Naruto by Masashi Kishimoto
Warning: Typo, Lemon, Smut, NC and etc.
Pairing: Naruto x Guren.
••
•
Yellow's Desire : Crystal Charm
Tsunade menatap lekat Naruto, dirinya tampak puas melihat kesungguhan yang tercipta di raut wajah pemuda pirang itu.
"Sialan, melihatmu memohon memang kelemahanku. Baiklah, Naruto. Akan kubiarkan Guren dan Yuukimaru menetap di Konoha." Tsunade berkata seraya menghela napasnya, semua orang disana terkecuali Naruto sangatlah terkejut dengan keputusan Tsunade.
Naruto tersenyum gembira, "Terima kasih, Baachan! Aku takkan mengecewakanmu!" Tsunade menyeringai, "Tidak secepat itu, Naruto. Aku punya dua syarat yang harus kau patuhi."
Naruto mengerutkan keningnya bingung, kemudian Tsunade melanjutkan bicaranya. "Aku mau mereka diawasi dengan ketat selama satu bulan dibawahmu, dan aku sangat mengharapkan keberadaan Guren bisa ikut membantu Konoha, dengan pengetahuan dan kekuatannya. Apa kau bisa menyakinkan Guren untuk melakukannya, Naruto?"
Naruto mengangguk mantap, "Aku akan menjaga mereka, Baachan. Kupastikan mereka bukan ancaman untuk Konoha dan soal yang kedua, aku akan membicarakan padanya terlebih dahulu, kita lihat hasilnya nanti."
Tsunade tersenyum puas, "Baiklah, kalian boleh pergi dan beristirahat. Aku bebas tugaskan kalian selama seminggu, kecuali Naruto, kau takkan diberi misi selama sebulan untuk mengawasi Guren dan Yuukimaru."
Seusai Naruto dan lainnya pergi meninggalkan ruangan Hokage, tersisa Shizune, Kakashi dan Yamato disana. Mereka terlihat meragukan keputusan Tsunade yang membiarkan Guren dan Yuukimaru tinggal di Konoha.
"Apa ini tidak akan membahayakan desa, Tsunade-sama? Kau tahu jika dewan mendengar ini, ini akan menjadi masalah." Ujar Shizune, Yamato juga terdengar setuju.
Tsunade tak menjawabnya, malah beralih menatap Kakashi, "Kau tidak menentang keputusanku, Kakashi?" Kakashi menggeleng, "Aku memilih untuk percaya pada Naruto, aku yakin anak itu sudah merubah banyak pikiran Guren."
Tsunade mengangguk, "Seperti keyakinanku pada Naruto, aku selalu percaya bahwa dia memiliki kekuatan dalam dirinya, sehingga ia mampu merubah pikiran orang hanya dengan usaha ceramahnya yang konyol." Ucap Tsunade sambil terkekeh, mengingat kembali pemuda pirang kekanakan yang bermulut besar itu.
"Memang terlihat tak meyakinkan, namun aku ingin melihat sejauh apa Naruto mampu mengubah orang lain karena usahanya." Lanjut Tsunade, ia memangku kedua tangannya di meja hokage.
"Aku sendiri yang akan menghentikannya apabila terjadi sesuatu, kalian tak perlu khawatir." Tsunade mendapat tanggapan berupa anggukan dari ketiga orang yang berada di hadapannya itu.
Kuharap Naruto berhasil melakukannya. Batin Tsunade.
••
•
Kini Naruto berada di rumah sakit Konoha, ia hendak mengunjungi Guren dan Yuukimaru yang masih belum sadar dari koma akibat luka yang di dapatnya saat pertempuran itu.
Jinchuriki Kyuubi itu membuka pintu kamar secara perlahan, dan iris matanya menemukan dua sosok yang dikenalnya berbaring tak berdaya di tempat tidur.
Naruto menatap Yuukimaru, bocah itu benar-benar berada diambang kematian saat chakranya dikuras habis untuk mengendalikan ekor tiga. Beruntung karena dengan adanya Sakura dalam misi itu, mereka masih bisa selamat dengan pertolongan pertama.
