Air

Chapter 5

Disclaimer : It's not mine. It's 's Mrs. Rowlings


" Bisakah kau cepat sedikit?" tanya gadis berambut coklat tebal gusar kepada laki-laki berambut pirang yang tertinggal agak jauh di belakangnya.

" Jangan memerintahku Mudblood. Lagi pula kau yang berjalan terlalu cepat, seperti dikejar setan saja,"

Mendengar kata 'Mudblood', tensi Hermione tambah naik. " Setan satu-satunya dalam hidupku adalah kau. Dan tentu saja kau tidak bisa mengejarku karna kecepatan berjalanmu setara dengan nenek-nenek yang sedang datang bulan dengan betis membengkak habis marathon" Hermione mengangkat sedikit jubahnya ketika ia melangkahi batu besar di depannya.

" Diamlah. Simpan pidatomu ketika Slytherin mengalahkan Gryffindor minggu depan," cibir Draco sambil menambah kecepatan ia berjalan, " Hmm, kira-kira berapa yang tulang Weasly yang akan patah? Dua? Tiga?" sebelah sudut bibirnya terangkat menyeringai.

" Awas saja kalau kau sempat mencelakai teman-temanku, Malfoy,"

" Ya ampun, aku takut sekali,"

Hermione mendengar tawa kecil dibelakangnya. Ia memutar bola matanya kesal sambil melangkahkan kakinya dengan cepat.

Tak lama mereka sudah memasuki moncong dari Hutan Terlarang. Untung baginya mereka tidak berdua. Cukup banyak murid-murid yang mengikuti kelas Herbiologi sedang berada di Hutan pada siang menjelang sore itu. Dan permandangan disana? Menabjubkan.

Cahaya matahari menyelinap masuk melalui sela-sela dedaunan dan dahan-dahan pohon yang lebat menciptakan bias warna-warni yang indah didalam Hutan. Rumput-rumput hijau-jingga, tanaman dengan warna dan bentuk yang ajaib, dan penghuni-penghuni Hutan yang mungil keluar dari tempat mereka untuk memberikan salam-salam manis kepada Murid-murid yang lewat. Karna sudah memasuki musim gugur, daun-daun pun mulai berguguran, walaupun intensitas Hutan masih bisa tergolong cukup lebat.

Hermione merapatkan jubahnya.

Untunglah ia cukup cerdas untuk memakai sweater tebal di dalam jubahnya. Walaupun musim dingin masih 2 bulan dari sekarang, entah mengapa ia merasa udara sudah mulai menusuk. Ia tidak tahu apakah udara yang dingin menusuk itu karena faktor alam, ataukah ada yang lain?

Hermione melewati beberapa kelompok murid yang sedang meneliti tanah, ada yang sudah menemukan bunga dan sedang melaksanakan tugas mereka, bahkan ada pula yang sedang bercengkrama. Hanya sekedar menggerutu dengan keadaan yang kurang mengguntungkan baginya.

" Aduh, dingin sekali. Mau mati rasanya,"

Hermione mengerling ke arah Pansy sejenak sambil mengendus. Memakai seragam tipis dan rok mini memang pakaian yang sangat cocok di suhu alam seperti ini. Jenius.

Namun itu memang tipikal Pansy. Ia akan memakai rok 10 cm dibawah celana dalam walaupun badai salju sedang terjadi, untuk menampakkan paha mulusnya ke cowok-cowok Hogwarts bejad yang memiliki nafsu rendahan.

Bahkan setelah dipikir pikir gadis ini tidak mengikuti kelas Herbiologi. Ia benci alam sejak dulu, dengan alasan klasik gadis kaya seperti dia. Sesuatu tentang mengotori bajunya. Dengan begitu berarti, hanya ada satu alasan ia keluar ke Hutan di cuaca dingin in.

Pansy yang sedari tadi sedang bergosip ria dengan sahabat-sahabat sesama spesiesnya langsung berlarian ke arah laki-laki jangkung yang kebetulan baru lewat.

" Draco!"

Ia langsung menempel dengan cowok itu bak perangko yang dilumuri lem super.

Cowok itu juga mungkin salah satunya ' cowok Hogwarts Bejad ' yang ia sebutkan tadi. Ia merupakan cowok favorite Pansy di Hogwarts. Tak heran karna ia cukup banyak difavoritekan gadis-gadis Hogwarts. Bahkan mungkin (minus Hermione), sebenarnya seluruh gadis di Hogwarts mendambakannya. Harus Hermione akui walaupun sulit, si pirang itu memang tampan. Tubuhnya tinggi dan atletis, berkat latihan Quidditch bertahun-tahun. Bahunya lebar, lengannya cukup kekar, dengan pembuluh darah tipis yang mencuat keluar dari kulitnya ketika ia mengangkat sesuatu. Kulitnya putih, wajahnya agak runcing dan berbentuk seperti diukir dengan sempurna. Matanya berwarna abu-abu keperakan, hidungnya mancung, bibirnya tipis. Ya. Hermione memang memperhatikan semua itu; namun itu karena gosip-gosip yang beredar di antara teman-teman wanitanya, sehingga ia penasaran dan mulai memperhatikan sosoknya. Dan kenyataannya memang benar. Ia sangat tampan. Kenyataan itu memang menyebalkan.

