Here is the last chapter I wrote in 2010, it might get better (or worse) in the next chapters, as I wrote them in 2020, 10 years later. Enjoy!

.

.


Way to Love You

Rated: T

Disclaimer: Bleach © Tite Kubo

Warning: OOC

Chapter 3 : Sora in His Eyes


"Orihime, kenapa telat?" bisik Tatsuki-chan pada Orihime begitu dia masuk ke kelas matematika dan dipersilahkan duduk oleh guru matematika.

"Aku terkunci di ruang Student Council, Tatsuki-chan," balas Orihime sambil menatap Ggio dengan sedikit rasa kesal. Ggio yang juga terengah-engah tidak memberikan respon sekecil apapun.

"Kenapa bisa... dan kenapa tatapanmu pada Ggio seperti—"

"Sst... istirahat saja ya, Tatsuki-chan," Orihime berusaha memperhatikan karena tidak ingin terkena marah karena sudah terlambat.

Setelah jam istirahat, Orihime mendatangi Ggio yang sedang duduk-duduk dengan teman-temannya dibawah pohon. Namun Orihime tidak melihat Grimmjow disana. Orihime sedikit berharap Grimmjow juga sedang bersama Ggio, sehingga dapat sedikit membuatnya terpojokkan. "Ggio, apa yang kau lakukan tadi pagi?"

"Apaa?" jawabnya malas-malasan. Mata keemasannya menatap Orihime, terlihat 'suci'.

"Mengunci ruang Student Council dengan Grimmjow-kun!" seru Orihime sedikit menaikkan suaranya.

Ggio memasang muka tidak tahu apa-apa. Namun Orihime tahu, Ggio pasti pastilah dalang di balik segalanya. Yah—setidaknya insiden penguncian itu, yang membuat Orihime dan Grimmjow harus lompat dari lantai dua.

"Mengunci ruang Student Council? Maksudmu kau terkunci berdua dengan si Grimm? Ooh.. roman—"

"Ggio, kalau sampai istirahat kami masih terkunci di ruang Student Council bagaimana?" Orihime membayangkan dirinya dan Grimmjow yang tinggal berdua di ruang Student Council sampai malam mulai tercipta dan ia mulai membayangkan pintu dibuka dari luar dan masuklah sesosok gadis kecil berwajah hancur memakai seragam sekolah, Hanako. Lalu dari televisi ruang Student Council keluar Sadako. Dan dari lantai muncul makhluk putih yang mirip guling dan menyerang Grimmjow dan Orihime...

"Orihime! Orihime, masih di daratan kan?" suara dan guncangan Ggio menarik Orihime dari lamunannya.

"Katanya mau marah?" katanya dengan nada menuduh.

Orihime mengangkat bahunya dengan sedikit sangsi. "Tidak jadi. Setidaknya kami sudah keluar dari sana. Tolong, Ggio, jangan lakukan itu lagi."

"Kalau dia bilang bukan dia, ya bukan dia. Kau kenapa aneh banget, sih," sorak Nnoitra Jiruga, yang membuat Orihime terdiam.

"Nnoi, nggak usah gitu kenapa sih! Orihime, ke kantin sebentar yuk," Orihime digiring oleh Ggio ke kantin, tempat Tatsuki dan yang lain sedang makan.

Ggio mengambil tempat duduk di depan Orihime, sementara Orihime duduk di sebelah Tatsuki yang sedang menikmati ramen ukuran mini-nya.

"Kenapa sih Jiruga-kun membenciku? Apa salahku? Apa pernah aku menyakitinya atau mengoloknya atau menghinanya?" Orihime sedikit mengoceh, kecewa. Mata keemasan Ggio bersinar khawatir dan Orihime bisa merasakan Tatsuki bergerak tidak nyaman disebelahnya.

"Aku akan mencoba berbicara dengan Nnoi," kata Ggio, tapi lebih mirip intonasi kalimat "Terima saja takdirmu."

Orihime sedikit merasa sedih karena ia yang tidak tahu apa-apa bahkan tidak dekat, tiba-tiba dibenci oleh orang yang dia tidak merasa ada masalah. Orihime berpikir apa salahnya, apakah dia pernah menyakiti hati Nnoitra atau menyakiti dia secara fisik? Namun Orihime menyerah, dan memutuskan untuk menerima saja.

