Emang bener kata orang bijak kalo hobi udah jadi kerjaan, rasanya bukannya seneng tapi malah bikin berat. Entah itu pikiran atau perasaan. Karena itulah, author pengen balik nulis pure cuma buat hobi. Dan balik ke ffn.
Btw kalo ada salah ketik, kasih tahu.
Terima kasih yang udah mampir.
Disclaimer : Masashi Kishimoto
1
"Kak Sasuke, kau harus tidur"
"Sebentar lagi"
"Kau sudah mengatakan hal yang sama dua jam lalu!"
"Kalau begitu kembali dua jam lagi."
"Tidak lagi! Kalau kau tidak tidur juga, aku akan . . . ."
"Akan apa? . . ."
"Akan melakukan ini!"
Miina naik ke meja yang ada di depan Sasuke, setelah itu dia melingkarkan kedua tangannya pada kepala pemuda itu. Lalu dengan pelan, gadis kecil itu mendorong kepala pemuda di depannya ke tubuhnya. Membuat wajah Sasuke berakhir beristirahat di atas dadanya.
"Apa yang kau lakukan Miina?"
Miina tersenyum dan menjawab. . .
"Aku dengar kalau sebuah pelukan bisa membuat seseorang jadi relax"
Terutama kalau yang memberikan pelukan itu adalah seorang perempuan atau anak kecil.
"Dan beruntung sekali. . . aku adalah perempuan dan juga anak kecil"
Miina kembali tersenyum.
"Bair kutebak, Kanna yang mengajarimu?"
"Yang mulia dengan senang hati membagikan pengetahuannya denganku"
"Dia selalu mengajarkan yang aneh-aneh"
Sebenarnya Ibu Hanabi ingin datang sendiri dan memeriksa keadaan Sasuke. Dia merasa khawatir dengan keadaan pemuda yang sudah dia anggap sebagai anaknya sendiri itu. Tapi setelah Sasuke dan Miina mengalihkan fokus mereka pada proyek barunya. Dia tidak punya banyak waktu bahkan untuk beristirahat dengan tenang. Apalagi ngobrol dengan Sasuke.
Dia tahu kalau mereka sedang bekerja keras demi menyelamatkan Hanabi. Tapi dia tidak ingin Sasuke dan Miina untuk mengorbankan semuanya demi hal itu. Termasuk kesehatan mereka.
"Baiklah, aku akan tidur sebentar lagi"
"Mmm. . . "
Sasuke mencoba melepaskan diri dari pelukan Miina. Tapi gadis kecil itu menolak untuk membiarkannya pergi. Tentu saja dia bisa melepaskan diri dengan paksa, tapi dia tidak mau melakukannya. Sebab dia tahu, kalau gadis itu bertingkah manja karena dia memikirkan kebaikannya.
"Terima kasih Miina"
Sasuke balas memeluk Miina. Membuat gadis kecil itu langsung tersenyum sambil bilang. . .
"Anak baik. . ."
"Kau tidak perlu meniru yang itu juga"
"Ehehehehe. . ."
Kalimat itu adalah trademark dari Kanna saat dia ingin memuji seseorang. Menerimanya saat dia masih kecil bukan masalah. Tapi menerimanya saat sudah dewasa membuatnya merasa malu. Kenyataan kalau yang mengatakannya saat ini adalah seorang anak kecil juga sama sekali tidak membantu.
Mengetahui kalau Sasuke ingin agar pekerjaannya efisien. Miina memutuskan untuk membawa matras ke ruang kerja pemuda itu daripada menyuruhnya untuk pindah ke kamarnya sendiri.
Begitu Sasuke selesai membersihkan tubuhnya. Miina sudah selesai menyiapkan semuanya. Bukan hanya tempat tempat untuk pemuda itu tidur, tapi juga makan malam dan juga minuman hangat.
Meski sekarang dia lebih banyak beraktivitas sebagai anggota eksekutif, pekerjaan utama Miina yang sesungguhnya adalah pelayan pribadi Hanabi. Jadi, melayani kebutuhan seseorang adalah sesuatu yang bisa dia lakukan secara natural.
"Terima kasih Miina, kau juga harus istirahat"
"Aku akan istirahat setelah aku memastikan kalau kau benar-benar istirahat"
"Kau tidak percaya padaku?"
"Kak Hanabi bilang kalau aku harus selalu mengecek dua kali"
"Aku tidak bohong!"
"Aku percaya padamu, tapi aku akan tetap memastikannya"
"Hah. . . baiklah, aku menyerah"
Tidur sambil dilihat seseorang bukanlah sesuatu yang nyaman. Tapi sepertinya, tubuh Sasuke lebih capek yang dia duga. Membuatnya langsung tertidur lelap tidak lama setelah berbaring di atas matras yang Miina siapkan.
Melihat hal itu, Miina tersenyum kecil. Tapi tidak perlu waktu lama, senyum itu berubah jadi ekspresi khawatir, cemas, lalu sedih.
Penyebabnya?
Semua bermula di hari sebelumnya.
2
Seberapa besarpun keinginan Sasuke untuk menyelamatkan Hanabi. Dia tidak akan bisa melakukan banyak hal sendiri. Pertama, dia tidak tahu di mana lokasi gadis itu. Dan kedua, seberapa kuatpun dia. Menghadapi sebuah pasukan sendiri masih sama dengan bunuh diri.
Karena itulah, hal pertama yang dia lakukan adalah pulang. Meminta Naruto yang punya banyak teman untuk mencari lokasi Hanabi. Lalu pergi menuju tempat Gatsu untuk meminta bala bantuan.
Mengingat kalau Gatsu punya hubungan yang dekat dengan dengan Hanabi baik secara personal atau politikal. Dia yakin kalau orang tua itu pasti akan bersedia membantunya. Tapi sayangnya, kepercayaan itu hanya dibalas dengan. . .
"Aku tidak bisa mengirimkan pasukanku"
Kekecewaan.
"Apa kau serius?"
"Maafkan a. . "
Sebelum Gatsu sempat menyelesaikan kata-katanya, Sasuke lebih dulu memegang kerah baju jendral pasukan perbatasan itu lalu dengan kasar menarik tubuh tua-nya ke arahnya. Pemuda itu bahkan tidak repot-repot untuk menyembunyikan kemarahannya. Hanya saja, hal itu tidak ada mampu membuat Gatsu mengubah jawabannya.
"Jangan bercanda kau!"
"Sayang sekali, aku serius!"
Kemarahan Sasuke kembali naik satu tingkat begitu mendapatkan kepastian dari lawan bicaranya. Tapi, sebelum kesabaran pemuda itu benar-benar habis. Naruto yang datang bersamanya memutuskan untuk menghentikan teman masa kecilnya itu.
"Sasuke, tuan Gatsu tidak bilang kalau dia tidak akan membantu"
Naruto menepuk pundak Sasuke dan menyuruhnya untuk kembali duduk.
"Baguslah kalau kau paham"
Kali ini, jawaban Gatsu berhasil membuat Sasuke mendapatkan kembali ketenangannya.
"Sasuke, biarkan aku yang bicara dengannya"
". . . . . Kuserahkan padamu"
Kau tidak perlu punya indra ke enam untuk melihat kalau Sasuke sedang tidak bertingkah seperti biasanya. Dan bukan hanya Naruto, Sasuke sendiri sadar kalau keadaan mentalnya sedang tidak stabil untuk digunakan melakukan negosiasi. Oleh sebab itulah, dia memutuskan untuk mundur dan membiarkan negosiasi dilakukan oleh ahlinya.
"Bisakah kau menceritakan detailnya? Dalam sepuluh hari, aku yakin rekanku bisa menemukan lokasi Hanabi"
"Lokasinya yang tidak diketahui memang sebuah masalah, tapi bukan itu masalah utamanya"
Gatsu tidak bisa menggunakan pasukannya karena mereka adalah bagian dari tentara nasional. Dan perjanjian gencatan senjata antara Konoha dan koalisi membuatnya tidak bisa sembarangan membawa pasukannya ke negara lain.
Fushu mungkin sudah terang-terangan melanggar perjanjian itu, tapi hanya karena yang lain sudah melanggar janjinya. Bukan berarti kau juga bisa ikut melakukannya. Jika semua orang melanggar perjanjian itu, maka perjanjian gencatan senjata mereka tidak akan lagi ada nilainya.
Gatsu tidak tahu kapan, tapi dia yakin kalau Fushu juga pasti akan mendapatkan hukumannya.
"Apa menyelamatkan Hanabi masih belum cukup untuk menggerakan pasukanmu?"
Hanabi dan Hinata bukan cuma sekedar anak keluarga bangsawan. Mereka adalah bagian dari keluarga kerajaan. Keselamatan mereka tidak bisa diremehkan pengaruhnya. Jika Hinata dan Hanabi menghilang, bisa dipastikan kalau keadaan internal Konoha akan terguncang.
"Mereka diculik oleh bandit, menyelamatkan mereka adalah tugas pengawal pribadi mereka dan pasukan personal kerajaan! Bukan tentara nasional!"
"Kita berdua tahu kalau mereka bukan bandit"
Bukannya menjawab, Gatsu malah memutuskan untuk menyilangkan tangannya dan tidak mengatakan apapun sambil melihat ke matanya secara langsung. Naruto yang melihat hal itu memutuskan untuk balas memandang langsung mata orang tua itu. Hanya saja ketika pandangan mereka bertemu. .
". . . ."
Gatsu menurunkan pandangannya pada jarinya yang sedang mengetuk-ngetuk bagian atas telapak tangannya sendiri.
"Aku paham, tapi apa tuan Gatsu bisa mengirimkan beberapa orangmu untuk membantu keamanan di Aka selama Hanabi masih belum kembali?"
"Baiklah, besok aku akan mengirimkan dua peleton pasukanku untuk membantu kalian di Aka"
"Terima kasih banyak"
Gatsu yang Naruto kenal adalah seseorang yang selalu bicara dengan penuh kepercayaan diri dan rasa kuasa. Jadi, ketika dia mendengar jenderal itu berbicara dengan berbelit-belit Naruto langsung paham kalau ada sesuatu yang aneh.
"Ayo kita pulang Sasuke, kita akan menyelamatkan Hanabi sendiri"
Sasuke tidak paham apa yang baru saja terjadi dengan pembicaraan mereka. Tapi dia percaya kalau Naruto pasti mengambil keputusan yang terbaik. Tanpa banyak tanya, dia menuruti permintaan pemuda itu dan akhirnya pulang sambil membawa kekecewaan.
Atau. . . begitulah yang terlihat dari luar.
Begitu mereka berada jauh dari teritori Gatsu, Sasuke langsung membuka pembicaraan.
"Jadi, apa yang kau temukan?"
"Pergerakan Gatsu sedang diawasi oleh seseorang"
"Dan orang itu?"
"Harusnya kau juga tahu, siapa lagi kalau bukan Nagato"
"Jadi dia memang benar-benar biang keladinya hah. . . aku tidak terkejut"
"Kurasa bukan. ."
Keduanya sudah sempat memikirkan skenario itu saat mereka mencoba menyelamatkan Hinata. Tapi kenyataan kalau para bandit itu memutuskan untuk menculik Hinata serta Hanabi dan bukannya membunuh mereka. Membuat skenario kemungkinannya minim. Tidak nol, tapi cukup kecil sampai skenario lain kelihatan lebih lebih mungkin.
"Skenario macam apa?"
Tanya Sasuke.
"Negara lain menculik Hinata dan Hanabi, dan Nagato ngin memanfaatkannya untuk mengamankan posisinya"
Alasan yang diberikan oleh Gatsu untuk tidak menggerakan pasukannya kedengaran logikal. Hanya saja, alasan itu hanyalah hal yang disebut 'pernyataan publik'. Nagato mungkin adalah panglima tertinggi tentara nasional Konoha. Tapi dia tidak bisa terang-terangan bilang kalau dia ingin menunda-nunda operasi penyelamatan Hanabi dan Hinata. Karena itulah dia menggunakan alasan kalau dia tidak ingin melanggar perjanjian gencatan senjata sebagai tameng.
