Air
Disclaimer : J.K Rowling for sure
Di suatu daerah di dunia sihir yang jauh perabadan, ada suatu bukit kecil yang terpencil. Di balik bukit itu matahari terbit dan terbenam, sehingga membuat permandangan disana selalu tampak indah. Namun menjelang musim dingin, bukit ini terlihat tak lebih dari bukit mati yang mengerikan. Sebab tak ada apapun disana. Manusia, hewan, tumbuhan, hanya rumput. Ya, tak ada apapun; kecuali- sebuah makam.
Di pagi yang berangin itu ada seorang lelaki berdiri di depan makam tersebut. Ia memakai mantel hitam yang tipis dan celana hitam. Wajah putih pucatnya diterpa angin hingga membuatnya merinding. Dari bibirnya keluar uap dari nafasnya di udara dingin. Di atas makam terdapat seikat bunga yang telah layu berwarna coklat kekuning kuningan. Dengan sekali ayunan tongkatnya bunga itu terurai dan langsung menghilang di terbangkan angin.
Wangi semerbak tercium ketika laki- laki itu meletakan seganggam bunga ungu Stock Night perlahan di atas sebidang rumput hijau kekuningan yang hampir mati. Dan di depannya berdiri sebuah batu yang kira-kira selutut orang dewasa. Terukir rapi sebuah nama.
Laki-laki itu memandang tulisan itu lama, tidak bosan-bosannya memandangnya berkali kali meskipun jelas tulisan itu tidak pernah berubah. Matanya abunya terlihat murung. Otot otot di wajahnya melemas. Mungkin jika ada orang asing yang melihatnya, mereka akan berasumsi lelaki ini sedang sedih. Namun bagi orang yang mengenalnya, bahkan untuk fasad seperti ini pun tidak mungkin seorang Draco Malfoy sedih. Marah, dendam, jijik, angkuh, gusar mungkin.
Ia berjongkok di samping batu itu dan mengusap ukiran nama itu perlahan. Angin dingin menerbangkan rambut pirang platinumnya ke samping. Meskipun hawa dingin menusuk pori-pori kulitnya dan seakan menembus dagingnya, ia tak bisa merasakan apa-apa. Karena ia tidak sedang benar benar berada disana. Ia terlempar jauh ke masa lalu. Masa lalu yang takkan pernah akan terulang lagi.
Oh, Draco. Memalukan. Kau akan menangis seperti anak anjing?
Sebuah suara laki laki familiar menggema di kepalanya. Ia menggertakkan giginya sendiri tanpa sadar, dan matanya berubah lebih gelap.Draco bangkit dari tempatnya, berdiri beberapa waktu. Dalam sepersekian detik, wajahnya kembali dingin dan datar. Posturnya tubuhnya tegap dan stabil. dan ia memandang batu nisan itu sekali lagi sebelum pergi dengan tangan terkepal.
" Well well.."
Gumpalan rambut merah dan coklat yang sedang duduk itu berpaling ke samping. Raut wajah mereka seketika berubah.
" Malfoy, " desis Ron.
" Lihat apa yang kita temukan disini. Weasley dan gadis mudbloodnya, " Draco, Crabbe, dan Blaise tertawa mengejek bersamaan. " Sebaiknya jangan pacaran disini. Kereta sudah mau berangkat.."
" Diam malfoy, " sapa Hermione kembali. Matanya melirik kereta yang jauh didepan. Banyak murid-murid berkerumunan, dan sebagian besar terburu-buru. Terdengar klakson kereta Hogwarts Express yang menandakan kereta akan berangkat sebentar lagi.
Hermione terlihat gelisah, namun tetap tidak bergeming dari duduknya.
" Ron- kereta sudah mau berangkat-"
" Kereta sudah mau berangkat sayang.." ejek Blaise meniru niru suara Hermione.
" Pergilah, malfoy. Bawa teman teman se-ordo mu. Jangan ganggu kami," kata Ron jengkel. Draco berjalan selangkah mendekat, " Dengan senang hati, weaselbee. Tak ada yang lebih menjijikan daripada berada dalam radius 5 meter dari darah campuran, dan-" Draco memasang tampang jijik, " –mudblood,"
" Jangan kau-"
" Panggil dia mudblood?"