Namun tentu saja itu tidak mengurangi intensitas kebencian Hermione terhadap dirinya. Sikapnya tetap berengsek. Ia tetap si Darah Murni berengsek.

" Draco~ aku kedinginan sekali, lihat tanganku sampai jadi putih. Boleh aku memelukmu? Soalnya tubuhmu hangat sekali -"

Dan segala tetek bengek aski merayu yang dilancarkan gadis Slytherin itu. Hermione yang tidak sengaja mendengar pun berusaha menutupi indranya. Ia sama sekali tidak berniat berbalik kebelakang untuk melihat apa yang sedang mereka lakukan, karna ia sudah bisa menebak-nebak. Dan itu cukup membuat mual.

Hermione berjalan lebih cepat dan momen yang pas ketika matanya menangkap sosok Harry di sebelah kanannya. Laki-laki itu dengan mengamati suatu bunga dengan Ron.

" Guys, sudah mendapatkannya?" Hermione bergabung dengan mereka mengelilingi bunga berwarna kuning tersebut.

" Oh, hai 'Mione. Kurasa sudah. Mungkin kau bisa-"

Harry tidak sempat melanjutkan kata-katanya karna gadis itu sudah duluan berjongkok dan meneliti bunga di depannya.

Warnanya mencolok seperti ciri Jade Vine. Tapi bentuk bunganya agak berbeda. Sisi-sisi dari bunga ini bulat sempurna. Lalu cara bernafasnya. Satu detik, dua detik. Detik ketiga ia sudah menarik nafas. Ini jelas bukan Jade Vine. Jade Vine menarik nafas pada hitungan ke 10. Bunga ini jika diperhatikan memiliki bercak-bercak hijau di tengah bunganya. Kalau tidak salah bunga dengan bercak hijau dan tangkai berduri serta tidak berbau adalah..

" Holytacum Grygorio," Hermione berdiri dari posisinya. " Ini bukan Jade Vine guys. Ini bunga beracun yang berwarna hijau pada umumnya, namun ketika ia memproduksi racun dalam tubuhnya; dimana terjadi menjelang musim dingin; tubuhnya akan berubah warna menjadi kuning. Semakin kuning bunga ini, semakin besar intensitas racunnya. Menyentuhnya tidak akan terkena racun, namun jika kalian merobek bunganya, tangan kalian akan melepuh; serta jika ada angin datang serbuk racunnya akan diterbangkan angin dan akan membahayakan binatang atau tumbuhan lainnya. Menghirupnya dapat menghilangkan kesadaran. Jika serbuknya masuk langsung kedalam tubuh melalui liur akan sangat berbahaya. Bisa mengakibatkan kematian. Jadi tolong kalian lebih berhati-hati," Hermione menjelaskan dengan panjang lebar. Kedua sahabatnya hanya mengangguk-angguk. " Setauku kita tidak pernah mempelajari itu," Ron mengernyitkan dahinya. " Memang tidak. Semua itu dari buku buku di perpustakaan kok," kata Hermione sambil tersenyum bangga.

Harry menatap Ron, "Rumah kedua," keduanya sama-sama mengangkat bahu. " Hei! Kalo aku tidak ke perpustakaan, aku takkan bisa menolong kalian, bisa saja-" repetan Hermione langsung di sela Harry, " Iyaaaa kita tahu Mione~" katanya lalu mengacak-ngacak rambut Hermione sambil tertawa melihat sahabatnya protes. Hermione hendak melepaskan diri namun Harry dan Ron yang merangkulnya tidak melepaskannya sambil terus merusak rambut kembang Hermione yang semakin mengembang dibuatnya. Pemiliknya berteriak-teriak kecil sambil tertawa. Ia mencubit perut Ron yang langsung meloncat kegelian hingga melepaskan rangkulannya. Hermione lalu menggigit lengan Harry, dan segera melepaskan dirinya sendiri ketika kuncian Harry melemah. Ia tertawa keras.

" Dasar kalian ini. Kalau sahabat kalian jadi jelek bagaimana?" katanya sambil merapikan rambutnya sendiri.

Harry dan Ron menggerutu dengan serangan Hermione.

" C'mon Guys. Aku bantu kalian mencari Jade Vine," Hermione tertawa kecil ," Sudahlah hilangkan wajah kusutmu itu, Ron,"

Hermione lalu berjalan memimpin mereka di depan, segera disusul Harry. Dan Ron juga tidak ketinggalan di belakang walaupun masih menggerutu mengenai perutnya sakit.