"Jadi, di luar dia bilang ingin menjaga perdamaian tapi sebenarnya dia ingin membuat kekacauan?"
"Ya, kalau Hinata dan Hanabi terbunuh di negara lain kekuatan perjanjian gencatan senjata akan langsung runtuh"
Nagato punya pandangan ultranasionalis adalah rahasia umum. Jika Hanabi dan Hinata mati di negara lain, makan status quo yang ada sekarang akan langsung hancur sebab Nagato akan punya pembenaran untuk memulai ulang perang. Selain itu dia juga akan punya landasan moral jika dia memposisikan kematian kedua saudara perempuannya itu sebagai hasil ketidakadilan koalisi.
"Aku yakin kalau Gatsu sebenarnya ingin menolong Hanabi"
Tapi posisinya membuatnya tidak bisa bergerak. Selain itu, seperti yang sudah Naruto simpulkan. Orang tua itu juga kemungkinan besar pergerakannya dimonitor dengan detail. Membuat akhirnya, hal yang bisa dia lakukan jadi sangat terbatas hanya pada memberikan manpower tambahan ke Sasuke.
"Jadi aku benar-benar tidak bisa membawa mereka ke pertempuran?"
"Kalau kau melakukannya, Nagato akan punya alasan untuk menendang Gatsu dari posisinya"
Dan hal itu pada ujung-ujungnya akan membuat jumlah sekutu Hanabi yang sudah sedikit, jadi semakin sedikit.
"Huff. . . ."
Sasuke menarik nafas dalam dan mencoba mencerna semua informasi yang diterimanya. Kemudian, setelah dia merasa kalau semua informasi itu sudah menghasilkan rencana yang solid. Dia mengalihkan pandangannya ke Naruto.
"Kau akan membantuku kan Naruto?"
"Tentu saja"
"Terima kasih. . "
Kali ini, giliran Naruto yang menarik nafas dalam.
"Tapi peletonku urusannya lain"
"Maksudmu?"
"Melanggar satu atau dua perintah bukan masalah bagiku, tapi hal itu tidak berlaku untuk anggota peletonku"
Posisinya sebagai anggota pasukan cadangan memberinya lebih banyak otonomi dalam melakukan misi. Dan meski dia melakukan kesalahanpun, Shikamaru bisa memberinya cover. Tapi peletonnya tidak punya hak istimewa yang sama. Jika mereka melanggar perintah tanpa alasan yang solid. Bukan tidak mungkin mereka akan mendapatkan hukuman yang berat.
"Kalau saja kami bisa membawa pulang sesuatu yang berharga untuk koalisi, urusannya lain"
Sayangnya. Tugas mereka bukanlah mengawal pengungsi Shukuba atau membantu Sasuke menyelamatkan Hanabi. Mereka seharusnya sudah pulang begitu mereka selesai melakukan pengintaian terhadap pasukan Fushu.
"Baiklah, kalau kalian butuh imbalan akan kuberikan imbalan yang setara"
"Baguslah kalau kau paham, Tapi tolong jangan memberikan sesuatu yang konyol!"
Sasuke berpikir untuk sesaat sebelum akhirnya bilang.
"Tentu saja, aku akan memberi kalian alat komunikasi jarak jauh!"
"Itu, ya itu yang kumaksud imbalan konyol!"
"Keselamatan Hanabi jauh lebih berharga dari itu"
"Aku paham, tapi apa Hanabi menginginkannya?"
Harga dari imbalan Sasuke terlalu tinggi.
Kau tidak perlu jadi jenius untuk mengetahui kalau apa yang ditawarkan oleh Sasuke adalah sesuatu yang besar. Terlalu besar malah. Jika pengetahuan itu jatuh ke tangan koalisi dan dimonopoli oleh mereka. Status quo di antara Konoha dan lawannya bukan hanya akan pecah, tapi berbalik.
Dan sama seperti penemuannya yang sebelumnya, hanya menunggu waktu saja sampai seseorang akan menyalahgunakannya. Hal itulah yang membuat Hanabi selalu menyuruhnya untuk menahan diri dan tidak membuat benda-benda konyol yang terlalu canggih. Benda yang pengaruhnya terlalu besar.
Mungkin Naruto sudah terlambat memberikan peringatannya setelah dia melihat apa saja yang sudah Sasuke buat di Aka. Tapi dia merasa kalau dia masih harus kembali mengingatkan kenapa keputusan itu dibuat.
"Ini bukan tentang keinginan Hanabi, tapi keinginanku!"
"Sasuke. . . . "
"Aku juga ingin perang ini berakhir! Dan cepat!"
Selama ini. Sasuke memandang dirinya hanya sebagai penonton dalam perang di dunianya sekarang. Baginya. Perang adalah sesuatu yang dia lihat dari jauh, sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan kehidupannya dan sesuatu yang tidak terasa nyata. Perang memang sesuatu yang buruk, tapi kalau kau hanya mendengar seburuk apa sebuah perang. Kau tidak akan benar-benar tahu seburuk apa hal yang namanya perang.
Sayangnya, atau beruntungnya.
Kehidupan Sasuke belum pernah terpengaruh secara langsung oleh perang yang sedang terjadi. Tidak seperti di kehidupannya yang sebelumnya.
Perang dimulai ketika Sasuke masih kecil, jadi dia tidak dipaksa ikut perang. Dan ketika akhirnya dia dianggap dewasa di umur enam belas, perang berakhir dan Konoha malah mulai mengurangi jumlah prajuritnya.
Setelah itu, meski keluarganya adalah bagian dari pasukan nasional. Mereka semua punya posisi yang tinggi dan tidak harus maju di garis depan lalu mengorbankan diri. Membuat keselamatan mereka tidak terlalu terancam.
Kehidupannya di teritori Hanabi memang tidak mudah. Tapi kesehariannya tidak sesulit orang-orang yang daerahnya hancur karena perang. Pekerjaannya lancar-lancar saja, dia tidak pernah kelaparan, dan nyawanya juga tidak terancam.
Dia sempat berpartisipasi dalam strategi yang dibuat oleh Naruto. Tapi sebab tugasnya sederhana dan semuanya berjalan mulus, dia sekali lagi. Gagal mengingat seperti apa rasanya berjuang dengan seluruh jiwa raganya hanya untuk bertahan hidup di dunia ini.
Lalu yang terakhir, meski dia bertarung melawan pembunuh bayaran. Pertarungan itu jauh dari bagaimana pertarungan terjadi di dalam perang.
"Tapi, akhirnya aku paham. . atau lebih tepatnya, akhirnya aku sadar!"
Sama seerti Hanabi, Sasuke tidak punya ikatan yang terlalu erat dengan negaranya sendiri. Membuatnya tidak terlalu peduli dengan nasib dari Konoha. Tapi, sama seperti Hanabi juga. Dia peduli pada orang-orang yang ada di dalamnya. Dan orang-orang itu tentu saja termasuk Hanabi.
Selama perang terus berlangsung. Keselamatan Hanabi. . tidak. Keselamatan orang-orang yang dia peduli akan terus terancam. Sekarang Hanabi memang hanya diculik, tapi bukan tidak mungkin kalau di masa depan seseorang tidak akan ragu untuk menghabisi gadis itu. Bukan hanya itu, selanjutnya bisa saja Naruto yang mati di medan perang. Bisa saja Aka diserang dan Miina dijual keluar Konoha, bisa saja seseorang melakukan banyak hal yang tidak bisa dikatakan pada Kanna.
"Tolong percayalah padaku Naruto!"
Percaya pada keputusannya.
"Baiklah, apa yang harus aku lakukan?"
"Kau ingat saat kita melawan Gatsu?"
"Ya. . "
"Bantu aku mengumpulkan orang seperti dulu"
"Apa yang kau akan lakukan?"
Mereka tidak bisa membawa prajurit yang dipinjamkan ke luar Konoha. Dan meski dia bisa membawa penduduk Aka, dia juga tidak bisa membawa mereka pergi sampai ke negara lain.
"Aku perlu mereka membantuku membuat sesuatu"
3
Selama api perang berkobar. Selama itu juga mayoritas penduduk laki-laki produktif Konoha dimobilisasikan sebagai prajurit di garis depan. Meninggalkan ladang-ladang mereka, dagangan mereka, workshop mereka, dan tentu saja. Keluarga mereka.
Dengan semua tenaga kerja yang pergi berperang selama bertahun-tahun itu. Tidak heran keadaan ekonominya terus memburuk dari tahun ke tahun. Nagato mungkin tidak akan mau mengakuinya, tapi perjanjian gencatan senjata yang terjadi sudah menyelamatkan Konoha dari kehancuran total ekonomi negaranya.
"Hanya saja, meski ekonomi Konoha tertatih-tatih nyatanya sampai sekarang negara itu masih tetap berdiri kau tahu kenapa? Tuan putri?"
". . . . . . Budak. ."
Perlu waktu untuk Hinata menjawab pertanyaan tadi, tapi akhirnya dia bisa mengatakannya.
"Benar sekali, dan kau tahu dari mana budak-budak itu berasal?"
". . . . ."
Hinata, yang sedari tadi jadi lawan bicara pria di depannya kali ini tidak bisa menjawab.
Bukan karena dia tidak tahu, tapi sebaliknya. Dia tidak bisa menjawab karena dia tahu dari mana budak-budak yang menjadi tulang punggung ekonomi Konoha selama lebih dari setengah dekade ini berasal. Hinata tahu kalau untuk menjaga negaranya tetap berdiri, Konoha sudah mengorbankan nasib dari jutaan orang-orang yang negaranya mereka jajah. Dan sebagai anggota keluarga kerajaan, dia juga punya bagian atas dosa besar itu.
Seberapa banyak pun orang yang dia coba untuk tolong, hal itu tidak akan bisa menebus kejahatan yang sudah dia biarkan terjadi.
"Kak Hinata. . ."
Hanabi yang sedari tadi bersamanya mengingatkan kalau mereka. Tidak bertemu untuk berdebat, dan Hinata tidak perlu melayani upaya pria di depannya untuk mempermainkannya.
"Apa yang kau inginkan tuan Mitokado?"
Yang sedang mengajak mereka bicara adalah Mitokado Homura. Mantan raja dari negara yang dulunya dikenal sebagai Homura. Saat ini, Homura sendiri bukan lagi sebuah negara independen melainkan hanya salah satu provinsi Konoha. Tapi sebab Mitokado menyerah dengan mudah, dia masih bisa mempertahankan posisinya sebagai penguasa teritori itu sampai saat ini.
"Yang kuinginkan adalah kebebasan dan perlindungan!"
Tapi selama negaranya. Provinsinya, masih jadi bagian dari Konoha. Dia tidak akan bisa mendapatkan keduanya dan berakhir hanya akan dieksploitasi selamanya.
"Apa kau tidak takut kalau ada yang tahu kalau kau yang menculikku?"
"Aku sudah terbiasa merasa takut"
Malah bisa dibilang, kalau merasa ketakutan adalah kegiatan sehari-harinya. Baginya, merasa takut adalah bagian dari hidupnya sama seperti bernafas juga adalah bagian dari hidupnya.
"Justru karena aku merasa takut aku memutuskan untuk menculikmu tuan putri"
Untuk ukuran orang yang bilang dia merasa takut, wajah Mitokado sama sekali tidak menunjukan tanda-tanda ketakutan sedikitpun. Sebaliknya, pria botak berkumis tebal berumur lima puluh tahunan itu memasang wajah kalau dia itu yang berkuasa dan punya kontrol. Dan mengingat situasi mereka, penilaiannya tidak bisa dibilang salah.
