Shinobi of Tempest
Bab 11 : Vesta
Keesokan harinya,
Pagi itu, meskipun Naruto dan Rimuru sama-sama tidak terlalu antusias dengan acara pernikahan mereka, di Ibukota Rimuru, atau Negri Federasi Jura Tempest, tampak lebih hidup dari biasanya. Para penduduk, dari Gobuta, Gobozu, hingga para Hobgoblin dan monster lainnya, berkumpul di tengah desa untuk menyaksikan pernikahan sederhana yang telah lama dibicarakan. Beberapa dari mereka sibuk memasang dekorasi sederhana, sementara yang lain tertawa riang sambil membicarakan betapa uniknya pernikahan ini.
Di sebuah ruangan kecil yang disiapkan untuk acara tersebut, Naruto dan Rimuru bersiap-siap. Naruto, dengan wajah sedikit tegang, berdiri di depan cermin sambil mengenakan pakaian pernikahan yang diberikan oleh Shuna. "Rimuru... Aku masih nggak percaya kita benar-benar melakukannya," gumam Naruto pelan.
Rimuru yang sedang mengenakan pakaian pernikahannya, tersenyum kecil. "Percayalah, aku juga nggak pernah berpikir kalau hidupku akan berubah sejauh ini. Tapi, di dunia ini, semuanya mungkin saja, Naruto."
Naruto tertawa kecil sambil merapikan pakaiannya. "Ya, benar juga. Tapi tetap saja, ini agak aneh. Aku bahkan nggak punya perasaan seperti itu untukmu, Rimuru."
Rimuru menepuk bahu Naruto sambil tertawa. "Tenang saja, Naruto. Ini hanya formalitas. Lagipula, setelah semua ini selesai, kita bisa kembali ke urusan yang lebih penting, seperti membangun federasi."
Di luar, Gazel Dwargo sudah menunggu dengan senyuman yang sulit ditahan. Raja Dwarf itu jelas sekali menahan tawa ketika melihat persiapan pernikahan dua makhluk beda spesies yang jika dilihat dari kacamata orang normal, maka pernikahan yang ada di Jura Tempest adalah sesuatu yang diluar kata normal, alias kelainan.
"Ahahaha! Pernikahan ini akan jadi sejarah, Naruto. Ini benar-benar sesuatu yang belum pernah dilihat dunia sebelumnya!" seru Gazel sambil menepuk-nepuk punggung Naruto dengan kuat, membuat Naruto sedikit meringis.
"Ya, ya, aku tahu... kau tidak perlu mengingatkanku terus," balas Naruto dengan nada kesal, namun ia tetap berusaha tersenyum.
Shuna, yang bertindak sebagai "pengatur acara," tersenyum hangat melihat Rimuru dan Naruto. "Rimuru-sama, Naruto-dono, kalian berdua terlihat sangat serasi. Ini mungkin bukan pernikahan besar, tapi semua orang di desa sangat menantikannya."
Rimuru hanya tersenyum, sementara Naruto menghela napas panjang. "Yah, yang penting semua orang senang, kan?"
Ketika waktu acara tiba, semua penduduk desa berkumpul di lapangan kecil yang dihiasi sederhana dengan bunga-bunga liar dan kain-kain berwarna cerah. Para goblin dan monster bawahan Rimuru duduk di barisan depan, sementara Gazel duduk di tempat khusus, masih tersenyum lebar.
Di altar sederhana yang dibuat dari batu, Rimuru dan Naruto berdiri berdampingan, keduanya tampak sedikit canggung. Benimaru, Shion, dan Shuna berdiri di dekat mereka, mendukung dengan senyum mereka yang penuh kebanggaan.
"Dan sekarang, kita menyaksikan pernikahan pertama dalam sejarah antara manusia dan slime!" seru Gobuta, yang entah bagaimana dipercaya untuk menjadi pengatur jalannya acara. "Rimuru-sama dan Naruto-dono akan menjadi pasangan yang paling kuat di seluruh Hutan Jura! Hahaha!"
Naruto mengerutkan kening, tetapi dia tetap diam. Rimuru, di sisi lain, hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum kecil. Ia tahu betul bahwa ini hanya bagian dari lelucon besar yang terjadi di desa.
Gazel tidak bisa lagi menahan tawanya. "Ahahahaha! Naruto, kau akan tercatat dalam sejarah bukan hanya sebagai ninja hebat, tapi juga sebagai orang yang menikahi slime! Ahahaha!"
Wajah Naruto memerah karena malu. "A-Aku sudah tahu itu, Raja Gazel! Kau tidak perlu terus-terusan menertawakan hal ini!"