"Orihime!" Ggio sudah memanggil nama gadis itu berkali-kali, namun mata gadis berambut coklat itu masih menatap dengan kosong; melamun.

Tatsuki cuma bisa menggeleng heran melihat Ggio.

"Kaya nggak kenal aja sama Orihime. Bawakan dia makanan, dan selesailah masalah."

~Way to Love You~

Mata Tatsuki Arisawa membelalak saat melihat apa yang dibawa Ggio setelah menghilang beberapa (belas) menit: Kue BlackForest, nasi goreng, es krim dan ramen ukuran super.

"Hei, itu nggak kaudapat dari kantin kan?" tanyanya dengan nada menyelidik. "Kau tidak mencuri atau apa kan—"

"Memangnya aku harus mencuri?" Ggio merasa terhina, dan menaruh semua itu di depan Orihime yang beberapa saat kemudian langsung sadar.

"Waah... Siapa yang ulang tahun?" tanyanya polos.

"Itu dari Ggio, katanya lagi banyak duit," sahut Tatsuki.

"Eh eh," kata Ggio pada Tatsuki. "Grimmjow."

"Oke," Tatsuki mengedikkan mata, lalu menyodok siku Orihime sambil berbisik. "Orihime, cowokmu!"

Berhasil. Orihime mendongak refleks dengan tatapan membulat. "Eeh? Ichigo-kun?"

"Grimmjow!" Ggio berteriak memanggil nama yang bersangkutan, yang sama mudahnya ditipu seperti Orihime.

Mata Orihime bertatapan dengan mata Grimmjow. Entahlah, ada yang membuat sesuatu yang berat jatuh dengan keras di perut Orihime yang sudah kenyang. Aneh, tapi mata sapphire itu...

Grimmjow mengalihkan pandangannya dari Orihime dan hanya memandang Ggio dengan dingin, memutar matanya, lalu berlalu. Meringis, Ggio dan Tatsuki melanjutkan makannya dengan Orihime sambil berbincang ringan.

Di kelas fisika seusai istirahat, Shunsui Kyouraku sudah duduk manis menunggu para murid-muridnya. Tempat duduk sudah banyak terisi. Shunsui memberikan senyumannya yang membuat Orihime takut. Shunsui Kyouraku adalah guru yang baik dan ramah dan bersahabat dekat dengan kepala sekolah mereka, namun entah kenapa Orihime takut padanya. Tatsuki mengambil tempat duduk di sebelah Szayel Granz, dan satu-satunya tempat duduk yang masih tersisa untuk Orihime adalah disitu.

Karena takut Kyouraku-sensei akan bertindak lebih jauh (?) padanya, mau tidak mau Orihime duduk juga ditempat itu. Tempat yang biasa ditempatinya saat masih berpacaran dengan Ichigo. Di sebelahnya. Ini membuatnya mengingat masa lalu, saat dia menyatakan perasaannya pada Orihime.

-Flashback-

Gadis itu meringkuk di ayunan taman. Sendiri, terlihat bagai bunga yang mekar di musim dingin. Rambut coklatnya terlihat mencolok diantara tumpukan warna hitam dan putih. Pipinya yang kemerahan karena kedinginan nampak seperti warna kehidupan diantara keheningan musim dingin ini. Dan tingkahnya yang celingukan... mengisyaratkan bahwa dia sedang menunggu seseorang.

Dan itu adalah pemuda berambut oranye, Ichigo Kurosaki. Dia menghampiri gadis itu dan tersenyum padanya, membawa sebuah kotak.

"Inoue, em... maaf, aku terlambat," katanya, sedikit ragu-ragu.

Gadis itu, yang ternyata bernama Orihime Inoue tersenyum, "Tidak apa-apa! Aku tahu susah untuk melepaskan diri dari ayahmu, kalau kau pergi membawa kotak seperti itu pasti akan diikutinya."

Senyumnya terlihat tulus, membuat Ichigo semakin gugup namun yakin akan apa yang akan dia lakukan.

Dia duduk di sebelah Orihime—lebih tepatnya di ayunan sebelah Orihime dan mulai berayun dengan gugup. Wajahnya yang merah karena kedinginan kini bertambah merah karena perasaannya.

