Warning! bukan juga sih! reminder aja. LENOVO AXIOO IS NEVER GOING TO CROSS THE LINE!.


Disclaimer : Massashi Kishimoto


"Jadi apa rencananya Naruto?."

"Aku hanya prajurit biasa, tugasku adalah mendengarkan atasan lalu menuruti perintahnya kalau logis, dan kabur kalau perintahnya mengharuskanku bunuh diri."

"Dan menerima tamparanku kalau kau tidak menjawabaku dengan serius."

"Aku serius. . . ."

Plak.

"Kau benar-benar memukulku."

"Itu karena kau tidak serius."

"He? dari tadi aku itu sudah se. . ."

Naruto mundur beberapa langkah lalu berhenti bicara setelah melihat Sasuke menyiapkan kepalan tangannya.

"Tunggu dulu Sasuke. . . . . memang benar aku ingin melakukan sesuatu tapi meski begitu yang bertanggung jawab di sini itu bukan aku jadi saat aku bilang kalau harus mendengarkan perintah adalah benar."

Selain itu dia memang benar-benar belum dapat ide apapun.

"Apa yang Naruto katakan itu benar Sasuke, jadi berhenti memukulnya."

Hanabi mencoba bicara tenang tapi meski begitu Sasuke dan Naruto tahu kalau gadis kecil itu sama sekali tidak bisa tenang. Cangkir yang dipegangnya untuk meminum teh yang disediakan pelayan sedikit bergetar dan pandangannya terus tertuju ke jendela yang ada di sampingnya.

Dari ruangan mereka yang berada di level yang lumayan tinggi, Hanabi bisa melihat bagian luar tembok benteng yang mereka tinggali sekarang. Dan di luar sana ada barisan tentara musuh yang mengitari seluruh bagian benteng.

"Huufffhh. . . maafkan aku."

Setelah berhasil menenangkan diri, Sasuke akhirnya sadar kalau apa yang baru saja dia lakukan sama sekali tidak ada gunanya. Meski dia sama sekali tidak tidak menyesal sudah memukul Naruto. Sebab karena bisa melakukannyalah dia bisa jadi sedikit lebih tenang.

Seperti yang sudah dikatakan Naruto, yang bisa dilakukan hanyalah menunggu perintah lalu melakukan apa yang diperintahkan. Dengan kata lain, ketiganya tidak bisa melakukan apa-apa meskipun sangat ingin melakukan sesuatu.

Hanabi yang statusnya adalah sandra politik kemungkinan tidak akan disuruh melakukan apapun dan diperintahkan untuk diam. Sasuke yang statusnya hanya utusan dari negara lain, dengan kata lain hanya tamu juga tidak mungkin diijinkan untuk mengurusi masalah di luar tanggung jawabnya. Naruto sendiri levelnya hanya prajurit tambahan yang tidak akan punya hak bicara pada siapapun yang posisinya di atasnya untuk memberikan saran.

"Mungkin kita tidak bisa melakukan apa-apa tapi bukan berarti kita harus diam, untuk sementara bagaimana kalau mengumpulkan informasi yang kita punya."

Naruto berpindah tempat lalu duduk di depan Hanabi, setelah itu dia membuka peta yang berisi denah dari daerah tempat benteng berada serta struktur dari benteng itu sendiri. Sasuke memutuskan untuk ikut duduk dan mendengarkan sedangkan Hanabi mengangguk untuk memberi tanda kalau dia juga ingin ikut berdiskusi.

Hanabi sepertinya sudah mengumpulkan informasi sendiri selama berada di dalam benteng, dia mengambil sebuah kertas dengan rangkuman apa yang dia sudah ketahui tertulis di dalamnya.

"Jumlah pasukan di dalam benteng kurang lebih seribu lima ratus sedangkan jumlah musuh diperkirakan sekitar empat ribu."

"Empat ribu ya. . lima ratus lagi jumlah mereka tiga kali lipat dari jumlah kita."

Sasuke memegang dagunya dan mengingat kalau dalam teori, untuk bisa mengalahkan pasukan yang menjaga benteng sebuah pasukan menyerang minimal harus punya jumlah tiga kali lipat pasukan yang bertahan.

"Itu hanya perkiraan jadi jangan terlalu mengandalkan informasi itu. . "

Naruto mengingatkan kalau menghitung jumlah pasukan musuh di situasi seperti sekarang dengan akurat itu hampir tidak mungkin, angka aslinya bisa saja di atas atau di bawah perkiraan. Dan sebagai seseorang yang harus maju ke medan pertempuran tentu saja dia selalu mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk.

"Selanjutnya. . ."

Hanabi kembali melanjutkan laporan dari rangkuman yang dibuatnya.

Sebab pasukan musuh adalah orang-orang yang dilabeli sebagai pemberontak, penyerangan mereka sama sekali tidak diinformasikan dulu layaknya perang pada umumnya. Selain itu mereka tidak bergerak sebagai satu pasukan tapi sebagai kelompok-kelompok kecil lalu baru menyatu di titik yang telah ditentukan.

Sebagai titik penting yang jadi jalur utama lalu lintas antar wilayah tentu saja tempat itu harus dijaga dengan baik sehingga setiap hari pasti ada yang berpatroli. Tapi sebab jumlah pasukan yang sedikit dan juga daerahnya yang luas ada banyak tempat yang tidak bisa diperiksa dengan seksama. Membuat orang yang hafal dengan medan tempat itu bisa bersembunyi dengan mudah.

Begitu gerakan musuh diketahui semuanya sudah terlambat, jumlah mereka sudah terlalu besar dan tidak bisa diatasi oleh pasukan patroli yang berjaga di luar benteng.

Beberapa orang yang bisa lolos dari serangan kembali ke benteng dan memberitahukan situasinya, tapi persiapan yang mereka lakukan dibuat terlalu buru-buru sehingga efeknya tidak terlalu berpengaruh.

Pasukan musuh melakukan serangan kejutan dan pertahanan dari pasukan koalisi runtuh dengan mudah, memaksa semuanya harus mundur ke dalam benteng dan membiarkan pengepungan terjadi.

"Kemarin pasukan koalisi mencoba menyerang balik dari dalam benteng tapi hasilnya tidak terlalu bagus."

Di hari mereka semua sampai di benteng, pasukan koalisi menyerang balik pasukan musuh dengan menyerang mereka menggunakan meriam dan panah dari dalam benteng. Tapi serangan itu segera dihentikan.

Ada beberapa pasukan musuh yang berhasil dijatuhkan, tapi jumlah yang berhasil yang mereka kurangi hanya sebatas belasan.

"Eh? kenapa mereka berhenti? bukankah serangan dari posisi benteng ini harusnya sangat efektif?."

Menembak dari posisi tinggi akan menambahkan kekuatan dan jarak jangkau pada senjata, dengan kata lain posisi tinggi adalah tempat ideal untuk melakukan penyerangan senjata jarak jauh.

". . . . . . . ."

". . . . . . . ."

Hanya saja jalan pikir Sasuke sepertinya tidak cocok dengan apa yang dipikirkan Hanabi dan Naruto. Hanabi dan Naruto melihat ke arah Sasuke dengan tatapan heran.

"Hanabi. . . yang tadi itu yang namanya otak otot."

"Bukan Naruto. . . Sasuke itu bukan otak otot tapi otak berkelahi."

"Eh? apa? . . apa aku mengatakan sesuatu yang aneh?."

Hanabi menarik nafas lalu menunjuk jarinya ke jendela.

"Bagaimana caramu bisa melakukan ressuply?."

"Itu. . ."

"Selain itu pasukan musuh sudah mundur ke jarak aman jadi menembaki mereka hanya buang-buang tenaga."

"Geh. . . . . aku paham . . ."

Benda seperti peluru meriam, pallet, dan juga anak panah tidak tumbuh dari pohon. Mereka harus dibuat seseorang dan dibeli lalu dikirimkan. Dan bagi pasukan koalisi yang kondisinya terkepung tidak mungkin mereka bisa melakukan ressuply meskipun mereka punya uang. Dengan jumlahnya yang terbatas, penggunaannya juga harus dibatasi.

Oleh karena itulah serangan balik dihentikan.

"Tapi kalau kita tidak menyerang balik keadaannya akan jadi semakin buruk."

"Tujuan diskusi ini adalah mencari cara lain untuk menyerang balik."

Setidaknya jika mereka bisa meminta bantuan keadaan bisa dibalik. Dalam situasinya saat ini, pasukan koalisi tidak bisa hanya bertahan dan mengulur waktu. Mereka harus menyerang balik dan menang lalu mengusir musuhnya. Dan semua tugas itu akan memberikan tekanan besar pada orang-orangnya.

Dalam sebuah perang memang pasukan yang memiliki benteng punya keuntungan lebih, tapi dalam masalah psikologis bertahan itu jauh lebih menekan daripada menyerang.

"Jika kita tidak bisa mengeluarkan seseorang dari sini dan meminta bantuan cuma masalah waktu untuk tempat ini jatuh."

Jika mereka dipaksa harus melakukan perang atrisi, pasukan koalisi pasti akan kalah. Selain peralatan mereka juga tidak bisa mendapatkan supply makanan untuk orang-orang yang jumlahnya banyak di dalam benteng. Jika keadaan sampai pada kondisi para pasukan tidak bisa diberi makan saat itulah benteng pasukan koalisi akan jatuh.

"Mama. . ."

Sasuke dan Naruto memutuskan untuk pura-pura tidak mendengar apa yang Hanabi gumamkan.

Jika perang atrisi benar-benar terjadi Hanabi juga tidak akan bisa pulang. Penyerangan ke teritorinya akan berlangsung tuju hari setelah Hanabi sampai di benteng. Sehari sudah terlewat dan sisa waktu yang dia miliki tinggal enam hari. Selain itu perjalanan dari tempat itu menuju rumahnya adalah lima hari. Dengan kata lain, sisa waktu yang benar-benar dia milikinya hanya satu hari.

Jika hari ini dia tidak bisa menerobos pengepungan musuh maka dia tidak tahu lagi apa yang akan dia temuinya begitu dia sampai di rumahnya.

Naruto dan Sasuke Ingin memberikan kata-kata penyemangat pada Hanabi atau setidaknya membuat kekhawatirannya berkurang. Tapi keduanya tidak tahu apa yang harus dikatakan dan takut kalau malah apa yang mereka katakan akan membuat perasaan gadis itu jadi semakin buruk.

Sasuke menatap ke Naruto, dan Naruto memutuskan untuk mengakhiri diskusi mereka untuk memberikan waktu pada Hanabi beristirahat. Setelah itu keduanya keluar dan menuju ruangannya masing-masing.

Sasuke akan menuju ke kamar khusus tamu sedangkan Naruto menuju ke lantai bawah menuju ke kamar kecilnya yang dibagi dengan beberapa prajurit lainnya.

"Naruto! Apa kau yakin mau meninggalkannya sendirian?!."

"Tempat ini aman."

Meski meriam itu besar dan susah dibawa tapi sebenarnya mereka tidak punya terlalu banyak kekuatan, jadi harusnya sementara ini mereka masih aman. Bahkan ada beberapa kasus di mana meriam yang ditembakan malah memantul, lalu dengan tembok kuat yang mengitari benteng satu-satunya pilihan pasukan musuh agar bisa masuk hanyalah mendobrak pintu utamanya secara paksa.

Jadi, pada dasarnya mereka hanya perlu memeriksa tembok untuk memastikan tidak ada yang memanjat dan menjaga pintu utama di setiap area dengan ketat dan tidak membiarkan pasukan musuh mendekat.

"Kurasa malam ini aku akan menemaninya, kalau kau mau kau bisa tidur di kamarku."

"Berhenti bodoh! Dan jangan bicara keras-keras!."

"Kenapa? Aku benar-benar khawatir padanya."