Ritual pernikahan berlangsung dengan sangat sederhana. Rimuru dan Naruto hanya diminta untuk saling berjabat tangan sebagai simbol persatuan, meski keduanya melakukannya dengan wajah yang penuh kebingungan. Sementara itu, semua yang hadir memberikan tepuk tangan meriah, seolah-olah mereka baru saja menyaksikan upacara pernikahan yang paling megah di dunia.
"Yah, aku rasa sekarang kita sah sebagai 'pasangan,' meskipun aku sendiri nggak yakin apa artinya," ujar Rimuru pelan setelah upacara selesai, sambil menatap Naruto dengan senyum lelah.
Naruto hanya mengangguk pelan, masih mencoba mencerna semua yang terjadi. "Ya, mungkin ini bukan pernikahan impian siapa pun, tapi kalau itu membuat semua orang senang, aku bisa terima."
Setelah upacara selesai, desa mulai mengadakan pesta kecil dengan makanan dan minuman sederhana. Para monster, goblin, dan hobgoblin berpesta ria, menikmati momen langka ini. Meskipun Naruto dan Rimuru masih merasa canggung dengan status baru mereka, mereka berdua tetap tersenyum, ikut merayakan bersama semua penduduk.
Di sudut pesta, Gazel kembali mendekati Naruto dengan gelas di tangannya. "Naruto, kau benar-benar melakukan hal yang luar biasa. Federasi ini akan menjadi kuat dengan kalian berdua memimpinnya. Dan aku yakin, pernikahan ini akan menjadi legenda."
Naruto meneguk minumannya dan tersenyum kecut. "Ya, kita lihat saja nanti. Yang jelas, setelah ini, aku harus fokus pada tugas-tugas nyata sebagai pemimpin."
Rimuru yang berdiri di sebelah Naruto menambahkan, "Benar. Masih banyak hal yang harus kita lakukan untuk membangun federasi ini. Tapi dengan kerja sama semua pihak, aku yakin kita bisa mencapai apa pun."
Dan meskipun pernikahan ini mungkin bukan yang mereka inginkan atau harapkan, hari itu tetap menjadi awal baru bagi Federasi Jura Tempest. Hari di mana hubungan baru, baik dalam bentuk aliansi politik maupun ikatan pribadi, mulai terbentuk dan berkembang.
Setelah acara pernikahan selesai digelar, Raja Gazel dan rombongannya kembali ke kerajaan mereka sambil tertawa, hal itu karena mereka tidak sabar melihat reaksi semua orang ketika nendengar berita heboh dan aneh itu.
Sementara Naruto yang melihat kepergian Gazel Dwargo dari Ibukota Rimuru yang masih dalam proses pembangunan hanya memasang wajah datar sambil mengumpat dalam hatinya, ia tidak bisa menyalahkan siapapun dalam hal ini, itu karena semua hal yang terjadi saat ini karena kebodohannya sendiri.
"Asitektur bangunan kita sudah bagus, produk pertanian dan perkebunan nampaknya juga berjalan dengan baik. Sekarang tinggal masalah peternakan, farmasi, rumah sakit, serta pasukan medis dan pabrik obat," gumam Naruto, mencoba mengalihkan pikirannya dari rasa canggung yang masih tersisa.
Rimuru menatap Naruto sejenak dan mengangguk setuju. "Kau benar. Kita sudah membuat banyak kemajuan, tapi masih ada banyak yang harus disiapkan. Kita butuh memastikan bahwa semua aspek kehidupan di Tempest berjalan stabil, terutama masalah kesehatan dan keamanan."
Naruto menghela napas dan menatap ke arah pembangunan ibu kota. "Ya, aku setuju. Pembangunan kota juga butuh dipercepat. Dengan bertambahnya populasi, kita butuh infrastruktur yang lebih baik dan sistem yang mendukung semuanya. Selain itu, kita perlu lebih banyak tenaga ahli di berbagai bidang."
"Soal tenaga ahli kita bisa mendapatkannya, tapi yang sekarang kita butuhkan adalah bahan baku dan alat untuk mengolahnya," tanggap Rimuru.
"Kalau begitu kita akan mulai dengan yang mudah dahulu, seperti peternakan. Jadi, menurut kalian, monster apa yang sekiranya mudah dipelihara di dalam kandang dan dan punya rasa yang enak, hingga dagingnya bisa dijual mahal?" tanya Naruto.
"Kenapa harus monster, ehem maksudku jika ada hewan yang normal, kenapa tidak digunakan saja, misalnya ikan, kita, bisa saja membuat kolam yang dijadikan tempat budidaya ikan?" tanggap Rimuru.