"Apa yang kau maksud?"
"Aku ini penakut, aku adalah seorang pengecut"
Provinsi Homura hanya terdiri dari satu kota besar tapi total luasnya sendiri yang lumayan besar, dan sebab mereka berbatasan langsung dengan salah salah satu negara anggota koalisi. Keberadaan mereka sangat penting sebagai daerah penyangga kalau-kalau ada serangan yang datang. Dan sama seperti koloni daerah jajahan lain, Homura juga adalah tempat penting di mana Konoha bisa mengambil sumber daya manusia tambahan ketika mereka membutuhkannya.
Tapi, sepenting apapun kau untuk Konoha. Selama kau bukan bagian darinya, dengan kata lain. . . kau bukan orang Konoha dan negaramu hanyalah daerah jajahan. Kau sama sekali bukan apa-apa. Kepentinganmu bukan apa-apa, keinginanmu tidak ada gunanya, dan keperluanmu bukan urusan mereka.
"Tapi aku adalah tipe pengecut yang terlalu takut untuk lari dan kabur"
". . ."
Kali ini, Hanabi ikut memberikan perhatiannya. Monolog pria itu terasa familiar.
Mungkin dia menganggap kalau hal itu adalah sebuah rasa takut. Tapi Hanabi punya pikiran lain. Baginya, apa yang Mitokado deskripsikan adalah sebuah keberanian.
"Karena itulah. Aku memutuskan untuk melawan! Dan kau adalah senjataku!"
Sebab keberanian pada dasarnya hanyalah tentang memilih apa yang lebih kau takuti.
Naruto takut menggunakan kekuatannya, tapi dia lebih takut tidak bisa melakukan apa-apa dan membiarkan temannya mati. Hanabi tidak ingin menderita, tapi dia lebih tidak ingin kalah Ibunya menderita.
Dan jauh di sana. Sasuke takut melakukan kesalahan besar dengan penemuannya. Tapi dia lebih takut tidak bisa membawa pulang gadis yang sudah seperti adik perempuannya sendiri. Hanabi.
"Aku. . ."
"Aku pah. . "
Hanabi dan Hinata menyahut dan berhenti berbicara secara bersamaan. Setelah itu, keduanya menatap satu sama lain selama beberapa saat sebelum akhirnya Hinata memutuskan untuk membiarkan Hanabi untuk menyelesaikan apa yang ingin dia katakan terlebih dahulu.
"Aku paham yang ingin kau katakan tuan Mitokado, tapi kau tahu kalau menculik kak Hinata tidak akan ada gunanya kan?"
Jika yang punya kuasa atas kekuatan militer adalah ayah mereka. Mungkin Konoha akan bersedia bernegosiasi. Tapi sebab yang punya hak untuk menggerakan tentara nasional adalah Nagato. Tidak diragukan lagi, kalau dia tidak akan segan untuk mencampakkan keduanya begitu saja dan menyerang Homura lalu membunuh mereka tanpa pikir panjang. Malah gara-gara Mitokado menculik mereka, Nagato jadi punya banyak alasan untuk melakukan agresi militer.
Yang tentu saja akan membuat keselamatan Homura dan rakyatnya semakin terancam. Karena itulah, Hanabi tidak paham dengan apa yang Mitokado pikirkan.
"Konoha? Siapa yang ingin bernegosiasi dengan Konoha?"
Merasa kalau mereka tidak perlu membicarakan apa-apa lagi. Mitokado berdiri lalu mulai berjalan ke arah pintu keluar yang berada di belakang sofa kedua bersaudara.
"Ha. . . . ?"
Hanabi tercengang. Kalau Mitokado tidak ingin bernegosiasi dengan Konoha. Siapa yang dia ingin coba ancam dengan penculikan mereka? Mereka mungkin anggota keluarga kerajaan. Tapi title mereka harusnya tidak terlalu berharga di luar Konoha.
". . . ."
Tapi tunggu dulu. . .
Konoha mungkin tidak akan mau bergerak untuk menyelamatkan mereka. Tapi bukan berarti tidak ada yang peduli dengan keselamatan keduanya. Yang pertama, tentu saja adalah supporter Hinata. Dan yang kedua adalah orang-orang terdekat Hanabi. Lalu yang ketiga. .
"Jangan bilang kau ingin bernegosiasi dengan pasukan koalisi?"
Mitokado tersenyum lebar lalu menghentikan langkah kakinya. Kemudian, dia mendekati Hanabi lalu bilang. .
"Wow. . . . Untuk ukuran pelayan, kau pintar juga gadis kecil."
"Mngg. . "
Sambil mengelus-elus.. .bukan, apa yang dia lakukan terlalu kasar untuk disebut mengelus. Mitokado menggosok-gosokan telapak tangannya di atas kepala Hanabi sambil terus memasang senyum lebar.
"Sepertinya posisimu sebagai proxy kakakmu bukan cuma kedok"
"Dia bukan pelayanku! Dia adalah. . ."
Hinata bergerak untuk menyingkirkan tangan pria itu dari kepala Hanabi. Tapi Hanabi sendiri memberikan tanda agar Hinata tidak melakukan apa-apa. Dari apa yang dia tangkap, kelihatannya Mitokado punya pemahaman yang salah terhadap hubungannya dengan Hinata. Sepertinya pria itu berpikir kalau Hanabi hanya proxy Hinata yang menjalankan semuanya dari balik layar.
Kalau musuhmu punya pengetahuan yang salah tentangmu. Kau tidak perlu repot-repot membenarkannya.
Paham atas implikasi yang Hanabi isyaratkan. Hinata memutuskan untuk mengubah kata-katanya.
"Dia adalah adikku"
"Ahaha. . tentu saja, harusnya aku tahu, kronisme huh"
Mitokado berhenti tersenyum lalu melepaskan tangannya dari kepala Hanabi. Setelah itu, dia akhirnya benar-benar pergi. Dan begitu pria itu dan pengawalnya keluar ruangan Hinata langsung mendekati Hanabi.
"Jelaskan semuanya padaku"
Hanabi menarik nafas lalu mulai bicara dengan suara pelan.
"Kau ingat loophole yang bisa kau gunakan untuk berpindah fraksi?"
"Ya, jika semua orang di teritorimu setuju untuk berpindah pihak maka secara legal kau bisa keluar dari fraksimu"
Dengan begitu, kau bisa keluar dari kolonialisme Konoha ataupun peraturan ikatan erat Koalisi tanpa menggunakan kekerasan.
"Lalu apa hubungannya dengan Mitokado menculik kita?"
Di atas kertas. Mengubah afiliasi adalah hal mudah. Kau hanya perlu memastikan semua orang ingin melakukannya. Tapi di dunia nyata, melakukannya tidak akan semudah membalikan telapak tangan. Contohnya, jika Mitokado menyatakan ingin keluar dari Konoha dan menjadi bagian dari koalisi bisa dipastikan kalau Konoha hanya akan menyingkirkan pria itu dan memaksa penduduknya untuk melupakan niat mereka.
"Mudah. . ."
Nagato mungkin ingin melanjutkan perang, tapi sebagian besar anggota koalisi tidak lagi ingin melanjutkannya. Terutama negara-negara anggota yang ada di benua yang sama dengan Konoha. Jika mereka terus melanjutkannya, bukan tidak mungkin kalau negara-negara itu akan bangkrut dalam waktu dekat.
Yang Mitokado lakukan adalah memanfaatkan sentimen itu.
"Mitokado ingin menggunakan keselamatanmu untuk memaksa Koalisi menerima mereka"
Pemerintah sebuah koloni membunuh anggota keluarga kerajaan penjajahnya akan membuat kekacauan politik masal. Nagato dan bangsawan-bangsawan yang masih ingin perang bisa menggunakan hal itu untuk mengerahkan pasukan mereka dengan alasan mereka ingin memberantas "pemberontak" demi keamanan mereka.
Cuma kali ini, yang tidak memberontakpun bisa ikut diberantas. Sebab lahan yang masih jadi sengketa antara Konoha dan pasukan koalisi itu secara literal ada di mana-mana.
Pasukan koalisi yang orang luar dalam masalah internal Konoha secara umum tidak bisa membantu. Tapi kalau mereka benar-benar tidak membantu. Maka pasukan koalisi akan kehilangan dukungan dari partner lokal mereka. Hal yang ujung-ujungnya bisa meruntuhkan koalisi dari dalam.
Semua alasan tadi membuat Koalisi mau tidak mau harus menerima perpindahan afiliasi Homura dengan syarat mereka mengembalikan Hanabi dan Hinata ke Konoha dengan selamat.
Lalu, kalau Homura sudah masuk koalisi. Homura hanya perlu bersembunyi di balik pasukan koalisi yang melindunginya dengan perjanjian gencatan senjata.
"Keselamatanmu juga!"
"Aku tidak yakin"
Hanabi punya perasaan kalau Mitokado tidak menganggap kalau keberadaannya terlalu penting.
"Tapi bukannya, hal itu melanggar perjanjian gencatan senjata?"
"Maksudmu bagian tentang menggunakan kekerasan?"
"Ya. . . dilihat dari manapun menculik kita berdua adalah tindakan kriminal"
Mitokado akan mengancam keselamatan Hinata dan Hanabi. Tapi mereka butuh keduanya tetap hidup agar koalisi menerima tuntutan mereka. Jadi selama mereka tidak benar-benar membunuh mereka, pada akhirnya mereka belum melakukan apa-apa kecuali menculik keduanya.
"Tindakan kriminal iya, tapi hal ini tidak bisa dihitung sebagai kekerasan"
Sebab kekerasan yang dimaksud dalam perjanjian juga adalah kekerasan yang diakibatkan oleh pertempuran dari dua atau lebih pasukan. Dengan kata lain, konflik personal bukanlah sesuatu yang ikut diperhitungkan dalam pembuatannya. Metode Mitokado berada di wilayah abu-abu di mana tergantung interpretasi, apapun bisa legal ataupun ilegal.
"Tidak masuk akal. . ."
Keluh Hinata.
"Memang tidak masuk akal, tapi daripada itu ada hal yang jauh lebih merepotkan"
"Apa lagi?"
"Strateginya, kalau sampai berhasil pasti akan ditiru orang lain"
Strategi Mitokado hanya bisa disebut dengan satu panggilan. Pengecut. Tapi kau tidak bisa membantah kalau taktiknya itu memang pintar. Dan jika sampai strategi itu mampu membuahkan hasil positif. Bisa dipastikan kalau negara lain juga akan mulai menirunya.
". . . . kalau itu sampai terjadi. . ."
Hinata mulai membayangkan apa yang akan terjadi di masa depan.
Pertama. Apa yang terjadi pada mereka, kemungkinan besar akan terjadi juga pada saudara-saudara mereka yang lain. Kemudian, dengan loophole yang semudah itu dimanfaatkan. Perjanjian gencatan senjata mereka tidak akan ada lagi nilainya. Membuat koalisi, cepat atau lambat akan hancur dari dalam.
Kalau hal itu terus terjadi, nantinya. Apapun yang dilakukan pasukan kolaisi tidak akan lagi ada gunanya. Mereka menerima atau menolakpun hasilnya sama saja. Pada akhirnya pondasi koalisi akan runtuh.
Apa yang Mitokado rencanakan punya efek yang sangat luas.
"Ughh. . . kepalaku sakit. . ."
Hanabi mengulurkan tangannya dan membantu Hinata berdiri.
"Biar kutemani ke ruanganmu!"
"Terima kasih Hanabi"
Keduanyapun ikut pergi. Dan tentu saja mereka tidak diberi ruangan di penjara bawah tanah seperti tahanan. Mereka dianggap seperti tamu dan diperlakukan dengan baik. Selain itu, mereka juga dikawal oleh prajurit pribadi Mitokado. Hanya saja. . .