Pemuda pirang itu pun duduk diantara mereka berdua, dengan tubuhnya yang menghadap Yuukimaru dan membelakangi Guren. "Akhirnya kau menemukan tempatmu kembali, Yuukimaru. Aku turut senang untukmu." Gumam Naruto seraya mengelus rambut Yuukimaru.
Tanpa Naruto sadari, wanita dengan surai biru keunguan itu telah terbangun dan menatapnya dengan lekat sembari tersenyum. Naruto merasakan sebuah gerakan di belakangnya, yang pasti bukan Yuukimaru, pemuda itu segera menoleh.
"Guren-san, kau sudah sadar?" Suara Naruto terdengar khawatir ketika melihat Guren yang sudah berada dalam posisi duduk di kasurnya. Naruto segera menghampiri wanita itu.
"Iya, bahkan sudah dari tadi malam." Balas Guren singkat, seraya menatap Naruto yang mencemaskannya.
Naruto menggeleng, "Kau tahu, kau belum boleh duduk. Kau tidak ingat perutmu habis ditusuk? Bagaimana jika lukanya terbuka kembali?" Guren tersenyum gemas melihat kekhawatiran Naruto yang berlebihan.
"Kupikir kau hanya pemuda yang bodoh dan menyebalkan, aku tak tahu kau bisa seperhatian ini padaku, Naruto." Ungkap Guren yabg membuat Naruto tersipu. "Kau tahu, aku hanya melakukan ini untuk Yuukimaru."
Guren memalingkan wajahnya sebal, "Tetap saja, kau tak perlu mencemaskanku sampai segitunya. Mau ditaruh dimana harga diriku?"
Naruto tersenyum jahil, "Heh, memangnya ketika di perut ekor tiga siapa yang menyelamatkanmu? Apa kau tak ingat pernah di gendong olehku? Tak semua wanita merasakannya, kau termasuk yang beruntung, kau tahu!" Ujar Naruto menyombongkan dirinya, Guren menatap Naruto kesal.
"Bisakah kau tidak mengungkitnya? Kau membuatku malu, bodoh! Lagipula kenapa aku harus merasa berutung pernah di gendong olehmu, dasar aneh." Ucap Guren malu seraya memalingkan wajahnya. Jauh di lubuk hatinya, ia tak sepenuhnya membenarkan ucapannya. Karena tanpa Naruto, ia mungkin takkan keluar dari perut ekor tiga hidup-hidup. Ia malah bersyukur bahwa pria kuning ini tak meninggalkan dirinya begitu saja di perut ekor tiga.
"Huh, kau dan gengsimu yang tinggi. Semua wanita memang begitu, ya." Naruto berkata seraya menertawakan dirinya sendiri, Guren merasa sedikit menyesal akan ucapannya tadi pada pemuda pirang itu.
"Memang apapun yang kulakukan, takkan pernah diakui hebat oleh orang lain. Tapi aku sudah terbiasa dengan itu, berarti ini menandakan aku harus menjadi lebih kuat untuk membawanya kembali!" Ujar Naruto seraya tersenyum dan bangkit, hendak meninggalkan ruangan itu.
Naruto tersenyum seraya menggaruk belakang kepalanya, "Kurasa kau tak mau diganggu ya, Guren-san? Aku pergi dulu kalau begitu, aku akan mengunjungi kalian lagi nanti."
Naruto pun berbalik hendak berjalan pergi, namun pemuda itu merasakan tangannya digenggam dengan hangat oleh Guren. "Ada apa, Guren-san?"
Guren menunduk, "Maafkan aku, Naruto. Aku bohong, aku bersyukur kau telah menyelamatkanku. Aku senang kau begitu peduli pada Yuukimaru, aku senang kau tetap menerimaku walau aku pernah menjadi musuhmu. Aku mengakuimu, kau adalah seorang shinobi yang hebat. Kau pasti akan mencapai mimpimu." Suara Guren terdengar gemetar seperti ingin menangis, Naruto segera menghadap Guren dan memegang bahu wanita itu.