"Ikan huh... baiklah, Gobuta apa kau mau mengambil tugas dan tanggung jawab, untuk mencari dan membawa ikan hidup-hidup ke kolam buatan?" tanya Naruto pada Hobogoblin yang tampilannya hampir mirip Goblin biasa, dengan tubuh pendek dan hidung besar.
"Serahkan padaku!" seru Gobuta dengan semangat.
Naruto sedikit terdiam, padahal dia bukanlah tuan dari Gobuta secara langsung. Namun, Hobogoblin muda itu begitu bersemangat menjalankan tugas darinya. Namun, Naruto hanya tersenyum saja dan beranggapan kalau, Gobuta dan rekan-rekannya, mengikuti perintahnya dikarenakan secara kebetulan punya kepentingan yang sama, yaitu memajukan Tempest.
Karena Naruto yang ditunjuk sebagai pemimpin Aliansi Hutan Besar Jura, maka Rimuru tidak begitu sibuk. Ia hanya mengawasi beberapa bawahannya bersama Shion. Sementara Benimaru, ia melatih banyak pemuda dari ras Hobogoblin, untuk menjadi tentara yang akan melindungi Federasi Jura Tempest dari serangan luar.
Sementara Garm pemimpin Orc di kota Rimuru, tetap pada kegiatan mereka dalam membangun infrastruktur. Kurobe dan Kaijin bekerja sama membuat peralatan dan senjata. Sedangkan Merudo, Dorudo, dan Garm(Saudara Kaijin), ketiga Dwarf ini fokua pada peralatan sihir yang bisa digunakan untuk membuat lampu jalan dan lain sebagainya.
Lalu Shuna dan beberapa Goblina, bertugas di berbagai hal yang berhubungan dengan seni jahit. Dan pekerjaan dapur seperti memasak. Naruto setiap hari mengeluarkan lebih dari seratus ribu bunshin untuk mengawal dan memberikana instruksi pada beberapa bawahannya yang terdiri dari bekas bawahan Orc Disaster.
Di waktu-waktu tertentu. Naruto juga melatih Taijutsu, Ninjutsu dan Genjutsu pada para Orc, mengajari mereka cara mengakses dan menggunakan Chakra,. Dengan alasan untuk persiapan kecil jika ada musuh yang bisa mengganggu aliran Masoku di udara, atau menggunakan suatu skill untuk menyegel sihir, mereka masih bisa menggunakan teknik Ninjutsu, yang Naruto ajarkan pada mereka. Hal ini dikarenakan, Ninjutsu, menggunakan sumber energi yang berbeda dari sihir.
Disamping itu semua, Naruto juga mencoba menyempurnakan Hiraishin dengan belajar menggunakan ratusan bunshin, agar bisa mendapatkan banyak pengalaman dalam waktu sehari dan mempercepat proses belajarnya.
Malam hari kemudian.
Naruto dan Rimuru akhirnya berada di satu kamar yang sama, keduanya hanya diam dan tak ada yang melakukan apapun, mereka berdua hanya duduk di kasur yang sudah disiapkan oleh bawahan mereka.
"Jadi ... kau sudah janji menceritakan masa lalumu bukan, jadi bisa kau katakan sekarang?" tanya Rimuru.
Naruto menarik nafas dalam-dalam, ia kemudian menatap Rimuru yang dalam wujud Humanoidnya. Mata Naruto berubah menjadi merah dengan pola, roda shuriken, lalu setelahnya Rimuru melihat kalau dirinya sedang berada di sebuah desa yang sangat luas dengan peradapan era Taisho.
Ia juga melihat ada patung wajah orang di atas tebing, "Ini dimana?" tanya Rimuru.
"Dalam ingatanku, lebih tepatnya kau sedang melihat gambaran tempat tinggalku sebelum bertemu denganmu," jawab Naruto sambil tersenyum tipis secara tiba-tiba muncul disamping Rimuru. Yah saat ini Rimuru sedang diperlihatkan kehidupan masa lalu dari Uzumaki Naruto, dengan menggunakan Genjutsu Tsukoyomi. Rimuru terdiam dan menatap ke sekeliling.
"Apa kita bisa berinteraksi dengan mereka?" tanya Rimuru.
Naruto menggeleng, "Semua yang ada di sini akan berjalan seperti yang terjadi dalam ingatan, kita tidak akan bisa mengintrupsi apapun," ucap Naruto yang mencoba menyentuh orang-orang dan hanya berakhir tembus.
"Nah itu aku sewaktu masih 7 tahun!" seru Naruto sambil menunjuk bocah pirang berkacamata yang melompat-lompat kesana-kemari melakukan fandalisme dengan mencorat-coret patung wajah yang ada di tebing.
Rimuru langsung sweadrop melihat tingkah bocah pecicilan itu, Naruto kecil juga dikejar-kejar oleh orang dewasa di sana.