"Kenapa kau memanggilku ke sini, Kurosaki-kun?" tanya Orihime polos, namun sebenarnya merasa senang dalam hatinya karena hanya berdua dengan Ichigo.

"Em..." kini kaki kanan Ichigo mulai menendang tumpukan salju dibawahnya. Dan dengan ragu-ragu memberikan kotak itu pada Orihime.

"Terima kasih, Kurosaki-kun!" seru gadis itu ceria, dan langsung membuka kotak itu.

Orihime Inoue

Kue. Kue berbentuk hati, dengan tulisan diatas sudah jelas menunjukkan apa yang akan dikatakan Ichigo.

Tak terasa airmata Orihime menetes. Air mata kebahagiaan. Air mata kebahagiaan karena rasa yang ada padanya ternyata terbalas, dengan cara yang indah.

"Kurosaki-kun..." dia merunduk, berusaha menyembunyikan airmatanya. "Terimakasih..."

Ichigo merangkulnya. "Panggil aku Ichigo dan aku akan memanggilmu Orihime. Setuju?"

Gadis itu mengangguk di dada Ichigo.

"Sudah pasti."

-End of Flashback-

"Nomor 23, Orihime-chan," suara itu membuyarkan lamunan dan ingatan Orihime, sekaligus mengagetkannya.

Rasa panik menjalar ke sekujur tubuh Orihime. Ia tidak tahu di halaman berapa nomor 23 terletak dan belum mengetahui jawabannya.

Cuit cuit cuit! Bunyi dering telepon genggam Shunsui yang mirip kicauan burung menyelamatkannya. Orihime, berterima kasih kepada siapapun yang menelpon Shunsui, mulai membuka bukunya dengan panik. Karena benar-benar belum melihat bukunya, Orihime mengumpulkan niatnya untuk bertanya ke laki-laki di sebelahnya, Ichigo Kurosaki.

"Em... Ichi—eh, Kurosaki-kun. Halaman berapa?" tanya Orihime dengan nada sangat resmi.

"Seratus dua bagian satu," jawab Ichigo singkat, dan memberikan kertas hitungannya ke Orihime. Orihime merasa sepertinya Ichigo tidak ingin memperpanjang obrolan—di dalam pikirannya, orang yang ditanyai nomor berapa apalagi halaman berapa di saat soal sudah dibahas setengahnya setidaknya akan bertanya "Melamun, ya?" atau "Kok tidak tahu?"

Orihime menghela nafas berat dan mengambil kertas hitungan Ichigo. Setidaknya Ichigo-kun memberiku catatannya, pikir Orihime.

"Terima kasih, Kurosaki-kun," ucap Orihime. Ichigo hanya mengangguk mengiyakan, sempat membuat Orihime frustasi. Pikiran Orihime teringat saat masih berpacaran dengan Ichigo—saat pelajaran Shunsui, Ichigo tidak segan untuk ribut dan mengajak Orihime mengobrol di kelas. Sekarang atmosfer di antara Ichigo dan Orihime terasa monoton. Seperti ada dinding tidak kelihatan yang cukup kokoh—memisahkan ruang gerak keduanya.

Memutuskan untuk fokus karena Shunsui sudah selesai dengan teleponnya dan kembali masuk kelas, Orihime membaca soal nomor 23 dengan keras dan menuliskan jawabannya di papan tulis dengan kertas hitungan Ichigo. Shunsui mengiyakan jawaban Orihime, kemudian memberinya senyum, membuat bulu kuduk Orihime berdiri.

Orihime memutuskan untuk disassociate, mencoba untuk hanya menuliskan jawaban dari latihan-latihan soal dan tidak memperhatikan Shunsui. Tiba-tiba, pikirannya kembali tertuju kepada Grimmjow.


"Szayel! Nnoitra! Ulquiorra! Orihime! Tatsuki! Aku memanggil kaliaaaan..." teriak Ggio dari sebuah pengeras suara, entah didapatkan darimana. Yang disebut namanya pun otomatis merespon dan menghampiri Ggio yang sekarang tersenyum ala iklan pasta gigi. Tangannya bersedekap dan mata keemasannya berkilat senang.

"Tunggu sampai semua datang," gumamnya melirik jam mahal di pergelangan tangannya.