"Terima kasih telah menyelamatkanku, Naruto." Guren memeluk tubuh kekar Naruto yang berdiri di hadapannya, Naruto sempat terkejut sebelum akhirnya ikut melingkarkan lengannya di punggung Guren.
"Dan terima kasih telah mengakuiku, Guren-san. Aku senang karena keberadaanku terasa berarti untukmu." Ucap Naruto, Guren pun mengangguk.
Keduanya pun melepaskan pelukannya, dan saling menatap lama hingga seseorang mengagetkan mereka. "Mau sampai berapa lama kalian saling bertatapan?" Keluh suara itu, yang tak lain lagi adalah Sakura yang datang untuk memeriksa keadaan Guren dan Yuukimaru.
Naruto dan Guren membelalakan matanya, keduanya segera menjauh dari satu sama lain. Naruto menggaruk tengkuknya, "Baiklah, kurasa ini saatnya pemeriksaan. Aku akan kembali lagi nanti, Guren-san." Ucap Naruto seraya tersenyum kikuk.
Guren mengangguk kaku, "I-iya, silahkan kembali lagi nanti, Naruto-kun." Balas wanita itu gugup, Sakura memicingkan mata ke arah Naruto.
"Apa yang kau lakukan kali ini, Naruto?! Kau tidak memacari Guren-san, kan?!" Tanya Sakura kesal, Naruto dan Guren menggeleng cepat. "Apa maksudmu, Sakura-chan? Aku tidak–" Ucapan Naruto yang belum selesai pun dipotong oleh Guren.
"Iya, kami tidak berpacaran. Kau tenang saja, dia tak melakukan hal aneh kok." Ujar Guren tenang, seraya menatap Naruto seakan memberi isyarat agar pemuda itu segera pergi. Naruto mengangguk dan keluar dari ruangan itu, Sakura menatapnya tak percaya.
"Ah, Naruto itu benar-benar." Gumam Sakura pelan seraya menghampiri Guren untuk memeriksanya.
Sementara itu Naruto yang baru saja keluar dari ruang inap Guren terlihat gugup dan wajahnya memerah. Naruto-kun? Aneh sekali, tidak mungkin dia memanggilku begitu, pasti aku salah dengar. Batin Naruto.
••
•
2 minggu kemudian.
Guren dan Yuukimaru telah keluar dari rumah sakit, penyembuhan mereka berjalan dengan cepat karena stamina mereka yang perlahan memulih dengan baik.
Kini kedua orang itu berada di ruangan hokage, bersama Naruto tentunya. Mereka semua menunduk di hadapan Tsunade yang tengah memperhatikan mereka.
"Jadi bagaimana, Naruto? Apa hasilnya?" Tanya Tsunade yang mendapatkan reaksi bingung dari Guren, sedangkan Naruto hanya tertunduk.
"Maafkan aku, Baachan. Aku belum memberitahu apapun padanya." Ujar Naruto, Guren semakin penasaran dengan arah pembicaraan ini.
Tsunade mendesah, "Ah, kupikir kau melakukan usaha yang terbaik untuk ini, Naruto. Apa kini aku tak bisa mengandalkan bocah nakal kesayanganku lagi, huh?"
"Jangan bicara begitu, Baachan! Aku bukan anak kecil lagi." Ucap Naruto cemberut karena godaan Tsunade padanya.
Karena tak mengerti situasinya, Guren pun memutuskan untuk angkat bicara. "Maaf, Hokage-sama. Saya tak mengerti apa yang dibicarakan disini, namun apa ada hal yang bisa kami lakukan untuk membalas budi kalian pada kami?"
Naruto terkejut, Tsunade menatap Guren dengan pandangan yang dalam. "Aku mau kau mengabdikan dirimu pada Konoha, Guren-san. Itu pun kalau kau setuju, aku takkan memaksamu. Bagaimanapun juga kau berhak memutuskan hidupmu sendiri."
"Namun, jika kau tak setuju. Maka dengan berat hati, aku akan memintamu dan Yuukimaru untuk meninggalkan Konoha. Mengingat kau adalah mantan musuh kami, kami tak bisa membiarkanmu di Konoha tanpa alasan." Lanjut Tsunade sembari menghela nafasnya, Naruto terlihat kesal.