Tanpa banyak tanyapun Naruto bisa melihat dengan jelas kalau Sasuke benar-benar khawatir pada keselamatan Hanabi. Mereka sudah bersama sangat lama dan hubungan keduanya sudah benar-benar seperti saudara. Tapi meski begitu dia tidak bisa membiarkan pemuda itu pergi ke kamar Hanabi dengan sembarangan di tempat ini.

Sedekat apapun, mereka bukanlah saudara.

"Posisi Hanabi di sini itu tidak seperti di rumah, posisinya sekarang itu agak sulit jadi jangan melakukan hal yang nantinya akan jadi masalah."

"Aku tidak akan mencuri posisimu jadi tenang saja. . aku hanya akan tidur di samping kirinya. . bagian kanannya masih milikmu. . ."

"Sasuke, tolong berhenti membawa-bawa sejarah saat dia masih lima tahun!."

"Baiklah aku paham, kalau begitu kau yang menemaninya."

"Kau sama sekali tidak pahaaam! sekarang dengarkan aku Sasuke! Jangan tidur di kamarnya! Meski dia mengijinkanpun jangan masuk!."

Setelah menambahkan beberapa penjelasan tambahan akhirnya Naruto bisa menutup topik itu. Tapi meski begitu Sasuke kembali mengajaknya bicara sambil berjalan ke ruangannya. Naruto yang sebenarnya sudah tidak terlalu ingin ngobrol akhirnya mengalah dan melayani obrolan Sasuke.

Semua obrolannya adalah topik ringan, hanya saja begitu Sasuke menanyakan di mana teman-teman Naruto yang lain dari satu kelas tiba-tiba Naruto merasa kalau dia baru saja dipukul oleh sebuah palu besar.

"Bodooooohh!. . . kenapa aku bisa lupa?."

Selama berada di dalam benteng dia belum pernah sekalipun bertemu dengan teman-temannya yang lain. Dengan kata lain ada kemungkinan sangat besar kalau teman-temannya dari satu batalion masih berada di luar benteng dan tidak bisa masuk karena adanya pengepungan.

Dia mulai bisa membayangkan cara bagaimana untuk membalik keadaan.

"Sasuke, aku tidak akan membiarkanmu tidur."

"He? Apa yang kau bilang? Maaf Naruto tapi aku sama sekali tidak tertarik dengan laki-laki! Aku ini masih normal dan hanya tertarik pada gadis kecil yang masih imut-imut sama sepertimu."

"Kau sama sekali tidak normal!. . . dan aku tidak sama sepertimu! aku punya tugas untukmu dan tugas ini hanya kau saja yang bisa melakukannya! Jika kau berhasil melakukannya mungkin besok kalian bisa pulang."

"Apa yang harus kulakukan!?."

"Sebuah hal sederhana."

2

Sama seperti Sakura, Sasuke adalah salah satu orang beruntung yang memiliki kekuatan khusus sejak lahir. Dia lebih suka menyebut kemampuan uniknya sebagai kemampuan untuk mengeraskan benda, tapi Naruto dan Hanabi tidak setuju dengan pendapatnya dan memberitahukan kalau kemampuannya yang sebenarnya adalah mengunci posisi relatif sesuatu terhadap sesuatu yang lain.

Sebab hasilnya akhirnya adalah sebuah benda jadi keras Sasuke tidak terlalu perduli dengan logika di balik kemampuannya. Karena itulah dia tetap menganggap kalau kemampuannya adalah kemampuan untuk mengeraskan sesuatu, mengeraskan sesuatu lebih mudah dibayangkan daripada mengunci posisi sesuatu.

Kemampuannya memiliki banyak sekali aplikasi, dengan mengeraskan sesuatu atau lebih tepatnya dengan mengunci posisi sesuatu dia bisa melakukan banyak hal yang normalnya tidak bisa dilakukan.

Seperti menjatuhkan diri dari pohon tinggi tanpa terluka.

Jika dia mengaplikasikan kemampuannya pada badannya maka badannya tidak akan bisa dilukai dengan benda tajam, jika dia mengaplikasikan kekuatannya pada air maka dia bisa berjalan di atas air, lalu secara teori jika dia mengeraskan udara dan membantuknya menjadi pedang atau tombak maka dia akan mendapatkan senjata ringan yang tak terlihat.

Meski yang terakhir itu belum pernah berhasil dia lakukan.

Tapi kemampuannya itu punya banyak batasan. Pertama dia tidak bisa memanipulasi sesuatu yang berada lebih dari lima meter darinya, jika dia menggunakannya pada seluruh tubuhnya maka badannya tidak akan bisa digerakan dan dia akan berubah jadi seperti patung.

Jika dia hanya mengaplikasikan kekuatannya pada satu bagian maka bagian lain akan tetap bisa diserang dilukai secara normal. Kemudian dia juga tidak bisa mengeraskan lebih dari satu benda. Bila dia ingin mengaplikasikan kemampuannya pada banyak benda maka dia harus menjadikan benda itu sebagai satu entiti terlebih dahulu seperti menempelkan dua buah kayu, mengikat dua tali dan sebagainya.

Karena itulah dia tidak bisa membawa Hanabi dengannya begitu saja melewati pasukan musuh. Dia tidak bisa melindungi keduanya secara bersamaan.

Selain itu kekuatannya juga tidak membuatnya jadi lebih kuat secara fisik, oleh karena itulah dia masih perlu latihan fisik, bela diri dan masih banyak lagi.

"Jadi ke mana dulu aku harus pergi?."

Yang ditugaskan pada Sasuke adalah menemukan posisi teman-temannya yang lain lalu memberikan instruksi yang disiapkan pada mereka. Kalau hanya dari deskripsinya mungkin apa yang Sasuke lakukan kedengaran mudah, tapi tentu saja tugasnya itu sama sekali tidak mudah.

Demi menghindari terpancingnya perhatian musuh dia harus keluar dari benteng dengan turun menggunakan tali dari tembok yang tingginya puluhan meter. Dia juga harus bergerak dengan super hati-hati melewati parit serta jalur-jalur penghubungnya yang sudah seperti jalan semut agar tidak dicegat oleh pasukan musuh. Setelah itu dia juga harus memanjat sebuah susunan batuan alam besar yang ada di salah satu bagian benteng yang licin untuk masuk ke area hutan di belakang benteng, setelah itu dia harus bersembunyi di balik satu pohon ke pohon lain menghindari pengawas yang berpatroli.

Melakukan kesalahan sedikit saja dia bisa langsung dikepung dan dikeroyok.

Tapi dengan bantuan kemampuan khusus yang dimilikinya dia berhasil masuk ke area perkemahan musuh dengan selamat. Setelah berada di tempat itu dia langsung berganti baju untuk membaur dengan kelompok tentara bayaran yang jadi bagian pasukan musuh sambil menempatkan bubuk peledak yang digunakan untuk meriam musuh di tempat lain.

Begitu selesai melakukannya Sasuke langsung keluar dari perkemahan dan mulai mencari keberadaan teman-teman Naruto yang lain dengan menyisir pemukiman terdekat sampai ke hutan yang lokasinya lumayan berada di area yang tinggi.

Naruto memberitahukan kalau jalur yang diambil oleh teman-temannya adalah jalur yang menerobos gunung dan juga memutarinya. Dengan petunjuk itu Sasuke bisa memperkirakaan beberapa tempat yang mungkin bisa digunakan untuk tempat berkumpul.

"Ini sudah titik yang ketiga tapi kenapa aku masih belum menemukan mereka?."

Sasuke berusaha melihat ke peta yang ada di tangannya, tapi sebab dia berada di tengah hutan dan tidak memiliki sumber cahaya lain kecuali cahaya remang dari bintang dan bulan pemuda itu berakhir harus melihat petanya dari jarak yang sangat dekat seperti orang rabun.

Dan begitu Sasuke tidak lagi melihat ke arah lain, sebuah serangan datang dari belakang dan depannya di saat yang bersamaan. Sebuah tinjuan berat dari depan dan sebuah hunusan pedang dari belakang.

Serangan yang jika punya resiko besar untuk melukai rekannya itu dilakukan tanpa ragu dan akurat. Tidak ada keraguan dalam serangan itu, yang menandakan kalau yang mengekesukisnya adalah orang punya kepercayaan diri besar terhadap kemampuannya sendiri.

"Tunggu sebentar!."

Sasuke mencoba menghentikan serangan keduanya, tapi tidak ada yang mau mundur. Sebab dia tidak punya pilihan lagi, akhirnya Sasuke memutuskan untuk setidaknya memberikan perlawanan.

Sasuke mengeraskan telapak tangannya lalu menangkap pedang yang dihunuskan padanya dari belakang kemudian melemparkan benda itu jauh-jauh setelah menariknya dari pemiliknya. Setelah itu dia merendahkan badannya dan menjegal kaki orang di depannya, membuat orang itu terjatuh.

Normalnya dalam situasi seperti ini Sasuke akan melancarkan serangan penghabisan, tapi sebab tujuannya bukanlah melukai mereka. Sasuke malah melompat mundur lalu mengangkat kedua tangannya.

"Aku dari koalisi, dan aku ke sini membawa instruksi dari Naruto."

Bagitu nama Naruto disebutkan kedua orang yang tadi menyerang Sasuke langsung menurunkan tensinya. Lalu salah satunya mendekati Sasuke dan bicara.

"Aku Sakura dari pelaton tiga belas, sementara ini aku yang bertanggung jawab jika kau ingin membicarakan sesuatu tolong sampaikan padaku."

"Seperti yang kubilang sebelumnya, aku membawa instruksi dari Naruto tapi kurasa membicarakan detailnya di sini secara pribadi bukan hal yang baik."

"Aku paham. . ."

Sakura mengajak Sasuke lebih masuk ke dalam hutan, di sana ada sebuah perkemahan darurat yang ditempat oleh sekitar tiga puluhan orang. Mereka adalah sisa-sisa dari murid Kiri yang akan mengikuti ujian dan berhasil selamat lalu punya ide yang sama untuk datang ke benteng itu.

Selain yang ada di sana masih ada lebih banyak lagi, tapi mereka berada di tempat yang berbeda. Total dari keseluruhan siswa yang menunggu untuk bisa masuk ke dalam benteng adalah seratus dua puluh tiga. Seperempat batalion. Dengan kata lain dari semua orang yang berangkat hanya dua puluh puluh lima persennya yang sampai.

Tentu saja mereka khawatir pada teman-temannya yang lain, tapi situasinya tidak mengijinkan mereka untuk mengkhawatirkan orang lain.

"Jadi, apa maksudmu dengan membawa instruksi dari Naruto?."

Duduk bersama dengan orang-orang yang tidak dikenalnya, Sasuke tetap menjawab dengan yakin dan tegas.

"Seperti yang kalian sudah lihat sendiri, benteng pasukan koalisi sedang dikepung dan pasukan musuh jumlahnya hampir tiga kali lipat dilihat dari manapun keadaan mereka dan juga kita sama-sama buruknya."

Sebagai murid sekolah militer tentu saja mereka paham apa yang Sasuke maksud. Keadaan di dalam benteng jelas buruk dan akan terus memburuk seiring berjalannya waktu, dan di saat yang sama keadaan mereka juga sama sekali tidak lebih baik.

Jika perang atrisi terjadi mereka tidak akan bisa pulang dan bisa saja ditangkap musuh.

"Naruto punya cara untuk membuat keadaan lebih baik, tapi dia butuh bantuan kalian dan aku ke sini untuk mengantarkan instruksi tentang apa yang harus kalian lakukan."

Sasuke menyerahkan sebuah kertas berisi catatan yang Naruto buat.

Sakura berdiam diri sebentar lalu melihat ke kanan dan kirinya untuk meminta pendapat dari teman-temannya yang lain. Setelah beberapa saat berlalu dan mereka mendapatkan konsensus, akhirnya Sakura kembali bicara.