"Yo! Ggio!" suara wanita datang dari belakang Nnoitra—Tia Harribel, satu-satunya wanita diantara geng Arrancar.

"Kenapa manggil manggil sih..." Luppi Antenor, anggota geng mereka dari kelas lain juga baru datang dan berkumpul dengan kerumunan yang kesal.

"Vega-kun," suara seorang gadis terdengar. "Ada apa?"

"Tunggu saja, Momo-chan," kata Ggio, tersenyum manis sekali.

Rona merah muncul dari pipi Momo Hinamori. Ya, dia baru saja jadian dengan playboy Karakura Gakuen ini.

"Baiklah…"

"Nah, bagus bagus," kata Ggio puas. "Eh? Masih kurang lho."

"What is all this shit?" suara bass yang sangat familiar ditelinga Orihime makin mendekat ke gerombolan kecil itu.

"Ah… Grimmjow…" gumam Ggio, menampilkan evil smilenya (yang jarang ditampilkan).

"Aduh, sepertinya Ggio punya maksud tersendiri, Tatsuki-chan" kata Orihime pelan, menarik rok Tatsuki dan menunjuk Grimmjow yang sekarang melipat lengannya dengan gaya cuek.

"Ehem," tapi Tatsuki hanya berdeham dan memamerkan evil smilenya juga.

"Kalian tahu ini musim apa?" Ggio sok menjelaskan dengan gaya sangat resmi, sama seperti saat dia mengumumkan lomba ke seluruh sekolah. Gaya resmi yang bahkan bisa melumerkan banyak cewek dan membuat iri banyak cowok.

"Kau tidak buta kan," kata Tia menunjuk dedaunan yang berubah warna dari hijau ke kuning dan merah.

"Sudah dengar rencanaku kan?" dia memandang semuanya dengan tatapan bergaya.

"Uji Nyali Musim Gugur," gumam Luppi.

"Ngapain sih orang kurang kerjaan itu mengadakan acara yang nggak bermutu? Uji nyali musim gugur?" bisik Luppi pada Ulquiorra, yang cuma bisa berkata, "Dia memang kurang kerjaan. Rasanya aku mau pulang saja."

"Jangan pulang dulu sebelum mendengar rencanaku!" seru Ggio, seakan bisa mendengar ucapan pelan Ulquiorra.

"Kalian aku undang besok jam sepuluh malam," Ggio mulai menjelaskan. "Di reruntuhan bekas hotel di Yokohama."

"Kau bisa kujemput besok, Orihime-chan, kita bisa carpool dengan yang lainnya," Szayel membuka pembicaraan, menggoda Orihime.

"Tidak tidak!" seru Ggio frustasi. "Aku sudah punya rule! Kalian harus berpasang-pasangan," sebuah kilat jahat muncul dari wajah Ggio.

"Silahkan ambil undiannyaa…" serunya lagi, membawa kotak kaca berisi enam buah kertas yang entah didapatkan darimana. Dia mengedikkan mata pada Szayel, yang mengambil undian pertama.

"Warna hijau," gumamnya.

Tanpa disuruh Nnoitra maju mengambil undian, "Warna ungu."

"Momo-chan," kata Ggio, dan Hinamori mengambil kertas undiannya. "Warna merah."

Kini giliran Grimmjow. "Warna biru."

Warna yang cocok sekali untuknya, pikir Orihime. Lalu sekarang giliran Harribel.

"Aku dapat warna hijau," dia menunjukkan kertas itu.

"Aduh," kata Ggio, memegang kakinya dan tanpa sadar menjatuhkan kotak kaca itu. Tapi untungnya tidak pecah. "Ups, maaf. Silahkan ambil undianmu Orihime."

Orihime mengambil kertas undian itu kemudian memandangnya dengan kaget.

"Dapat warna apa kau, Orihime?" tanya Tatsuki, mengira dia mendapat warna yang sama seperti Nnoitra. Yang lain juga memandang Orihime dengan penasaran, kecuali Ggio yang malah asyik bersiul.

"... W-warna bi-biru…" akhirnya Orihime menyerah pada tatapan semua orang disitu.

"Wow, itulah namanya jodoh," seru Ggio. "Ayo cepat selesaikan."

Luppi mendapatkan warna ungu dan Tatsuki mendapatkan warna merah. Ulquiorra dan Ggio sama-sama mendapatkan warna pink.