Mereka melewati beberapa pohon-pohon yang tinggi, menyapa Luna yang sedang menggunakan kacamata yang menurutnya dapat melihat peri hutan melaluinya, Blaise yang sedang menggoda gadis-gadis Hufflepuff, dan Dean Thomas yang duduk di pohon besar karna kakinya terluka ditusuk daun bunga Dryingsigh. Hermione merapalkan mantra sejenak dan menyuruhnya segera ke Madam Pomfrey karna jika dibiarkan dalam 30 menit lukanya akan infeksi dan membengkak. Harry bahkan meminjam sapu terbang milik Corney yang kebetulan disana ( ia tidak mengikuti kelas Herbiologi, hanya iseng melihat-lihat teman-temannya setelah latihan Quidditch ) untuk Dean.

Hutan terlarang memang indah. Namun banyak hal-hal berbahaya dan misterius yang terdapat di dalamnya. Banyak tanaman yang bermanfaat, namun tanaman yang membunuh juga sama banyaknya. Membunuh dalam arti yang luas. Ia bisa saja pertama ia menyederai orang, lalu pelan-pelan efeknya berakit sampai lumpuh total dan kematian. Atau bahkan ada tanaman yang menggigit, lalu orang yang terkena gigitannya akan ' Hidup seperti Mati '. Itu adalah keadaan dimana jiwa masih berada dalam raga, namun tidak ada satupun saraf yang dapat berfungsi. Sehingga ia yang sudah ' Mati ' sebenarnya masih ' Hidup '.

Mereka hendak menaiki tanah yang lebih tinggi. Hermione menginjak akar- akar pohon yang tebal sebagai tumpuannya dan naik ke atas dibantu Harry dan Ron. Ketika ia sudah diatas, dari kejauhan ia melihat bunga berwarna kuning cerah yang mencolok di bawah pohon disebelah bebatuan besar. Ia berlari lari kecil menuju bunga itu.

Hermione berjongkok. Dahinya berkerut dan matanya memperhatikan bunga itu dengan serius.

Kelopak memanjang dan runcing pada ujungnya. Gradasi warna dari Merah Orange Kuning. Daunnya seperti serat-serat yang sangat Kompleks berwarna Hitam. Tinggi sekitar sepuluh centi. Dan cara bernafasnya-

" Guys, sepertinya aku menemukannya,"

Harry berjongkok disamping Hermione. Ron baru sampai di tempat, " Apa? Kau menemukannya?"

Ketiganya lalu sama-sama berjongkok sambil memperhatikan bunga itu dengan seksama.

Senyum Hermione mengembang. " Yep. Tidak salah lagi. Mari kita menandai bunga ini sebagai milik kita terlebih dahulu,"

Hermione baru saja mengangkat tongkatnya dan hendak merapalkan mantra namun disela oleh suara di belakangnya.

" Kita? Maksudmu kau dan aku? Atau kau dengan teman-teman bodohmu ini?"

Draco dan Pansy di sebelahnya serta beberapa anak-anak Slytherin pengikut setia si pirang itu berjalan ke arah mereka. Tentu saja suara itu dari Draco malfoy siapa lagi?

" Ya ampun. Lihatlah tiga wajah konyol ini. Begitu girang melihat bunga. Mereka pikir mereka sudah sangat jenius," tambah Pansy sambil tertawa dengan suaranya yang dibuat buat. Dan secara otomatis para Slytherin juga menambahkan ejekan mereka.

Hermione berdiri dan berbalik badan menghadap mereka. Ia melipat tangannya di depan dada.

" Ini jelas bukan urusanmu Malfoy. Kami yang menemukan bunga ini. Dan itu terserah kami untuk siapa bunga ini,"

" Oh begitu? Apakah sulit menemukan bunga ini?" Draco berjalan beberapa langkah mendekati Hermione. Harry dan Ron langsung bergegas maju dan meletakkan tangan mereka di depan Hermione sebagai perlindungan.

" Apa ini? Kalian pikir aku mau menyentuhnya?" Draco berkata santai. " Aku hanya ingin melakukan eksperimen terhadap bunga ini-"

Detik pertama Draco menginjakkan kakinya dengan kasar diatas bunga itu. Detik kedua Hermione berteriak. Detik ketiga keempat dan seterusnya Harry dan Ron mendorong Draco kebelakang.

Hemione langsung berjongkok memeriksa bunga itu dengan panik," Berani-beraninya kau!" teriak Hermione.

Namun bunga itu sudah mati. Daunnya menipis-menipis hingga akhirnya berakhir seperti debu hitam dan jatuh ke tanah.

