"Hoam..."
Seorang pemuda surai hitam sedang rebahan di pagar beton jembatan. Raut wajahnya yang kusut dan sesekali menguap membuat dia terlihat suram. Karena hari masih pagi, jadi suhu sekitar masih cukup dingin. Tanpa sengaja iris mata hitamnya melirik seorang bocah yang sedang memberi makan ke para burung merpati yang tak jauh darinya. Ia melakukan gerakan tangan yang aneh.
[Fuuton: Daitoppa]
Bola angin berukuran kecil keluar dari mulutnya meluncur ke arah burung-burung merpati itu. Tekanan anginnya memang tidak melukai mereka, tapi itu cukup untuk membuat para hewan bersayap itu terbang sehingga bocah itu terkejut dan memandang sang pemuda yang melakukannya dengan mata berkaca-kaca.
"Kau!? Akan kuadukan pada ibuku! Huaaa..." teriak bocah itu berlari masuk kedalam kota sambil menangis. Pemuda yang jadi pelaku utamanya hanya mendengus pelan melihat sikap bocah cengeng itu. Ia kembali melanjutkan rebahannya seperti ia tidak merasa bersalah sama sekali akibat perbuatannya.
Niatnya sih mau tidur, tapi...
"Naruto-kun, kamu lagi-lagi iseng."
Naruto- nama pemuda itu mendongak saat ada yang memanggilnya. Mata kanannya menangkap seorang gadis surai coklat panjang sedang berkacak pinggang padanya.
"Aku bosan, Amber."
Amber yang dapat balasan malas dari Naruto hanya menghela nafas. Sikap pemuda itu yang tak bisa di tebak, sering jahil maupun perkataannya yang asal ceplos membuat orang yang mengenal Naruto jadi jengkel sendiri, termasuk dirinya.
"Daripada begitu, lebih baik ikut bersamaku, Naruto-kun."
Naruto memandang penampilan Amber yang seperti biasanya, lengkap dengan busur di tangan gadis itu.
"Jean memberimu misi apa?" tanya Naruto penasaran dengan perintah Grandmaster Knights of Favonius kepada Amber. Biasanya kalau gadis itu berpenampilan lengkap, berarti ada misi yang di ambilnya.
Amber mengelus dagunya sembari melihat ke langit untuk berfikir sesaat "Menurut informasi, di daerah utara ada wilayah Hilichurl yang cukup besar. Karena dikhawatirkan akan mengganggu manusia, Jean-san memberikan misi untuk mengintai terlebih dahulu keadaan disana." jawab Amber panjang lebar namun tak ada balasan dari lawan bicaranya. Saat menengok kembali, alisnya berkedut-kedut kalau ternyata Naruto sudah berbalik badan dan memunggungi dirinya.
"Tidak tertarik."
Gyut
"Aduh-duh. Hei! Kenapa kau menarik telingaku?" keluh Naruto meringis kesakitan saat telinga kanannya di tarik oleh Amber.
"Itu karena kau mengabaikanku." Perempatan tercipta di dahi Amber karena kesal terhadap pemuda itu. Sudah capek-capek ia berfikir untuk menjelaskan misinya, ternyata Naruto membalasnya dengan singkat dan mengabaikannya.
"Pokoknya Naruto-kun harus ikut denganku." lanjut Amber tetap menjewernya dan mulai menggeretnya yang membuat Naruto mau tidak mau harus ikut gadis bermata kuning itu.
"Hoi! Lepaskan! Telingaku bisa copot. Aku tidak mau ikut!"
Gyut
"Itai..."
"Tidak akan ku lepas, Naruto-kun."
"Dareka? Tasuke- GYAAA!"
Penduduk Mondstadt yang kebetulan berada di luar kota termasuk penjaga gerbang langsung Sweatdrop saat melihat gadis itu menyeret paksa dengan menarik telinga pemuda tersebut sehingga korban yang di seret berteriak meminta pertolongan.
Awali pagi dengan tontonan penyiksaan.
