Naruto hanya milik Masashi Kishimoto
1329th Record : The World of Shinobi
Chapter 1
Tanah retak, gunung hancur, dataran tidak rata, laut meluap, tanah itu berubah menjadi lautan berwarna merah. Di warnai dengan darah dari manusia yang ada di dunia itu. Seperti Neraka itu sendiri.
Bagaimana bisa dunia itu berubah menjadi neraka. Apa karena dewa di dunia itu meninggalkan mereka, atau karena permainan yang dimainkan para dewa, atau kah karena para dewa merasa bosan dan mereka membalikkan nasib.
Tidak seperti itu, itu hanya akibat dari salah satu klan dewa yang memiliki tujuan untuk memperkuat kekuatan mereka. Mereka datang ke dunia-dunia, menanamkan benih buah yang hanya bisa matang dari pengorbanan manusia untuk menjadi pupuk. Setelah matang, mereka akan mengambilnya dan meningkatkan kekuatan mereka.
Layaknya seorang pengembala sapi yang merawat sapi tersebut hanya untuk diambil susu nya.
Tapi, Bukankah manusia itu pintar, mereka memiliki akal untuk berfikir dan emosi untuk merasakan. Jadi jika mereka berfikir itu menentang hati nurani, mereka akan berperang melawan tersebut. Lagi pula, siapa yang ingin dilahirkan hanya untuk mati.
Di tengah tubuh tidak bernyawa manusia di dunia itu, sosok pria terbaring sekarat. Pakaiannya yang koyak dan hangus d berbagai tempat, tubuhnya yang penuh luka lama dan baru. Mata birunya menatap tidak bernyawa pada langit yang sudah tidak biru lagi.
langit itu sendiri berubah menjadi jingga, semakin menambah kesan Apocalypse dunia tersebut. Tidak ada suara, dunia itu menjadi bisu. Hanya suara semilir angin menerpa wajah pria tersebut, dan nafas pendek darinya yang menandakan dia masih hidup.
Namun, itu sedikit terlambat, dia sekarat.
Di tengah kesunyian dunia, apa dia memiliki alasan untuk bertahan hidup saat semua yang berharga telah tiada. Partner nya bahkan lebih dulu meninggalkannya di awal-awal invasi oleh dewa. Dia tidak memiliki siapapun lagi.
Dia hanya ingin mati, berkumpul dengan teman dan keluarganya kembali setelah mati. Penyesalannya, karena dia tidak bisa menyelamtkan satu orang pun. Bahkan sahabatnya sekalipun.
Kesunyian itu bukan hal yang menenangkan baginya, itu hal yang menyakitkan.
Mata biru nya semakin buram, nafasnya menjadi semakin pendek dan sulit. Dia benar-benar sekarat, kenapa dia harus mengalami kematian yang sulit dan menyakitkan ini. Apa karena dia melawan dewa, padahal dia hanya ingin melindungi.
Tapi, dimata para dewa, tindakannya sangat berdosa, sehingga dia diberikan hukuman dengan seperti ini.
Sedikit tidak adil, kenapa mereka harus melalui ini, apa salah dunia ini.
"Astaga, padahal aku sudah melihat nya berjuta-juta tahun, tapi tetap saja ini pemandangan yang menyakitkan"
Entah kenapa, sepertinya pria itu mendengar seorang wanita berbicara, itu jauh dan tidak jelas bagi pendengarannya. Apakah dia salah mendengar nya karena dia akan mati. Dalam lubuk hatinya, dia berharap ada yang selamat. Mungkin dia egois, tapi dia hanya bisa berharap.
"Sepertinya tidak ada yang selamat" Ucap seorang pria.
Insting pria tersebut berteriak bahwa ada yang mendekatinya. Dia ingin melihatnya, tapi tubuhnya sudah tidak sanggup digerakkan. Layaknya tubuh tidak bernyawa, hanya pikirannya yang masih bekerja.
"Yang Mulia! Ada satu yang masih hidup disini!"