Ggio lalu menulis di papan tulis (yang juga) entah didapatkan darimana. Tulisannya:

The First Victim : Tia Harribel & Szayel Apporo Granz

The Second Victim : Luppi Antenor & Nnoitra Jiruga

The Third Victim : Grimmjow Jaegerjaquez & Orihime Inoue

The Fourth Victim : Ulquiorra Schiffer & Ggio Vega

The Fifth Victim : Tatsuki Arisawa & Momo Hinamori

"Victim? Korban?" sahut Nnoitra kasar. "Apa maksudmu dengan menulis kami sebagai korban?"

"Hei, tunggu. Ini kan cuma uji nyali! Kalian nggak akan mati atau apa!" seru Ggio.

"Gi, kenapa setiap musim harus mengadakan yang berbau mistis?" tanya Orihime, mengingat kalau musim dingin yang lalu Ggio mengadakan hal yang sama. Orihime begidik membayangkan acara tahun lalu sampai akhirnya suara teriakan frustasi Grimmjow membangunkannya. Dan baru dia sadar juga ternyata pertanyaannya tidak digubris oleh Ggio.

"What the fuck! Mengantar pergi-pulang sekolah dari sekarang, berangkat dan pulang bersama ke Yokohama? I'm outta here," seru Grimmjow, bersiap-siap untuk pergi, namun ditahan oleh Szayel.

"Sudahlah terima saja, Grimmjow. Hanya satu hari," kata Syazel menepuk pundak Grimmjow.

Tangan Grimmjow menunjuk Ggio, yang masih bermuka cerah. Namun tidak ada apapun yang diperbuatnya kecuali menggeram kesal dan melirik Orihime.

"Tch. You're lucky you're my friend, Ggio Vega. Ayo cepat kau pulang, Princess, we don't have all day," sahutnya ke Orihime yang terlonjak kaget, dan berjalan menuju ke motor besar yang biasa dia kendarai.

"Ah, aku duluan ya, minna-san!" Orihime menyusul Grimmjow dengan sedikit berlari, mengingat kalau langkah cowok biru itu panjang-panjang, meninggalkan teman-teman lainnya yang ber-ooh ria melihat mereka berdua.

"Untuk apa mengantarku naik motor? Apartemenku kan dekat, Grimmjow-kun," matanya melebar sesampainya di depan motor Grimmjow dan diberikan helm oleh lelaki itu (atau dipinjamkan, lebih tepatnya).

"Aku pulang pakai ini. Some people have farther home than the others, ya' know," jawab Grimmjow cuek. "Ayo cepat naik, onna!" dia menambahkan lagi karena melihat Orihime masih mematung sambil memegang helm.

"Eh, uh, iya deh," mau tidak mau Orihime memakai helm dan naik ke jok motor Grimmjow dengan canggung.

"Apartemenmu dimana?" tanyanya.

"Belok kiri dari gerbang, lurus dan belok ke kiri. Ikuti saja murid-murid yang sedang berjalan pulang, hanya beberapa belas menit dari sini kalau jalan kaki. Cuma ada satu apartemen disitu, jadi mudah mengenalinya, kok, Grimmjow-kun."

"Sure," kata Grimmjow, menyalakan motornya. Dia melihat Orihime yang (masih) duduk diujung jok dengan canggung. "Pegangan, Princess. Atau aku tidak akan heran kalau kau jatuh dari motorku ini."

Orihime merasa permukaan tempatnya duduk tadi maju ke depan dengan sangat cepat. Secara insting, dia mencari tempat berpegangan—Grimmjow.

"GRIMMJOW-KUN! APA KAU GILA?" teriak Orihime panik.

"SEPERTI YANG KAULIHAT, AKU WARAS!" Grimmjow balik berteriak.

Tidak sampai tiga menit Orihime dan Grimmjow berhenti tepat di depan apartemen Orihime. Merasa sedikit terguncang, Orihime cepat cepat turun.

"Terima kasih, Grimmjow-kun. Lain kali lebih cepat lagi, ya, naik motornya," kata Orihime, sedikit menyindir.

Grimmjow hanya mengerucutkan bibirnya dan memutar matanya. Merasa tak ada urusan apa-apa lagi, Orihime memutuskan untuk berjalan masuk ke apartemennya.