.
Berpindah ke arah utara yang cukup jauh dari kota, Amber telah sampai di lokasi yang di maksud. Tapi ekspresinya langsung terdiam begitu saja saat ia mengintip tempat misinya dari atas tebing yang agak jauh dari sana. Bagaimana tidak, Wilayah monsternya hampir 3/4 dari luas kota Mondstadt. Selain itu di sana banyak sekali monster-monster seperti Hilichurl, Abyss Mage sampai monster tingkat tinggi seperti Ruin Guard dan sejenisnya yang Amber yakini jumlahnya tak sedikit.
'Ini diluar perkiraan.' batin Amber berkeringat dingin. Ia tidak akan sanggup untuk melakukannya sendiri.
Grroookkkk
Suara dengkuran yang cukup terdengar di telinganya. Amber lantas memandang Naruto yang ternyata sudah tidur duluan dengan kedua tangannya sebagai bantal sehingga Amber dengan cepat berada di atas tubuh Naruto dan langsung mengarahkan pukulannya ke wajah pemuda itu.
Tap
"Kenapa kau suka sekali ingin memukulku?" ujar Naruto membuka mata kanannya setelah menangkis pukulan Amber yang membuat gadis itu kesal.
"Apa kau tidak lihat kalau di sini ada keadaan yang berbahaya, hah?"
Naruto terdiam sebentar saat Amber memarahinya. Ia menyeringai tipis saat memikirkan balasan yang tepat membuat Amber merasakan firasat buruk dengan seringaian dia. Belum sempat gadis itu merespon, Naruto langsung menarik dan memeluk perempuan berumur 18 tahun itu ke atas tubuhnya.
Grep
"Baka! Apa yang kau lakukan!? Lepaskan!" Amber memberontak karena ia di peluk dengan erat. Namun itu sepertinya tidak berhasil karena Naruto menguncinya dengan mengalungkan tangannya ke arah pinggangnya dengan sangat kuat. Apa dia tidak mengerti juga dengan apa yang terjadi saat ini!?
Huft
"Kyah!"
Naruto meniup pelan tepat di telinga Amber sehingga gadis itu menjerit kecil. "Kau tahu, Amber? Aku bisa saja menyerangmu saat ini karena kau terus memarahiku."
Blush
Wajah Amber memerah hebat dikala Naruto berbisik di telinganya yang suaranya terasa begitu maskulin. Ia bisa merasakan detak jantungnya yang berdegup kencang, apalagi mereka berdua saat ini dalam posisi yang memalukan baginya. "Itu- kyah~ jangahhnn di sanaaahhh~" desah Amber tak jadi membalas perkataan Naruto disaat pemuda itu menggigit pelan telinganya yang merupakan area sensitifnya sehingga tubuhnya sedikit bergetar.
Mendengar suara desahan Amber tentu saja membuat Naruto semakin bersemangat yang akibatnya desahan sang gadis semakin keras.
"Ah~ tidak. Onegai~ uhh Gomenasai~"
Naruto menghentikan kegiatannya saat mendengar nada memohon dari Amber. Ia tersenyum kemenangan tatkala memandang wajah merona gadis pemakai Vision Pyro itu.
"Kawai~ ne" kata Naruto tambah menggodanya sehingga gadis itu memerah sempurna. Ia bisa melihat asap keluar dari telinga Amber.
"Mou~ baka baka baka!"
Amber memukul-mukul pelan dada Naruto sambil mengucapkan kata baka berulangkali membuat lawan bicaranya tertawa kecil dengan tingkahnya yang menurut pemuda itu sangat imut.
.
Setelah melakukan drama picisan yang bisa membuat Kaeya berstatus jomblo ngenes menangis anime, Naruto telah berdiri dan memandang wilayah para monster itu.
"Jadi, sekarang bagaimana?" tanya Naruto tanpa melihat Amber yang terengah-engah.
