Our Hidden Chapter
Sakura Haruno melemparkan tubuh mungilnya ke sofa di apartemen kecilnya, merasa letih bukan hanya secara fisik, tapi juga emosional. Hari itu penuh dengan kejadian yang membuat frustasi—diomeli sutradara, adegan yang sulit nan dramatis, dan sebuah perasaan hampa yang terus menghantui. Di luar jendela, matahari mulai tenggelam, meninggalkan jejak-jejak cahaya jingga di langit Konoha.
Sakura mencoba memfokuskan pikirannya, tapi rasanya berat. Rasanya beberapa minggu terakhir ini ia hanya berlari di tempat. Semua mulai dari beban pekerjaannya sebagai seorang aktris sampai kekecewaan pribadi yang terus ia sembunyikan dari teman-temannya. Semua terasa berantakan.
Dia menghela napas dan memutuskan untuk menenggelamkan diri ke dalam aktivitas yang belakangan ini menjadi pelariannya: membaca fiksi yang ditulis penggemar tentang dirinya. Tidak ada yang tahu, tapi beberapa minggu terakhir ini, setiap kali ia merasa frustrasi atau kesal, ia akan membuka ponselnya dan membaca cerita-cerita yang orang lain tulis tentang dia, Naruto, Sasuke, dan pemain lainnya. Baginya, cerita-cerita itu seperti pintu kecil yang membawa dirinya keluar dari realita sejenak—sebuah dunia di mana semuanya bisa terjadi, dan mungkin, bahkan, berjalan lebih baik daripada kenyataan.
Sakura memulai kebiasaannya ini setelah sebuah kekecewaan yang besar melanda hatinya. Meskipun ia tidak ingin mengakui dengan lantang, ia masih berharap lebih dari hubungan dengan Sasuke. Namun, kenyataan sering kali tidak sesuai dengan harapan.
Di lokasi syuting, hubungan profesionalnya dengan Sasuke Uchiha walau seringkali terlihat harmonis di layar, ternyata semakin rumit di balik layar. Ketika kamera mati, jarak emosional di antara mereka semakin terasa. Sakura merasa kecewa karena harapannya untuk mendapatkan lebih dari sekedar rekan profesional tidak pernah terwujud. Sasuke yang tampak dingin dan terpisah selalu tampak jauh, meskipun raga mereka selalu bersama.
Untuk pertama kalinya, Sakura merasa lelah menunggu—menunggu sesuatu yang tidak jelas ujungnya. Dari sinilah, kebiasaan baru itu terbentuk; ia mulai mencari pelarian dari semua itu dengan membaca cerita tentang mereka di semesta yang lain.
Tanpa disadari, ia telah masuk terlalu dalam, terbawa alur-alur cerita yang bervariasi—dari kisah petualangan baru, hingga momen romantis yang selama ini hanya bisa ia bayangkan.
"Seandainya saja jalan hidupku bisa semudah di cerita-cerita ini," gumam Sakura pelan sambil tersenyum pahit.
Suara bel pintu yang berdering membuyarkan lamunan Sakura. Dengan malas dia beranjak lalu berjalan ke arah pintu Keningnya berkerut begitu melihat sosok yang muncul di layar monitor. Sasuke Uchiha. Dengan cepat Sakura merapikan tampilannya, menyisir rambut dengan jemari lentiknya lalu membuka pintu dengan seulas senyum menghiasi wajah cantiknya.
"Sasuke?" katanya pura-pura terkejut seraya menautkan alis.
Sudut bibir Sasuke berkedut, menjadi seringai tipis andalannya. Tentu saja pria itu tahu kalau wanita di depannya sedang berakting. "Hm," gumamnya seperti biasa. "Aku kebetulan lewat."
Senyum Sakura semakin mengembang. Dia mengangguk lalu membuka pintu lebih lebar untuk mempersilakan tamunya masuk.
Kebetulan lewat? Yang benar saja, batin Sakura menertawakan alasan tamu tak diundangnya.
"Kau mau minum apa?" tanyanya kemudian saat Sasuke dengan santainya sudah duduk di sofa panjang, di ruang tengah apartemennya.
"Apa saja."
Sakura menatap Sasuke sejenak lalu pergi ke dapur. Tak lama sampai kemudian dia kembali dengan membawa dua kaleng kopi yang adalah favorit Sasuke.
Alih-alih mengucapkan terima kasih atas kopi yang diberikan Sakura, Sasuke justru mengalihkan perhatiannya pada tablet yang terbuka di atas meja. Dia membaca beberapa paragraf lalu menatap Sakura dengan tatapan tajam. "Apa ini?" tanyanya dengan nada datar.
Sakura terkekeh melihat ekspresi Sasuke. Dia yakin pria itu terkejut membaca cerita yang tadi tengah dinikmatinya. "Itu fanfiction."
"Fanfiction?" beo Sasuke tidak mengerti.
Dengan senyum Sakura mulai menjelaskan. "Itu adalah cerita fiksi karangan penggemar."
"Ini cerita tentang kita berdua?" Sasuke semakin bingung.
Sakura mengangguk. "Banyak penggemar yang menjodohkan kita berdua di dalam cerita fiksi."