"Apa-apaan itu, Baachan?! Jika kau mengusirnya, mereka akan tinggal dimana?" Naruto berkata dengan emosi tersulut, namun Tsunade tak marah. Karena wanita pirang itu tahu betul sifat Naruto.
Yuukimaru yang sedari tadi hanya diam mendengar pembicaraan mereka, kini buka suara. "Apakah kita akan meninggalkan Naruto-niichan? Aku tak mau meninggalkannya, dia yang membantuku menemukan tempat kembaliku. Kita tak bisa meninggalkannya, Guren-san."
Guren menatap lekat wajah Yuukimaru yang memelas, kemudian Naruto, yang membuat sebuah senyuman tercipta di wajah wanita itu. "Aku menerimanya, Hokage-sama. Aku akan mengabdikan diriku pada Konoha, aku akan melakukannya untuk Yuukimaru dan Naruto."
Naruto tercengang, Tsunade tersenyum bangga. "Baiklah. Sebagai permulaan, aku mau kau dan Yuukimaru tinggal bersama Naruto supaya dia dan aku mudah mengawasimu."
Sekarang Guren yang tercengang, sama seperti Naruto yang menatap balik Tsunade. "Ti-tinggal bersama Naruto? Hokage-sama, apakah itu benar-benar diperlukan?"
Tsunade mengangkat kedua bahunya seraya terkekeh, "Maafkan aku, sudah prosedur desa kami agar kami melakukan penjagaan ketat pada calon shinobi dari luar yang akan kami seleksi."
Tsunade hanya bisa menahan tawanya ketika melihat Naruto dan Guren memasang raut wajah kaget dan tak percaya, yang bahkan terlihat konyol baginya.
"Ta-tapi, Baachan.." Naruto tampak memelas tak terima dengan keputusan Tsunade, Tsunade hanya mengerang malas.
"Tidak ada tapi, Naruto. Aku tak mau mendengar alasan apapun, karena sejak awal kau yang memaksaku untuk melakukan ini." Tsunade menatap Naruto dalam, Naruto pun mengangguk. "Baiklah, Baachan."
Kemudian Tsunade pun beralih menatap Guren, "Pesan untukmu, Guren-san. Datanglah bersama Naruto ke lapangan latihan tiga minggu depan, kita akan mengujimu disana."
Guren mengangguk patuh, "Baiklah, Hokage-sama." Tsunade menyela, "Tolong panggil dengan namaku saja, aku tak suka dipanggil begitu."
"Baiklah, Tsunade-sama." Ucap Guren seraya membungkuk pada Tsunade. Tsunade tersenyum, "Yosh, kalian boleh pergi. Jangan lupa pesanku untuk minggu depan, ya!"
Naruto dan Guren mengangguk, keduanya berbalik dan menuntun Yuukimaru untuk keluar dari ruangan Tsunade. Tsunade tersenyum licik sesaat mereka meninggalkan ruangan, karena sebenarnya ia hanya mengerjai Naruto.
Tidak ada aturan bodoh yang mengharuskan Guren diawasi selama 24 jam oleh Naruto, itu hanya akal-akalan Tsunade karena ia sengaja menyuruh Guren dan Yuukimaru untuk tinggal bersama pemuda pirang itu agar Naruto kesulitan mengatasi keadaan itu.
Maaf ya, Naruto. Kau berhasil meyakinkan wanita itu, tapi mengerjaimu juga tak kalah menyenangkan bagiku, aku tak bisa untuk tidak lebih bangga padamu. Batin Tsunade di dalam hatinya.
••
•
Naruto mengantar Guren dan Yuukimaru ke apartemennya, Guren agak terkejut melihat keadaan apartemen Naruto yang cukup berantakan.
"Kau tahu, aku tinggal sendiri dan sering sekali sibuk berlatih, jadi aku jarang berbenah. Maaf kalau agak berantakan, ya. Aku janji akan selalu menjaganya tetap rapi selama kalian disini." Ujar Naruto tak enak seraya menggaruk tengkuknya.