Ron hanya menatap Draco dengan geram.
" Kenapa weasel? Akuilah pacarmu ini memang mudblood. Aku tidak berbohong kan? Dia memang mudblood kan?" bibir Draco naik sebelah, senang karna bisa membuat rambut merah ini tak bisa berkata apa apa.
Hermione berdiri dan maju ke depan Ron sehingga jaraknya dengan Draco semakin dekat. "Tapi, Malfoy. Kau juga harus mengakui bahwa muggle-born sudah ada sejak berabad abad yang lalu! Dan tak ada yang bisa kau lakukan untuk merubahnya!" Ha! Skakmat Malfoy!
Namun yang Hermione dan Ron kejutkan, Draco malah semakin menyeringai.
"Oh ya? Kita lihat saja nanti, Granger. Apa saja bisa dilakukan seorang Malfoy, kau tau,"
Hermione mengernyitkan keningnya.
" Apa maksudmu?"
" Kau akan tahu-" senyum itu masih di bibirnya ," Secepatnya,"
Draco melangkah pergi dengan kedua temannya mengekori.
"Apa sih maksudnya si Malfoy itu? " Ron mendesah kesal lalu duduk kembali. Hermione baru saja hendak ikut duduk kembali namun dibatalkannya melihat gumpalan rambut hitam yang berlari lari membawa bawa tas disekeliling lengannya. " Harry!"
Hermione berlari mendekat ke Harry dan langsung membantunya membawa beberapa tas yang cukup berat itu. "Thanks 'mione,"nafas Harry tergesa gesa. Ia dan Hermione berlari ke tempat Ron. " Kemana saja kau Harry? Kita sudah menunggu selama dua tahun!" kata Ron yang lalu ikut membantu mengangkat tas Harry. " Astaga apa isi tas tas ini? Lemak Hagrid?"
" Haha. Maaf Ron, ibumu yang memberiku semua ini. Ada banyak makanan, dan barang barang keperluan sekolah, dan bantal guling, dan masih banyak lagi," Harry tertawa melihat Ron yang cemberut, "Kadang aku ragu apakah aku atau kau yang anak kandungnya" kata Ron.
Harry masih tertawa. "Oh ya, kau takkan percaya apa yang kubawa ini-" Harry baru hendak membuka salah satu tas yang berwarna lebih cerah, namun tangannya langsung ditarik Hermione. "Keretanya!"
Kereta Hogwarts Express membunyikan klakson panjang untuk terkahir kalinya dan asap yang mengempul di ujung cerobong semakin banyak, menandakan kereta akan berangkat. Di halte pun tidak ada lagi murid, hanya tersisa beberapa orang tua murid. Ketiga anak Gryffindor itu pun berlari lari mengejar kereta yang akan mulai berjalan itu. Namun kereta itu terlalu panjang dan mereka tak bisa berlari secepat biasanya karna tas tas yang berat itu. Harry mengambil tongkat sihirnya, " Accio Firebolt!". Sapu itu langsung muncul keluar dari tas. Secepat kilat Harry, Hermione, dan Ron berurutan menaikinya. Sapu itu terbang dengan begitu cepat dan tepat pada saat pintu hendak ditutup secara otomatis dengan sihir, mereka menyelip masuk. Ketiganya jatuh terpelanting dari sapu, mendarat dengan tidak sukses. Tubuh mereka menghantam kayu tebal di dalam kereta.
"Ouch!" erang ketiganya. Secara bersamaan ketiganya tertawa.
Hermione berusaha untuk berdiri dan membantu Harry, sedangkan Ron masih tak bergeming di lantai. "Gila! Itu hal yang paling gila! Bagaimana bisa kita naik satu sapu bertiga?" kata Ron tertawa tak percaya.
Harry terkekeh, " Keajaiban selalu bisa terjadi tanpa diduga,"
Ok. Chapter 1 done! =D
Di Chapter ini aku sedikit mengedit bagian yang dikomentari readers Jujur aku tidak keberatan- malah senang sekali jika ada orang yang mengomentari fanfic ini. Walaupun dengan kata-kata kejam sekalipun. Sebab hidup itu kejam. Dan aku yakin kejam itu membuat kita menjadi lebih baik.