"Aku tidak bisa merasa aman."
Hanabi tidak punya insting bertarung seperti Sasuke atau pengetahuan tentang perang sedalam Naruto. Tapi dia masih bisa merasakan kalau ada seseorang yang mengawasinya dan Hinata dari jauh.
4
Ketika dia merasakan kalau Hanabi bergerak ke tempat yang tidak seharusnya via cincin keanggotaannya. Shikamaru langsung tahu kalau ada yang tidak beres dan segera mengirimkan rekan satu organisasinya untuk mencari tahu apa yang terjadi.
Brak!. . .
"Bajingan!"
Memukul meja dan mengutuk bukanlah reaksi yang biasanya kau berikan saat mendapatkan surat dari seseorang. Tapi surat yang baru saja diterima oleh Shikamaru seakan menuntutnya untuk mengutuk pengirimnya. Sebab yang mengirim surat itu adalah Mitokado Homura, dan isinya adalah desakan agar koalisi segera mengirim pasukan ke teritorinya dan mengakui deklarasi independensinya dari Konoha satu bulan lagi.
Selain itu, didalamnya juga terdapat ancaman kalau dia akan membunuh dua tuan putri Konoha dan memancing perang kalau tuntutan mereka untuk bergabung ke koalisi tidak diindahkan.
"Aghh. . . apa yang harus kulakukan?"
Shikamaru sama seperti Nagato punya kuasa penuh atas pergerakan pasukan koalisi. Tapi tidak seperti Nagato yang juga punya kekuatan politik, Shikamaru hanyalah seorang Letnan jendral. Meski posisinya tinggi, dia tidak berada di puncaknya. Dan tentu saja dia hanya diberi tugas untuk mengatur urusan militer. Masalah seperti mengakui pembentukan negara baru dan yang sebagainya berada di luar kekuasaannya.
"Dan orang ini minta kepastian dalam satu bulan! Jangan bercanda!"
Mereka perlu melakukan pertemuan dengan semua pemimpin dari petinggi koalisi. Tapi untuk mengumpulkan semua orang itu, mengkoordinasikannya, dan mengambil keputusan. Semua itu memakan waktu yang lama. Satu bulan sama sekali tidak cukup.
"Selain itu. . ."
Tuntutan mereka benar-benar seperti buah simalakama. Dimakan salah, tidak dimakan juga salah. Jika koalisi menurutinya maka hal itu akan jadi contoh untuk para pemberontak tiru. Tapi kalau koalisi menolaknya, maka perang akan kembali berlanjut saat itu juga.
"Aghhh. . . . . ."
Shikamaru bersandar pada kursinya lalu menutup kedua matanya. Dia ingin kalau begitu dia membuka mata, dia akan menemukan solusi dari masalah yang sedang dia hadapi itu. Hanya saja, meski dia terus mencoba berpikir selama belasan menit. Dia masih tetap gagal menemukan sesuatu untuk membuatnya keluar dari dilemanya.
"Kau mau mendengar saran dariku?"
"Kau bisa tidak masuk dengan normal?"
Shikamaru tidak langsung membuka matanya meski ada seseorang yang tiba-tiba berada di ruangannya tanpa dia undang.
"Aku masuk dengan normal"
"Orang normal tidak masuk lewat jendela"
"Bagaimana kau tahu aku masuk lewat jendela?"
Hah. . . . . Shikamaru menarik nafas panjang.
"Jadi kau benar-benar masuk lewat jendela."
"Sekarang kau suka dengan pertanyaan jebakan?"
"Sudahlah, apa keperluanmu Houzuki?"
Pemuda yang baru masuk ke dalam ruangannya adalah Mangetsu Houzuki, atau lebih sering dipanggil Houzuki oleh teman-teman dekatnya. Dan sama seperti Shikamaru, dia juga adalah anggota pasukan cadangan yang bertugas sebagai mata-mata. Karena itulah dia tidak perlu merasa panik ketika pemuda itu masuk ke ruang kerjanya. Yang sebagai catatan berada di lantai dua dari benteng yang pasukan koalisi gunakan sebagai pusat komando.
"Pertama, aku ingin memberitahumu lokasi Hinata dan Hanabi tapi sepertinya kau sudah tahu"
"Untuk ukuran mata-mata informasimu terlalu ketinggalan jaman"
"Ahaha. . . maaf, tapi aku harus mampir ke tempat lain dulu"
"Kau menomor duakanku?"
"Ya, sebab aku rasa kalau dia akan punya solusi untuk masalahmu"
"Dia? Maksudmu Naruto?"
"Naruto dan Sasuke lebih tepatnya, kau mau membaca surat dari mereka atau tidak?"
Tanpa menjawab Shikamaru langsung membuka matanya dan memeriksa sekelilingnya. Dan begitu penglihatannya kembali, dia langsung menemukan Houzuki yang sedang duduk di sofa di pojok ruangan. Lalu begitu dia memeriksa mejanya, dia menemukan sebuah surat yang ditujukan padanya.
Dan begitu Shikamaru mengambil surat itu, Houzuki langsung menambahkan.
"Naruto bilang kau hanya perlu mengirimkan pasukan ke Homura"
Di dalam suratnya Naruto bilang kalau Shikamaru harus bersiap untuk menangkap Mitokado dan anak buahnya nanti. Pemuda itu juga bilang kalau dia punya rencana untuk menyelamatkan Hanabi dan Hinata jadi Shikamaru tidak perlu repot-repot memikirkan tuntutan Mitokado. Hanya saja dia memerlukan beberapa hal untuk merealisasikan rencana. Oleh sebab itulah, Naruto juga menuliskan daftar-daftar barang yang diperlukan di dalam surat itu dan memintanya agar dikirim lewat Houzuki karena dia membutuhkannya dengan buru-buru.
Selain itu dia juga meminta agar Shikamaru memberikan misi tambahan pada peletonnya supaya mereka bisa tetap di sana lebih lama. Kemudian dia berjanji akan membawa pulang hadiah yang nilainya jauh melebihi hukuman untuk ketidakpatuhan mereka.
Lalu yang terakhir Naruto juga bilang. . .
"Bersiap menerima kejutanku?. . agh. . . aku punya firasat buruk"
Firasat memang hanya sebuah firasat, tidak kurang tidak lebih. Tapi sayangnya, firasat yang Shikamaru miliki hampir selalu tepat sasaran. Dia tidak tahu kejutan apa yang Naruto dan Sasuke siapkan, hanya saja dia tahu kalau kejutan itu bukan sesuatu yang sepele. Kalau dia punya pilihan, dia tidak ingin mengandalkan hanya satu rencana.
Berjudi sama sekali bukan hobinya. Tapi kali ini dia harus berjudi dan mempertaruhkan semua yang dia miliki bahkan ancaman akan hukuman mati.
Sebab kali ini, dia idak punya pilihan. Dia tidak punya pilihan lain kecuali mempertaruhkan semuanya pada keberhasilan rencana Naruto. Kalau rencana pemuda itu berhasil, dia akan mendapatkan keuntungan besar mengingat Sasuke menyediakan imbalan yang nilainya sangat besar. Tapi kalau mereka gagal, posisi koalisi sebagai penjaga kedamaian akan runtuh.
High risk, high returns.
5
Selama beberapa minggu ini. Kehidupan Hinata dan Hanabi tidak terlalu banyak mengalami perubahan. Mereka tetap diberikan kebebasan yang cukup besar dan bisa pergi kemanapun mereka mau atau butuhkan asalkan masih berada di lingkungan kastil Homura. Tentu saja mereka masih terus dikawal oleh anak buah Mitokado, tapi secara umum mereka tidak merasa seperti tahanan.
Hanya saja, bentuk kebebasan keduanya berbeda jauh dengan satu sama lain. Sebab tidak seperti Hinata, keberadaan Hanabi tidak dianggap terlalu penting. Jadi, ketika Hinata pada dasarnya diperlakukan seperti tamu kehormatan. Hanabi diperlakukan layaknya seorang pelayan yang sesungguhnya.
Selama beberapa minggu ini. Kau tidak akan merasa terkejut jika menemukan Hanabi yang ikut bekerja bersama dengan pelayan-pelayan kastil untuk membersihkan lorong-lorongnya, membantu menyiapkan makanan untuk penghuninya, merawat kebun-kebunnya atau merapikan peralatannya. Tapi tentu saja, sebab dia bukan benar-benar pekerja di tempat itu. Hanabi tidak pernah mendapatkan bayaran.
Dengan kata lain, dia dipaksa untuk melakukan kerja rodi sebagai ganti dari kebebasannya untuk bergerak.
Melihat adiknya yang dipaksa harus bekerja jadi pelayan kastil setiap hari. Hinata mencoba menolongnya dengan mengangkatnya sebagai pelayan pribadinya. Tapi sayangnya, orang-orang di kastil itu selalu saja menemukan loophole untuk menambah pekerjaan yang Hanabi harus lakukan. Membuat bukannya pekerjaan adiknya itu berkurang, tapi malah semakin banyak.
Pada akhirnya, Hinata memutuskan untuk mengurangi perhatian mencoloknya pada Hanabi agar mengurangi sentimen negatif dari para pelayan lain. Persis seperti yang Hanabi inginkan.
Sebab apa yang Hanabi inginkan lakukan adalah, tidak menarik perhatian dan membaur dengan orang lingkungannya sebagai strategi bertahan hidup. Dia percaya kalau Naruto dan Sasuke pasti akan datang menyelamatkannya. Pertanyaannya hanya, kapan mereka akan datang. Oleh sebab itulah, sampai mereka datang dia harus menjaga dirinya dan bertahan hidup.
Dia ingin pulang dan bertemu dengan semua orang yang dia sayangi lagi. Dan demi hal itu dia bersedia melakukan apapun. Menjadi pelayan sama sekali bukan harga yang mahal dibandingkan keselmatannya.
Selain itu kalau sampai Sasuke dan Naruto datang dia sudah mati atau cacat. Hanabi yakin kalau keduanya tidak akan bisa memaafkan diri mereka sendiri.
"Apa aku boleh bertanya sesuatu?"
Hari ini, Hanabi ditugaskan untuk menjemur pakaian dari semua pelayan dan pekerja yang ada di dalam kastil.
Sendirian.
Perlakukan seperti ini bukanlah hal baru. Dalam ukuran keburukan, hal ini malah bisa dibilang cukup baik. Seseorang tidak mengambil jatah makanannya, mencaci makinya, mengepungnya lalu mengasarinya, atau seseorang mengacak-acak pekerjaannya sambil tertawa.
"Apa?"
Pekerjaannya memang harus dia lakukan sendirian. Tapi sebab dia masih seorang sandra, tentu saja dia tetap perlu dikawal. Dan yang baru saja menjawab pertanyaannya adalah salah satu dari mereka. Pria berumur tiga puluhan beraura tenang itu bernama Takeshi. Lalu di dekatnya adalah pria yang kelihatannya baru di awal dua puluhan bernama Sabiru.
"Kenapa kalian menculikku?"
Dari perlakukannya padanya, sudah sangat jelas bukan cuma Mitokado tapi juga anak buahnya menganggap kalau Hanabi itu tidak penting. Jadi, kalau dia setidak penting itu kenapa mereka repot-repot menculiknya?
"Kau tidak perlu ta. . ."
Sebelum Takeshi sempat menyelesaikan kata-katanya, Sabiru menyela pembicaraan mereka.
"Aku tidak tahu! Aku juga tidak ingin menculikmu gadis bodoh! Tapi perintah adalah perintah! Karena itulah harus mau menyia-nyiakan waktuku untuk membawamu ke sini"
Jawaban itu hanya membuat Hanabi merasa semakin bingung.
"Tapi tuan Mitokado tidak kelihatan menginginkanku"
"Tentu saja, kau adalah hadiah tuan Mitokado untuk orang lain"
"Sabiru!"
