Potongan apel terakhir baru saja ditelan Takius saat terdengar suara pintu kayu besar di belakang didorong tertutup oleh petugas berbaju hitam barusan. Kelihatannya acara akan segera dimulai karena ruangan sudah semakin ramai. Dari suara di sekeliling, Takius bisa memperkirakan bahwa setidaknya sudah ada 80 orang dalam ruangan auditorium tersebut.

"Hei! Asap apa itu di tengah?" teriak salah satu peserta, membuat semua mata tertuju pada panggung auditorium.

Nampak asap dari lantai panggung auditorium keluar semakin banyak dan tebal. Kepulan asap itu lalu berputar membentuk semacam tornado hitam kecil dengan kilat kilat kecil yang bersuara gemuruh di dalamnya. Samar sama terlihat bayangan dua orang di dalam tornado yang sedang melangkah keluar. Akhirnya terlihat jelas, seorang penyihir lelaki tua dan seorang wanita muda keluar dari tengah tornado meninggalkan asap yang semakin menipis di belakangnya.

"Saudara saudaraku sekalian! Aku Hyuga Maximus, ketua Asosiasi Penyihir dan Sejarawan mengucapkan selamat datang dan terima kasih atas kesediaannya hadir dalam Konferensi 5 Tahunan tahun ini!" suara berat berwibawa dari penyihir tua tersebut bergema memenuhi auditorium disusul tepuk tangan meriah dari para peserta.

"Astaga, dasar pak tua narsis!"

"Tahun ini untung hanya memakai tornado kecil"

Takius tersenyum tipis mendengar bisik bisik julid di sekitarnya. Dia teringat pengalamannya saat datang ke konferensi dulu bersama Zephyr. Setelah acara selesai, Zephyr menunjuk Hyuga Maximus dari kejauhan, memberitahu Takius bahwa orang tersebut adalah ketua asosiasi. Kemudian Zephyr bersungut menyebutkan bagaimana Hyuga barusan membuka konferensi dengan masuk dari jendela menaiki kereta yang ditarik dua ekor pegasus dan menyebut Hyuga sebagai pak tua narsis.

Seingat Takius, Hyuga Maximus yang pernah dilihatnya dulu adalah seorang kakek tua bertubuh tinggi besar dengan rambut putih panjang yang ditarik licin dan diikat ke belakang. Dia mengenakan kacamata bulat dan memelihara kumis jenggot putih panjang yang juga disisir terikat rapi di ujungnya. Penampilannya terlihat klimis berwibawa dengan setelan jubah putih bersih dan sebuah tongkat berkepala naga hijau yang dibawanya. Siapa sangka sosok berwibawa itu aslinya adalah seorang narsis yang senang membuat pertunjukan aneh tiap membuka konferensi.

Dengan pengalaman bagaimana konferensi dibuka hari ini, Takius setuju dengan ucapan Zephyr dulu bahwa Pak Tua Hyuga ini memang tergolong narsis untuk ukuran umur tua dan jabatan tingginya.

Seandainya Takius bisa melihat, ia akan melihat bahwa Hyuga Maximus yang berada di atas panggung sekarang masih sama saja dengan yang pernah dilihatnya dulu. Tetap terlihat klimis berwibawa dengan jubah putih bersih dan tongkat berkepala naga hijau. Hampir tak ada perubahan di wajahnya, bahkan keriput juga mungkin tidak bertambah.

Di samping Hyuga, berdiri seorang wanita muda dengan rambut hitam sebahu. Wanita berparas cantik dengan kulit agak gelap tersebut mengenakan kemeja biru tua dilapisi jaket kulit dan celana panjang hitam. Sepatu boots hitam selutut membungkus kakinya yang jenjang, menimbulkan kesan tubuhnya yang tinggi menjadi semakin tinggi meskipun belum setinggi Hyuga yang berada di sebelahnya. Takius mulai mendengar bisik bisik memuji kecantikan wanita yang seharusnya adalah tamu dalam acara hari ini.