Guren menggeleng, "Tak apa, Naruto. Biar aku membantumu membereskan ini." Naruto terlihat tak setuju dengan wanita itu, "Tidak, biar aku yang membersihkannya. Kalian tamuku, aku tak ingin menjadi tuan rumah yang buruk, kau tahu."
"Kita akan tinggal bersama selama satu bulan ke depan, Naruto. Akan berat bagimu jika mengurus kebutuhan rumah sendirian, biar kami membantumu." Ujar Guren seraya mengelus bahu kekar Naruto.
"Asal kau tahu, aku tak keberatan melakukannya. Ini bentuk terima kasihku padamu." Lanjut Guren yang mendapat anggukan dari Naruto. "Terima kasih, Guren-san."
Keduanya mulai membereskan apartemen Naruto, mulai dari ruang tengah, dapur hingga kamar lelaki itu. Saat sedang berbenah, Naruto teringat bahwa ia hanya memiliki satu kamar di apartemen ini, akan menjadi dua jika ruangan kecil di samping kamarnya bisa diubah menjadi kamar.
Ia segera membuat kage bunshin untuk membersihkan ruangan kecil itu agar dapat mengubahnya menjadi kamar, yang sontak saja mengejutkan Guren.
"Mau apa kau dengan bunshin itu?" Tanya Guren heran. Naruto terkekeh, "Menyediakan satu kamar lagi untuk kalian."
Setelah beberapa saat, mereka pun selesai berbenah dan telah membersihkan diri mereka. Bunshin Naruto juga telah selesai mengerjakan tugasnya, mereka berhasil mengubah ruangan kecil itu menjadi kamar yang cukup layak untuk ditempati.
"Baiklah, Yuukimaru. Kamarmu ada disana, disamping pintu kayu itu, dan lebih baik kau tidur sekarang karena sudah larut." Perintah Naruto pada Yuukimaru, bocah itu mengangguk patuh. "Baiklah, Naruto-niichan dan Guren-san, selamat malam." Pamit bocah itu sebelum berlari ke kamarnya, meninggalkan Naruto dan Guren di ruang tengah.
"Dan untukmu, silahkan pakai kamarku, Guren-san. Aku akan tidur di sofa, jadi selamat malam." Naruto berkata seraya tersenyum, namun mendapat balasan tajam dari Guren.
"Kau akan tidur di sofa terus selama satu bulan ke depan? Yang benar saja, Naruto! Aku takkan membiarkanmu, ayo kita tidur bersama di dalam kamar." Ujar Guren sebal seraya menarik pemuda pirang itu dengan cepat menuju kamarnya.
Sesampainya di kamar Naruto, mereka berdua hanya duduk terdiam di pinggir kasur milik Naruto. Keheningan yang tercipta membuat Naruto angkat bicara, "Kau tahu, futon yang tersisa di rumahku sudah dipakai oleh Yuukimaru di kamar sebelah, jadi lebih baik aku tidur diluar, Guren-san."
Guren menahan Naruto, "Bagaimana jika kau kedinginan? Tidak ada bantal, bahkan selimut disana! Kau akan sakit jika tidur diluar."
Naruto tersenyum kikuk, "Mau bagaimana lagi, Guren-san? Itu sudah resiko, lagipula aku tak keberatan dengan ini semua."
"Namun aku yang keberatan, Naruto. Malam ini, kita akan tidur bersama! Kau dan aku akan berbagi kasur disini." Perintah Guren dengan nada memaksa, Naruto terlihat ragu. "Tapi Guren-san, Aku–"
"Sudahlah, ayo cepat tidur!"
Kasur Naruto memang cukup luas untuk dua orang, namun saat ini entah mengapa terasa sangat sempit bagi Naruto. Pemuda pirang itu berusaha memejamkan matanya, tapi sulit baginya untuk terlelap ketika mengetahui ada wanita dewasa yang tidur di sampingnya.
Naruto memang sudah menyimpan rasa suka pada Guren, sesaat setelah kejadian di rumah sakit waktu itu yang membuatnya menyadari bahwa ia tertarik dengan wanita yang sudah matang.