"Kenapa kau melakukan itu?" tanya Rimuru.
"Karena aku adalah pecundang, aku tidak punya apapun, jadi hanya itulah yang bisa aku pikirkan untuk dapat perhatian," jawab Naruto sambil memandangi dirinya yang melompat-lompat menghindari kejaran para Jonin dan Chunin Konoha.
Rimuru menatap Naruto kecil yang terus berlarian, dikejar-kejar oleh para ninja dewasa. Ia melihat kebingungan dan kesepian yang tersembunyi di balik senyum lebar bocah itu. "Kau benar-benar mencari perhatian dengan cara seperti itu?" tanya Rimuru pelan, tanpa mengalihkan pandangannya dari Naruto kecil.
Naruto tersenyum pahit. "Saat itu, aku tidak punya keluarga, teman, atau siapapun yang peduli padaku. Semua orang di desa ini melihatku dengan tatapan penuh kebencian dan ketakutan, meski aku tidak pernah tahu alasannya. Satu-satunya cara yang kutemukan untuk merasa ada adalah dengan membuat keributan."
Rimuru mengangguk, masih memandangi Naruto kecil yang tertawa lebar meskipun semua orang di sekitarnya tampak marah. "Kau sendirian...," gumamnya pelan, mulai memahami lebih dalam tentang sosok Naruto. "Kenapa mereka memperlakukanmu seperti itu?"
"Nanti kau juga akan tahu, ayo ikuti aku" ucap Naruto.
Rimuru pun berjalan mengikuti Naruto. Lalu adegan berubah di malam hari, disebuah kedalaman Hutan.
"Itu aku yang berusia 12 tahun. Saat itu aku tidak lulus ujian Ninja, aku sangat prustasi dan akhirnya mencuri gulungan rahasa untuk aku pelajari dan membuktikan kalau aku pantas dan bisa jadi ninja," ucap Naruto menjelaskan adegan di depannya, dimana ada Naruto yang sedang belajar taju kagebunshin.
Rimuru memperhatikan dengan seksama saat Naruto kecil yang berusia 12 tahun itu membuka gulungan besar, penuh dengan teknik-teknik rahasia desa Konoha. Mata Rimuru sedikit membulat saat ia melihat betapa seriusnya ekspresi di wajah bocah itu, berbanding terbalik dengan perilaku cerobohnya yang baru saja ia saksikan sebelumnya.
"Jadi, kau mencuri gulungan rahasia hanya untuk membuktikan dirimu?" tanya Rimuru.
Naruto dewasa mengangguk. "Iya, saat itu aku merasa tidak punya pilihan lain. Semua orang di desa memandangku rendah. Aku bahkan gagal ujian ninja. Hanya karena aku tidak bisa melakukan jutsu sederhana, mereka langsung menganggapku pecundang."
Rimuru terdiam, mencoba membayangkan betapa beratnya tekanan yang harus dihadapi Naruto pada usia semuda itu. "Lalu, apa yang terjadi setelah itu?"
Adegan di depan mereka mulai bergerak lagi. Naruto kecil yang duduk kelelahan di tengah hutan berhasil menciptakan banyak bayangan dirinya dengan menggunakan jurus Kage Bunshin no Jutsu dari gulungan rahasia. Wajahnya berseri-seri, merasa bangga atas pencapaiannya.
Namun, tak lama kemudian, seorang ninja muncul—Mizuki. Rimuru memperhatikan dengan saksama saat Mizuki berbicara pada Naruto kecil, suaranya penuh tipu daya dan manipulasi. Naruto kecil, yang awalnya percaya bahwa Mizuki mendukungnya, mulai curiga.
"Orang itu... dia berusaha memanfaatkanku, bukan?" tanya Rimuru, menyadari aura jahat yang terpancar dari Mizuki.
Naruto mengangguk. "Dia mencoba memanfaatkan kelemahanku untuk mencuri gulungan itu. Mizuki memberitahuku kebenaran tentang diriku yang tidak pernah kuketahui sebelumnya... tentang monster yang tersembunyi di dalam diriku."
Adegan berubah lagi. Rimuru melihat Naruto kecil berlutut di tanah, terkejut dan bingung setelah mendengar kebenaran dari Mizuki. Rimuru melihat bagaimana Mizuki memberitahu Naruto bahwa ia adalah jinchūriki, wadah bagi Kyūbi, rubah berekor sembilan yang pernah menghancurkan desa. Rimuru bisa merasakan kesedihan dan keterkejutan di wajah bocah itu, seolah-olah seluruh hidupnya tiba-tiba terbalik.
