya datang ke dunia ini. Dia bukan yang menciptakan dunia ini. Dan yang diceritakannya tadi itu adalah dewa yang menciptakan dunia ini"
"Oh aku mengerti" ucap Naruto sambil menganggukkan kepalanya.
"Aku ragu kau mengerti"
"Heii! Tentu saja aku mengerti! Aku sudah menjadi Hokage dan menurutmu umur ku berapa sebelumnya"
"Seperti kebiasaan akan bisa berubah"
"Heiiii!!!"
Melihat interaksi dua didepannya, Lynea tertawa kecil.
"Jadi apa alasanmu mengirim Naruto kembali?"
"Ya, anak itu memiliki hubungan dengan takdir. Dia anak ramalan. Dan dunia ini sebenarnya tidak boleh hancur. Jadi aku memutuskan untuk memberikan kesempatan kepada nya."
"Itu benar, aku berterima kasih. Akan kupastikan untuk mencegah tragedi itu."
"Aku senang kau mau melakukannya, kau benar-benar jiwa yang suci, bocah. Tapi ada masalah"
"Masalah? Masalah apa? Apa ada efek samping?" Ucap Naruto panik sambil memeriksa tubuhnya.
"Tidak, tidak ada efek samping. Hanya jika kau melakukan seperti terakhir kalinya. Dan hanya mencegah nya. Itu akan berakhir seperti sebelumnya. Alasan klan Ootsuki bisa ke dunia ini adalah karena tidak ada dewa didunia ini. Tidak ada perlindungan di dunia ini. Dan dunia-dunia yang pernah ku selamatkan juga kebanyakan seperti itu. Dunia ini harus memiliki pengaman yang bisa mencegah dewa-dewa luar untuk datang ikut campur."
"Jadi?"
"Jadi, singkatnya." Ucap Lynea. "Uzumaki Naruto, あんたこの世界は神にならないとー(kamu harus menjadi dewa di dunia ini)"
.
.
.
Bersambung!