"Aku akan mengajukan pertanyaan."

"Silahkan."

"Kenapa Naruto yang memberikan perintah?."

Sakura bukannya tidak mau diperintah oleh Naruto. Dia mengakui kalau Naruto lebih pintar darinya dan punya kemampuan yang tepat untuk bisa memberikan perintah yang akurat. Berkat saran-sarannya Sakura dan yang lain bisa selamat dan melakukan perjalanan yang relatif lebih aman daripada perjalanan teman-temannya yang lain saat menuju ke benteng koalisi.

Tapi meski begitu Naruto tidak punya kekuasaan untuk memberi perintah pada mereka. Dia tidak punya jabatan dan tanggung jawab, oleh sebab itulah Sakura mempertanyakannya.

"Bertindak sendiri tanpa perintah adalah pelanggaran, selain itu instruksi yang diberikan sangat beresiko, dalam kasus ini aku berpikir jika memanggil bala bantuan dan menunggu perintah dari pusat adalah keputusan yang terbaik, dan kami sudah mengirim seseorang untuk meminta bantuan."

Instruksi yang Naruto tuliskan melibatkan banyak orang, dan jika pengeksekusiannya tidak tepat maka akan ada banyak dari mereka yang jadi korban. Sebagai pemimpin sementara Sakura tidak bisa sembarangan memerintahkan teman-temannya untuk membahayakan diri.

Dan meski misalkan mereka berhasilpun, tidak ada jaminan kalau mereka tidak akan kena penalti karena bertindak sendiri tanpa perintah.

"Kapan bala bantuan akan datang?."

"Seharusnya dalam lima hari mereka sudah sampai."

Terlalu lama. Lima hari terlalu lama. Sasuke tidak bisa menunggu, dia harus segera cepat pulang. Selain itu dalam rencananya Naruto juga tidak pernah memberikan opsi mengulur waktu, dan jika pilihan itu tidak dimasukan dalam rencana, Sasuke yakin kalau Naruto menganggap jika menunggu malah jauh lebih beresiko.

"Memanggil bala bantuan adalah keputusan yang bijaksana, tapi hanya menunggu bala bantuan adalah keputusan yang bodoh."

Begitu Sasuke mengatakah hal itu, beberapa orang di sekitarnya segera bergerak dari tempat duduknya dan berniat untuk berdiri tapi mereka langsung dihentikan oleh Sakura.

"Apa kau yakin kalau pasukan musuh tidak akan melakukan apa-apa selama lima hari ke depan? apa kau tahu bagaimana keadaan di dalam benteng? kita kalah persenjataan, amunisi, supply makanan, orang dan juga motivasi."

Pasukan koalisi masih bisa bertahan adalah karena musuh membiarkan mereka bertahan. Komandan musuh adalah orang yang hati-hati, dia tidak suka mengorbankan pasukannya sia-sia sebab banyak dari mereka mungkin adalah pasukan konskrip yang kurang pengalaman serta prajurit yang harus dibayar sehingga dia mau sembarangan membuang sumber daya manusianya.

"Tapi bagaimana kalau dia berubah pikiran?."

Jika mau, pasukan musuh bisa memaksa menyerang dan masuk ke benteng.

"Apa kau bisa menjamin kalau hal seperti itu tidak akan terjadi?."

Sakura mengrenyitkan dahinya, dia tidak suka dengan nada bicara Sasuke tapi dia juga paham kalau apa yang Sasuke katakan itu benar. Dan meski sudah tidak ingin mendengar, Sakura masih dipaksa untuk mendengarkan apa yang Sasuke katakan selanjutnya.

"Tempat ini adalah daerah menjerat, kau tahu artinya?."

"Tentu saja."

Dalam peperangan, normalnya sebuah daerah dibagi menjadi beberapa kategori. Daerah mudah, daerah menjerat, daerah sementara, daerah sempit dan daerah tinggi. Dan di antara semua jenis daerah itu daerah menjeratlah yang paling susah ditangani.

Daerah menjerat adalah daerah yang susah diambil begitu musuh sudah menguasainya. Dengan kata lain, jika daerah di mana benteng itu berada dikuasai musuh untuk merebutnya kembali akan dibutuhkan usaha yang jauh lebih besar daripada usaha musuh saat merebutnya di waktu sebelumnya.

"Maaf tapi keputusan sudah final."

"Hah. . . saat ini untuk merebut benteng pasukan musuh membutuhkan empat ribu lima ratusan pasukan, itu berarti jika pasukan musuh mendapatkan benteng untuk merebutnya kembali pasukan koalisi membutuhkan dua belas ribu lebih."

Sakura mendengarkan apa yang apa yang Sasuke bicarakan tapi dia sama sekali tidak memberikan reaksi. Dari pengamatan Sasuke sudah jelas gadis itu sudah tidak lagi tertarik untuk berdiskusi dan memikirkan pendapatnya.

Di sekolah Sakura disebut sebagai murid yang patuh, tapi jika dilihat dari sisi lain dia itu hanya orang yang keras kepala.

"Kami itu prajurit dari sebuah negara jadi kami terikat oleh peraturan, maaf tapi sepertinya pembicaraan sudah cukup sampai di sini saja."

"Tidak ada pilihan lain lagi. . ."

Sasuke punya kepercayaan yang sangat besar terhadap Naruto dan dia merasa kalau Naruto bisa memuat siapapun melakukan apa yang dia ingin mereka lakukan. Kecuali Hanabi, dia belum pernah melihat ada orang yang gagal Naruto manipulasi. Bahkan saat kecil dia sering ditipu dan berakhir melakukan apa yang dia tidak mau setelah dipancing oleh pemuda itu.

Mungkin impresinya tentang Naruto penuh dengan bias, tapi bias itu tidak muncul begitu saja. Bias itu muncul setelah dia benar-benar melihat kemampuan pemuda itu. Dan sekarang dia bisa dengan mudahnya percaya kalau Naruto bisa menyelesaikan masalah yang tidak bisa diatasi orang lain.

Tapi sepertinya Naruto tidak terlalu dipercaya oleh teman-temannya, oleh karena itulah sepertinya dia harus membuat semua orang mau bergerak dengan cara yang lebih tradisional.

Tunjukan siapa yang berkuasa.

"Ahem . . ."

Sasuke mengambil sebuah emblem dengan motif empat garis yang membentuk kabut atau aliran air yang saling bertumpukan. Sasuke mengangkatnya dengan tinggi agar semua orang bisa melihat lalu menyodorkannya pada Sakura.

"Kalau aku bilang jika Naruto itu adalah anggota pasukan cadangan apakah kau mau mengikuti perintahnya?."

Sakura kelihatan terkejut. Bagi anggota militer di Kiri emblem itu punya arti yang sangat besar. Dan arti dari emblem itu bukan hanya sekedar menunjukan bahwa level Naruto bukan lagi sekelas murid sekolah militer sepertinya dan teman-temannya. Tapi juga punya arti kalau Naruto punya otorisasi lebih dari 'pemimpin' yang Sakura sebutkan.

"Apa kau serius ? . . . ."

"Sangat serius!."

Yang tahu tentang keberadaan pasukan cadangan itu tidak banyak, keberadaanya adalah rahasia. Sakura bisa tahu juga karena dia adalah anak dari keluarga militer yang lumayan punya nama. Oleh karena itulah dia harus mencari cara untuk membuat murid lain yang tidak tahu mau menurut tanpa harus membeberkan identitas Naruto.

"Sekarang apa yang harus kukatakan pada mereka semua?."

3

Hanabi sudah diputuskan untuk ikut dimasukan dalam daftar pasukan cadangan, tapi karena dia bukan penduduk Kiri dia tidak bisa menerima posisi itu secara resmi. Sudah ada pembicaraan tentang usaha untuk memindahkan kependudukan Hanabi, tapi rencana itu masih baru wacana dan tidak jadi prioritas.

Alasan utamanya adalah karena Hanabi masih di bawah umur.

Oleh sebab itulah bukti keanggotaannya masih belum diberikan, dan emblem dari pasukan cadangan yang akan diberikan pada Hanabi masih dipegang oleh Naruto.

Emblemnya sudah dia pinjamkan pada Sasuke untuk membuat Sakura dan yang lainnya mau menurut jadi Naruto memutuskan untuk menggunakan emblem Hanabi untuk dia gunakan sebagai kunci agar dia bisa mendorong gerakannya yang selanjutnya.

Dia harus bicara dengan pemimpin dari tempat itu. Dan sekarang dia sedang berjalan menuju ruang komando di mana orang-orang penting dari benteng itu sedang mengadakan rapat.

Di tempat ini Naruto hanyalah prajurit biasa, tidak. Posisinya bahkan masih lebih rendah dari prajurit biasa sebab dia masih belum lulus dari sekolah militer. Dia sendiri paham kalau berkeliaran di sekitar ruang komando sama sekali bukanlah tugasnya, tapi dia sedang tidak punya pilihan. Oleh karena itulah, dengan tenang dia mencoba melewati penjaga yang sedang mengawasi di luar ruangan.

Lalu tentu saja. . . .

"Tempatmu bukan di sini! kembalilah ke ruanganmu.."

Keberadaannya langsung ditolak dan dia disuruh pergi.

"Aku ingin menyampaikan sesuatu pada pemimpin tempat ini."

"Jika kau ingin menyampaikan sesuatu lapor dulu ke kepala divisimu."

Naruto melihat ke langit dan dia menyadari kalau waktunya tidak lagi banyak.

"Tapi ini adalah masalah darurat, aku harus bicara langsung dengannya."

"Sepertinya kau tidak paham apa yang kukatakan? apa kau mau aku memberitahumu dengan cara lain."

Prajurit yang ada di depan Naruto adalah seorang pria besar dengan pakaian pelindung metal penuh. Tapi meski begitu otot-otot yang dimiliknya bisa kelihatan jelas dari celah pakaian pelindungnya. Dia memberikan kesan kalau tubuhnya itu adalah batu besar dan dia memberikan impresi kalau pukulan yang bisa diberikannya sama dengan dipukul dengan batu.

"Kalau begitu apakah aku bisa titip pesan padamu, tolong bilang kalau aku ini pasukan cadangan dari Kiri."

"Kau ini. . ."

Begitu Naruto bilang hal itu, penjaga lain yang sedari tadi membiarkan rekannya memberikan gretakan pada Naruto langsung bergerak dan menghentikan rekannya yang sudah bersiap untuk melakukan tindakan yang lebih pada Naruto. Setelah itu dia melihat Naruto dengan pandangan memeriksa.

"Apa kau punya bukti?."

Naruto menunjukan emblem pinjamannya. Setelah itu penjaga tadi melepaskan rekannya.

"Aku akan menyampaikan pesanmu."

"Ha? kenapa kau menuruti keinginannya?."

Panjaga sebelumnya tidak menerima keputusan baru itu. Tapi dengan tenang rekannya memberikan penjelasan.

"Dengarkan aku. . . jika kau masih ingin jadi prajurit dengarkan saja apa yang orang ini katakan. ."

Atau lebih tepatnya sebuah ancaman.

"Terima kasih."

Naruto memberikan hormat, setelah itu kedua penjaga berjalan menjauhi Naruto.

Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya Naruto dipersilahkan untuk masuk dan menemui pemimpin dari tempat itu. Naruto memperkenalkan diri dan posisinya militernya di Kiri yang dibalas dengan kalimat perkenalan pendek dari lawan bicaranya.

"Namaku Butsuma, sentral memberikui tanggung jawab untuk mengurusi tempat ini."

Sentral adalah sebutan dari pusat komando dari pasukan koalisi. Dan sebagian besar teman Naruto dari pasukan cadangan diberikan posisi di sana.

"Jadi kenapa ada anggota dari pasukan cadangan di sini?."

