Air

Chapter 8

Disclaimer : Jk. Rowlings


Nafas hermione sedikit tersengal ketika ia hampir memasuki hutan hogwats. Sebenarnya tidak ada yang memburunya, hanya saja ia ingin lebih cepat sampai dari si ferret busuk itu. Walaupun kemungkinannya sama dengan nol jika ia bisa melampaui kecepatan sapu terbang.

Hermione mengelengkan kepalanya mengomeli dirinya sendiri dalam hati. Namun ketika ia beberapa langkah melewati rimbun muncung hutan dan tidak melihat tanda tanda lelaki itu, harapan dan kebahagiaan kecil mencuat.

Senyum belum sampai di pipinya, sebuah sapu dan pengendaranya mendarat tepat di depannya dengan cepat dan kasar. Hermione hampir mengumpat terkejut. Wajah angkuh dan dingin laki laki itu menyambutnya tidak bersahabat " Kau membuang buang waktuku, granger. Aku sudah menunggu setengah jam diatas sana," Draco turun dari sapunya dan membawanya mendekati pohon terdekat. " Waktu yang harusnya bisa kupakai untuk latihan Quidditch. Dan kusia siakan disini bersamamu," dia menyenderkan sapunya di batang pohon besar lalu menepuk nepuk dan merapikan jubah hogwartsnya.

" Oh diamlah, Malfoy. Kau kira aku senang menghabiskan waktuku denganmu? Aku - "

" Sssttt-" potong Draco meletakkan telunjuknya di bibirnya sembari melirik Hermione dengan ujung matanya, " simpan ocehanmu, aku tak mau dengar. Aku butuh pergi dari sini secepat yang kubisa. Jadi mari kita berpencar, cari bunga sialan itu, dan selesaikan hari buruk ini," dengus lelaki itu yang mulai melangkah meninggalkan Hermione.

Apa- apaan.

Hermione melangkah cepat dan langsung mengacungkan tongkatnya di belakang kepala Draco. " Berhenti, pirang brengsek, "

Draco menghentikan langkahnya, " Apa kau menga-"

Dan sekarang giliran gadis berambut coklat itu yang memotongnya, " Ya, dan aku akan melemparmu ke pohon dibelakang sana jika kau tak berhenti berlagak seperti anak manja kurang ajar," hardik Hermione berapi api. Draco memutar kedua bola matanya dan membalikan badannya sehingga tongkat itu kini teracung si dahinya, " Turunkan tongkatmu. Sekarang juga, mudblood,"

Namun Hermione tidak bergeming. Tidak tangannya, tidak juga tatapannya. Hermione mengangkat kepalanya cukup tinggi untuk menyamai tatapan lelaki jangkung itu. Dan untuk pertama kalinya keduanya benar benar bertatapan, " Kita bisa lakukan ini dengan cara mudah, atau cara yang sulit, pirang brengsek. Pilihanmu. Lagi pula kau dan aku akan terjebak di tugas ini selama... yah kurang lebih sebulan. Kau ingin jadi sulit? Silahkan, akan kuladeni. Ooh, dan percayalah, aku sudah lama ingin melatih dan mencoba beberapa mantra," hermione menatapnya tajam.

Keduanya bertatapan dengan amarah dan keras kepala. Tak ada yang mau memutuskan tatapan itu dahulu.

Draco menghela nafasnya. Seperti memikirkan sesuatu kemudian mengurungkan niatnya. " Baiklah, mudblood. Apa maumu? Sebaiknya buat itu cepat, atau aku akan mengasumsikan kau sengaja ingin lama lama berduaan denganku," tangannya mengibaskan tongkat Hermione, lalu si pemiliknya menurunkan tongkatnya dengan setengah hati dan mundur beberapa langkah menjauhinya. " Pertama, kau belajar menghargai rekan kerjamu, dengan tidak menyebutnya mudblood," Hermione ingin menampar lelaki itu ketika ia mendengus, " Kedua, kita harus buat kesepakatan dalam tugas ini."

" Yaitu? "

" Yaitu, kita akan bersama sama mencari Jade Vine- yang akan kita lakukan dengan BERPENCAR." jelas Hermione dengan cepat sebelum Draco membuka mulutnya untuk protes. " Kemudian secara bergantian kita akan merawat Jade Vine,"

" Aku tak punya satu-fvcking-ide pun bagaimana cara merawat bunga itu," Draco menyipitkan matanya sambil melipat kedua tangan didepan dada.

Hermione juga ikut melipat tangannya dan mengangkat kedua alisnya, " Tidak masalah. Aku akan mengajarimu untuk beberapa hari. Selanjutnya kita bisa bergantian merawatnya, yang mana akan sangat membantu karna kita tidak perlu saling bertemu lagi. " terang dia dengan menggebu karna kesal.

