Omake :

Tak terasa waktu berlalu dengan cepat di Konoha, begitupun dengan Guren dan Yuukimaru yang kini telah tinggal bersama Naruto selama seminggu.

Guren benar-benar dibuat kagum dengan betapa kuatnya stamina Naruto, pemuda perkasa yang tidak membiarkannya istirahat untuk waktu yang lama, karena ketika malam tiba, yang mereka lakukan adalah bercinta dengan keras di kamar Naruto hingga pagi.

Sebenarnya Guren tak merasa keberatan sama sekali dengan itu, mengingat ia dan Naruto saling mencintai dan telah menjadi sepasang kekasih sekarang. Namun, tetap saja penilaian orang terhadap hubungannya dengan Naruto membuat wanita itu gelisah.

Bagaimana jika hubungan keduanya ditentang oleh semua orang? Bagaimana jika Naruto kembali terluka karenanya? Ia sangat khawatir karena tak menginginkan sesuatu yang buruk terjadi lagi pada Naruto, pemuda itu sudah cukup menderita karena banyak hal, ia tak ingin menambah bebannya.

Lamunan Guren terhenti ketika sebuah tangan kekar bergerak memeluk perut telanjangnya, sebuah senyuman terbentuk di wajah Guren ketika menemukan kekasih pirangnya telah terbangun dari tidurnya.

"Selamat pagi, pemalas." Ujar Guren seraya mengelus surai pirang Naruto, Naruto cemberut. "Itu bukan sapaan yang benar, tapi selamat pagi, Guren-chan."

Naruto bangun dari posisi tidurnya, kepalanya bergerak mendekati wajah Guren dan segera melumat bibir merah itu dengan panas.

"Morning kiss, sayang." Ucap Naruto setelah menyelesaikan ciumannya, Guren memalingkan wajahnya yang memerah karena malu. "Konyol sekali, Naruto."

Naruto melihat sekeliling, mata birunya beralih menatap jam weker di nakas yang berada di sebelah tempat tidurnya. Matanya membelalak kaget ketika mengetahui hari sudah siang.

"Sial, kita harus siap-siap pergi sekarang, Guren-chan!" Ujar Naruto seraya berdiri dan memakai pakaiannya secara terburu-buru. Guren menatap Naruto dengan heran.

"Kenapa buru-buru sekali? Memangnya kita mau pergi kemana hari ini?" Tanya Guren polos, Naruto menepuk dahinya.

"Kau lupa hari ini kita ada pertemuan di lapangan tiga dengan nenek Tsunade untuk mengujimu? Jangan bilang kalau kau lupa, sayang." Tanya Naruto penuh selidik, Guren hanya tersenyum tak enak.

"Kau benar, aku lupa. Aku akan segera bersiap." Ucap Guren seraya berlari ke kamar mandi.

••

Kini Naruto dan Guren telah tiba di pintu masuk lapangan tiga, setelah berjalan sebentar, mereka menemukan sosok seorang wanita dari kejauhan.

"Kau terlambat, Naruto." Tegur Tsunade sebal, pasalnya ia sudah menunggu kedatangan mereka selama 30 menit disini.

Naruto menggaruk tengkuknya, "Maaf, Baachan. Kau tahu, tadi terjadi sesuatu." Ucapan Naruto yang ambigu membuat Guren menyembunyikan wajahnya karena malu, ia mengutuk Naruto yang asal bicara.

Tsunade menyeringai, "Jadi, kau melakukan itu sampai pagi? Dasar anak nakal." Naruto dan Guren terbelalak ketika mendengar omongan Tsunade, mereka terdiam sebentar.

"Ba-bagaimana kau tahu, Baachan?" Tanya Naruto panik, sedangkan Guren mendesah sebal karena pertanyaan Naruto yang secara tak langsung membenarkan pernyataan Tsunade tadi.

"Jadi itu benar? Kalian sudah melakukannya, bahkan sampai pagi? Haha, dasar anak muda." Ujar Tsunade seraya tertawa melihat ekspresi Naruto yang tersipu.

Guren menggeleng ragu, "Ti-tidak, Tsunade-sama. Kami tak melakukan apapun." Tsunade berjalan dan merangkul bahu keduanya, "Kau tahu, sebenarnya ini rencanaku untuk menyuruh kalian tinggal bersama. Aku tahu ini akan terjadi, tapi aku masih tak percaya Naruto kecil yang kukenal bisa melakukannya selama itu."

Wajah Guren dan Naruto memerah padam mendengar ucapan mesum Tsunade, Naruto mendorong dirinya menjauh dari Tsunade. "Apa-apaan itu, Baachan? Jadi ini semua sudah direncanakan?"

Guren juga menatap Tsunade dengan penuh tanya, Tsunade menghela nafasnya dan mulai menjelaskan. "Kalian tahu, tak ada aturan yang mengharuskan Guren tinggal bersama Naruto untuk diawasi. Aku hanya ingin menjodohkan kalian dan membuat Naruto kerepotan, itu saja."