"Sentral memperkirakan kalau akan ada masalah di sini, karena itulah aku dikirim untuk menyelesaikannya."

Tentu saja alasan itu adalah sebuah kebohongan. Kedatangannya di sini adalah sebuah kebetulan yang tidak direncakan. Tujuan awalnya adalah mengikuti ujian praktek di benteng lain delapan puluh kilometer dari tempatnya sekarang, dan tugas utamanya adalah menjaga keselamatan Hanabi lalu memastikan gadis kecil itu bisa kembali ke Kiri dengan selamat tanpa cacat sedikitpun.

Untunglah sekarang tidak ada yang bisa mengkonfirmasi hal itu. Jika Naruto ketahuan bertindak sendiri tanpa membicarakannya dulu ke sentral pasti dia akan langsung mendapatkan hukuman.

"Jadi apa kau akan menggantikan posisiku di sini?."

"Tentu saja tidak, pasukan di sini adalah pasukanmu, aku hanya akan memberikan saran"

Butsuma jauh lebih paham dengan keadaan pasukannya sendiri, lebih hafal dengan daerahnya sendiri, dan lebih dipercaya oleh orang-orangnya sendiri. Jika Naruto yang asalnya tidak jelas dan tidak punya pencapaian apa-apa tiba-tiba dijadikan pemipin, bisa saja pasukan itu tidak akan berfungsi dengan baik.

"Jadi tuan Butsuma, apakah anda sudah punya strategi untuk mengatasi masalah kita sekarang?"

"Aku tidak terlalu perduli dengan etika, jadi buang kalimat formal dari pembicaraan kita."

"Baiklah kalau begitu, apakah kau sudah punya strategi?."

"Aku tidak bisa menyebutnya strategi, tapi dengan keadaan yang serba terbatas ini pilihan yang ada sangat sedikit, rencananya aku akan mencari bagian formasi musuh yang agak longgar lalu memaksa menerobosnya."

"Kalau begitu apakah rencanamu itu adalah keluar dari satu gerbang secara bersamaan dan memfokuskan semua kekuatan pasukan kita pada satu titik dalam formasi musuh? atau mungkin kau ingin membagi pasukan untuk menyerang dan support menjadi dua lalu meninggalkan beberapa personel di benteng?."

"Sederhananya pilihan kedua . . apakah ada masalah?."

"Rencananya sendiri logis."

Butsuma mengangguk puas.

"Tapi fokus tujuanmu salah."

"Maksudmu?."

Rencananya logis, tapi sebab rencana itu logis semua orang pasti sudah tahu akan hal itu. Dan tentu saja komandan pasukan musuh juga pasti sudah mempersiapkan diri kalau-kalau rencana logis itu akan dieksekusi oleh musuhnya.

"Selain itu apakah tuan Butsuma lupa kalau kita kalah jumlah?."

Pasukan musuh adalah empat ribu personil, tapi tentu saja tidak semua orang adalah pasukan yang ditujukan untuk menyerang musuh. Di antara banyak orang itu pasti ada yang bertugas untuk mengurusi supply senjata, makanan, dan keperluan lainnya serta personel medis. Hanya setelah mereka tidak dihitungpun, jumlah optimis yang bisa didapatkan dari musuh masih sekitar tiga ribu lima ratus lebih.

"Meski seluruh pasukan di dalam benteng dikerahkan untuk maju, kita masih kalah dua ribu personel dari mereka! dan tentu saja pilihan kedua juga out."

Singkatnya, dari dua opsi yang Naruto katakan sebelumnya dua-duanya tidak ada yang punya kemungkinan untuk berhasil.

Sebagian besar pasukan musuh terdiri dari kavaleri, dan di antara mereka ada sekitar lima ratus penunggang kuda, lima ratus pemanah, dan sekitar lima puluh penembak yang diposisikan mengelilingi benteng.

Jika rencana Butsuma dieksekusi dalam situasi sekarang, meski pasukan di depannya lemah tapi pasukan yang keluar akan langsung dilindas kavaleri berkuda dari kiri dan kanan oleh musuh lalu setelah pasukan koalisi terhambat gerakannya pasukan utama musuh akan sampai dan mengahancurkan mereka semua. Selain itu jika jika musuh menyerang balik dengan pemanah maka perlindungan dari support orang-orang yang ditingal di benteng akan terganggu.

"Dan tolong ingat kalau tujuan kita bukanlah kabur dari benteng dan membiarkan musuh menguasainya, tapi menang dan mengusir orang-orang itu dari sini."

Mereka tidak bisa membiarkan benteng itu jatuh ke tangan musuh, sebab jika hal itu terjadi merebutnya kembali di hari lain akan jadi tugas yang sangat sulit.

"Apa kau bisa melakukannya?."

Butsuma sendiri paham kalau rencananya itu penuh resiko, tapi sebab memang dia sudah benar-benar tidak bisa memikirkan pilihan lain dia memutuskan untuk berjudi dengan rencana itu. Sebuah judi dengan hasil buruk entah dia menang atau kalah.

"Tentu saja tidak bisa, yang bisa melakukannya adalah pasukanmu."

Pasukan yang hebat adalah pasukan dengan jendral yang hebat. Adalah konsep yang sering Naruto dengar dari guru-gurunya di sekolah militer. Tapi pandangannya pada seorang jendral tidaklah sama dengan pandangan orang lain pada umunya.

Menurutnya, seorang jendral hanyalah orang yang mengklaim hasil dari apa yang pasukannya sudah berhasil dapatkan.

Dengan kata lain, pandangan Naruto adalah. Seorang jendral hebat adalah orang beruntung yang ditempatkan pada pundak pasukan hebat yang bisa melakukan apa yang seorang jendral ingin lakukan.

"Aku tidak perduli dengan filosofi, jadi apa rencanamu?."

"Rencanaku tidak terlalu berbeda dengan rencana tuan Butsuma, bisa dibilang rencanaku hanyalah versi upgrade dari rencanamu."

Naruto tersenyum lalu mulai menjelaskan apa yang harus Butsuma lakukan untuknya.

4

Hanabi. Begitu Naruto dan Sasuke keluar dari kamarnya, gadis kecil itu langsung berganti pakaian dan berpindah ke atas kasurnya untuk merebahkan tubuhnya. Dia ingin segera tidur. Kelelahannya dari perjalanan delapan jam seharinya saat menuju benteng di hari sebelumnya sudah hilang, tapi meski begitu kedua kakinya masih merasa pegal. Selain itu dia juga ingin sejenak melupakan kekhawatirannya pada rumahnya.

Setelah berusaha keras untuk menutup matanya, akhirnya diapun berhasil tidur saat hampir tengah malam. Tapi beberapa jam selanjutnya, tidurnya langsung terganggu oleh suara ledakan besar yang datang dari arah bagian atas tembok benteng.

Suara itu adalah sebuah suara yang sudah akrab di telinganya, sebuah suara dari tembakan meriam.

"Apa yang sedang mereka lakukan?."

Melakukan serangan malam sama sekali bukan strategi baru, dalam peperangan kegelapan adalah hal yang bisa jadi teman yang bisa diandalkan dan juga musuh yang kuat. Tapi tindakan menyerang musuh menggunakan meriam sama sekali tidak ada hubungannya dengan strategi serangan malam manapun yang pernah dia baca.

Seperti yang sudah Sasuke bilang, menembakan meriam dari ketinggian akan membuat pelurunya mendapatkan jarak yang lebih jauh. Tapi musuh mereka sudah menjauh ke jarak aman yang tidak mungkin dijangkau meriam meski dengan tambahan perhitungan itu.

Jadi kenapa mereka tetap menembak? Bukankah sudah diputuskan kalau melakukannya tidak akan menghasilkan apapun dan malah membuat sebuah kerugian?.

Hanabi langsung mendapat jawabannya.

Setelah suara tembakan meriam terdengar, sebuah suara ledakan kembali terdengar. Tapi kali ini arahnya dari camp musuh, dan begitu Hanabi memperhatikan camp musuh dia melihat ada api yang berkobar.

"Tidak mungkin!. Bagaimana bisa?"

Setelah itu tembakan dan ledakan-ledakan lain menyusul dan membuat camp musuh berantakan. Pasukan musuh yang tidak bingung dengan keadaan langsung mundur dari campnya dengan buru-buru dengan tidak teratur karena tidak mau dihantam oleh peluru meriam.

Dalam sekejap kepanikan menular dari satu pasukan ke pasukan lain yang disebabkan oleh serangan meriam yang seharusnya tidak sampai bisa mengenai camp mereka. Dan di saat pasukan musuh sedang sibuk kabur dan belum mampu mengatur dirinya pintu gerbang benteng terbuka dari dalam.

Pasukan koalisi keluar dari dalam benteng, tapi pasukan itu tidak membawa padang, tombak atau panah. Baris pertama pasukan yang keluar dari setiap gerbang benteng membawa pagar yang terbuat dari batang kayu runcing yang biasa digunakan untuk membuat blokade jalur. Setelah itu ada juga yang membawa jaring dan juga tali.

Mereka semua berlari dengan sekuat tenaga seakan sedang adu lari dengan pasukan musuh yang sedang kabur dari ledakan. Sebagian kecil pasukan musuh yang menyadari hal itu langsung berbalik dan mulai menyerang, tapi dari gerbang di beakang mereka, barisan pasukan pemanah keluar dan menyerang balik pasukan yang datang ke arah mereka.

Dari dalam gerbang barisan pasukan koalisi kembali keluar, kali ini adalah pasukan kavaleri dengan tombak dan pedang sebagai senjata. Mereka berlari dengan cepat melewati pasukan pertama yang membawa peralatan blokade dan menghabisi pasukan musuh yang sudah terkena serangan dari pasukan panah.

"Strategi ini? Naruto. . .."

Hanabi langsung bangun dan buru-buru mencari bajunya yang lain. Naruto sudah mendapatkan seragam baru, tapi sebab tidak ada seragam perempuan yang bisa Hanabi pakai dia berakhir mengenakan kembali pakaian murahan yang Naruto belikan untuknya di perjalanan.

Tapi hal itu sama sekali bukan masalah. Sekarang bukan waktunya tidur. Dan jelas bukan waktunya untuk tidak melakukan apa-apa.

"Kalau kau ingin melakukan sesuatu setidaknya bilang dulu padaku bodoh!."

Hanabi melipat lengan bajunya lalu buru-buru keluar dari kamarnya.

"Sekarang aku jadi harus repot berpikir dulu sebelum bisa membantu!."

Mungkin memang benar tidak ada yang mengharapkan bantuannya, mungkin memang benar kalau tidak ada yang menyuruhnya membantu. Tapi meski begitu dia ingin membantu dan dia akan membantu. Dia akan menemukan celah di mana dia bisa memberikan bantuan.

Dengan tekad itu, Hanabi mulai membongkar satu persatu logika di balik apa yang terjadi, apa yang sedang Naruto pikirkan, apa yang dia rencanakan dan tujuan akhir dari strateginya itu agar bisa menemukan apa yang bisa dia lakukan untuk membantu.

"Jangan remehkan aku!."

Di saat Hanabi sedang berapi-api untuk melawan Naruto saat ingin membantunya, di tempat lain Butsuma dan dua penjaga pribadinya sedang melihat situasi di luar benteng dari atas tembok tepat di samping para prajurit yang sedang menembakan meriam ke arah camp musuh.

Dan saat melihatnya, Han si penjaga yang hampir menghajar Naruto melihat ke depan dengan mulut menganga.

"Bagaimana bisa? Bagaimana bisa keadaan hampir sekak mat ini bisa langsung dibalik begitu saja?."

Sedangkan Ibiki, rekannya sebagai penjaga juga tidak bisa berhenti heran saat melihat arena pertempuran.