"Jadi, itulah alasan mereka semua membencimu?" tanya Rimuru dengan nada prihatin.
"Ya," jawab Naruto. "Mereka takut padaku, atau lebih tepatnya, mereka takut pada monster yang ada di dalamku. Selama bertahun-tahun aku tidak tahu kenapa semua orang membenciku, dan malam itu, Mizuki memberitahuku kebenarannya dengan cara yang paling menyakitkan."
Rimuru terdiam sejenak, merenungkan perasaan isolasi yang pasti dirasakan Naruto saat itu. "Itu pasti sulit bagimu... mengetahui bahwa kau dibenci bukan karena siapa dirimu, tapi karena apa yang ada di dalam dirimu."
Naruto tersenyum pahit. "Ya, tapi... disini juga aku bertemu orang yang peduli padaku." Setelah Naruto mengatakan itu, Mizuki melempar shuriken besarnya ke arah Naruto dan saat itu seorang Jonin yang sering memarahi, tapi juga orang yang sering menteaktir Naruto makan Ramen datang dan melindungi Naruto dengan tubuhnya sendiri. Ia adalah guru Iruka
Rimuru menyaksikan dengan perhatian penuh ketika shuriken besar yang dilemparkan oleh Mizuki melesat cepat menuju Naruto kecil. Namun, pada saat itu juga, seorang ninja tiba-tiba melompat ke depan, menghalangi serangan dengan tubuhnya sendiri. Rimuru bisa melihat rasa sakit yang tergambar di wajah pria itu, namun tetap terlihat keteguhan dan tekad yang kuat.
"Itu... siapa dia?" tanya Rimuru, merasa tersentuh oleh tindakan heroik orang tersebut.
Naruto tersenyum, meski ada sedikit kesedihan di matanya. "Dia adalah Iruka-sensei. Salah satu orang pertama yang mengakui aku bukan hanya sebagai jinchūriki, tapi sebagai seorang anak dan ninja. Dia sering memarahi dan mengkritikku, tapi di balik itu, dia selalu memperhatikanku. Iruka-sensei adalah orang pertama yang benar-benar peduli padaku."
Rimuru melihat bagaimana Iruka, meskipun terluka, tetap berdiri di depan Naruto kecil, menatap Mizuki dengan penuh kemarahan dan keberanian. Ia lalu berbicara dengan suara yang terdengar tegas, namun juga penuh emosi, "Naruto bukan monster... Dia adalah warga desa Konoha, sama seperti yang lainnya. Dia mungkin ceroboh dan nakal, tapi aku tahu... dia adalah seorang anak yang penuh keberanian dan tekad."
Naruto kecil yang mendengar kata-kata Iruka, awalnya terkejut, tetapi kemudian wajahnya berubah—dari kebingungan menjadi dipenuhi rasa haru. Untuk pertama kalinya, ada seseorang yang melihatnya sebagai Naruto, bukan sebagai jinchūriki.
"Jadi, dia yang membuatmu percaya pada dirimu sendiri?" tanya Rimuru, menyadari betapa pentingnya sosok Iruka dalam hidup Naruto.
Naruto mengangguk pelan. "Ya. Kata-katanya malam itu membuatku merasa bahwa ada seseorang yang memihakku, bahwa aku tidak sendirian. Itu pertama kalinya aku merasa diakui sebagai diriku sendiri."
Adegan di depan mereka kembali bergerak. Naruto kecil yang semula terlihat penuh keraguan kini berdiri dengan penuh keyakinan. Saat Mizuki terus mencemooh dan merendahkannya, Naruto mulai mengumpulkan chakra, kemudian melancarkan serangan dengan jurus yang baru saja dipelajarinya—*Kage Bunshin no Jutsu*. Puluhan bayangan Naruto muncul, mengepung Mizuki dari segala arah.
"Dia pasti sangat marah saat itu," gumam Rimuru sambil memperhatikan bagaimana Naruto kecil menggunakan jurus tersebut dengan kekuatan penuh.
Naruto tersenyum lebar mengingat kejadian itu. "Yah, aku benar-benar marah. Tapi bukan hanya karena apa yang dia katakan tentangku, tapi juga karena dia menyakiti orang yang pertama kali peduli padaku."
Rimuru tersenyum mendengar kata-kata Naruto. Dia bisa merasakan bagaimana pertemuan dengan Iruka menjadi titik balik yang besar dalam hidup Naruto. Dari seorang anak yang merasa terasing dan dibenci, Naruto mulai menemukan kekuatannya, bukan hanya dari jurus yang dipelajarinya, tetapi dari dukungan emosional yang diberikan oleh Iruka.