Saat ini, Naruto tidur membelakangi Guren. Ia bisa merasakan hembusan nafas hangat yang teratur milik wanita itu di tengkuk lehernya, dan bisa ia pastikan bahwa wanita itu tengah tidur pulas sekarang.
Jinchuriki Kyuubi itu berbalik menghadap Guren yang terlelap, ia bisa melihat belahan dada Guren dibalik kimono yang dikenakannya. Naruto menggeram pelan, seketika gairahnya bangkit begitu saja, celananya terasa sesak.
"Sial, sial, sial. Aku ingin meremas dadanya." Gumam Naruto pelan, tangan pemuda pirang itu bergerak membuka pakaian yang dikenakan Guren, menampilkan payudara yang ranum dan besar, walau tidak seperti Tsunade. Putingnya yang berwarna merah muda terlihat mencuat minta dihisap, membuat Naruto bernafsu saat itu juga.
Naruto mendekatkan wajahnya ke dada Guren, dan segera melumat puting milik wanita itu. Ia juga menurunkan celananya yang telah sesak sedari tadi karena kejantanannya yang membesar.
Tangan Naruto mulai mengocok kejantanannya sendiri, sembari mulutnya yang terus menghisap payudara Guren. Hingga akhirnya Naruto pun mencapai batasnya, dan keluar di paha Guren.
Pemuda pirang itu berpikir bahwa ia sudah cukup gila karena berani melakukan ini, namun tampaknya penisnya masih belum puas dan menginginkan lebih.
Sial, kenapa belum turun juga. Batin Naruto tak karuan. Matanya melirik ke tubuh bagian bawah Guren, tangannya dengan ragu menyingkap kimono yang dikenakan oleh wanita itu, dan menemukan vagina Guren yang terlapisi celana dalam tipis berwarna hitam.
Naruto bergerak ke bawah, ia melebarkan kaki Guren secara perlahan dan menarik celana dalam itu hingga terlepas melalui kaki jenjangnya. Jemari Naruto memainkan klitoris Guren dengan canggung.
"Jadi ini yang namanya vagina." Gumam Naruto seraya mendekatkan wajahnya pada vagina Guren, ia mengeluarkan lidahnya untuk menjilat area kewanitaan Guren.
Selama ini dia hanya bisa membayangkan keindahan tubuh wanita melalui novel erotis Jiraiya yang ia baca secara sembunyi-sembunyi. Dan sekarang, tubuh indah seorang wanita dewasa yang hampir telanjang telah tersaji di hadapannya, tentu ia takkan melewatkan momen ini untuk melepas keperjakaannya.
Setelah merasa vagina Guren sudah cukup basah untuk dimasuki, Naruto menarik kepala menjauh. Ia langsung membuka seluruh pakaiannya, dan mengarahkan penisnya ke dalam vagina Guren. Ia bisa melihat bahwa wanita dengan surai biru keunguan itu masih tertidur dengan pulas, terlepas dari apa yang barusan dilakukan olehnya.
Maafkan aku, aku tahu kau akan marah nanti. Tapi aku tak bisa menahannya, maafkan aku, Guren-san. Batin Naruto takut di dalam hatinya. Ia tahu ia akan melakukan sesuatu yang tak terpuji, dan itu bukan seperti dirinya. Ia tahu bahwa ia sudah kalah terhadap nafsu yang dimilikinya.
Naruto mendorong pinggulnya, memaksa penis besarnya untuk merangsek ke dalam liang senggama Guren. Perasaan yang penuh dan sedikit sakit akhirnya membangunkan Guren dari tidurnya.
Guren terbelalak ketika merasakan seseorang memasuki dirinya, ia lebih terkejut ketika mengetahui bahwa itu Naruto. "Na-naruto, apa yang kau lakukan?"
Naruto tersentak mendengar suara Guren, mengetahui bahwa wanita itu sudah terbangun dari tidurnya membuat penisnya semakin mengeras di dalam vagina wanita itu.
"Maafkan aku, Guren-san! Biarkan aku melakukannya hanya untuk malam ini!" Gumam Naruto seraya menghentakkan pinggulnya, memaksa kejantanannya untuk masuk sepenuhnya ke dalam Guren hingga menabrak rahimnya.