"Aku tahu kalau dia bukan orang biasa, tapi ternyata perkiraanku meleset jauh! Dia jauh melampaui bayanganku."

Lalu Butsuma yang berdiri di antara keduanya hanya tersenyum dan bilang.

"Mau bagaimana lagi, dia itu adalah anggota pasukan cadangan! Kalau dia tidak bisa melakukan hal semacam ini dia tidak akan bisa mendapatkan posisinya sekarang."

Han melihat ke arah tuannya dan memberanikan diri untuk bertanya.

"Tuan Butsuma, sebenarnya pasukan cadangan itu apa?."

Pasukan yang digerakan saat sudah tidak ada lagi yang bisa berbuat apa-apa di depan.

"Menurutmu sendiri?."

"Normalnya mereka adalah pasukan sisa."

Orang-orang yang tidak berhasil lolos masuk ke divisi yang mereka inginkan karena dikalahkan oleh rivalnya atau orang yang tidak punya bakat tapi sayang untuk dibuang. Pada dasarnya mereka adalah pasukan buangan dengan skill dan pengalaman yang nilainya di bawah standart.

"Hahahaha. . . normalnya memang begitu. . . tapi tidak di Kiri."

"Ha?."

"Apa kau tahu berapa jumlah prajurit yang tidak punya skill mumpuni di Kiri?."

"Tentu saja tidak, aku bukan dari sana."

"Jawabannya adalah nol."

"Tidak mungkin."

"Saat pertama mendengarnya aku juga hampir tidak percaya, tapi aku akan memberitahukannya padamu! Hanya saja untuk masalah pasukan cadangan kalian harus merahasiakannya."

Penjelasan mudahnya, pasukan cadangan adalah pasukan elit di Kiri. Mereka adalah kumpulan orang paling elit di setiap bidangnya. Jadi bisa dibilang mereka adalah senjata rahasia Kiri yang hanya akan dikeluarkan saat ada masalah besar berskala nasional.

Lalu kenapa orang-orang hebat itu disebut pasukan cadangan?

Jawabannya adalah karena di Kiri, biasanya mereka adalah orang-orang yang paling kelihatan bodoh, konyol, lemah, malas serta menyebalkan.

Kiri bukanlah negara besar, dan tentu saja jumlah penduduknya tidak sebanyak negara-negara lain oleh karena itulah mereka adalah negara yang paling paham seberapa pentingnya sumber daya manusia.

Persentasi penduduknya yang bisa baca tulis hampir tujuh puluh persen meski tidak ada sekolah untuk orang biasa, angka paling tinggi dibanding negara lain. Meski jauh dari negara lain tapi ekonominya stabil dan harga komoditas jarang bergerak terlalu tinggi atau rendah. Dan meski masih berbentuk kerajaan tapi hak masyarakatnya tetap dijaga karena menejemen pemerintahan yang baik.

Lalu yang terakhir, standart pasukannya lebih tinggi bahkan dari Konoha yang saat ini adalah negara dengan kekuatan militer terbesar. Karena itulah banyak anak-anak dari negara lain yang dimasukan ke sekolah militernya.

Ada yang bilang kalau dalam sebuah koloni semut pasti selalu ada yang jadi pemalas dan tidak melakukan apa-apa. Manusiapun sama. Jika sekelompok orang diberikan tugas maka pasti ada yang benar-benar melakukannya dengan serius, ada yang dengan setengah hati, ada yang malas-malasan, dan bahkan ada yang tidak melakukannya sama sekali.

Setelah itu dengan alami orang-orang itu akan dibagi menjadi beberapa kelompok. Orang yang punya bakat dan bekerja keras, orang yang tidak punya bakat tapi bekerja keras dan sebaliknya, lalu orang yang tidak punya bakat dan tidak bekerja keras.

Dengan begini akan terbentuk sebuah organisasi yang memiliki bagian atas hebat, bagian tengah cukup dan bagian bawah tidak kompeten. Dan para pendiri Kiri menganggap hal ini sebagai sebuah masalah besar.

Bagaimana kalau pikiran cemerlang atasan tidak bisa dieksekusi pekerja di lapangan? Bagaimana kalau startegi brilian seorang jendral tidak bisa dipahami oleh pasukannya? Bagaimana kalau pemerintah membuat peraturan untuk rakyatnya tapi semua orang salah paham dan malah jadi tidak puas?. Lalu bagaimana kalau sebuah pasukan tangguh dikalahkan dan yang tersisa hanya pasukan lemah untuk menjaga negaranya sendiri?.

Setelah melihat semua masalah yang timbul karena struktur piramid itu, akhirnya orang-orang dengan pikiran tidak normal memutuskan untuk membuat sistem baru. Sebuah sistem yang bentuknya seperti piramid yang runcing ke atas, melainkan sistem yang berbentuk seperti paku dan meruncing ke bawah.

Sebuah sistem yang membuat orang tidak kompeten tidak ada lagi.

Kiri adalah satu-satunya negara yang menggunakan doktrin "biarkan yang lemah maju duluan". Dalam sekolah militer di Kiri, murid paling lemah adalah murid yang paling sering dapat masalah. Tentu saja bukan berarti murid yang lemah akan dibully, tapi murid yang paling lemah diharuskan melakukan lebih dari orang yang ada di atasnya sampai mereka mencapai standart tertentu.

Jika kau lemah dalam bela diri kau harus berlatih dua kali lipat dan jika kau lemah dalam belajar kau akan mendapat ujian lebih banyak. Dengan sistem ini, jika seseorang bermalas-malasan atau tidak berusaha keras maka dia akan menderita. Sekolah tidak akan membiarkan seseorang yang tidak melakukan apa-apa tetap di bawah tanpa diperhatikan dan hanya ikut arus.

Dengan kata lain, jika kau ingin malas-malasan kau harus jadi orang hebat dulu.

Dalam kalangan militer negaranya sistem ini juga diterapkan. Saat mengirim pasukan untuk melakukan ekspedisi biasanya pasukan terlemahlah yang didahulukan untuk menjalankannya. Setelah itu jika mereka gagal atau diputuskan tidak bisa menjalankannya barulah pasukan level selanjutnya dikirimkan untuk membantu.

Dengan sistem ini pasukan lemah akan mendapatkan lebih banyak pengalaman dan skill untuk nanti digunakan menutupi kelemahannya. Sedangkan bagi negara mereka tidak perlu mengorbankan orang-orang berbakatnya untuk mati di garis depan sambil menutupi kekuatan militer mereka yang sesungguhnya.

Berbeda seratus persen dengan Konoha yang punya strategi untuk menggunakan kartu terkuatnya untuk mengahncurkan musuh dan memberikan impresi pada musuh kalau mereka tidak mungkin bisa dilawan dan menyerah.

Normalnya, di Kiri pasukan terkuat hanya akan dipanggil saat ada masalah berskala besar tapi itu bukan berarti mereka bisa hanya berdiam diri saja. Jika skill mereka dinilai mulai tumpul maka mereka akan diturunkan ke pasukan di bawahnya. Yang sebaliknya juga berlaku, jika ada individu yang punya performa bagus maka dia akan dinaikan sesuai kemampuannya.

Begitulah cara Kiri mempertahankan standartnya. Mereka membuat orang yang dibawah termotivasi untuk naik dan membuat yang sudah di atas selalu waspada dengan orang yang ada di bawahnya.

Tapi tentu saja sistem itu tidak sempurna, ada orang-orang yang memilih status quo, orang yang terlalu percaya pada dirinya sendiri, dan orang yang tidak percaya pada dirinya sendiri.

Dan yang ditugaskan untuk mengatasi orang-orang itu adalah para pasukan cadangan. Mereka adalah pasukan elit dari pasukan yang paling elit dari sistem. Mereka adalah orang-orang yang kemampuannya jauh melebihi orang-orang elit yang ada di dalam sistem.

Jika orang yang ada di dalam sistem adalah paku, makan pasukan cadangan adalah palu yang mampu menancapkan ketakutan, menarik harapan, membengkokan kepercayaan diri, dan juga mematahkan semangat.

Pasukan cadangan, dengan kata lain orang-orang yang bisa disebut kartu As Kiri adalah orang-orang berkemampuan tinggi tapi posisinya dibuat di bawah. Mereka bisa dibilang adalah bagian cacat dari sistem yang sengaja dibuat.

Konsep keberadaan mereka adalah "orang tidak bisa yang bisa melakukan apa saja."

Pasukan cadangan adalah orang paling tinggi levelnya yang disuruh untuk memainkan peran orang tidak kompeten agar orang-orang di sekitarnya tidak berhenti bergerak dan berpikir "kalau orang bodoh itu saja lulus masa aku tidak lulus" atau "kalau orang lemah itu saja menang masa aku kalah."

Pasukan cadangan itu orang malas yang selalu bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik, orang bodoh yang selalu dengan ajaib lulus, orang lemah yang bisa mengalahkan siapa saja kalau dia mau, dan orang konyol yang licik.

Dan Naruto adalah salah satu dari mereka yang punya tugas untuk bermain sebagai orang bodoh. Lalu bidang yang dikuasainya untuk bisa jadi anggota pasukan cadangan adalah strategi. Dengan kata lain, dengan kata lain jika hanya masalah strategi tidak ada yang bisa mengalahkannya dalam generasinya.

Sebagai catatan kemampuan yang membuat Hanabi jadi kandidat adalah kemampuan adaptasi dan pemecahan masalahnya . Evaluasi tentangnya menggambarkan kalau gadis kecil itu adalah sebuah "solusi yang sedang menunggu masalah.".

Selagi Butsuma bercerita, perang terus berlanjut dan akhirnya Hanabi mencapai kesimpulannya.

"Masukan prajurit yang luka berat ke dalam ruang perawatan dan utamakan perawatannya untuk yang luka ringan taruh di tengah benteng supaya tidak mengganggu yang lain, yang masih bisa berjalan ambil obatmu sendiri! Semuanya sudah ditata di tempat yang mudah dijangkau! Petugas yang ada di sana akan memeritahu apa yang harus dilakukan."

Sambil melakukan tugas yang dia anggap bisa membuatnya membantu Naruto.

"Semua petugas non kombat bantu bawa peralatan ke luar benteng."

Hanabi melihat check sheet dan jam kecil di tangannya.

"Bawa anak panah ke gerbang tiga, mereka harusnya hampir kehabisan supply."

Tugas yang Hanabi berikan pada dirinya sendiri adalah pengatur lalu lintas dan supply. Dari namanya memang tugas itu kedengaran remeh, tapi komandan yang meremehkan penting lalu lintas dan kelancaran supply adalah komandan yang bodoh. Apalagi kalau yang dibicarakan adalah aliran supply dari pasukan minim personel yang sedang menghadapi pasukan yang jauh lebih besar dalam area yang sangat terbatas menggunakan peralatan yang tidak kalah terbatasnya.

Efisiensi adalah sesuatu yang harus dikejar.

Sebab Naruto tidak hafal dengan personel pasukan koalisi di benteng itu, dia menyerahkan pemilihan personelanya pada Butsuma yang kembali menyerahkan tanggung jawab itu pada anak buahnya. Yang ternyata tidak semampu yang Naruto harapkan.

Sebelum Hanabi datang, seseorang bertabrakan dengan orang lain lalu menjatuhkan bawaanya adalah hal yang sering terjadi. Seseorang salah meletakan benda dan menghalangi jalan juga jadi kebiasaan, salah memberikan supply, dan orang saling meneriaki satu sama lain juga merupakan pemandangan lumrah.

Naruto, meski memang ahli dalam strategi tapi tidak mungkin bisa mengatur operasi di dalam benteng saat dia juga harus mengatur jalannya perang dalam empat tempat sekaligus. Karena itulah Hanabi maju dan mengambil pekerjaan itu.

Pekerjaan remeh yang biasanya diremehkan itu.