Takeshi memberi peringatan pada Sabiru untuk tidak banyak bicara. Tapi bukannya menerimanya, pemuda itu malah hanya tersenyum dan mulai mendekati Hanabi tanpa mengindahkan perkataan rekannya.
"Takeshi, dia itu cuma gadis bodoh, Memangnya dia bisa apa?
Hanabi tidak mempedulikan hinaan Sabiru dan terus melakukan pekerjaannya.
"Apa kau kenal dengan Baji?"
Sampai saat ini dia masih belum melihat wajah pria itu lagi. Karena itulah dia ingin tahu di mana keberadaannya.
"Baji siapa?"
Sabiru bilang kalau dia harus capek-capek menculiknya. Itu berarti dia adalah bagian dari grup yang menculiknya. Tapi dia tidak kenal dengan Baji? Seseorang yang jelas bekerja sama dengan mereka?. Bagaimana bisa?
Apa Baji sebenarnya bukan penghianat dan gugur melindunginya?
Tidak mungkin. Pria itu pasti kuat, tidak mungkin pengalwal pribadi Hinata itu orang tidak kompeten. Jika pria itu serius ingin melindunginya, tidak mungkin dia akan membiarkannya tertidur pulas begitu saja. Dia pasti akan membangunkannya dan mencoba membawanya ke tempat aman. Kenyataan kalau ketika dia bangun Hanabi sudah ada di Homura membuktikan kalau tidak ada perlawanan sama sekali.
"Jadi, apa kau sudah mengetahui sesuatu . . . . detektif?"
Sekali lagi, Sabiru kembali bicara dengan nada menghina. Dan sebab Hanabi tidak bisa menjawab, Sabiru mulai tertawa seakan baru melihat anak kecil bodoh yang berlagak sok pintar. Hanabi sendiri masih fokus untuk berpikir, saking fokusnya dia sampai berhenti melakukan pekerjaannya. Dan hal itu tentu saja tidak dilewatkan oleh Sabiru.
"Hey, tanganmu berhenti"
"Ma. . maaf"
Tapi, ketika Hanabi mulai mengambil beberapa pakaian untuk dia jemuran dari keranjang di tangannya. Tiba-tiba ada angin kencang yang bertiup ke arah mereka. Dan sebab angin itu cukup kuat untuk membuat semua jemurannya hampir terbang. Tentu saja angin itu juga akan cukup kuat untuk mengangkat pakaian Hanabi sampai kain itu berkibar setinggi perutnya.
Membuat semua orang. Untuk sesaat bisa melihat celana dalam da semua bagian bawah tubuhnya seperti, paha, pantat dan perut gadis kecil itu.
Sebagai catatan. Pakaian yang sekarang dia kenakan hanyalah sebuah kaos kumuh kebesaran yang tipis dan sebuah apron yang tidak kalah tipisnya. Tidak heran kalau pakaiannya dengan mudah tertiup angin.
"Aaa. . . ."
Brugh. . .
Dan tidak heran juga Hanabi secara reflex langsung menjatuhkan keranjang jemurannya untuk segera menekan pakaiannya sebagai upaya melawan angin yang mencoba menyingkapnya.
"Apa yang kau lakukan?"
Teriak Sabiru dengan wajah penuh kemarahan.
"Maafkan aku!"
Kaget dengan gertakan Sabiru. Ameilie langsung memungut semua jemuran yang dia jatuhkan ke tanah dengan buru-buru. Tapi sebelum dia sempat menunduk untuk mengambil satupun dari jemuran yang dia jatuhkan. Sabiru sudah lebih dulu memegang pergelangan tangannya dan memaksanya untuk melihat ke arah pemuda itu.
"Sabiru! Jangan berani-berani kau melukainya! Kalau tidak. . "
"Kalau tidak apa Takeshi?"
". . ."
Takeshi hanya menjawab dengan menepuk gagang pedang yang ada di pinggangnya.
"Ahahaha. . . jangan terlalu serius begitu, aku hanya ingin. . ."
Menggunakan tangannya yang lain, Sabiru meraih pipi kiri Hanabi.
"Nggghh. . ."
"Mencubitnya. . ."
Dengan begitu, Sabirupun mulai memainkan wajah Hanabi layaknya anak kecil yang sedang bermain dengan kucing atau anjing peliharaannya. Tentu saja sambil memberikan kata-kata layaknya omelan yang dari jauh saja sudah kelihatan jelas tidak berasal dari hatinya. Dengan kata lain, pria itu hanya mencari-cari alasan untuk mempermainkan Hanabi.
Tapi tidak butuh waktu lama untuk nafsu membulinya berubah jadi nafsu yang lain. Sebab ketika dia melihat Hanabi lebih dekat, dia sadar kalau. . .
"Ternyata kau cantik juga hah. . ."
Semakin lama Sabiru melihat gadis yang ada di depannya semakin dia paham seberapa cantiknya Hanabi. Meski pakaiannya kumuh, hal itu tidak mampu membuat penampilan gadis jadi buruk. Seberapa kumuh pun pakaiannya, benda itu tidak bisa menutupi seberapa putih dan mulus kulitnya. Seberapa berkilaunya rambutnya, dan semanis apa wajahnya.
Selain itu. . .
". . . . "
Sabiru menurunkan pandangannya dari wajah gadis itu dan mulai memusatkan pandangannya ke leher Hanabi, ke pundaknya yang kecil, ke dadanya yang mulai tumbuh, ke pinggangnya yang ramping, ke perutnya yang rata, ke pinggulnya yang sudah kelihatan lekukannya, ke pantat lembutnya, lalu ke kaki dan pahanya yang sedikit mengintip dari balik pakaiannya.
"Lepaskan. . ."
"Kau tahu kalau aku tidak akan melepaskanmu hanya karena kau memintanya kan?"
Ya, dia tahu. Tahu permintaannya itu bukan datang dari hasil pikiran sadarnya, melainkan hanya seperti reflex yang muncul ke permukaan begitu saja. Sama seperti kau secara reflex bilang 'aduh' atau yang sejenisnya saat kau merasa sakit.
Dalam kasus ini, permintaan tadi adalah reflex dari keinginannya untuk segera menjauh dari Sabiru. Dia tidak tahan dengan sensasi yang sekarang dia rasakan. Sebuah sensasi seakan kalau Sabiru sedang menjilati seluruh tubuhnya dengan matanya yang bercampur dengan rasa takut.
"Ahh. . .bagaimana kalau begini, aku akan melepaskanmu tapi setelah setelah aku mencubitmu sekali lagi. . ."
Tiba-tiba Sabiru mengingat apa yang terjadi tadi.
"Di tempat lain. . ."
Dia sempat melihat sekilas paha putih Hanabi yang kelihatan sangat mulus. Dia ingin melihatnya lagi lebih lama, tapi kali ini dia tidak ingin hanya bisa melihat tapi menyentuh lalu meremasnya dan merasakan seberapa lembut paha gadis itu.
Tidak lama kemudian, pemuda itu melepaskan cubitannya di pipi Hanabi dan memegang pundaknya dengan tangannya yang lain. Setelah itu dia menggerakan tangannya ke arah bagian bawah tubuh gadis itu.
"Le. . . . . . ."
Hanabi hampir kembali meminta Sabiru untuk melepaskannya. Tapi kali ini gadis itu menahan reflexnya untuk meminta tolong dan memohon dengan sekuat tenaga. Dia merasa takut, dia ingin menangis, dan dia merasa lemah. Tapi dia tidak mau begitu saja menerima nasibnya untuk jadi mainan Sabiru.
Hanabi mengepalkan kedua telapak tangannya sekeras yang dia bisa. Dia mungkin tidak bisa melawan. Tapi dia masih kabur. Saat pria itu mengalihkan perhatiannya, Hanabi berencana untuk berlari dengan sekuat tenaga.
Dia harusnya punya kekuatan untuk melawan, tapi rasa takutnya membuat pikirannya jadi penuh kabut. Yang ada di pikirannya hanyalah keinginan untuk kabur dan berlari sejauh mungkin dari tempat itu.
"Sudah cukup! Pergi kau orang sakit!"
Takeshi yang sedari tadi hanya melihat interaksi di antara keduanya akhirnya tidak bisa menahan diri lagi dan menarik pedangnya lalu menyabetkannya pada rekannya. Mereka mungkin bukan orang baik, tapi mereka bukanlah bandit. Mereka tidak menculik Hanabi dan Hinata untuk kepentingan mereka sendiri.
Dia melakukannya untuk membebaskan semua teman-teman senegaranya. Tidak kurang, tidak lebih. Tapi Sabiru kelihatan jelas menikmati posisinya untuk menyiksa Hanabi, entah itu secara mental atau fisik.
Takeshi tidak tahu apa yang pemuda itu lakukan sebelum menjadi prajurit di tempat ini. Tapi jika ada yang bilang kalau dia adalah mantan bandit, dia akan bisa mempercayainya dengan mudah.
"Apa maksudmu orang sakit? Bukannya anak seumurannya juga ada yang sudah punya anak?"
Jadi kenyataan kalau dia merasa tertarik terhadap Hanabi bukanlah sesuatu yang aneh. Sebab memang benar, meski tidak sangat umum. Menikahi gadis seumuran Hanabi adalah sesuatu yang cukup sering terjadi sampai hal itu dianggap normal.
"Pergi!"
Takeshi menebaskan pedangnya tepat ke arah kepala Sabiru. Tapi sebab sejak awal niatnya hanyalah memberikan peringatan. Tebasan itu dengan mudah dihindari.
"Santai, santai, aku hanya main-main! Aku tidak sebodoh itu"
Dengan masih memasang senyum, Sabiru melepaskan pegangan tangannya pada Hanabi. Setelah itu, sambil tertawa pemuda itu akhirnya benar-benar pergi. Takeshi terus memandangnya dari untuk memastikan kalau pemuda itu benar-benar pergi.
Lalu bagaimana dengan Hanabi?
"Agh. . . ."
Brugh. . . .
Kakinya langsung terasa lemas dan dia tidak lagi mampu menopang berat tubuhnya. Membuatnya langsung jatuh terduduk di atas tanah. Takeshi yang melihat hal itu sempat panik karena mengira kalau gadis itu terluka. Tapi begitu dia melihat dengan lebih teliti, dia memutuskan untuk mengalihkan pandangannya ke arah lain.
". . . ."
Gadis itu tidak membuat suara, dia menundukan badannya sangat rendah, selain itu dia juga menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Tapi kau tidak perlu melihat ekspresi macam apa yang gadis itu sembunyikan untuk mengetahui kalau Hanabi sedang menahan diri untuk tidak menangis.
"Setelah menyelesaikan pekerjaanmu, langsung kembali ke kamarmu nanti aku akan memberitahu yang lain"
"Mm. . ."
Hanabi tidak perlu menjawab, tapi dia memaksakan diri untuk merespon meski dengan hanya suara kecil.
"Dan kalau dia membuat masalah lagi. . . datang padaku"
"Terima kasih. . "
Dengan keadaan Hanabi yang sekarang, pada akhirnya Takeshi memutuskan untuk membantunya. Lalu seperti yang pria itu sarankan, Hanabi memutuskan untuk beristirahat lebih cepat di hari itu.
6
"Aaaa. . . ."
"Aaaa. . . ."
"Aaaa. . . ."
"Aaaa. . . ."
Selama beberapa hari ini, Aka selalu dipenuhi dengan teriakan. Bukan teriakan dari pedagang yang menjual barang-barangnya, teriakan orang tua yang anaknya tersesat, atau bos yang sedang memarahi pegawainya. Tapi teriakan dari orang-orang yang sedang mengangkat atau mendorong benda berat, teriakan dari pengawas yang memberikan instruksi, lalu yang terakhir.