Sial, penisnya dalam sekali. Batin Guren terkejut. Guren merasakan bagian bawahnya terasa nyeri dan nikmat disaat yang bersamaan, membuat tubuhnya gemetar karena menerima hentakan penis Naruto.
Naruto mulai menggerakkan pinggulnya, menghantam penisnya keluar masuk vagina Guren, membuat wanita itu mengeluarkan erangan mesum dari mulutnya.
"Sial, Naruto! Pelan-pelan, atau kau akan–ahh!" Ucapan Guren terhenti begitu saja ketika penis Naruto mengenai titik sensitifnya.
"Maaf, Guren-san. Aku akan menyelesaikan ini dengan cepat." Ujar Naruto seraya terus melajukan gerakannya. Ia juga melahap payudara ranum Guren yang berada di depan matanya.
"Mmph, sialan kau Naruto! Ahh, k-kau akan membuatku keluar!" Rintih Guren yang ingin mencapai batasnya, tangannya memeluk punggung tegap Naruto yang berada di atasnya, kaki jenjangnya juga bergerak melingkari pinggul milik pemuda pirang itu.
Tampaknya Naruto juga hampir mencapai batasnya, "Aku akan keluar, Guren-san. Aku akan keluar!" Ucap Naruto sebelum ia menancapkan kejantanannya jauh ke dalam vagina Guren, dan membiarkan spermanya keluar memenuhi rahim wanita itu.
Naruto ambruk begitu saja di atas tubuh Guren, wanita itu menatap Naruto dengan pandangan yang sulit diartikan. Ia tak percaya bahwa ia baru saja diperkosa oleh Naruto, pemuda pirang ceria yang terlihat bodoh di matanya. Ia tak pernah menyangka bahwa Naruto sangat hebat di ranjang, membuatnya terlihat seperti pria yang perkasa.
"Naruto.. Itu menakjubkan." Ujar Guren pelan, membuat Naruto tersadar seketika bahwa ia sedang menindih tubuh mungil Guren, ia pun segera berguling ke samping wanita itu.
Naruto segera duduk menghadap Guren, badannya terlihat membungkuk. "Maafkan aku, Guren-san. Aku pasti sudah tak waras karena sudah memperkosamu barusan. Kumohon jangan laporkan ini pada nenek Tsunade." Pinta Naruto dengan nada memelas, karena ia yakin apabila kejadian ini terdengar oleh Tsunade, ia bisa dihabisi olehnya.
Guren bangkit dari posisi tidurnya, ia menggeleng seraya mengelus surai pirang Naruto. "Kau tahu, kau sempat mengejutkanku tadi. Namun aku senang karena itu kau, Naruto. Kupikir aku diperkosa oleh pria lain."
Naruto mendongak, menatap Guren bingung. "Maksudmu, jadi kau tidak marah padaku?" Guren menggeleng seraya tertawa, "Buat apa marah padamu? Aku juga sudah menduga ini akan terjadi, Naruto. Menurutmu apa yang akan terjadi bila wanita dan pria dewasa tidur di kamar yang sama?"
Naruto tersenyum kikuk mendengarnya, "Maafkan aku, Guren-san." Guren hanya tertawa pelan, "Baiklah, aku memaafkanmu." Tangan wanita itu menarik Naruto untuk berbaring di pelukannya, wajah Naruto kembali memerah karena posisi payudara Guren yang berada di depan mukanya.
"Kau tahu, aku terkejut mengetahui bahwa kau sangat hebat tadi. Kau pasti sudah memiliki banyak pengalaman dengan wanita." Ucap Guren sembari mengelus surai pirang Naruto. Naruto menunduk malu, "Sebenarnya aku masih perjaka, Guren-san."
Mendengar itu, Guren sontak menjauhkan tubuhnya dari Naruto. "A-apa katamu? Kau adalah perjaka?" Tanya wanita itu gugup.
Naruto mengangguk, Guren menatapnya tidak percaya. "Ugh, bagaimana bisa ditiduri seorang perjaka bisa begitu nikmat, Naruto? Katakanlah kau berbohong."