Awalnya Hanabi dianggap hanya sebagi pengganggu, tapi begitu seseorang melaporkan protes Hanabi pada Naruto akhirnya perintah untuk mendengarkan gadis yang umurnya setengah orang-orang di sekitarnya itu turun.

Melihat kesuksesan Naruto untuk membuka posisi skak mat pasukan mereka, semua orang dengan mudah percaya kalau Hanabi juga bukan orang yang hanya boleh dilihat dari penampilannya saja.

Sekarang memang masih ada yang berteriak-teriak dengan keras, tapi kali ini yang berteriak hanya satu orang. Hanabi.

"Nona Hanabi, di luar sudah ada banyak pasukan musuh yang jatuh! Aku berpikir untuk mengajak semua orang yang masih bisa bergerak untuk mengambil peralatan mereka untuk menambah supply."

Seorang pemuda mendatangi Hanabi yang matanya tidak berhenti mengawasi sekitarnya dan juga buku serta jamnya. Dia kelihatan berumur enam atau tujuh belas tahun. Sama dengan teman-teman sekelasnya.

"Tidak perlu, jika mereka bisa bergerak lebih baik bantu medic merawat yang terluka."

"Tapi supply sudah mulai menipis, selain itu senjata yang sudah rusak juga perlu penggantinya."

"Sudah kubilang tidak perlu!.. jika kau benar-benar ingin melakukan sesuatu tolong menurut dan bantu orang yang terluka supaya mereka tidak cacat."

"Kau. . . . tidak paham situasinya!. . . ."

Sebenarnya dia ingin mengajak orang lain untuk memungut peralatan musuh tanpa memberitahu siapapun, tapi sebab sekarang Hanabi sudah secara resmi diberi tanggung jawab oleh karena itulah dia memutuskan untuk minta ijin dan lapor terlebih dahulu.

Sayangnya dia merasa kalau Hanabi tidak kompeten dan tidak paham situasi mereka sekarang.

"Jadi apa kau paham situasinya?."

Sebelum pemuda itu kembali bicara Hanabi lebih dulu menjawab.

"Tentu saja! Kita kalah jumlah dan peralatan! Oleh karena itulah kita harus mengumpulkan apapun yang bisa diambil untuk menambah dan mengganti suppy kita! Jika gagal memanfaatkan momentum keberhasilan serangan kejutan kita ini kita tidak akan bisa mengalahkan pasukan musuh dan pergi dari sini."

"Ok, aku paham! Kau sepertinya sama sekali tidak paham. ."

"Kau! dasar bocah! bodoh!. . ."

Jika Naruto adalah orang yang kelihatannya bodoh meski pintar, Hanabi adalah orang yang akan selalu diremehkan meski dia bisa apa saja.

"Aahhh. . . aku tidak punya waktu untuk melayanimu tapi akan kuberitahukan di mana letak salahnya pikiranmu itu. . . ."

"Di mana. . .?"

"Hampir semuanya. . ."

"Jangan menghinaku sembarangan! aku adalah murid terpintar di sekolah bangsawan Konoha!."

Kenapa ada bangsawan dari Konoha di tempat ini? Untuk sementara dia tidak terlalu memperdulikannya.

"O. . kebetulan sekali, aku adalah murid terbodoh di sekolah itu. . aku bahkan hanya masuk selama setahun."

Dan saat keluarpun dia keluar karena dikeluarkan.

"Karena itulah dengarkan aku bocah bodoh!."

"Iya, iya, iya pegang ini."

Hanabi memberikan dua batang kayu pada pemuda di depannya, dan secara reflex pemuda itu langsung mengambilnya.

"Letakan di tangannya, aku akan mengikatnya."

Tanpa sadar pemuda itu jadi membantu Hanabi yang sedang mengurus seorang prajurit yang tangannya patah setelah ditabrak pasukan kavaleri berkuda musuh dan terlempar ke dalam parit dengan keras.

"Terima kasih bantuannya. . ."

"Woi!.."

"Apa lagi. . kau mulai mengganggu pekerjaanku sekarang."

"Aku masih ingin bicara. . ."

"Bukankah kau tadi ingin keluar? Sekarang kau jadi cuma ingin bicara?."

Merasa dipermainkan, pemuda itu mulai naik darah dan berusaha keras menahan dirinya untuk tidak melakukan tindakan keras pada Hanabi.

"Aku akan menemanimu bicara, tapi kau harus membantuku."

"Baiklah. . ."

Hanabi tidak menyangka kalau pemuda itu akan setuju. Sepertinya pemuda itu punya kepribadian yang sederhana.

"Biar kuberitahukan kau beberapa hal."

Pertempuran ini bukan untuk mendapatkan kemenangan jangka pendek.

Jangan meremehkan kemampuan musuh.

Tidak ada yang namanya momentum, semuanya sudah dikalkulasi.

Saat aku bilang kita tidak perlu mengambil peralatan lawan itu karena kita akan mengambil semua supply lawan.

Dan, tujuan pertempuran itu bukanlah untuk kabur tapi mengusir musuh.

5

Di tempat lain, Naruto juga sedang sibuk berteriak.

"Yang tidak ikut maju dan membawa padang bersihkan jalur parit dari musuh agar tidak menghalangi jalan."

Startegi yang Naruto gunakan pada dasarnya adalah memang hanya versi upgrade dari rencana Butsuma. Hanya saja strateginya lebih aman, lebih luas, dan lebih detail. Selain itu stratgeinya juga lebih membutuhkan banyak orang daripada rencana awal Butsuma.

Bagian awal dari strateginya adalah menyuruh Sasuke meminta kerja sama dari teman-temannya yang ada di luar untuk meletakan peledak di camp musuh lalu meledakannya sesuai timing yang diberikan Naruto. Sebab mereka tidak bisa berkomunikasi secara langsung dan hanya mengandalkan cahaya obor sebagai sarana komunikasi timing pada tembakan-tembakan awal agak meleset.

Tapi sepertinya tidak ada yang menyadari hal itu dan tetap menyangka kalau tembakan meriam dari benteng berhasil mencapai camp. Jika situasinya terang dan mereka melakukannya pada siang hari rencana awal itu akan langsung ketahuan.

Untunglah kemampuan teman-teman Naruto bisa diandalkan dan musuh sedang dalam keadaan yang tidak terlalu waspada.

Ledakan itu ditujukan untuk memberikan rasa tidak aman palsu yang membuat musuh berpikir kalau mereka ada dalam jarak jangkau serang pasukan koalisi dan memutuskan mundur. Tujuan ledakan dan serangan palsu itu hanya membuat pasukan mundur dari posnya.

Alasan kenapa pasukan koalisi susah melakukan manuver adlah karena posisi musuh terlalu dekat dan mereka akan mudah diserang saat keluar dari gerbang. Dan dengan mundurnya musuh yang panik maka pasukan koalisi punya kesempatan untuk keluar dengan aman.

Setelah keluar pasukan koalisi tidak langsung menyerang adalah supaya pasukan musuh tidak panik dan langsung menyerang balik lalu tidak memperdulikan pengalih perhatiannya. Pasukan yang pertama keluar dari benteng adalah pasukan yang bertugas membawa peralatan barikade dan membuat garis pertahanan untuk memastikan musuh tidak bisa lagi mendekat dan memaksa mereka kembali masuk.

"Pasukan pemanah bersiap, fokus ke kuda dan juga sasaran yang mudah."

Tentu saja pemimpin pasukan musuh juga tidak bodoh, setelah melihat beberapa barikade darurat yang berdiri mereka langsung sadar kalau ledakan di awal hanya pengalihan lalu mengumpulkan pasukan yang masih belum kabur karena panik untuk menyerang.

Tapi ini juga bagian dari rencana. Selain pengalihan dan juga trik untuk memaksa pasukan mundur, ledakan tadi juga berguna untuk membagi pasukan musuh menjadi tiga. Yang takut maju dan kena serangan meriam, yang maju dan berani mati, lalu yang bingung dan tidak bisa memutuskan.

Meski mereka tidak jauh satu sama lain, tapi pikiran setiap orang berada di tempat yang berbeda. Inilah salah satu keahlian Naruto, perang psikologis.

Sesuai dugaan, pasukan berani mati musuh tidaklah terlalu besar. Memangnya siapa yang mau mati dengan suka rela?. Dan jumlah pasukan yang maju untuk menghalangi pembuatan barikade adalah jumlah yang bisa ditangani oleh pasukan pemanah koalisi yang sedikit.

Untuk menyelesaikannya pasukan kavaleri dikeluarkan untuk memburu sisa-sisa dari pasukan musuh yang menyerang. Dengan begini jumlah pasukan musuh bisa digerus dengan efektif. Strategi dasar dalam mengatasi musuh yang jumlahnya lebih banyak adalah memisah-misahkannya dan membuatnya jadi kecil lalu menghancurkannya satu-persatu.

Begitu pasukan penghalang musuh berhasil dijatuhkan barikade kembali didorong maju lalu barikade tambahan harusnya datang untuk mengakomodasi garis pertahanan yang lebih luas.

"Pasuklan barikade tambahaaaaannn!."

Harusnya begitu. Tapi pasukan barikade tambahan tidak kunjung datang dan musuh berhasil mengatur ulang pasukannya.

"Mana barikade tambahannya?..."

"Ma-maaf, pasukan pembawa barikade terhenti di harus memutar lewat gerbang lain karena jalur utama di benteng dipakai sebagai tempat perwatan prajurit yang terluka."

"Ha? Apa kau bilang. . ."

"Pasukan pembawa barikade dan kavaleri terkena macet."

"Hey kau! bukankah tadi kau cuma bilang pembawa barikade saja!?."

"Maaf. . ."

"Bo. . . . bodoh, bagaimana bisa pasukan ini sebodoh ini?."

"Naruto! Pasukan musuh sedang menyerang balik!."

Butsuma meneriaki Naruto dari jauh.

"Mundur! suruh semua kavaleri dan pembawa barikade mundur! Sisakan pasukan pemanah dari garis pertahanan terakhir! Jangan biarkan kavaleri musuh mendekati gerbang!."

Naruto ingin protes tentang kekompetenan pasukan koalisi di sana, tapi dia menyerah dan memutuskan untuk berlari ke tempat lain untuk memberikan instruksi agar pertahan mereka tidak hancur.

"Sialan . . . gagal karena masalah macet sama sekali tidak lucu! Semua pemimpin divisi cepat ke sini aku akan memberikan instruksi pada kalian secara pribadi!.."

Dalam suaranya jelas sekali terselip kemarahan yang sedang ditahan, tapi meski begitu semua pemimpin divisi berkumpul dan menghadapinya. Mereka semua lebih tua dari Naruto, tapi pengalaman mereka memberitahukan kalau mempermasalah hal itu sekarang sama sekali tidak ada gunanya.

"Tempatkan pasukan kavaleri yang mundur pada setiap jalur parit, fokuskan serangan pasukan pemanah hanya pada area yang tidak ada paritnya, paksa musuh melewati jalur parit untuk berlindung! Usahakan jangan ada yang menghancurkan barikade! Pasukan barikade yang mundur harus memperbaiki barikade saat keadaan kelihatan aman! Dan bagian supply. . . ."

"Maaf. . ."

Tanpa disebutpun pemimpin divisi supply sudah tahu di mana kesalahannya.

"Turun dan selesaikan masalahnya."

"Siap!."

Begitu instruksi selesai diberikan semua orang langsung berlari dan membagikan informasi itu pada pembawa pesan. Dan Naruto sendiri hanya diam lalu melihat ke arena pertempuran di bawahnya.

"Kuharap mereka tidak melupakan asuransinya."

Pasukan musuh datang dengan cepat, sesuai perintah Naruto begitu masuk ke dalam jarak serang pasukan pemanah langsung menghujani mereka dengan serangan dari jarak jauh. Ada yang nekat maju dan menerobos barikade tapi kebanyakan dari pasukan musuh memutuskan untuk masuk ke jalur parit. Terutama pasukan berkuda sebab mereka tidak ingin kudanya jadi korban.