"Sampai kapan mereka harus melakukannya? Sasuke?"
Teriakan dari anggota pleton Naruto yang sedang melompat dari sebuah menara besi setinggi lima puluh meter.
"Sampai mereka semua tidak panik saat jatuh dan ingat untuk melakukan semua instruksi yang kuberikan"
Sasuke sudah menyiapkan beberapa mekanisme agar mereka bisa selamat kalaupun mereka gagal untuk mengingat dan melakukan semua instruksinya. Ada tali tambahan yang akan menerima momentum jatuh mereka dan mencegah cedera, ada pulley yang bisa mengurangi kecepatan mereka turun, ada jaring yang bisa menangkap mereka kalau keduanya gagal berfungsi dan yang terakhir ada balon kain besar penuh udara di bawahnya kalau-kalau jaring tadi juga gagal berfungsi.
Tapi meski kau tahu kalau kalau nyawamu pada dasarnya aman. Tetap saja melompat dari ketinggian lima puluh meter adalah hal yang menakutkan. Perlu waktu lama atau mental sekeras baja untuk bisa membuang rasa takut alami itu.
"Tapi kita tidak punya banyak waktu kan?"
Naruto yang menonton di samping Sasuke menunjukan masalah utama mereka. Jika anggota pletonnya tidak bisa menguasai ajaran Sasuke dalam waktu kurang dari sebulan. Mereka akan kesulitan melanjutkan rencana penyelamatan yang mereka buat secara penuh.
"Ya, karena itu! kalian tidak punya pilihan lain kecuali berlatih lebih banyak"
Dengan kata lain, sebab dia tidak bisa mengatasi masalah waktu mereka hanya perlu mengalahkan masalah tadi dengan menambah frekuensi latihannya. Mengetahui kalau rekan-rekannya akan menghadapi ujian yang berat, Naruto hanya bisa melihat ke arah mereka dengan pandangan kasihan.
"Hanya saja, kalau kalian bisa menikmati latihan sepertinya aku yakin kalau semua orang akan bisa melakukannya dengan cepat"
Naruto mengarahkan telunjuknya pada satu-satunya anomali di tempat itu.
"Tidak, tidak, tidak. . . tidak ada yang bisa meniru Houzuki"
Di antara rekan-rekan Naruto yang memasang wajah takut, tegang ataupun pasrah selama menghadapi latihan mereka. Ada satu orang yang malah memasang senyum lebar dan bahkan kadang tertawa ketika dia melompat dari menara besi itu. Dan orang itu adalah Houzuki yang baru kemarin sampai dari tugasnya mengirimkan surat dan material dari Shikamaru.
Meski nanti dia tidak akan ikut dalam operasi utama. Malah pemuda itu yang paling antusias dalam berlatih. Atau dalam kasusnya, bermain. Sebab dilihat dari manapun, pemandangan Houzuki yang kembali naik setelah melompat adalah wajah dari anak kecil yang ketagihan bermain.
"Temanmu benar-benar hebat, dia tidak panik sedikitpun"
"Tentu saja, melakukan hal ekstrim adalah hobinya"
Naruto bahkan pernah melihat dengan santainya Houzuki terjun, dari sebuah air terjun tinggi layaknya hanya melompat ke kolam saat mereka melakukan seleksi pasukan cadangan. Selain itu, kekuatan spesialnya juga membuatnya sama sekali tidak takut terhadap resiko dari hobinya.
"Sepertinya dia jauh lebih flexible dari yang kuduga, kurasa aku bisa menyerahkan beberapa misi tambahan padanya"
"Jangan memberinya sesuatu yang terlalu ekstrim"
"Yah, aku paham. ."
"Apa kau benar-benar paham?"
"Jangan khawatir. . "
Mendengar hal itu Naruto malah tambah khawatir.
"Ngomong-ngomong bagaimana dengan negosiasimu?"
Sasuke tidak perlu menanyakan apakah Naruto berhasil atau tidak dalam melakukan negosiasi. Sebab dia tahu kalau pemuda itu pasti bisa melakukan tugasnya dengan baik. Pertanyaannya hanyalah sejauh apa dia bisa mendorong kemauannya terhadap lawan negosiasinya.
"Mereka setuju untuk membiarkan kita melakukan pengeboran dan memberikan hak eksklusifnya padamu"
Tapi hanya selama lima tahun, setelah itu mereka meminta agar Sasuke mengembalikan hak atas tanah mereka. Selain itu mereka juga meminta agar Sasuke meninggalkan semua peralatannya sebagai kompensasi atas hak eksklusifnya selama lima tahun tadi.
"Begitukah? Aku paham"
Tugas yang Sasuke berikan pada Naruto adalah melakukan negosiasi dengan kepala dari salah satu desa di teritorinya. Tempat itu adalah satu-satunya daerah yang mereka tahu memiliki sumber minyak bumi.
"Ugh. . mungkin aku yang menyetujui negosiasinya, tapi kurasa kita benar-benar rugi"
Selama ini mereka hanya membeli dari mereka dalam jumlah kecil untuk keperluan bisnis lampu badai mereka. Tapi kali ini, mereka membutuhkan minyak bumi dalam jumlah besar. Oleh sebab itulah mereka tidak bisa hanya mengambil minyak bumi yang secara natural merembes di tanah itu dan perlu melakukan eksploitasi secara penuh.
Jika tujuannya adalah melakukan bisnis, Sasuke tidak akan akan menyetujui hasil negosiasi tadi. Dia perlu setidaknya monopoli selama sepuluh tahun untuk mengumpulkan kembali modalnya. Mengingat dia yang harus membuat peralatanya, membangun infrastrukturnya dan membayar pekerjanya sendiri.
Tapi kali ini dia tidak sedang ingin mencari profit. Karena itulah dia tidak peduli kalau penduduk desa itu berakhir hanya memanfaatkan investasinya.
Dia sadar kalau dia sudah membuang-buang banyak uang. Tapi uang adalah sesuatu yang harus digunakan saat kau memerlukannya. Tidak menggunakannya saat kau membutuhkannya sama saja dengan menaruh prioritasnya di tempat yang salah.
"Lalu bagaimana dengan negosiasimu dengan Genno?"
"Tidak ada masalah"
"Berikan aku detailnya, tidak mungkin dia setuju begitu saja kan?"
"Tentu saja aku tidak bisa mendapatkan semua material yang kubutuhkan secara gratis, tapi dia bersedia memberikan diskon besar"
"Jadi? Apa yang kau berikan sebagai ganti dari kebaikannya itu?"
"Bukan apa-apa"
"Aku tidak butuh jawaban semacam itu, bilang saja"
"Ahaha. . maaf, salah bicara! aku hanya memberinya janji"
Sasuke bilang kalau dia apa yang dia berikan bukanlah apa-apa sebab secara literal dia memang belum memberikan apa-apa pada Genno. Janji hanyalah itu. Sebuah janji. Janji bukanlah benda yang bisa kau pegang di tanganmu.
"Ok, jadi apa yang kau janjikan padanya? Jangan bilang kau juga menawarkan hadiahku padanya?"
Jumlah dari apa yang Sasuke minta dari Genno bukanlah sesuatu yang bisa ditutup dengan 'harga persahabatan'. Sebab apa yang diminta pemuda itu adalah ratusan ton besi, puluhan ton kapas dan karet lalu banyak bahan-bahan eksotik lain yang peredarannya di pasar sangat minim.
Beberapa bahan bahkan terlalu langka sampai mereka perlu meminta tambahan pada Shikamaru.
Jadi, kalau bayaran yang Ewin tawarkan tidak cukup substansial. Meski Genno ingin membantu pun. Orang tua itu tidak akan bisa memberikan justifikasi untuk mengorbankan sebagian besar harta dan asetnya hanya untuk pemuda itu.
"Tenang saja tidak! Aku menjanjikannya cara untuk mengatasi masalah kekurangan pangan Konoha"
Ketersediaan bahan pangan di Konoha, bahkan sebelum perang dimulai sudah dikenal tidak terlalu stabil. Meski luas area Konoha itu sangat besar, sebagian areanya berada di ujung utara yang iklimnya cukup dingin dan tidak cocok untuk jadi lahan pertanian.
Sebagiannya lagi adalah area yang meski penuh bahan tambang berisi batu dan metal berharga. Tapi tanahnya tidak terlalu subur. Lalu kau juga tidak boleh melupakan kalau para bangsawannya memandang pertanian sebagai industri rendahan.
Untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Konoha mengandalkan Tanzaku. Sebuah provinsi subur yang berhasil mereka kuasai lima puluh tahun yang lalu dan juga import dari negara-negara kecil di sekitarnya.
Masalah pangan Konoha jadi semakin parah begitu perang dimulai dan mayoritas penduduk laki-laki sehatnya dipaksa untuk ikut perang. Meski sudah dibantu dengan adanya budak-budak yang mereka datangkan dari negara lain, keadaan kemandirian pangan mereka sama sekali tidak jadi lebih baik.
Malah sebaliknya. Gara-gara mereka juga perlu memberikan jutaan manusia tambahan yang masuk ke negaranya sesuatu untuk dimakan. Situasinya jadi semakin buruk.
"Apa kau akan memberitahunya cara membuat benda itu?"
Tanah di Aka sendiri meski tidak buruk, masih tidak sebagus atau sesubur tanah di meski begitu, setelah Sasuke datang mereka tetap bisa bercocok tanam dengan lancar, tidak pernah kekurangan pangan, dan bahkan bisa memproduksi sayuran berkualitas tinggi yang sudah jadi spesialisasi mereka.
Dan semua hal itu bisa terjadi bukan karena mereka selalu beruntung setiap tahunnya. Tapi karena mereka punya rahasia. Sebuah rahasia yang akan mereka beberkan pada Genno.
"Ya, aku akan memberitahu Genno cara memproduksi nitrogen"
Nitrogen adalah salah satu elemen penting untuk makhluk hidup. Manusia mendapatkannya dari tumbuhan atau hewan. Dan tumbuhan tentu saja mendapatkannya dari tanah. Tanpa nitrogen tumbuhan tidak akan bisa tumbuh dengan baik. Membuat manusia dan hewan yang memakannya juga tidak bisa tumbuh atau hidup dengan baik sebagai akibatnya.
Sayangnya, tanah tidak bisa membuat nitrogennya sendiri.
Sudah jadi pengetahuan umum jika kau bertani di satu lokasi terus menerus. Nutrisi di dalamnya lama kelamaan akan habis dan membuat hasil taninya terus berkurang dari generasi ke generasi. Hal yang sama akan terjadi meski kau melakukan rotasi tanaman. Hal itu hanya akan memperlambat prosesnya.
Di alam liar. Nitrogen baru di tanah bisa didatangkan dari abu atau lava letusan gunung berapi, banjir dari sungai besar atau sambaran petir. Tapi tentu saja kau tidak akan ladangmu terkena banjir, dihancurkan lava, atau dipenuhi sambaran petir.
Cara lainnya adalah mengumpulkan guano, atau kotoran burung laut yang mengeras sebagai gantinya. Tapi sekali lagi kau tidak mengandalkannya sebagai sumber utama nitrogenmu sebab bukan hanya Konoha pada dasarnya adalah negara dengan tanah terkunci. Supply guano juga terbatas.
Tidak jarang kalau konflik terjadi karena semua orang ingin memperebutkannya.
"Sekarang aku paham"
Genno adalah salah satu orang yang masih peduli dengan nasib masyarakat umum. Jika dia menemukan cara untuk memperbaiki situasi domestik negaranya. Dia akan langsung memakan umpan itu meski dia tidak tahu detailnya. Harapan yang Sasuke berikan sudah cukup untuk membuatnya mau mengambil resiko besar.
Mereka berdua diam untuk sesaat sebelum akhirnya Naruto kembali bicara.