Naruto menatap Tsunade kesal, "Kau licik sekali, Baachan!" Tsunade tersenyum mengejek, "Tapi kau menyukainya, kan? Akui saja, Naruto. Dasar bocah mesum, kau seperti Jiraiya."

"Argh, kau benar-benar menyebalkan. Dasar nenek tua!" Ucap Naruto spontan tanpa berpikir, Tsunade terlihat marah. "Apa katamu?! Coba katakan lagi, bocah!"

Guren menatap keduanya yang tengah bertengkar di hadapannya dengan tawa kecil, hatinya sungguh tenang melihat hubungan yang hangat antara Naruto dan Tsunade.

Meskipun begitu, Guren berutang terima kasih pada Tsunade. Karena keputusan konyolnya, ia dan Naruto memiliki kesempatan untuk mengakui perasaan satu sama lain dan menjadi sepasang kekasih. Wanita itu mulai merasa nyaman ketika melihat reaksi Tsunade yang tenang saat mengetahui hubungannya dengan Naruto.

Setelah pertengkaran kecil Naruto dan Tsunade berakhir, datanglah Kakashi, yang menjadi penguji Guren di seleksi ini.

"Tsunade-sama, apa kita perlu melakukan ini? Aku sudah pernah melawan Guren-san dan aku tahu persis kemampuannya, dia setara dengan Jounin elit." Ucap Kakashi yang ragu, Tsunade mengangguk.

"Aku ingin melihat kemampuan jurusnya, Kakashi. Aku tahu kau sudah pernah menghadapinya, tapi aku mohon kerjasamamu, ya?" Kakashi mengangguk patuh, "Jika kau sudah bicara begitu, aku tak bisa menolaknya, bukan? Kalau begitu mari kita mulai."

Saat melawan Kakashi, Guren melakukan jurus elemen kristal miliknya dengan sempurna, membuat Tsunade seketika kagum dengan kemampuannya. Naruto menatap kekasihnya dengan pandangan yang berseri, tak jarang ia juga menyoraki kekasihnya itu.

Seleksi Guren berakhir dengan cepat, Tsunade terlihat berpikir sebentar sebelum memutuskan sesuatu. "Kau diterima, Guren. Datanglah ke kantorku untuk mengisi formulir ninja. Kau akan kutempatkan di posisi Jounin elit, sama seperti Kakashi. Namun kuanggap kau mampu bekerja sendiri seperti Anbu karena kemampuanmu yang hebat."

Naruto menatap Tsunade bingung, "Jadi dia tak memiliki tim nya sendiri?" Tsunade mengangguk, "Guren tak membutuhkannya, dia hebat untuk melakukan sebuah misi seorang diri."

"Kalau begitu, pasangkan aku dengan Guren, Baachan!" Pinta Naruto malu-malu, Tsunade tersenyum menyebalkan. "Kau itu Genin, Naruto. Kau tak pantas berpendapat dalam penempatan Guren, kau tahu?"

Naruto menggeram sebal karena Tsunade mengungkit pangkatnya yang masih Genin. "Kenapa kau harus menyebutkannya, Baachan? Kau membuatku malu!" Tsunade terkikik, "Ara, malu sama pacarmu, ya?"

Naruto dan Guren menunduk seketika, sembari menyembunyikan rona merah di pipi mereka. Tsunade tahu rasa cinta tengah tumbuh di antara mereka berdua. "Kau tahu, aku akan membiarkanmu melakukan banyak misi dengan Guren sebagai duo, dia yang akan mengawasimu sebagai atasanmu. Itupun kalau kau tak keberatan dengan Genin nakal ini, Guren."

Naruto cemberut ketika Tsunade memanggilnya Genin lagi, Guren tertawa kecil. "Tentu saja, Tsunade-sama. Aku tak keberatan jika harus membawa dan mengurus Genin lucu seperti Naruto-kun."

Naruto mendongak menatap Tsunade dengan tatapan girang, ia bergegas memeluk Tsunade. "Terima kasih, Baachan! Aku menyayangimu!"

Tsunade terkekeh seraya membalas pelukan Naruto, "Ada ada saja kau, Naruto. Dasar anak nakal."

Guren menatap momen itu dengan tersenyum bahagia, mungkin ini keputusan yang terbaik baginya dan Yuukimaru. Memutuskan untuk ikut ke Konoha dan tinggal dengan Naruto bukanlah sesuatu yang diduga olehnya. Namun kini wanita dengan surai biru keunguan itu senang bahwa ia menemukan masa depan dan alasannya untuk bertahan disini.

Jika memang kita benar-benar ditakdirkan bersama, aku menantikan masa depanku bersamamu, Naruto. Guren tenggelam di dalam pikirannya, seraya iris matanya yang terus menatap lekat pemuda pirang kecintaannya yang tengah tertawa lebar di hadapannya.

••

End!

••