"Ok, sampai di sini masih bagus."

Pasukan musuh yang memaksa menerobos berhasil diatasi dan pasukan kavaleri musuh berhasil dipaksa masuk ke dalam jalur parit. Dari jauh Naruto bisa mendengar teriakan "Majuuu!" dan "Seraaaang!" yaang disurakan oleh salah satu pemimpinnya.

Sebab parit yang digunakan sebagai jalur pasukan musuh tidak terlalu besar, barisan pasukan musuh jadi memanjang seperti ular. Menjaga kecepatan sambil memperhatikan orang yang ada di depan dan belakangnya memang susah, tapi pasukan musuh bisa melakukannya. Menunjukan kalau mereka benar-benar disiplin.

Tapi sayangnya hal itu masih belum cukup. Begitu pasukan berkuda yang bergerak lebih cepat dan berada di depan barisan melewati salah satu jalur parit, tiba-tiba kuda mereka tunggangi tergelincir dan jatuh.

"Aku harap itu bisa sedikit mengulur waktu."

Pasukan barikade memasang jaring dan berbagai macam benda lain untuk menghalangi perjalanan musuh di dalam parit di saat mereka keluar untuk memasang barikade. Dengan kuda yang jatuh dan pasukan baris depan yang berhenti berjalan, pasukan di belakangnya juga terpaksa harus ikut berhenti bergerak. Membuat bagian depan barisan mudah diserang kavaleri yang bersembunyi dan bagian tengah bisa dipanah dengan mudah karena tidak bergerak.

Tentu saja asuransi itu tidak akan bertahan lama, tapi setidaknya dia bisa mengulur waktu sampai masalah di dalam benteng terselesaikan.

"Tuan Naruto, aku mengirimkan pesan."

"Dari siapa?."

"Dari rekan satu tim tuan Naruto, nona Hanabi."

"Hiii. . . . ap-apa pesannya."

"Dasar bodooooh! Kenapa kau tidak bicara dulu denganku sebelum bertindak!? Apa kau kira kau bisa melakukan semuanya sendirian dasar orang sombong!."

"Maaf."

"Ha?. ."

"Bukan apa-apa. . lanjutkan, dia tidak mungkin hanya ingin memarahiku kan?."

Hanabi memang lumayan emosional, tapi dia bukanlah tipe orang yang menunjukan masalah tanpa memberikan solusi. Dia juga bukan orang yang tidak akan memberikan alternatif saat dia tidak ingin seseorang melakukan sesuatu dengan cara yang tidak disukainya.

"Nona Hanabi bilang, serahkan urusan di belakang padaku!."

Naruto tersenyum.

"Kalau begitu aku serahkan urusan di belakang padanya!."

"Lalu nona Hanabi juga memberikan ini. ."

Pembawa pesan tadi memberikan sebuah kertas pada Naruto.

"Ini. . .? Panggil kepala divisi supply, kita akan memindahkan semua meriam dari atas benteng ke garis tengah."

Naruto melihat pasukan pemanah musuh dan mereka kelihatan bingung. Pasukan pemanah pasukan koalisi terlalu jauh untuk diserang balik, sedangkan jika mereka ingin memberikan bantuan kavalerinya harus mundur terlebih dahulu agar mereka tidak salah sasaran.

Kavaleri musuh yang terhenti di parit berhasil di serang balik, lalu bagian tengah formasi musuh juga berhasil dilukai. Dengan korban yang jatuh pasukan yang masih ada di belakang memutuskan untuk mundur dari jangkauan panah dan mencari jalur lain yang lebih aman untuk bisa masuk ke garis pertahanan pasukan koalisi.

Pasukan pemanah musuhpun menyerang balik.

Tapi tidak lama kemudian, pasukan barikade tambahan keluar dari benteng, mereka membawa perisai lalu berjalan ke depan sambil melindungi pasukan pemanah yang kali ini ikut maju. Pasukan kavaleri musuh kembali dipaksa mundur dan serangan dari pemanah musuh posisinya jadi berantakan karena formasi yang pecah. Pasukan barikade kembali memasang barikade tambahan dan garis pertahanan kembali bisa diperlebar lalu dorong ke depan. Memaksa pasukan mundur lebih jauh sekali lagi.

Proses itu terus diulang, menyerang musuh dari jauh, mendorong garis pertahanan, lalu mengatasi musuh yang tersisa. Dan setelah Hampir empat jam bertempur, akhirnya tujuan utama Naruto tercapai.

Mengalihkan perhatian musuh, menyuruhnya mundur, membagi kekuatan musuh, menyerangnya satu-persatu, dan melebarkan area pertahanan hanyalah langkah-langkah untuk mencapai tujuan utamanya. Tujuan utama yang membuat Hanabi dengan percaya diri bilang kalau mereka tidak perlu mengambil apapun dari pasukan musuh yang jatuh.

Setelah meghembuskan nafas lega, beberapa orang mendekati Naruto dan memberikan laporan.

"Musuh sudah mundur sampai pinggir hutan."

"Barikade tambahan sudah didirikan, pemindahan barikade secara penuh kemungkinan akan selesai setelah matahari terbit."

"Camp musuh sudah berada di dalam garis pertahanan, divisi supply akan memindahkan suppy musuh ke benteng."

"Kerja bagus, tapi jangan berhenti waspada, sisir area pertahanan secara bergantian."

Setelah itu Naruto turun dari tempat pengawasan dan memberikan tanggung jawabnya pada anak buah Butsuma.

"Sekarang harusnya situasi sudah lima puluh-lima puluh."

Perbedaan jumlah musuh dengan pasukan koalisi tidak lagi terlalu besar, selain itu dengan stok yang mereka sebagian besarnya berhasil direbut meski mereka mengajak perang atrisi pasukan Koalisi masih akan baik-baik saja selama setengah bulan.

Asalkan pasukan musuh tidak punya bala bantuan pasukan koalisi bisa menang.

Dengan langkah berat dia meninggalkan arena pertempuran.

Naruto sudah diberikan ruangan baru, tapi kali ini dia tetap kembali ke ruangan lamanya. Sebuah ruangan kecil yang sempit di bagian tempat tinggal prajurit biasa. Di sana dia merasa lebih tenang.

Begitu berada di dalam kamarnya, dia memutuskan untuk duduk dan meluruskan kakinya. Dia melihat beberapa dokumen tapi kembali meletekannya ke atas meja, dia tidak bisa konsentrasi lalu melihat ke langit-langit.

Sampai dia tertidur tanpa sadar.

Lalu, begitu dia membuka mata dia langsung mencium bau nikmat dari makanan hangat.

"Selamat pagi, apa tidurmu nyenyak?."

Dan begitu dia melihat ke samping kanannya dia melihat Hanabi sedang menyiapkan sarapan di atas meja di depannya.

"Leherku sakit."

"Apa perlu kupijat?."

"Ti-tidak perlu."

"Kalau begitu bagaimana kalau kita sarapan dulu?."

"Um."

Dengan itu keduanyapan menyantap sarapannya dengan tenang. Naruto ingin agar Hanabi tidak duduk di kasurnya tapi dia tidak punya kesempatan untuk bicara dan berakhir memutuskan untuk membiarkannya saja.

Setelah keduanya selesai sarapan, akhirnya Naruto memulai pembicaraan.

"Bagaimana keadaannya?."

"Ada dua puluh prajurit yang tidak bisa diselamatkan, lima puluhan mungkin tidak bisa jadi prajurit lagi, yang mendapat luka ringan ada ratusan! keadaan di luar sudah agak tenang dan pasukan di garis depan sudah bisa bernafas lega! keputusanmu untuk menghentikan serangan adalah benar."

"Memperintah pasukan yang sedang lelah itu melelahkan, selain itu ada informasi tambahan darimu."

Naruto kembali diam, dan dia menyadarkan badannya ke kursi lalu menatap langit-langit dengan pandangan kosong.

"Apa kau tidak puas Naruto?."

"Sedikit, tapi daripada itu aku lebih merasa bersalah dan menyesal."

Hanabi tidak bertanya kenapa.

"Jika aku bisa lebih hati-hati mungkin mereka tidak harus. . . . ."

Tanggung jawab yang dipikul Naruto itu besar, di bawah komandonya keselamatan semua orang yang ada di benteng digunakan sebagai alat untuk meraih kemenangan. Jika dia memberikan perintah yang salah seseorang bisa mati, jika dia tidak bisa menyampaikan perintahnya dengan benar seseorang akan terluka, dan meski semua berjalan sesuai rencananypun bukan berarti tidak ada orang yang sengaja dia jadikan korban agar dia bisa mendapatkan sebuah kemenangan kecil.

Jika semua yang mereka lakukan adalah tanggung jawab Naruto maka yang membuat mereka mati dan terluka bukan hanya musuh tapi juga Naruto.

Mungkin Naruto sudah punya banyak pengalaman, tapi dia tidak pernah bisa terbiasa menerima kabar buruk.

"Naruto, bersedih untuk yang sudah tidak ada memang perlu tapi bersukur untuk yang masih ada jauh lebih penting! jangan hanya berpikir tentang berapa yang sudah hilang tapi pikirkanlah yang masih terisa."

Brak.

"Kau sama sekali tidak paham!."

Naruto menggebrak meja di depannya dengan keras.

"Matinya banyak orang itu cuma statistik, tapi matinya satu orang itu tragedi."

Bagi dunia kau mungkin cuma satu orang, tapi mungkin saja bagi satu orang kau itu adalah dunia itu sendiri. Bisa saja mereka ditunggu di rumah, bisa saja mereka punya tanggung jawab terhadap orang lain, bisa saja mereka itu sangat penting untuk seseorang.

"Ahahah. . . maaf. ."

Hanabi mengumpulkan gelas dan tempat makan yang mereka gunakan lalu meletakannya di tempat lain.

"Aku memang tidak paham. . bagaimanapun pengalaman kita berbeda, tapi meski begitu aku ingin paham."

Hanabi tahu kalau Naruto punya banyak tanggung jawab. Dan Hanabi juga tahu kalau dia sendiri mampu melakukan semua hal. Tapi bukan hanya karena dia bisa melakukan semua dia harus melakukan semuannya sendiri.

Kau bisa melakukan apapun, tapi kau tidak bisa melakukan semuanya sendiri.

"Karena itulah aku ingin tahu, ingin paham dan ingin bisa membantu, meski misalkan aku tidak bisa membantu aku masih bisa mencari orang yang mampu membantu."

Hanabi tidak mau kehilangan ketenangannya dan berbicara pada Naruto dengan nada seorang ibu yang sedang menenangkan anaknya yang sedang marah. Mendorong seseorang terlalu keras bukanlah hal yang baik, tapi tidak menarik orang yang kesusahan berjalan juga bukanlah hal yang bisa disebut bagus.

Di saat seperti ini yang diperlukan hanayalah memegang tangannya lalu mengajaknya berjalan bersama. Itulah yang Hanabi coba lakukan.

"Kena. . . kenapa kau masih seperduli ini padaku? kau tahu kalau aku sudah menipumu selama ini kan?."

"Menipu?."

"Aku yakin kau sudah tahu tentangku."

"Maksudmu rahasia tentang kau ini sebenarnya anggota pasukan elit? kau tidak lulus karena menungguku lulus? kau yang sengaja bertingkah bodoh meski sebenarnya pintar? atau kau yang ditugaskan untuk selalu mengawasiku dari dekat? jadi yang mana?."

Naruto mengalihkan pandangannya dari Hanabi. Tanpa Naruto mengatakannyapun jawabannya sudah jelas. Jawabannya, adalah semuanya.