"Hei, onna," belum sampai tiga langkah, Orihime mendengar Grimmjow memanggilnya.

"Ada apa, Grimmjow-kun?"

Dia menunjuk sesuatu yang masih bertengger di kepala Orihime, "Helm."

Orihime tidak menyadari ia masih memakai helm Grimmjow, karena dengan kencangnya ia berkendara, helm itu seperti sudah menjadi bagian dari kepalanya, "Oh. Maaf, Grimmjow-kun," Orihime menyerahkan helm itu, dan berbalik lagi.

"Hei," Grimmjow kembali menyahuti Orihime.

"Kenapa?" Orihime menjawab singkat, mencoba sabar.

"Besok jangan terlambat."

"Tentu saja. Selamat siang, Grimmjow-kun."

~Way to Love You~

Saat Orihime masuk ke apartemennya, ia merasa terkejut karena apartemen kecilnya yang tadi pagi berantakan, menjadi sangat rapi. Dalam pikiran Orihime, apartemennya masih dipenuhi oleh tumpukan koper dan kardus-kardus. Bungkus makanan paling tidak berserakan dimana-mana dan Rangiku yang Orihime kenal, sedikit malas untuk membersihkannya.

"Orihime-chan! Aku, Gin dan Shiro sudah berusaha membersihkan apartemen ini! Bagaimana, sayang?" seru Rangiku tiba-tiba, mengagetkan Orihime.

Merasa kehabisan kata-kata, Orihime memeluk Rangiku dan Gin. Orihime tidak dapat menemukan Toushiro, Yachiru dan Kenpachi—entah pergi ke mana.

"Bibi, Paman. Aku sungguh berterimakasih," kata Orihime pelan.

Rangiku melepaskan pelukan Orihime dan berkata dengan semangat, "Karena sudah bersih, lebih enak untuk makan bersama, kan!"

Toushiro muncul dengan handuk bermotif semangka yang membalut rambut putih warisan ayahnya yang masih basah. Ternyata dia baru saja selesai mandi.

"Mulai minggu depan, Toshiro akan menjadi murid Karakura Gakuen secara resmi," sahut Rangiku bangga, yang rupanya tidak diberi respon positif oleh yang bersangkutan karena ujung bibir Toushiro hanya berkedut emosi. Namun dia tidak melawan dan duduk mengambil makanan dengan diam.

"Eeh? Kemana Yachiru-chan dan Kenpachi?" tanya Orihime sedikit khawatir walaupun anak itu pergi bersama Kenpachi yang lumayan 'seram'.

"Yachiru bersikeras untuk berjalan-jalan dan dia meminta permen baru. Jadi, dari tadi pagi dia dan Kenpachi berjalan-jalan keliling kota," jawab Rangiku.

"Rangiku," bisik Gin pada Rangiku. "Tidak kau berikan oleh-olehnya?"

"Oh iya! Aku lupa! Sebentar ya Orihime-chan," Rangiku masuk ke kamar Orihime dan mengambil kotak perhiasan. Mengeluarkan liontin yang sangat indah, liontin bulat telur yang terbuat dari kristal, dan bertatahkan batu sapphire berwarna biru langit.

Mata Orihime melebar saat melihat liontin itu.

Rangiku memberikan liontin itu pada keponakannya, yang jelas langsung merasa sungkan.

"Ti-tidak usah, Bibi," dia mendesah tidak enak.

Tapi Rangiku, yang tidak menganggap aksi penolakan Orihime langsung memakaikan liontin itu padanya.

"Ini, adalah Couple Pendant. Hanya ada tujuh Couple Pendant asli di dunia, dan setiap Couple pendant dihiasi batu mulia yang berbeda," Gin menjelaskan sambil meminum tehnya. "Ruby, Topaz, Spinel, Diamond, Emerald, dan Sapphire" dia menunjuk liontin yang melekat di leher Orihime.

"C-couple? Pasangan?" sekali lagi mata Orihime melebar. "Maksudnya liontin ini punya pasangan?"

Rangiku mengedikkan matanya dengan genit.

"Yes! That's right! Dan pemilik pasangan liontin ini," dia mengelus liontin itu. "Mitosnya jodoh!"