" Tentu. Ide bagus,"

" Bagus,"

Sejenak mereka terdiam. Draco menatap dengan enggan gadis itu sembari menunggu kata katanya selanjutnya. " dan?"

Hermione berdeham, " Itu saja. Kau bisa mulai mencari di bagian utara, aku akan ke bagian dekat pondok hagrid."

Secara mengejutkan untuk Hermione, pria oitu langsung berbalik dan benar benar berjalan ke arah utara.

Well, kukira ia akan bergaduh lagi mempeributkan mengapa ia harus mendengarkanku.

" Kalau sudah ketemu, kirim signal patronus! " sahut Hermione yang tidak digubris, namun ia yakin Draco sudah mendengarnya. Gadis itu mengamati Draco berjalan menjauh sejenak dan ada sesuatu yang aneh dengan kaki kirinya. Seperti ia setengah menyeretnya dan agak terpincang pincang.

Apa itu? Apakah ia terkilir atau apa?

Hermione mengernyitkan dahinya sedetik sebelum kembali ke kesadarannya. Ia mulai melangkah menelusuri hutan sebelah selatan.

Masa bodoh, apa yang terjadi dengannya. Kemungkinan hanya kecelakaan ketika latihan Quidditch. Atau tersandung batu, atau terjatuh dari tangga. Atau masih cedera dari insiden Gryffindor Slytherin kemarin.

Hermione memaki dirinya sendiri lagi, ketika menyadari ia sedikit mengkhawatirkan laki laki itu. Ia memang tidak bisa menahannya, ia memang sangat perhatian dengan semua orang. Walaupun orang itu setengah setan seperti Draco Malfoy. Itu natural dari dirinya. Ia tidak bisa berhenti memikirkan semua orang, setiap saat. Yang mana sering merugikan dirinya sendiri.

Begitu juga pendapat orang lain. Itulah mengapa ia sering terluka ketika ia masih muda. Memikirkan apa yang anak laki laki berambut merah berpendapat tentang dirinya. Menangis di toilet karena Ron mengatakan ia sok pintar, kasar, dan seperti nenek sihir.

Hermione tersenyum kecil.

Sekarang sudah lebih baik. Memang Ron terkadang masih mengejeknya. Namun tidak peduli apapun ejekan Ronald Weasley, ia tetap sangat menyayanginya. Dan Harry.


Hermione sedang berusaha naik ke satu batu besar dan tinggi ketika beberapa ekor burung hijau muncul dan mengelilingi kepalanya.

Gadis itu melihat burung kecil itu dan menyadari bahwa mereka adalah daun yang di sihir menjadi bentuk burung.

Malfoy

Tentu saja ia takkan menurutiku dengan menggunakan Patronus. Ia akan pakai caranya sendiri.

Dan ia sudah menemukan bunganya?

Hermione mengikuti arah burung itu terbang. Ia berjalan sekitar 30 meter dan menemukan seorang pria duduk di samping pohon dan tanaman kecil. Pria itu menyenderkan kepalanya ke batang pohon dan menutup matanya, kedua tanganya terkatup di atas perutnya seperti sedang beristirahat.

" Kau sudah menemukannya? "

Draco membuka sebelah matanya, melirik Hermione dan lalu menutupnya kembali. " Oh tidak, aku hanya kangen padamu, " sahutnya sakarstik. Hermione memutar bola matanya dan mendekati tanaman itu. Ia kemudian berjongkok di depannya.

Warna kuning. Kelopak bunga yang berbentuk seperti payung. Mulus dan tidak berbecak.

Satu dua tiga empat..

Hermione berdiri dan meletakkan kedua tangannya dipinggang. " Ini bukan Jade Vine. Hanya sejenis jamur biasa," ia menatap kebawah lelaki yang terlentang itu.

" Kau yakin? "

Hermione menyipitkan matanya, " Kau meragukanku? Silahkan rawat sendiri jamur itu, nantinya kau bisa pakai untuk masak sup,"

Draco menghela nafas dan berdiri. Ia menepuk nepuk jubahnya berusaha membersihkannya, walaupun ia tadinya duduk di sebuah kain yang entah ia sihir dari apa.

" Aku sudah selesai disini, aku mau kembali," Draco merapikan jubahnya dan mengusap belakang rambut pirangnya. " Besok aku baru lanjut. Aku ada keperluan lain, granger, " Ia segera menyambungkan kalimatnya sebelum Hermione menyelanya. Gadis itu menatapnya dengan kesal, dan Draco membalasnya dengan tatapan malas. Setelah beberapa detik tanpa balasan, Draco memanggil sapu terbangnya. Ia kemudian melesat cepat di langit tanpa basa basi lagi.

Hermione menggerutu kesal dalam hati.

Langit bahkan belum gelap! Dasar pirang brengsek!

Ia berjalan perlahan dan mengamati sekitar. Hermione mulai mencari bunga itu sendirian dengan seksama.

Aku akan kembali sebelum gelap. Sejam lagi saja.