Sepertinya ada yang mendekatinya lagi.
"Ara, aku lihat dia memiliki hubungan dengan takdir. Hm, menarik. Anak dalam Ramalan"
Pria itu tidak tahu apa yang dibicarakan mereka.
"Apa yang akan anda lakukan Yang Mulia?"
"Tentu saja, memberikan kesempatan"
Seseorang sepertinya berdiri disebelahnya.
"Halo~ kamu masih bisa mendengarku?"
Pria itu tidak bisa melihat wajah orang yang mengajaknya berbicara, diatasnya hanya terlihat sosok buram. Mata nya mulai tidak bernyawa.
Dia mendengarnya, dia tidak bisa mengeluarkan suara nya lagi. Bernafas saja sudah cukup sulit untuknya. Dia benar-benar sekarat.
"Oh kamu masih bisa mendengarku~ itu bagus."
Padahal dia belum menjawabnya, tapi bagaimana dia bisa tahu bahwa dia masih bisa mendengarkan.
"Tidak perlu terlalu keras berfikir, anggap saja aku bukan manusia, tapi aku juga bukan dewa"
Dia sedikit tersentak saat orang itu berkata bukan manusia. Tapi dia juga sedikit lega karena orang itu bukan dewa, lalu apa ia?
"Aku bukan apa-apa, aku hanya sosok yang telah dilupakan oleh waktu" Jawab sosok itu.
"Hey, Jika kamu memiliki kesempatan untuk mencegah dunia ini hancur, apa kamu ingin mengambilnya?"
Sosok itu bertanya padanya,
Jika dia bisa mencegah tragedi ini, apa dia akan melakukannya. Orang-orang yang dia hormati, sayangi. Jika dia bisa menyelamatkan mereka, tentu saja dia akan melakukannya. Bukankah dari dulu dia seperti itu.
"Hati mu sangat suci, bocah" Ucap seseorang yang lain.
"Benar-benar jiwa yang murni, membuatku ingin memakannya." Ucap yang lain, dinilai dari suaranya yang berat, sepertinya itu seorang laki-laki.
"Oh, jangan mengacau, kamu membuatnya takut, bodoh"
"Apa kamu bilang!"
Terjadi keributan dari dua sosok yang lain.
"Bisakah kalian tidak bertengkar" Ucap sosok yang mengajaknya berbicara sebelumnya. Kedua sosok itu pun menjadi diam.
"Nah, apa jawabanmu?" Tanyanya lagi.
Dia akan melakukannya, bahkan jika di hadapannya dewa, atau iblis sekalipun. Jika dia bisa menyelamatkan orang-orang yang berharga nya sekali lagi, dia akan melakukannya.
"Haha, tidak sampai seperti itu, aku juga bukan iblis yang mengambil jiwa" Balasnya sambil terkekeh pelan. "Siapa namamu, manusia yang terikat ramalan?"
Dia dengan berusaha sekuat tenaga mengucapkan pelan namanya.
Entah kenapa dia merasa, sosok dihadapannya tersenyum kepadanya.
"Kalau begitu, aku akan memberikanmu kesempatan untuk mengubah takdirmu kembali. Aku juga akan kembali bersamamu, aku menyukai manusia-manusia seperti mu.
Semoga kamu bisa menyelamatkan orang-orang yang kamu pedulikan.
Dia merasa tubuhnya tidak merasakan sakit akibat sekarat.
Berkahku akan melindungimu.
Dia merasa seperti melayang damai
Ubahlah Takdirmu...
Kata-katanya membuatnya seakan kembali hidup
Uzumaki Naruto..."
Dan pria bernama Uzumaki Naruto itu hilang dalam partikel cahaya. Garis waktu dunia itu berhenti, berharap untuk tidak melewati garis waktu itu kembali.
Hanya makhluk abadi tertua yang dapat melihat percabangan dari garis waktu yang berbeda.
Dan makhluk yang mengalami garis waktu itu sendiri.
Bersambung