Dalam diam, Sasuke kembali menatap ke arah tablet di atas meja.
"Kebetulan cerita itu katanya akan dimasukkan ke dalam IFA." Sakura mengalihkan topik pembicaraan saat melihat ekspresi Sasuke yang kebingungan.
"IFA?" Ekspresi Sasuke kembali datar saat menatap Sakura. "Apa itu IFA?"
"Itu ajang penghargaan untuk penulis dan juga penggemar fanfiction. Bulan depan sudah mulai bulan nominasi." Sakura menjelaskan. "Kalau tidak salah tahun ini ada empat kategori nominasi. Ada kategori Fanfiction, kategori author, kategori favorit dan juga kategori fandom."
"Tunggu-," Sasuke berusaha mencerna penjelasan wanita di depannya. "Jadi maksudmu ada cerita tentang kita yang dibuat dan akan diikutkan dalam lomba IFA itu?"
Sakura tertawa. "IFA bukan lomba, Sasuke. Itu ajang penghargaan untuk mengapresiasi penulis dan pembaca fanfiction."
"Untuk semua fanfiction? Semua karya penggemar? Seaneh apapun ceritanya?"
Kali ini Sakura terbahak. "Mungkin bagimu fanfiction itu aneh tapi tidak bagiku. Itu menyenangkan. Aku bahkan tidak sabar untuk ikut polling di bulan Desember nanti."
Sasuke terdiam lagi. Dia mengambil tablet di atas meja lalu membaca cerita yang menggunakan namanya sebagai tokoh utama. Itu cerita romantis dimana dia mengajak Sakura kencan di taman yang penuh dengan bunga Sakura bermekaran. Dalam kepala Sasuke tidak bisa membayangkannya. Bagaimana dia bisa tahan melihat begitu banyak warna pink di sekeliling Sakura. Cukup rambut wanita itu saja yang menyilaukannya setiap hari.
Menghela napas perlahan, Sasuke kembali meletakkan tablet ke atas meja. "Kau tidak keberatan dengan cerita ini?" tanyanya kemudian dengan nada yang lebih bersahabat. Ini sedikit menjawab keraguan hatinya.
Tentu saja Sakura langsung menggeleng. "Kenapa aku harus keberatan?" -aku bahkan mengharapkan itu terjadi di dunia nyata, lanjutnya dalam hati.
"Kau tidak keberatan kalau orang-orang membicarakan kita sebagai pasangan?"
Sakura menggeleng lagi. Dia berpikir sejenak sebelum bicara. "Sasuke, kenapa kau berpikir aku keberatan dengan itu? Apa selama ini kau tidak menyadari sikapku padamu?" Sakura memutuskan untuk menegaskan perasaannya.
"Aku pikir kau-" Sasuke yang tampak terkejut langsung mengalihkan perhatiannya. Berdehem pelan untuk menahan rasa gugupnya.
"Kau pikir aku apa?" tanya Sakura penasaran karena Sasuke tidak melanjutkan ucapannya.
Sasuke kembali berdehem pelan lalu menatap mata Sakura dengan ekspresi hati-hati. "Aku pikir kau menyukai Naruto. Karena itu selama ini aku selalu menjaga jarak darimu setelah syuting."
"Hah?!" Mulut Sakura bahkan menganga tidak percaya. "Ba-bagaimana bisa kau berpikir aku menyukai Naruto?"
"Karena kau selalu tertawa lepas saat bersamanya tapi tidak saat denganku," Suara Sasuke melirih dengan semburat merah di pipi.
"Baka Sasuke!" Sakura melempar bantal ke arah pria itu dengan hati kesal. Jadi selama ini Sasuke salah paham sedangkan setiap harinya Sakura tersiksa menahan rasa.
Suara pintu kamar yang dibanting membuat Sasuke panik. Wanita itu langsung berlari ke kamar setelah memukulnya dengan bantal sofa.
"Sakura, kita harus bicara." Sasuke langsung mengejar dan membujuk seraya mengetuk pintu.
Sementara di dalam kamar, Sakura menyembunyikan wajah merahnya. Hatinya mengembang bahagia dengan harapan. Sayangnya saat ini dia terlalu kesal dan juga malu untuk menatap Sasuke. Apalagi kalau sampai harus menyatakan perasaannya. Biarkan setelah ini Sasuke yang mengejar dan menyatakan perasaan padanya. Sakura ingin Sasuke juga merasakan apa yang pernah dirasakannya karena keidiotan pria itu yang salah paham dengan Naruto.
"Sakura, buka pintunya," bujuk Sasuke lagi.
"Baka Sasuke!"
Indonesian Fanfiction Awards (IFA) 2024 adalah ajang penghargaan bagi penulis fanfiksi berbahasa Indonesia dalam berbagai kategori. Penghargaan ini diberikan kepada karya-karya yang diposting sepanjang tahun 2024 sebagai bentuk apresiasi kepada komunitas yang terus berkarya. Jika kamu seorang penulis fanfiksi, atau hanya sekedar penikmat, ini adalah kesempatan sempurna untuk merayakan kreativitas!