Mulai terdengar kerusuhan antara Harry, Ron dengan kelompok Draco. Banyak murid-murid mulai berdatangan melihat kerusuhan itu.

" Jangan mencari masalah dengan kami,"

" Singkirkan tangan kotormu, Potter,"

" Kau sebaiknya segera menyingkir sebelum hal buruk terjadi padamu," geram Harry.

" Oh aku sangat ketakutan," Draco melebih-lebihkan ekspresinya lalu tertawa bersama teman-temannya. " Kau tau kau pantas mendapatkannya. Kalian pantas mendapatkannya."

" Dasar kau ferret pirang berengsek tidak punya perasaan!" Hermione berjalan cepat menuju Draco namun segera ditahan Ron.

" Agresif sekali Granger. Untung pacarmu menahanmu kan? Apakah kau juga seagresif ini di atas ranjang? Mungkin setelah menemanimu ke hutan kau juga akan memintaku menemanimu di atas tempat tidur?" Draco mengangkat sebelah alisnya sambil menyeringai.

" Jaga ucapanmu," kata Ron yang mulai kehilangan kesabaran.

" Aku bisa mehilangkan kepalamu kapan saja, jika kau tidak bisa tutup mulutmu, Malfoy!" bentak Harry yang jelas sudah naik pitam. Matanya menatap tajam ke arah Draco.

" Coba saja, Pottyhead." Pansy mengeluarkan tongkat sihirnya dan langsung mengarahkannya ke Hermione, "Kepala gadis murahan ini akan duluan hilang sebelum kau sempat merapalkan mantra,"

Semua menahan nafasnya dan terdengar teriakan kecil dari murid-murid yang menonton. Suasana mendadak menjadi sangat tegang.

Hermione menatap sangat was-was terhadap tongkat itu sambil meraba-raba dengan perlahan jubahnya berusaha meraih tongkatnya sendiri," Jangan kau coba-coba,"

Pansy mendengus, " Coba-coba apa Granger? Melenyapkanmu dan kaum busuk Mudbloodmu dari dunia? Karna ya, itu yang selama ini kami lakukan,"

Dan yang selanjutnya terjadi adalah Pansy kaget karna sebuah tongkat sihir juga teracung di depan wajahnya.

Tongkat Ron.

" Ucapkan kata-kata itu sekali lagi dan aku yang akan melenyapkan satu spesies tidak berguna dari dunia sihir ini," ancam Ron sambil menatap geram Pansy. " Walaupun kau wanita Parkinson, aku tidak akan segan-segan,"

Ron dan Harry emosi, itu terlihat jelas. Bahkan melebihi Hermione. Wajah mereka merah padam dan Hermione bersumpah ia yakin melihat urat urat nadi mencuat di pelipis mereka.

Pada detik ini semua orang di sekitarnya sudah siaga dengan tongkat masing-masing.

Oke ini cukup. Apapun yang akan terjadi setelah ini terlihat tidak akan menguntungkan jika berurusan dengan para Slytherin licik ini.

" Ron, Harry tenang.. " pandangan Hermione berpindah pindah dengan siaga.

Pansy terlihat sedikit ketakutan, " Draco tolong aku," bisiknya pelan namun dapat terdengar jelas oleh Hemione.

" Coba saja lakukan Weasly. Ayo, silahkan buktikan nyalimu," Draco mendengus, " Aku yakin kau sama pecundangnya dengan keluargamu,"

Pansy terkejut, " Draco!" serunya pelan.

" Jangan menghina keluargaku, "

" Kenapa? Kau mau menangis, anjing kecil? Pulang dan beritahu mereka Draco Malfoy telah menyakiti hati anak curut mereka yang lemah. Kau bisa lakukan itu dan aku bertaruh mereka tidak akan bisa buat apa- apa-"

" Berhenti –"

" Karena mereka miskin, lemah, tidak berdaya, dan tidak berguna seperti samp-"

" Stupefy !"

Laki-laki rambut pirang itu terlempar ke udara dan menabrak pohon besar dibelakangnya dengan keras. " Fuck," Tangannya meraih kepalanya yang menghantam dahan pohon lalu ia melihat lumuran darah. Sesaat kepalanya tidak bisa berpikir apa-apa hanya suara zing—dan mata, telinganya sesaat tidak dapat berfungsi. Beberapa detik kemudian ia dapat melihat dengan samar-samar, dan mendengar suara gaduh. Ia tersenyum melihat permandangan di depannya. Para murid saling serang menyerang. Terutama antara Gryffindor dan Slytherin.


Ladies and gentleman, 8 years later and here i am. Lol. Aku bener bener terharu masih ada yg nunggu lanjutannya sumpah ! Pengen nangis :(

Tapi karna komen ve3 membuatku bangkit dan post lanjutannya lagi.

Ps. Actually i have finished this chapter years ago xD