"Hari ini kita kedatangan seorang tamu dari jauh. Mungkin sudah banyak yang pernah mendengar nama Nico Robin dan juga cerita tentang dirinya. Saat ini dia dan kelompoknya sedang dalam kejaran World Government sehingga aku harus jauh jauh menjemputnya ke tengah lautan untuk memastikan keamanannya. Ternyata malah hidupku yang tidak aman karena aku hampir dikeroyok oleh teman temannya. Hahahahaha…." kelakar Hyuga disambut tawa peserta lain sementara Robin hanya tersenyum tipis.

Hyuga mengetukkan tongkatnya ke lantai dan dua buah sofa tunggal dengan lengan empuk muncul di atas panggung. Dia berjalan menghampiri salah satu sofa sambil mempersilahkan Robin untuk duduk di sofa satunya "Mari, mari, silakan duduk Nona"

Dengan anggun, Robin duduk sambil menyilangkan kakinya di sofa tersebut. Hyuga bersandar di sofa satunya sambil membuka pembicaraan "Baiklah, Nona Robin. Terima kasih sudah menyempatkan diri untuk hadir dalam acara ini. Aku pribadi masih ingat dulu pernah berjumpa dengan Nona Robin yang masih kecil di Pulau Ohara. Nona adalah sosok yang terkenal di kalangan sejarawan karena kejeniusan di usia muda. Tapi mungkin masih ada beberapa peserta yang belum mengenal Nona Robin sebelumnya jadi silakan Nona memperkenalkan diri dahulu"

"Halo, selamat pagi semuanya. Saya Nico Robin dari kelompok Straw Hat Pirates. Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih banyak kepada Tuan Hyuga Maximus yang repot repot menyempatkan diri untuk datang sendir mengundang dan menjemput saya ke tengah lautan, apalagi di tengah situasi yang kurang baik antara kelompok saya dengan World Government. Namun, Tuan Hyuga berani menjamin keselamatan saya selama diundang ke acara ini sehingga teman teman mengijinkan saya untuk bepergian beberapa hari. Saya ingat waktu kecil sempat bertemu Tuan Hyuga saat beliau berkunjung ke Pulau Ohara untuk menemui almarhum teman baik saya, Profesor Clover. Untunglah Tuan Hyuga tidak berubah sama sekali dibandingkan 20 tahun lalu sehingga saya masih mengenali beliau dan bisa menyelamatkannya sebelum beliau dikeroyok oleh teman teman saya yang curiga dengan kemunculan pria asing" gurau Robin disambut tawa Hyuga dan para peserta.

Dari cara bicara Robin dan komentar komentar kecil yang didengar Takius di sekelilingnya, dia bisa menyimpulkan sekilas bahwa wanita bernama Nico Robin ini berparas cantik dengan kepribadian yang tegas dan pintar berbicara.

"Nah, Nona Robin saat ini adalah satu satunya arkeolog di dunia yang bisa membaca huruf Poneglyph dan juga sempat menghilang belasan tahun dari peredaran sebelum akhirnya terdengar kabar bahwa Nona bergabung dengan kelompok Straw Hat Pirate. Selama rentang waktu tersebut, aku mendengar gosip bahwa Nona tengah meneliti dan mencari Poneglyph di berbagai tempat. Bagaimana Nona Robin, apakah bisa berbagi pengetahuan dengan kami mengenai penelitian Nona? Tentu saja topik ini akan sangat menarik bagi kita semua karena penyihir dan sejarawan tidak terpisahkan selama ratusan tahun"

"Baiklah Tuan Hyuga, saya akan berbagi sedikit hal yang mungkin akan terdengar menarik bagi para peserta lain. Sebelumnya, saya ijin dahulu memberikan penjelasan awal bagi peserta yang mungkin masih belum mengenal Poneglyph…." Robin mulai menjelaskan secara umum mengenai Poneglyph dan disimak oleh para peserta dengan serius.