"Kau tadi bertanya kenapa aku masih memperdulikanmu? bagaimana kalau aku bertanya balik? misalkan kau tidak diberi perintah apakah kau akan berhenti memperdulikanku?."

"Tentu saja tidak!."

". . ."

Hanabi sempat kaget dengan jawaban itu, dia bahkan sudah menyiapkan mentalnya kalau Naruto memberikan jawaban ragu-ragu atau malah tidak mau menjawabnya. Memang benar kalau saat kecil mereka sangat dekat, bersama dengan Sasuke ketiganya bahkan sudah dianggap satu paket oleh semua orang di teritorinya karena saking dekatnya.

Tapi semua itu hanyalah kenangan saat mereka masih kecil dan tentu saja begitu mereka jadi lebih dewasa situasi di sekitar mereka jadi berubah dan memaksa mereka untuk ikut berubah. Selain itu kebersamaan Naruto juga hanya berlangsung selama dua tahun, dan sebab Naruto juga bukan penduduk Konoha dia sama sekali tidak punya kewajiban apapun terhadap keluarga kerajaan.

"Kalau begitu masalahnya sangat sederhana! jika kau memperdulikanku maka aku akan memperdulikanmu dan jika kau tidak meninggalkanku maka aku juga tidak akan pernah meninggalkanmu. . hehe. . ."

Hanabi datang ke kamar Naruto bukanlah sebuah keputusan mudah yang bisa langsung dia lakukan. Ketika pertama kali sadar kalau Naruto sudah menyembunyikan banyak hal darinya dia juga merasa kesal Tapi begitu dia selesai melampiaskan kemarahannya pada barang-barang di kamarnya dia berhasil menenangkan diri.

Lalu begitu dia mengingat dan memikirkan kembali ke belakang dia sadar kalau kebohongan Naruto sama sekali tidak pernah berakibat buruk padanya. Dan malah sebaliknya. Di dunia ada banyak hal yang lebih baik tidak diketahui, dan mungkin saja jika dia dari awal sudah tahu situasi di balik semua tindakan Naruto bisa saja dia malah jadi akan ada dalam bahaya.

Kemudian. Entah itu karena perintah, entah itu karena ingin menghabiskan waktunya, atau entah itu karena Naruto merasa punya tanggung jawab terhadap Hanabi. Ketika dia punya masalah orang yang selalu datang pertama adalah Naruto, orang yang menghiburnya saat dia merasa down adalah Naruto, dan orang yang selalu menemaninya saat dia tidak punya teman adalah Naruto.

Hanabi mendapatkan lebih dari apa yang sudah diambil darinya.

Adalah apa yang dirasakan gadis kecil itu.

"Ah tapi tolong jangan sombong di depanku! di beberapa pelajaran kau memang kesulitan dan membutuhkan bantuanku untuk bisa lulus ujian! selain itu aku bersyukur kalau Naruto yang dulu ternyata masih belum hilang."

.

"Tapi. . semua pondasi dari hubungan kita selama ini hanyalah sekedar kebohonga. . . ."

"Hubungan apa yang sedang kau bicarakan Naruto!. . ."

". . ."

"Naruto! lihat ke sini!. . ."

Naruto adalah prajurit dengan level elit, dia punya banyak pengalaman, dia terbiasa dengan suasana menekan, dan tentu saja dia adalah orang yang patuh dengan peraturan dan perintah dari atasanya. Dia bukan tipe orang yang akan ragu dan jadi takut saat disuruh untuk menghadapi musuh yang dalam hal apapun lebih kuat darinya.

Karena memang itulah tugasnya. Membalikan situasi.

". . ."

Tapi kali ini dia tidak berani menatap langsung ke mata Hanabi. Dia merasa kalau sekarang dia menghadapi Hanabi dia akan kalah telak. Bukan dalam konteks adu argumen mereka yang biasanya, tapi sesuatu yang lain.

"Lihat aku Naruto!."

Hanabi berdiri lalu memegang dengan erat kedua pundak Naruto lalu memutar tubuh pemuda itu agar menghadap ke arahnya, setelah itu dia mendengatkan wajahnya dan menabrakan keningnya pada kening Naruto agar pemuda itu tidak bisa kabur.

"Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan tentangku! aku tidak tahu apa anggapanmu tentang kita selama ini! aku tidak tahu bagaimana perasaanmu tentang tugasmu! yang kutahu adalah.. . . . .

Aku!

Tidak!

Perduli!

Dengan!

Semua! itu!

"Dengarkan aku baik-baik!. . aku jujur saat bilang ingin membantumu! aku serius saat ingin berguna untukmu! dan aku tidak main-main saat aku bilang tidak ingin meninggalkanmu! lalu ingat juga ini! waktu yang kuhabiskan untuk mengejarmu sama sekali tidak sia-sia dan waktu yang kuhabiskan denganmu itu menyenangkan! apa kau pahaaaam!.. . . ."

Naruto yang melihat langsung ke mata Hanabi akhirnya merasakan ada sesuatu yang putus di kepalanya. Dia merasa kalau dia sudah kalah telak. Dia memegang dadanya dengan erat tapi tindakan itu sama sekali tidak ada pengaruhnya terhadap pikirannya.

". . . . . Sekarang kau benar-benar sudah melakukannya. . ."

Kali ini Naruto yang berdiri lalu memegang dengan Kuat pundak Hanabi. Dengan muka bingung Hanabi melihat ke wajah Naruto, tapi sebelum dia berhasil melakukannya tubuh gadis kecil itu terdorong ke belakang dan terjatuh ke atas kasur yang ada di belakangnya.

"Aku harus mengehentikan semua ini sebelum aku tidak bisa kembali lagi!."

"Naruto. . ."

Secepat kilat, Naruto ikut Naik ke atas kasur. Kedua tangannya kali ini dia gunakan untuk memegang kedua pergelangan tangan Hanabi dan menahannya agar tidak bisa digerakan, setelah itu pemuda itu menempatkan lututnya di selangkangan Hanabi.

"Dari tadi kau terus bilang membantu, membantu, membantu! bagaimana kalau kau mulai membantuku sekarang!? membantuku melepaskan stressku!."

". . ."

"Kau paham yang kumaksud kan? apa aku harus mengatakannya secara langsung?."

Sebelum Naruto benar-benar tidak bisa menahan dirinya sendiri dia harus memaksa seseorang agar menyuruhnya berhenti. Dan untuk melakukannya dia tidak perduli meski pada akhirnya dia harus dibenci sebagai akibatnya.

"Han. . . ."

Hanya saja gadis kecil yang ada di bawahnya tidak melawan, tidak berteriak dan tidak meminta Naruto untuk berhenti. Tapi semua hal itu tidak Hanabi lakukan bukan karena dia sudah menyerah setelah kalah adu fisik dengan Naruto. Malah sebaliknya.

"Kau benar-benar keras kepala!. ."

Pesan yang Hanabi sampaikan sangat jelas. Seperti yang sudah dia katakan sebelumnya, jika kau perduli padaku maka aku akan memperdulikanmu dan jika kau tidak meninggalkanku aku juga tidak akan meninggalkanmu. Dengan kata lain, Hanabi percaya kalau Naruto punya keperdulian yang lebih dari cukup untuk membuatnya tidak akan menyakiti dirinya.

Melihat kekeraskepalaan Hanabi, Naruto memutuskan untuk maju lebih jauh. Dia menurunkan tubuhnya dan mendekatkan wajahnya pada wajah Hanabi. Dengan hal itu, Hanabi yang sedari tadi menatapnya secara langsung memutuskan untuk menutup matanya dengan erat. Dengan sangat erat sambil mengepalkan tangannya.

Naruto ingin terus maju, tapi di saat hidungnya hampir menyentuh hidung kecil Hanabi dia berhenti.

Dari matanya yang tertutup rapat, ada linangan air mata yang mengalir, jika gadis itu membuka matanya Naruto yakin dia akan bisa melihatnya matanya yang sudah basah. Selain itu dia juga melihat usaha keras Hanabi untuk mengunci bibir mungilnya agar tidak mengeluarkan suara tangis. Kemudian yang terakhir, dengan mengepalkan tangannya kuat-kuat Hanabi mencoba menghentikan tubuhnya yang bergetar.

". . . . . . ."

Bodoh!.

Meskipun selalu bertingkah dewasa, Hanabi tetaplah seorang anak kecil. Meskipun dia itu pintar, tapi tetap saja dia masih mengandalkan perasaan saat memutuskan untuk mendatanginya. Lalu, meskipun dia keras kepala tapi tidak mungkin dia tidak merasa takut.

Dia merasa takut, tapi dia menahan dirinya. Dan dia menahan rasa takutnya itu hanya untuk Naruto.

"Sudah cukup Hanabi."

Naruto melepaskan pegangan tangannya lalu berdiri dan menjauhi Hanabi.

Untuk suatu alasan membayangkan wajah ketakutan Hanabi saat melihatnya membuat Naruto merasa lemah. Dia merasa menyesal.

"Lebih baik kau keluar Hanabi, kurasa kita sudah tidak mungkin bisa bicara dengan normal sekarang."

Tapi dia tidak meminta maaf.

Hanabi kembali duduk dan mengusap air matanya sedangkan Naruto kembali duduk dan mengalihkan pandangannya ke tempat lain.

"Dengarkan aku Hanabi, aku tidak tahu apa yang membuatmu bisa sepercaya itu padaku, tapi jika kau ingin membalas budi karena aku dulu pernah membantumu dulu, kau sudah melakukannya lebih dari cukup! dan biar kuberitahu juga sesuatu! aku tidak suka tuan putri yang menangis."

Dalam dongeng, air mata seorang tuan putri adalah sebuah kutukan. Dengan hanya menangis dia bisa membuat seorang kesatria mau mengorbankan nyawanya hanya untuk membuat si tuan putri berhenti menangis. Dan Naruto tidak menyukainya.

Air mata itu tidak lebih berharga dari nyawa seseorang. Lalu, kebodohan si kesatria membuat seakan nyawanya sendiri tidak punya harga. Penghargaan dan nama tidak akan ada gunanya saat kau sudah mati.

"Aku harap kau bisa mengerti."

"Um.."

Hanabi mengangguk dan mengambil peralatan makan mereka lalu berjalan menuju pintu. Tapi sebelum keluar dia kembali berbalik dan bilang.

"Hari ini aku akan pulang, tapi itu tidak ada hubungannya dengan semua ini."

"Aku tahu itu."

Naruto paham betul kalau baginya, ibunya adalah orang paling penting sedunia. Oleh karena itulah dia harus kembali untuk membantunya yang sedang terkena masalah.

"Lalu. . terima kasih sudah membukakan jalan."

". . . ."

Naruto memasang muka sebal. Sekali lagi, salah satu rencananya sudah dibongkar oleh Hanabi.

Tujuan dari memperlebar garis pertahanan bukanlah hanya untuk mengambil supply pasukan musuh saja, tapi juga untuk mendorong musuh lebih jauh. Dan sebab di salah satu tempat ada sebuah bebatuan tinggi tidak mungkin pasukan musuh bisa mundur ke sana.

Dengan kata lain, Naruto sengaja membuat area kosong agar bisa Hanabi lewati dengan aman.

Dengan begitu, Hanabi memulai persiapannya untuk kembali ke rumahnya. Kembali untuk menemui masalah lain.


Untuk suatu alasan Author lagi semangat banget nulis, jadi tolong kasih semangat tambahan supaya author bisa nyelesein chapter terakhir tanpa harus nunggu setahun. Yes, chapter depan adalah chapter terakhir. Rekor.


Sekedar Note saja.
Bukan cuma Naruto, Author juga ikutan klepek-klepek pas ngerasain dedikasinya Hanabi.
Jangan lupakan kalau Hanabi itu masih anak raja, jadi Naruto gak bisa sembarang bilang kalau "aku ini lolicon" kaya author.