Orang pertama yang ada di pikiran Orihime adalah Ichigo. Bagaimana kalau Ichigo punya pasangan liontin ini?

Tapi rasanya pikirannya terlalu mustahil. Orihime mengamati liontin itu sesaat, dan baru dia sadari kalau ada huruf-huru yang terpisah di bibir liontin itu.

"L' …" dia mengeja pelan, lalu menunjukkan huruf-huruf itu pada Paman dan Bibinya, namun tidak ada tanda-tanda keterkejutan sama sekali pada keduanya.

"Itu akan menjadi kalimat kalau disatukan dengan liontin pasanganmu. Oh iya. Setiap liontin punya kata-kata yang ditulis juga dalam bahasa yang berbeda," sekali lagi Gin yang mengambil alih menjelaskan.

"Kalau aku boleh tahu, Paman," dia mengelus batu sapphire liontinnya, "Liontin ini kapan dibuatnya?"

Senyum Gin melebar, "Tahun 1341. Dibuat oleh ahli perhiasan terkenal, tapi aku lupa namanya siapa."

Tangan Orihime berhenti mengelus sapphire yang menghiasi liontin itu.

"Umurnya… sudah hampir tujuh ratus tahun? Oh tidak Paman. Ini benda sejarah," dia memberikan liontin itu lagi pada Gin.

"Ini adalah benda bersejarah yang bebas diperjualbelikan," kata Gin lagi. "Ketujuh pasang liontin ini sudah tersebar di seluruh dunia, dan hampir mustahil para sejarawan untuk menemukannya. Kepemilikan liontin ini selalu berpindah-pindah. Sampai salah satunya jatuh ke tanganmu."

Dia mengalungkan liontin itu ke leher Orihime lagi.

Sapphire… Orihime hanya mengamati batu itu.

Rasanya… Aku pernah melihat warna yang sama di suatu tempat…

Biru langit…

Sora…

.

.

"Orihime, kenapa dengan rambutmu?"

Sora…

"Orihime, ayo kita makan!"

Sora…

"Kau tahu Orihime? Kakak sangat menyayangimu…"

Sora nii-chan…

"Ini hadiah dari kakak… Mungkin tidak terlalu bagus…"

Sora…

"Tetaplah tersenyum, Orihime…"

Sora…

Grimmjow-kun…

Di matanya…

Ada sora di matanya…

.

To Be Continued


Ah.. lega.. Akrhirnya bisa update juga x9 Mumpung Hime dikasih kesempatan ngenet, Hime ngotot harus update.

Jadinya gini deh... Ancur ya? (SFX: Bangeeet!)

Sembilan Review di Chapter 4 akan segera ditanggapi!

Langsung aja... Review Responses...

Charl Louisser : Iya! Hime lagi addict sama Twilight Saga... terutama Breaking Dawn... xP

ayano646cweety : Waah... kalau dikasihtau sekarang kan nggak seru... just read the nesxt chapter, Ayano-san! ^.^

ruki4062jo : Oke deh, sekarang Hime tambahin deskripsinya :P kalau masih ada yang kurang dikritik aja ya Ruki-san xD

hina-chan : Hina-chaaaan... Hime kangeeeeen... *meluk Hina-chan* Udah Hime update ini, silahkan dibaca.. :P

Shuei samehachi : Wa.. tumpengan! Minta tumpengnya buat buka puasa! x9 *lari ke rumah Shuei-san*

aRaRaNcHa : Padahal Hime ngawur aja masukin Ken-chan, taunya diperhatiin :PP Udpate? Update ya? Udah Hime update xP

Pretty Cute-Hime : Iyup! Ini update dari Hime!

Lucia d' Neko-Kyuuketsuki : Yah, ffn lagi error kali tuh :P Ini updatenya.. xD

Sader 'Ichi' Safer : GinMatsu special buatmu kok Sader! xP Bukannya kita udah punya proyek Grimmhime slight Ichiruki? xP

.

.

Oh iya, Hime mengucapkan Marhaban Ya Ramadhan untuk yang melaksanakan Ibadah Puasa Ramadhan! ^.^


Akhir kata, Hime selaku author meminta maaf kalau ada salah dalam fanfic Hime.

Dan Hime mohon review-nya, agar Hime bisa buat fanfic ini jadi lebih baik.