"Ahem. . . sekarang ganti topik! Ngomong-ngomong, apa aku juga harus ikut berlatih?"
"Tentu saja, kau akan memimpin mereka turun nanti"
"Sudah kuduga. . . kau sendiri bagaimana?"
"Aku? Aku hanya akan melompat seperti biasa"
"Kadang aku iri padamu"
Dengan kekuatannya, Sasuke tidak perlu takut untuk menjatuhkan diri dari ketinggian. Dan sebab dia akan baik-baik saja tanpa bantuan peralatan tambahan apapun. Pemuda itu juga tidak perlu berlatih seperti Naruto dan rekan-rekannya.
"Selain itu, aku juga masih punya banyak pekerjaan! Aku tidak punya waktu untuk ikut latihan"
"Ya, jangan segan untuk meminta bantuanku"
"Aku tidak akan merasa segan, bersiap saja! Setelah kau selesai berlatih!"
"Hahhhhh. . .tch. . . "
"Aku tidak akan membiarkanmu kabur dari latihan"
7
"Inabi, bagaimana persiapan kita menuju Homura?"
"Semuanya berjalan lancar, kita bisa berangkat kapan saja yang Pangeran Nagato"
Sama seperti Shikamaru, Nagato yang saat ini berada sekitar seratus lima puluh kilometer dari Homura juga sedang mempersiapkan diri untuk melakukan perjalanan menemui Mitokado.
"Baguslah kalau begitu, bagaimana dengan tugasmu yang lain?"
"Sesuatu perintah pangeran, aku memastikan Gatsu tetap siaga di teritorinya! Hanya saja. . ."
"Hanya saja?"
"Dia mengirimkan sebagian kecil pasukannya ke Aka dengan alasan membantu mereka menjaga keamanan, mohon petunjuknya"
"Biarkan saja"
Jika prajurit Gatsu pergi dari Konoha. Dia akan punya alasan untuk menurunkan Gatsu dari jabatannya. Dan kalau prajurit pria tua itu memang benar-benar hanya menjaga keamanan Aka, dia tidak akan rugi.
"Aku lebih penasaran dengan apa yang sedang Sasuke lakukan"
Sudah hampir seminggu sejak Nagato, yang sekarang ada garis depan mendengar kabar kalau Mitokado menculik Hanabi dan Hinata. Dia juga tahu kalau Fushu baru saja menyerang Shukuba. Salah satu koloni Konoha dan memaksa penduduknya untuk mengungsi ke Aka dan Sanzu.
Nagato adalah calon paling kuat dalam perebutan tahta Konoha. Jadi tidak heran dia memiliki banyak sekutu. Dan dengan bantuan mereka, memiliki mata-mata hampir di seluruh penjuru Konoha dan negara sekitarnya bukanlah hal yang aneh. Semua informasi yang dia dapatkan membantunya membuat keputusan dengan cepat.
Saat ini, berdasarkan semua informasi yang dia dapatkan. Nagato berencana untuk pergi ke Homura dengan membawa tiga ribu pasukan dan juga teman serta ahli strateginya, Inabi.
Sebenarnya dia ingin membawa lebih banyak prajurit, tapi kalau jumlah pasukan yang dibawanya terlalu banyak. Mobilitas mereka akan turun terlalu jauh. Selain itu masalah logistik juga akan membebani perjalanan mereka lebih dalam. Kemudian, dia juga tidak ingin melakukan pertempuran. Jumlah mereka hanya dia ingin gunakan sebagai alat intimidasi.
Meski mereka bertemu pasukan koalisipun. Dia tidak punya rencana untuk menghadapi mereka. Tapi bukan berarti keberadaan mereka hanya berfungsi sebagai dekorasi. Sebab, tergantung situasinya. Mereka akan punya tugas lain yang tidak kalah pentingnya.
"Maafkan aku yang mulia, tapi aku tidak bisa mendapatkan informasi apapun dari mata-mata di sana"
Meski Inabi menyebut mereka mata-mata. Mayoritas dari orang-orang yang jadi sumber informasinya bukanlah orang yang benar-benar punya pekerjaan khusus sebagai mata-mata. Melainkan hanya rakyat umum yang punya pekerjaan sampingan sebagai informan.
Dan sebab saat ini Aka sedang ditutup total lalu orang luar dilarang masuk. Dia tidak bisa mendapatkan informasi apa-apa dari dalamnya.
"Bagaimana dengan mata-mata yang asli?"
"Maafkan aku yang mulia, tapi semua mata-mata yang dikirimkan tidak ada yang kembali"
"Jadi ini yang Gatsu maksud dengan menjaga keamanan hah. . ."
Pasukan Gatsu menjaga perimeter utama Aka dengan ketat. Membuat bahkan mata-mata profesional tidak punya kesempatan untuk bergerak di dalamnya dan membawa pulang informasi untuk tuan mereka. Kenyataan kalau tidak ada informasi yang bocor, bisa dipastikan kalau prajurit yang Gatsu kirim bukan prajurit biasa.
". . . "
Inabi menarik nafas lalu memberanikan diri untuk bicara.
"Daripada Sasuke, apakah tidak sebagainya yang mulai lebih memperhatikan gerakan pasukan koalisi?"
Mendengar pertanyaan pemuda itu. Nagato tersenyum di kursinya.
"Kau terlalu meremehkan Sasuke, Inabi"
"Hamba tahu kalau Sasuke sedang merencanakan sesuatu"
Selama beberapa hari ini. Ada aliran material dalam jumlah besar menuju Aka. Dia tidak tahu untuk apa semua material itu, tapi Inabi sama sekali tidak bisa memikirkan ada skenario di mana Sasuke bisa melakukan sesuatu. Tanpa pasukannya sendiri, pemuda itu tidak akan bisa bergerak untuk menyelamatkan Hanabi.
Satu-satunya hal yang bisa dia pikirkan hanyalah Sasuke sedang memproduksi massal sebuah senjata. Tapi sekali lagi, tanpa pasukannya sendiri. Pada akhirnya dia tidak akan bisa melakukan apapun.
"Kau ini pintar, tapi kepintaranmu juga adalah kelemahanmu"
"Maksud pangeran"
"Kau terlalu banyak berpikir di dalam kotak"
"Di dalam kotak?"
"Mudahnya kau kurang imajinasi!"
Nagato sudah lama berteman dengan Inabi. Mereka sudah bersama bahkan sebelum masuk ke akademi. Jadi dia sangat familiar dengan kelebihannya, yaitu kepintarannya. Tapi sayangnya, dia juga familiar dengan kekurangan terbesar pemuda itu.
Kelemahan itu adalah kenyataan kalau Inabi terlalu mengandalkan kemampuan akademiknya. Yang artinya adalah. Kalau ada hal yang tidak tercatat di buku. Pemuda itu sering gagal bahkan untuk menyadari keberadaannya.
Membuatnya tidak bisa menebak apa yang Sasuke sedang coba lakukan di teritori adik perempuannya. Sebab Sasuke bukanlah orang yang melakukan sesuatu berdasarkan apa yang tercatat di dalam buku.
"Aku tahu apa yang bisa dilakukan oleh pasukan koalisi"
Tapi dia tidak tahu apa yang Sasuke mampu lakukan. Karena itulah, Sasuke lebih perlu diwaspadai.
"Aku tidak tahu apa yang ingin dia buat kali ini"
Nagato berdiri, setelah itu dia mulai mendekati Inabi dengan langkah tenang. Selagi terus berjalan dia juga menyempatkan diri untuk mengambil sebuah Air Gun di tembok ruangannya yang digunakan sebagai pajangan.
"Tapi aku tahu, dia sedang membuat senjata yang lebih berbahaya dari benda ini"
Nagato melemparkan Air Gun tadi ke dada Inabi. Mengingatkan kalau, tidak ada buku yang memberi tahu mereka cara membuat senjata itu sebelum pemuda itu menciptakannya. Tapi Sasuke bisa membuatnya.
"Kita akan berangkat besok pagi"
Inabi berlutut lalu menjawab.
"Siap!"
Dengan begitu, pasukan Nagato berangkat di hari berikutnya.
8
"Untung saja tempat ini sejuk"
Biasanya, Shikamaru yang posisinya adalah Letnan Jenderal tidak akan turun ke lapangan untuk memimpin hanya dua ribu prajurit secara langsung. Tapi kali ini dia tidak punya pilihan lain kecuali turun tangan sendiri dalam menangani operasi ke Homura.
Dengan adanya berbagai kepentingan yang saling bertabrakan. Pasukan koalisi perlu mengambil keputusan dengan cepat di lapangan. Mereka tidak akan punya waktu untuk menunggu dan meminta perintah lanjutan dari pusat komando. Dan dengan keikutsertaan Sasuke serta Naruto dalam kasus kali ini. Situasi sudah dijamin akan jadi kacau nanti.
Sebab situasi yang mereka buat pasti tidak ada di dalam manual.
Saat ini, Shikamaru dan pasukannya sedang mendaki jalan menuju pusat kota utama Homura yang lokasinya berada di dataran yang cukup tinggi. Meski Homura, sebagai provinsi areanya tidak kecil. Tapi hampir seluruh kegiatan ekonomi dan pemerintahan terpusat di kota utamanya yang juga hanya dipanggil Homura. Jadi, pada dasarnya Homura hanyalah sebuah negara . . atau dalam kasus ini provinsi kota yang memiliki beberapa desa besar sebagai satelit.
"Berhenti di sini"
Meski perjalanannya sendiri melelahkan. Sebab udara di tempat itu sejuk dan suasananya teduh. Perjalanan mereka tidak terasa terlalu berat.
"Apa kau yakin ingin berhenti di sini Jendral?"
Dengan perintahnya, semua prajurit di belakang Shikamaru langsung berhenti. Hanya ajudannya, Yuhi memutuskan untuk tetap bergerak dan mempertanyakan keputusan atasannya itu.
"Ya. . ."
Pria paruh baya itu sendiri adalah kolonel asli dari regimen yang sekarang Shikamaru ambil alih. Meski secara formal yang jadi pemimpin mereka adalah Shikamaru. Sebagian besar anggota resimen itu lebih mempercayai pria itu. Jika Shikamaru ingin memberikan perintah, akan lebih baik kalau Yuhi juga punya pikiran yang sama agar pasukan mereka bisa efisien dalam bekerja.
"Letnan Jendral Shikamaru, Homura hanya tinggal setengah jam perjalanan dari tempat ini"
Ya, tidak lama lagi mereka akan sampai di pusat kota Homura. Jika mereka ingin istirahat akan lebih baik kalau mereka melakukannya di sana sekalian daripada di tempat mereka sekarang.
"Biarkan aku memastikan beberapa hal dulu Yuhi, aku tidak mau kalau begitu sampai, kita diberi sambutan yang tidak enak"
Sebelum maju lebih jauh, dia ingin mendapatkan informasi tambahan dari Naruto.
Houzuki menyampaikan padanya kalau Naruto akan melakukan koordinasi lanjutan di tanggal dan tempatnya sekarang berada. Informasi yang saat ini dia tahu hanya Nagato memimpin pasukan ke Homura dari mata-matanya yang lain.
"Apakah ada pasukan Konoha di dalam kota?"
"Aku belum tahu, tapi yang jelas mereka juga sedang datang ke sini! Karena yang diculik adalah tuan putri mereka"
Setelah diberikan penjelasan yang setengah jujur dan setengah bohong itu. Yuhi mundur lalu menemui rekan-rekannya dan menjelaskan situasinya sebelum akhirnya beristirahat sesuai perintah Shikamaru.
Tujuan resmi mereka adalah menyelamatkan Hinata dan Hanabi yang diculik oleh pemberontak. Tapi Shikamaru sendiri tidak bilang tentang tuntutan Mitokado untuk masuk koalisi. Mereka datang hanya berniat membantu Konoha yang pasukannya terlalu jauh untuk mendapatkan kembali anggota keluarga kerajaannya.