Gadis pemanah itu sedang mengatur pernafasannya. Walau mereka telah kembali normal, tapi wajah Amber masih sedikit merona saat mengingat sebelumnya. "Mereka terlalu banyak. Kita berdua tidak akan sanggup untuk memusnahkan mereka." ucap Amber mengikuti arah pandang Naruto untuk melihat musuh-musuhnya di dalam misi tersebut.
"Lalu?"
Amber memandang Naruto dengan tatapan serius. "Kita harus kembali ke Jean-san untuk meminta ba-"
"Itu tidak perlu."
"Eh? apa?"
Naruto menangkat lengan kanannya untuk mengambil sesuatu yang menutupi mata kirinya selama ini.
"Karena aku sendiri yang akan memusnahkan mereka semua."
Amber tersentak disaat nada bicara Naruto berubah menjadi dingin setelah melepas penutup matanya. Ia memandang pemuda itu yang di kelilingi aura berwarna ungu yang ia tak tahu apa itu. Di detik berikutnya, samar-samar ia mendengar Naruto berbisik...
[Susano'o]
Wush
Grek
Grek
Mata Amber melebar saat aura Naruto membesar kemudian membentuk tulang rusuk berukuran besar yang mengelilingi tubuh Naruto lalu kedua tulang lengan yang masing-masing lengannya memiliki dua tangan muncul setelahnya di ikuti tengkorak kepala. Tak hanya itu, makhluk tengkorak itu kembali berevolusi dengan otot-otot mulai membungkusnya dan berubah drastis sehingga sekarang sudah terbentuk monster Humanoid setengah badan secara sempurna.
Walau hanya setengah badan, Susano'o milik Naruto sangat besar dan tingginya sampai 7 meter.
Amber tanpa sadar melangkah mundur dengan apa yang lihat saat ini. Bukan hanya besar, ia bisa merasakan aura gelap yang penuh kebencian di sana.
'Makhluk apa itu? Begitu gelap dan dingin. Naruto-kun, Kenapa kau bisa memiliki ini? Siapa kau sebenarnya?'
Bruk
Amber jatuh terduduk. Ia sangat ketakutan dengan apa yang ia rasakan saat ini. Ia memang sudah tahu kalau Naruto memiliki kekuatan yang tak seperti kebanyakan orang di dunia ini yang harus memiliki Vision untuk mengeluarkan elemen mereka, berbeda dengan Naruto yang cukup melakukan gerakan tangan yang aneh di mata mereka, dia bisa mengeluarkan elemen yang tak hanya satu tapi 3 sekaligus yang tentu saja membuat ia dan teman-temannya terkejut dan shock melihat hal yang mustahil di dunia saat pertama kali bertemu dengannya.
Tapi ia tak pernah dengar kalau Naruto bisa mengeluarkan makhluk menyeramkan itu bahkan sejak setahun yang lalu mereka saling mengenal!
.
Sementara itu di tempat lain, seorang remaja yang sedang duduk di atas pohon tiba-tiba menghentikan memetik lyra nya sebab ia merasakan kekuatan asing, namun mengenal siapa pemiliknya.
"Hm? Apa yang dilakukan Naruto?"
Remaja surai hitam di beberapa bagiannya warna hijau memandang ke arah kekuatan yang dirasakannya. Tak lama, ia turun dari pohon dan berlari menuju sumbernya.
"Rasanya... seperti sesuatu yang penuh dengan kebencian." desisnya menambah kecepatan larinya.
.
Aura dari Susano'o Naruto terasa sampai ke wilayah para monster target misi. Monster-monster itu sempat terdiam sesaat sebelum Naruto menyadari kalau dari gerak-gerik mereka akan kabur!
"Takkan ku biarkan kalian lari!"
Lengan kiri Susano'o di angkat mengeluarkan elemen petir yang membentuk busur panah dan membidik ke arah target. Saat busur itu di tarik tali petirnya, anak panah petir yang sangat panjang muncul dengan posisi siap di tembakkan. Kemudian tangan kanan Naruto membentuk gerakan dengan jari telunjuk dan tengahnya sama-sama berdiri.