Setelah Mizuki dikalahkan oleh Naruto dan bayangannya, adegan berubah kembali menjadi sunyi. Naruto kecil berdiri di depan Iruka, yang terluka namun tersenyum hangat. Rimuru bisa merasakan ada ikatan kuat yang terbentuk di antara mereka pada saat itu.
"Jadi, ini adalah awal dari semuanya?" tanya Rimuru, menyadari bahwa malam itu menjadi momen penting dalam perjalanan hidup Naruto.
Naruto mengangguk. "Iya, dari malam itu, aku mulai percaya bahwa aku bisa menjadi lebih kuat. Bahwa aku bisa mencapai impianku untuk menjadi Hokage. Semua itu karena Iruka-sensei yang mempercayaiku."
Rimuru tersenyum hangat. "Kau beruntung bisa bertemu seseorang seperti dia."
Naruto hanya diam, ia lalu berkata, "Sebenarnya ini masih sangat panjang, jadi apa kau ingin menyelesaikan ini pada satu malam, atau ... rehat sementara waktu?" tanya Naruto.
"Untuk saat ini cukup sampai disini, kita lanjutkan besok malam," ucap Rimuru.
Mendengar itu Naruto hanya tersenyum saja dan seketika pemandangan yang ada di sekitar mereka kembali ke dalam bentuk kamar kecil dengan satu kasur dan selimut. Setelahnya Rimuru melihat kalau ternyata Naruto sudah tidur dengan sangat lelap.
Rimuru tersenyum tipis melihat Naruto yang sudah tertidur dengan pulas di sampingnya. Dalam hati, dia memahami betapa berat beban masa lalu yang harus Naruto pikul. "Dia telah melalui begitu banyak," pikir Rimuru, mengenang setiap adegan yang baru saja mereka saksikan bersama.
Meskipun baru sebagian dari masa lalu Naruto terungkap, Rimuru merasa semakin dekat dengan sahabat barunya itu. Ia dapat merasakan betapa kuat tekad Naruto untuk melindungi orang-orang yang penting baginya, sekalipun dunia pernah menentangnya.
Dengan perlahan, Rimuru menyelimuti Naruto, memastikan sahabatnya nyaman dalam tidurnya. "Kita akan melanjutkan ini besok, seperti yang kau bilang," bisik Rimuru pelan, tidak ingin mengganggu tidur Naruto.
Rimuru kemudian duduk diam sejenak, merenungkan perjalanan panjang yang telah mereka tempuh, baik dalam dunia ini maupun dunia lain. Keduanya adalah individu yang berjuang melalui kesulitan besar untuk mencapai tempat mereka saat ini. Dalam keheningan malam itu, Rimuru menyadari bahwa mereka bukan hanya sekedar sekutu—mereka adalah teman yang saling memahami dan mendukung.
Dengan pemikiran itu, Rimuru pun akhirnya memejamkan matanya, membiarkan malam berlalu dengan tenang. Besok, mereka akan kembali menghadapi hari baru, dan tentunya, akan ada lebih banyak cerita yang akan mereka bagi bersama.
"Hei Daikenja. Apakah ilusi tadi itu memang benar-benar masa lalunya Naruto?" tanya Rimuru penasaran.
"Setelah menganalisa gelombang otak dari Naruto saat bercrita, jawabannya 97% benar," jawab Daikenja.
"Ne Daikenja, apakah ada kemungkinan kalau Naruto adalah manusia yang dipanggil dari dunia lain?' tanya Rimuru.
"Menjawab, kemungkinan hal itu sangatlah besar. Namun, bisa saja ia adalah anomali yang masih bisa memakai kekuatan magis dari dunia asalnya," jawab Daikenja pada pertanyaan Rimuru.
Keesokan harinya.
Naruto terbangun lebih awal dari biasanya. Ia meninggalkan kamar, mandi cepat, dan mengenakan kimono hitam dengan pedang kayu yang disisipkan di kuro obi-nya. Tak lupa, pelindung kepala Konoha-nya dipasang dengan rapi. Dengan semangat pagi, Naruto keluar rumah dan mulai berlari mengelilingi Kota Rimuru.
Sambil berlari, Naruto menyempatkan diri merawat tanaman hias di sekitar Federasi Hutan Jura. Berkat kemampuan komunikasi dengan tanaman yang dimilikinya, Naruto bisa memahami kebutuhan dan kondisi tanaman-tanaman tersebut dengan lebih baik. Ia berbicara lembut kepada bunga-bunga dan tanaman, memastikan mereka mendapatkan perawatan yang tepat.