"Ada pertanyaan lain?"
"Tidak, terima kasih"
"Kau bisa beristirahat"
"Siap!"
Selain menunggu kontak dari juga sedang mencoba menghindari tanggung jawabnya. Jika mereka bergerak terlalu dekat ke Homura dan pasukannya bisa dilihat dari sana. Dia tidak akan bisa mengelak saat Mitokado menuntut komitmen darinya.
Jika mereka berhenti jauh dari Homura, Shikamaru bisa bilang kalau mereka belum sampai dan tidak sadar dengan apa yang terjadi kalau-kalau Mitokado menanyakan kenapa dia tidak membantunya dengan pasukannya.
"Fuuhh. . . ."
Selama beberapa menit, Shikamaru terus mengawasi sekitarnya berharap kalau seseorang akan segera datang. Dan benar saja, setelah menunggu bersama pasukannya sekitar dua puluh menit. Ketenangan lokasi kamp mereka tiba-tiba buyar sebab. . .
"Lihat di sana!"
Salah satu prajurit berteriak.
"Di mana?"
Balas prajurit lain.
"Jam 11"
Teriakan kedua prajurit itu membuat prajurit-prajurit lain ikut mengalihkan perhatian mereka ke arah yang keduanya tunjukan. Dan di sana, mereka menemukan. . . .
"Burung?"
Sahut satu prajurit.
"Kurasa bukan, ukurannya terlalu besar"
Kalau apa yang mereka lihat memang adalah seekor burung. Burung itu benar-benar besar. Dari jauh saja mereka bisa melihat kalau kemungkinan lebar total sayap makhluk itu antara tiga sampai empat meter.
Setelah itu, mereka mulai sadar kalau apapun benda atau makhluk itu. Dia terbang semakin dekat ke arah mereka. Tapi semakin dekat makhluk itu, semakin tidak yakin mereka terhadap identitasnya.
". . . . ."
Sebab kali ini, mereka bisa melihat ada seseorang yang menaikinya. Atau lebih tepatnya, bergelantungan di bawahnya. Dan orang itu adalah. . .
"Houzuki?"
Sebelum ada yang panik dan mengangkat senjatanya, Shikamaru langsung mengangkat tangannya.
"Tenang, dia di pihak kita"
Houzuki berputar beberapa kali untuk memperlambat laju terbangnya sebelum akhirnya mendarat tepat di depan Shikamaru.
"Maaf membuatmu menunggu lama"
Shikamaru mundur beberapa langkah untuk membiarkan Houzuki melipat entah benda apa yang dia kendarai tadi. Dia sendiri mencoba menahan wajahnya untuk tidak tersenyum, tapi ekspresinya menunjukan kalau dia penasaran dengan mainan baru Houzuki. Saking penasaranya, Shikamaru langsung bertanya.
"Benda apa itu?"
Tanpa memperdulikan barang apa yang Houzuki bawa di punggungnya.
Shikamaru juga anak laki-laki. Dan bagi anak laki-laki, teknologi baru sudah hampir sama artinya dengan mainan baru. Hanya saja, selain mainan Shikamaru juga memandangnya sebagai benda yang punya potensi untuk membantu pekerjaannya.
"Ini? Namanya gantole, Sasuke membuatkannya untukku"
"Apa aku juga bisa mengendarainya?"
"Secara teknis, ya! Tapi kurasa benda ini masih belum siap dipakai oleh orang lain kecuali aku"
Jika kau punya latihan yang cukup, secara teknis semua orang bisa mengendarainya. Tapi sekali lagi, kau tidak mungkin menemukan guru yang bisa mengajarimu menaikinya sebab benda itu hanya ada satu. Selain itu, gantole yang Sasuke berikan padanya juga adalah masih dalam tahap eksperimen.
Seperti sepeda motornya, gantole yang dia buat kali ini juga adalah hasil produksi buru-buru. Entah itu material, desain, konstruksi, dan skema kontrolnya masih ada di versi alfa. Gantole itu secara literal bisa rontok kapan saja.
"Jadi aku juga perlu kekuatan sepertimu huh. ."
"Untuk sementara "
Dari desainnya, gantole adalah alat yang memanfaatkan aliran udara untuk bergerak layaknya layar kapal. Hanya saja, tidak seperti kapal yang memanfaatkan layar vertikal untuk bergerak horizontal. Gantole memanfaatkan layar horizontal untuk bergerak secara vertikal di udara.
Hanya saja, sebab sayap gantole tidak bisa dikepakkan layaknya burung. Pengendaranya harus memulai perjalanannya dari tempat yang tinggi untuk mendapatkan angin.
Untuk orang lain, mengendarai benda itu masih sangat berbahaya dan sulit. Tapi bagi Houzuki hal itu bukanlah sebuah masalah. Di sinilah kekuatan Houzuki membantunya.
Houzuki punya kekuatan khusus yang membuatnya mampu mengontrol berat dari tubuh dan benda yang dia sentuh. Dengan kemampuan itu, dia bisa berlari cepat, melompat tinggi, dan tidak pernah perlu takut jatuh dari ketinggian. Sebuah skill yang sangat cocok untuk pekerjaannya sebagai mata-mata dan pengintai.
"Ok, ganti topik! Bagaimana situasinya?"
"Ahhh. . . untuk itu, kau bicara langsung saja dengan Naruto"
"Ha?"
Houzuki hanya tersenyum melihat wajah bingung Shikamaru. Setelah itu, dengan ditemani pandangan penasaran dari rekan dan juga ajudan Shikamaru yang sekarang berada di dekatnya. Houzuki menurunkan kotak kayu dan metal besar dari punggungnya lalu menekan atau membalik beberapa panel sert tombolnya sebelum akhirnya menarik antena panjangnya dan mengarahkannya ke langit.
Kemudian, dia menarik alat lain dari kotak itu dan mendekatkannya pada mulutnya sebelum akhirnya menekan tombol lain dan bilang.
"Di sini Houzuki, aku sudah bertemu dengan Shikamaru! Ganti"
Suara tidak enak didengar keluar dari bagian lain alat yang dipegang Houzuki. Tapi kemudian, suara familiar ikut terdengar.
"Di sini Naruto, bagaimana Shikamaru? Kau suka hadiahku? Ganti!"
Begitu pemuda itu mendengar suara Naruto yang lokasinya dia tidak tahu di mana. Mata Shikamaru langsung membelalak lebar. Saking lebarnya matanya sudah hampir kelihatan akan keluar dari soketnya. Dan yang punya ekspresi itu tentu saja bukan hanya dia, tapi juga ajudannya.
"Naruto kau, anak setan! Houzuki! Sambungkan aku padanya!"
"Tekan tombol ini dan bilang "ganti"i kalau kau sudah selesai"
Apa yang Houzuki adalah sebuah radio. Hanya, sebab Sasuke membangunnya menggunakan teknologi lama seperti tabung vakum, transistor germanium, dan juga baterai cair. Dia tidak bisa membuatnya bekerja dengan efisien. Membuatnya bukan hanya punya jarak dan waktu penggunaan yang terbatas tapi ukurannya juga sangat besar. Radio half duplexnya bahkan lebih besar dan berat dari radio ransel yang biasa kau lihat dalam dokumentasi perang dunia kedua di kehidupannya yang sebelumnya.
Jika dia punya lebih banyak waktu. Dia bisa membangun radio yang lebih bagus, luar dan dalam. Tapi dengan waktunya yang terbatas, dia hanya bisa bersyukur dia bahkan bisa menyelesaikannya tepat waktu.
Radio itu punya banyak keterbatasan. Tapi keterbatasan itu sejujurnya hanya ada di pikiran penciptanya. Sebab bagi yang lain, radio itu sudah seperti barang ajaib dengan nilai tak terhingga.
"Di sini Shikamaru! Naruto kau benar-benar keterlaluan! Benda ini benar-benar keterlaluan! Ganti!"
Bssssttt. .. .
"Ya, aku juga berpikir sama, tapi kau menyukainya kan? Ganti!"
Bszzztt. . .
"Tentu saja bodoh! Dengan ini. . ."
Mereka bisa mengakhiri perang.
"Ganti!"
Bzzsstt. .
"Aku setuju! Tapi sekarang fokus kita adalah menyelamatkan Hanabi! Ganti!"
"Lokasiku adalah dua atau tiga kilometer timur Homura, kapan kau akan sampai? Ganti!"
Shikamaru tidak akan bisa mengulur waktu terlalu lama sebab dia juga tetap perlu sampai lebih dahulu dari pasukan Nagato yang dia perkirakan juga sudah berada di dekat Homura.
"Kalau aku sampai duluan, semuanya akan berakhir!"
Dia tidak boleh bergerak terlalu lambat, tapi dia juga tidak boleh bergerak terlalu cepat. Jika dia sampai duluan sebelum Naruto dan Nagato. Maka rencana Mitokado akan terealisasikan dan koalisi akan runtuh. Tapi kalau dia terlalu lambat dan Nagato sampai duluan. Kedamaian mereka yang akan runtuh duluan.
Bzzsstt. . . .
"Jangan khawatir, aku sudah dekat! Dan aku akan sampai duluan! Ganti!"
"Sudah dekat? Kau ada di mana? Ganti!"
"Sebentar lagi kau akan bisa melihat kami, ahh. . dan posisi Nagato ada di jam 10 tiga kilometer juga dari Homura! Mereka ada di jalur utama ke Konoha! Tolong hadang mereka dan pastikan dia tidak ikut campur sebelum aku selesai! Ganti!"
Ajudan Shikamaru butu-buru mengambil peta dan memperlihatkan titik yang Naruto tunjukkan.
"Tunggu dulu, serius! Kau ada di mana sekarang? Apa kau di dekat pasukan Nagato? Ganti!"
"Lihat saja nanti! Aku ingin memberimu kejutan! Ngomong-ngomong benda ini tidak bisa dipakai lama terus menerus! Selain itu aku akan sibuk! Aku akan mengontakmu lagi! Ganti!"
"Aku paham! Ganti!"
Bzzsst. . .
Setelah itu, tidak ada balasan lagi. Dan Shikamarupun akhirnya mengembalikan gagang telepon radionya kepada Houzuki. Kalau Naruto bilang dia tidak perlu tahu maka dia memang tidak perlu tahu lebih. Dia hanya perlu melakukan tugasnya.
"Apa yang akan kau lakukan selanjutnya Houzuki?"
"Aku akan melanjutkan pemeriksaan di sekitar Homura, aku tidak mau ada yang menyelinap dan menghancurkan rencana kita"
"Baiklah, kuserahkan pada. . .."
Tunggu dulu. . .
Untuk suatu alasan, melihat Houzuki pergi berjalan sambil membawa gantolenya yang terlipat membuatnya ingat akan satu hal yang dia lupa tanyakan. Gantolenya perlu dikendarai dari tempat tinggi. Tapi di sana tidak ada bukti tinggi atau gunung sebab mereka sudah ada di dataran tinggi.
Jadi, bagaimana Houzuki bisa terbang?
"Houzu . ."
Hanya saja, sebelum Shikamaru sempat menyelesaikan kata-katanya tiba-tiba pikirannya jadi kosong. Sebab dari Horizon, dia melihat benda terbang yang bukan burung atau apapun yang pernah dia lihat. Bahkan dibandingkan gantole yang Hatroi bawa, benda itu terasa jauh lebih asing lagi. Terutama karena ukurannya yang sangat besar.
Kalau dia harus membandingkannya, bentuknya lebih mirip seperti paus. Tapi sekali lagi, karena ukurannya yang masif. Hal pertama yang tersirat di pikirannya adalah.
"Naruto kau orang gila!"
Benteng terbang.
Terima kasih yang udah mampir