Dan terakhir Naruto menyebutkan jurusnya saat ini.
[Raiton: Raijin no Ya]
Wush
Panah petir besar itu meluncur dengan cepat. Begitu sampai ke tanah...
Duarrr
Blarrrr
Ledakan besar di sertai suara yang begitu nyaring tercipta setelah panah petir Naruto mengenai wilayah monster-monster itu. Angin kencang di sertai debu begitu pekat menyebar ke segala arah.
.
"Bukalah matamu, Amber."
Suara maskulin nan pelan memasuki gendang telinganya, Begitu Amber membuka matanya, ia merasakan kalau dirinya berada di gendongan Naruto bak putri.
"Daijobu?" tanya Naruto dengan lembut.
Amber mengangguk. Tak ada lagi makhluk besar menyeramkan sebelumnya, dan penutup mata pemuda itu juga sudah terpasang. Ia ingin berbicara, namun suara menyelanya-
"Aaah~ Lihat apa yang kau perbuat. Kau bisa membuat orang-orang Mondstadt panik tahu."
Pemuda-pemudi itu menengok ke arah kiri, di sana ada seorang remaja laki-laki memakai pakaian hijau. Posturnya yang terlihat seperti perempuan membuat orang lain bisa salah paham.
Naruto menghela nafas, ia tahu pemuda itu. Ia menurunkan Amber dari gendongannya. "Kurasa aku terlalu berlebihan, Venti."
"Tentu sajalah!" balas Venti galak.
Amber hanya bingung dengan obrolan keduanya. Ia juga kenal Venti. Sampai ia tersentak, tunggu! bagaimana dengan misinya?
Matanya melebar, tak bisa menahan keterkejutan dari apa yang ia lihat. Yang sebelumnya tempat itu penuh wilayah Hilichurl sekarang sudah rata dengan tanah, bahkan berbentuk kawah yang jauh lebih besar dari wilayah monster tersebut. Dan lebih penting lagi, monster-monster itu semuanya menghilang.
"Naruto-kun, Apa yang kamu lakukan tadi!? Dan apa makhluk yang di kelilingmu barusan!? Jawab aku!"
Pertanyaan beruntun yang ada di pikirannya langsung Amber ucapkan pada Naruto. Ia sangat ingin tahu apa yang terjadi sebelumnya.
Sementara Naruto hanya tersenyum kecil. Ia melakukan sesuatu.
Tuk
Ternyata dia menyentuh kening Amber dengan dua jarinya membuat gadis itu melenguh pelan.
"Baiklah, tapi tidak di sini. Aku akan menceritakannya."
"Benarkah? Janji ya~"
"Aku berjanji."
Senyuman merekah di wajah cantik Amber. Kalau begini, ia pasti akan mendapat jawaban karena ia tahu kalau Naruto tidak pernah menarik kata-katanya.
Amber memegang kedua sisi pipi Naruto dan mulai mendekatkan wajahnya. Naruto sedikit tersentak apa yang di lakukan Amber, sebelum ikut mendekatkan wajahnya dengan sedikit menunduk karena perbedaan tinggi badan.
Cup
Kedua bibir insan itu menyatu dalam bentuk yang bernama ciuman. Tak ada nafsu, hanya perasaan cinta dan kasih sayang yang ada di dalamnya. Tak lama, ciuman itu berakhir. Wajah Amber memerah begitu pun Naruto yang merona tipis setelah melakukan ciuman.
"Mau pulang?" ajak Naruto mengulurkan tangannya.
"Ya."
Amber menerima uluran tangan Naruto. Mereka lalu berjalan meninggalkan tempat tersebut sambil bergandengan tangan sehingga suasana romantis pun terpancar di sekeliling mereka.
Namun sepertinya mereka melupakan satu hal.
"Aku tidak apa-apa kok di abaikan. Dunia kan serasa milik mereka berdua. Sungguh." ujar Venti menangis ala anime.
Ia menyesal datang ke sini.