Salah satu rutinitas paginya adalah menyebarkan segel-segel Hiraishin di berbagai tempat yang ia lewati. Dengan pelatihan tanpa henti menggunakan seratus bunshin, Naruto akhirnya berhasil mengembangkan Hiraishin ke tahap ketiga. Kini, segel-segel Hiraishin tidak hanya berfungsi sebagai titik teleportasi, tetapi juga sebagai pusat dari titik teleportasi. Ini memungkinkan Naruto untuk melakukan teleportasi dengan jarak hingga 200 meter dari lokasi segel yang telah ditandai.
Setelah sesi pelatihan pagi yang produktif, Naruto merasa puas dengan kemajuan yang telah dicapainya. Ia kemudian kembali ke rumah untuk bersiap menghadapi hari baru dan melanjutkan pekerjaan yang harus dilakukan di Federasi Hutan Jura.
Rimuru yang terbangun kemudian melihat Naruto yang telah menyelesaikan latihan paginya. Melihat betapa serius dan berdedikasinya Naruto, Rimuru merasa semakin yakin akan keberhasilan misi mereka bersama. "Naruto, kau sudah bangun lebih awal," sapa Rimuru dengan senyum. "Kau tampaknya sangat fokus pagi ini."
Naruto tersenyum lebar, sedikit kelelahan tapi puas. "Ya, aku hanya ingin memastikan semuanya berjalan lancar. Kita punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, dan aku ingin siap menghadapi tantangan apa pun yang mungkin muncul."
"Jadi, kegiatan apa yang kau lakukan pagi ini, selain berlari kesana-kemari dan merawat tanaman hias kota, serta perkebunan?" tanya Rimuru.
"Aku berbicara dengan beberapa kepala desa di desa-desa Goblin sekitar sini. Aku mendiskusikan banyak hal, mereka cukup kekuranga pangan dan rumah mereka juga tidak begitu bagus, intinya infrastrukturnya ketinggalan. Jadi aku ingin berdiskusi soal pemerataan pembangunan pada semua anggota Aliansi, jadi, apakah kita harus membangun wilayah mereka hingga setidaknya jadi lebih layak, atau kau lebih suka membawa mereka semua kemari dan membuat mereka tunduk akan aturan Desa yang akan menjadi Ibukota ini?" ucap Naruto mulai membuka topik diskusi pada Rimuru.
Rimuru mendengarkan dengan penuh perhatian, menilai berbagai opsi yang diusulkan Naruto. Setelah beberapa saat berpikir, dia memberikan jawaban.
"Memperbaiki infrastruktur di desa-desa Goblin bisa menjadi langkah yang sangat bermanfaat dalam jangka panjang," ucap Rimuru. "Jika kita membangun dan memperbaiki kondisi di sana, kita bisa meningkatkan kualitas hidup mereka dan memastikan bahwa semua anggota Aliansi merasakan manfaat dari Federasi ini. Ini juga akan memperkuat loyalitas mereka dan meningkatkan kerjasama antara kita."
Rimuru melanjutkan, "Namun, membawa mereka semua ke ibu kota juga memiliki keuntungan tersendiri. Dengan menyatukan mereka di satu tempat, kita bisa lebih mudah mengatur dan mengawasi mereka, serta mengintegrasikan mereka ke dalam sistem Federasi yang baru. Tetapi, ini akan menambah beban di ibu kota dan kita harus siap menghadapi tantangan terkait dengan kepadatan dan kebutuhan tambahan."
Dia menatap Naruto dengan senyum bijak. "Aku pikir kita perlu mempertimbangkan kedua opsi ini. Mungkin kita bisa memulai dengan memperbaiki kondisi desa-desa mereka secara bertahap sambil mengundang beberapa perwakilan untuk tinggal di ibu kota. Dengan begitu, kita bisa mendapatkan manfaat dari keduanya: perbaikan infrastruktur yang mendalam di desa-desa dan integrasi yang lebih baik di ibu kota."
Naruto mengangguk setuju. "Itu rencana yang bagus. Aku akan mulai merencanakan perbaikan di desa-desa Goblin dan juga menyiapkan beberapa rencana untuk menyambut perwakilan mereka di ibu kota. Ini akan memerlukan koordinasi dan sumber daya yang cukup, jadi aku akan segera mengatur beberapa pertemuan dengan pihak-pihak terkait."
Rimuru tersenyum dan menepuk bahu Naruto. "Bagus, Naruto. Aku yakin kita bisa menyelesaikan ini bersama. Dengan dedikasimu dan kerja keras kita, Federasi Hutan Jura akan berkembang menjadi kekuatan yang kuat dan stabil."
Keduanya kemudian melanjutkan hari mereka dengan semangat baru, siap untuk menghadapi tantangan yang ada dan membuat kemajuan lebih lanjut dalam pembangunan Federasi.