"Tidak, Guren-san. Aku memang masih perjaka, kau adalah orang pertama yang kutiduri." Sanggah Naruto, wajah Guren seketika memerah padam. "Kenapa kau memberikan keperjakaanmu padaku, Naruto? Seharusnya kau memberikannya pada orang yang kau cintai." Ujar Guren lembut, seraya menatap dalam Naruto.
Naruto menggeleng, "Aku tak menyesal memberikannya padamu, karena mungkin aku sudah jatuh cinta padamu." Ucapan Naruto membuat Guren tersipu, "Yang benar saja, itu konyol sekali, Naruto!"
"Memang awalnya aku berpikir seperti itu, namun setelah kenal denganmu, melihatmu tidur di sampingku dengan begitu tenang, rambut birumu yang indah terurai saat kau terlelap, membuatku tak bisa menahan rasa sukaku padamu, Guren-san." Ungkap Naruto seraya menatap wajah Guren dan mengelus lembut pipi wanita itu.
"Kau menyukaiku, Naruto? Kau tahu aku lebih tua darimu, kamu pantas mendapatkan yang lebih baik dariku." Balas Guren lesu, berusaha menutupi perasaannya yang kalut, karena sesungguhnya Guren juga menyukai Naruto.
Namun setelah apa yang mereka lalui, ia tak merasa pantas untuk bersama Naruto. Walaupun Naruto berkata bahwa dia menyukai dirinya, ia tak bisa menerima pemuda itu.
"Aku menginginkanmu, Guren. Kau pantas mendapatkanku, dan sekarang katakan padaku, apa kau merasakan hal yang sama terhadapku?" Tanya Naruto seraya menatap lekat manik hitam legam Guren.
Ditatap seperti itu merupakan kelemahan Guren saat ia ingin berbohong, ia tak bisa menyembunyikan perasaannya.
"Aku mencintaimu, Naruto. Rasa suka ini bahkan sudah muncul saat kau menyelamatkanku di perut ekor tiga, tapi aku tak pantas untukmu, Naruto. Setelah apa yang aku lakukan padamu, kau pantas mendapatkan gadis–" Ucapan Guren yang gemetar seketika terhenti ketika Naruto mencium dan melumat bibir merah itu dengan nafsu, seakan mengundangnya untuk melakukan ciuman panas. Guren yang terbuai dengan perlakuan Naruto terhadapnya, memutuskan untuk membalas ciuman itu.
Seusai keduanya puas, ciuman mereka pun terlepas, menyisakan benang saliva diantara mereka. Guren kemudian berbicara, "Aku tak bisa menyembunyikannya lagi, aku menginginkanmu, Naruto!"
Naruto mengangguk, seraya mengecup bibir Guren mesra. "Aku juga menginginkanmu, Guren-chan. Bibir ini, tubuh ini, semuanya milikku."
Guren meraup bibir Naruto, melumatnya pelan sebelum memelas di hadapan pemuda pirang itu. "Buat aku menjadi milikmu, setubuhi aku lagi, Naruto."
Kejantanan Naruto kembali mengeras mendengar suara memelas namun sensual yang Guren keluarkan, pemuda itu menyeringai. "Kurasa ada ketagihan dengan penis perjaka, ya?"
Guren memalingkan wajahnya malu, "Cepatlah, Naruto. Aku ingin penismu berada di dalamku."
"Tenang saja, Guren-chan. Kita punya waktu yang banyak untuk bermain." Ucap Naruto dengan seringai mesum, bersiap melancarkan kembali serangannya pada Guren.
Desahan dan erangan terus terdengar dari kamar Naruto, bahkan hingga hari sudah berganti. Keduanya tumbang begitu melihat matahari muncul melalui jendela kamar Naruto.
••
•
End!
•
••
Halo, ini seri kedua dari Yellow's Desire. Buat yang enggak tahu sama karakter Guren, dia adalah kunoichi yang muncul di episode filler Naruto Shippuden. Anyway, feel free untuk menulis review apapun agar menjadi perbaikan buat author. Terima kasih buat yang sudah mengunjungi laman ceritaku!