Takius ikut mendengarkan dengan serius. Poneglyph adalah sesuatu yang misterius baginya karena Zephyr pernah berkata bahwa pulau berisi para sejarawan yang bisa membaca Poneglyph telah dimusnahkan beserta dengan para penghuninya sehingga dipercaya bahwa tidak ada lagi orang yang bisa membaca Poneglyph. Siapa sangka hari ini ada kesempatan emas untuk mendengar penjelasan tentang Poneglyph secara langsung dari orang yang bisa membacanya.

Menghabiskan masa kecil di perpustakaan pusat pengetahuan dunia dan darah Nico Olvia yang mengalir dalam dirinya memang membuat Robin memiliki pengetahuan luas. Ditambah lagi dia juga pandai menjelaskan, kata kata yang dipilihnya mudah untuk dipahami oleh para peserta yang awam dengan Poneglyph. Sesekali Hyuga akan menimpali dengan candaan atau melontarkan pertanyaan menarik yang semakin menambah seru suasana.

"Menarik sekali, ternyata wanita ini adalah satu satunya orang yang bisa membaca Poneglyph saat ini. Tadi dia bilang pernah bertemu Hyuga Maximus saat masih kecil 20 tahun lalu. Orang di belakangku tadi berkata bahwa Nico Robin ini menjadi buronan sejak umur 8 tahun. Kalau begitu berapa umurnya sekarang? 28? 30? Berarti dia belajar sejak masih sangat kecil. Pantas saja dia disebut jenius!" batin Takius kagum dalam hati.

Lama kelamaan Takius bukan lagi menyimak mengenai Poneglyph. Fokusnya justru bergeser ke suara Robin yang terdengar jernih dan tegas. Wanita arkeolog itu menjelaskan dengan penuh semangat, sangat terlihat betapa dia menguasai dan juga mencintai bidang sejarah.

Indera pendengaran adalah andalan Takius untuk menggantikan indera penglihatannya yang tertutup. Saat ini suara Robin adalah satu satunya suara yang terdengar di auditorium, tapi dia tidak fokus mendengarkan apapun materi mengenai Poneglyph. Sesungguhnya dia lebih menikmati bagaimana alunan suara Robin bergema dalam auditorium dan masuk ke dalam telinganya.

Ada sensasi tidak dikenal seperti suara itu menjalar dari telinga bercampur dengan aliran darahnya, mengalir ke bagian bagian tubuh lain. Rasanya seperti merinding aneh yang menyenangkan. Tapi demi kesopanan, Takius berusaha menyetel posisi duduknya tetap lurus menghadap panggung sambil menopang dagu dengan satu tangan yang bertumpu di meja seolah tengah serius mendengarkan materi Poneglyph.

"Hmm, aku penasaran seperti apa penampilan wanita cerdas itu. Dari tadi aku mendengar banyak yang memuji bahwa dia cantik dan eksotis dengan kulit gelapnya. Apa aku coba membuka sedikit penutup mataku untuk mengintip sebentar saja? Ah, jangan.. Jangan! Pikiran konyol macam apa ini? Aku sudah berjanji pada Guru Zephyr untuk tidak akan membuka penutup mata ini" Takius kaget sendiri dengan pikiran impulsifnya.

Penutup mata itu tak pernah lepas dari matanya sebagai bentuk latihan dari Zephyr. Bahkan pergi mandi sekalipun Takius tetap mengenakannya. Meski penutup mata itu tak sengaja lepas atau bergeser saat bertarung, gadis mage itu dengan gesit akan membenarkan posisinya kembali. Bagaimana mungkin terlintas di pikirannya untuk membuka penutup mata tersebut hanya karena rasa penasaran sesaat?


Author's Notes:
Hyuga Maximus adalah OC buatan Author. Silakan bayangkan dia sebagai campuran Rayleigh dan Dumbledore.