Tak lama setelahnya, Shion datang dan menyapa mereka, "Rimuru-sama! Naruto-sama!" seru Shion yang datang bersama Shuna, Hakurou dan Benimaru, dan dilanjutkan para penduduk Kota Rimuru yang didominasi Tempest Wolf dan Hobogoblin keluar dari rumah mereka.
"Kalau begitu, Rimuru, aku pamit, ada banyak yang harus aku teliti," ucap santai Naruto yang pamit membiarkan Shion berbicara dan mendekat dengan Rimuru. Shuna juga , yah semua bawahan Rimuru mulai berkerumun dan bertanya ini itu. Sementara itu Naruto terus menjauh dan tubuhnya terlihat bertebaran menjadi lembaran-lembaran kertas origami yang mulai lipat diri sendiri menjad sekumpulan kupu-kupu kertas dan menghilang.
"He-hei tunggu!" seru Rimuru yang melihat Naruto pergi meninggalkannya. Akhirnya Rimuru mulai menjawab satu persatu pertanyaan bawahannya yang kebanyakan berkisar mengenai malam pertama mereka, Rimuru sejujurnya merasa kesal sendiri, karena seharusnya bawahannya tahu kalau sebagai Slime kegiatan malam pertama setelah menikah itu tidak relevan, bahkan mendengar Slime menikah saja sebenarnya sudah aneh. Karena Slime itu jika ingin memperbanyak diri atau membuat keturunan, mereka hanya perlu membelah diri saja.
"S-sudah, pertanyaan kalian itu tidak ada yang berbobot, jadi Shion, bisakah kau bawa aku berkeliling dan kalian cepat kembali bekerja, jangan ada yang malas. Jika malas tidak akan diberi makan!" tegas Rimuru.
Tengah hari kemudian.
Di siang hari yang terik ini, mereka kembali melihat Gazel Dwargo datang membawa pasukannya. Naruto dan Rimuru besera bawahan mereka, berkumpul di depan gerbang Kota. Gazelpun turun dari kuda terbangnya dan berkata, "Hei Naruto, Rimuru, aku punya hadiah untuk kalian," ucapnya sambil melempar sebuah karung yang isinya adalah seorang manusia dengan pakaian serba putih.
"Eh?" kaget Rimuru.
"Bukankah itu Vesta?!" seru Kaijin yang sama kagetnya.
"Hei, bukankah anda adalah Raja dan pahlawan kerajaan Dwaf Kingdom. Apa seperti ini caramu memperlakukan manusia?" tanya Naruto yang kasihan pada orang bernama Vesta itu..
Gazel Dwargo tersenyum manis sambil menatap Vesta di dalam karung. "Hehe, maaf,aku memang kasar dalam membawa barang. Tapi satu hal yang harus kalian tahu, Vesta adalah orang yang sangat cerdas, biarkan dia bekerja di sini, aku yakin suatu saat ia akan sangat berguna bagi kalian."
Naruto dan Rimuru memandang karung yang berisi Vesta dengan rasa prihatin dan keheranan. Vesta, seorang pria dengan pakaian putih yang tampak lelah dan bingung, dikeluarkan dari karung oleh Kaijin dan beberapa anggota tim lainnya.
"Raja Gazel, apakah Anda yakin cara seperti ini adalah yang terbaik?" tanya Rimuru dengan nada penuh kekhawatiran. "Mungkin ada cara yang lebih baik untuk memperkenalkan seseorang kepada kami."
"Ya tindakan ini sangat tidak manusiawi, orang-orang pasti berpikir, kalau ada yang salah dengan otakmu," tambah Naruto.
Gazel Dwargo mengangkat bahu dengan sikap santai. "Aku, tidak mau mendengar itu dari orang yang menikahi slime, karena orang itu menurutku lebih tidak normal lagi," balas Gazel pada Naruto.
Dooooong
Naruto langsung merengut di dekat pohon sambil menggambar beberapa lingkaran karena tidak bisa membantah perkataan Gazel Dwargo.
Tak lama kemudian Kaijin langsung mengkonfirmasi perkataan Raja Gazel, ia memohon pada Rimuru agar Vesta diterima bekerja di Tempest, karena Vesta adalah orang yang sangat cerdas dalam penelitian sihir dan ramuan, ia bisa menjadi aset berharga dalam pembuatan berbagai macam obat dan Kosmetik yang akan bisa dijual ke berbagai negri jika Tempest sudah sangat maju nantinya.
"Aku Vesta sebelumnya meminta maaf atas segala yang terjadi pada anda dan Kaijin-dono, di Dwarf Kingdom Sebelumnya, dan izinkan aku menebus kesalahan itu degan bekerja di sini," ucap Vesta sambil bersujud pada Rimuru.
Bersambung
