Air
Chapter 13
Disclaimer : Jk. Rowlings
" Lihat, lihat. Serangan lagi!"
Seamus melemparkan Daily Prophet di meja panjang Gryffindor di Aula besar tepat di depan Hermione, Ron, Ginny dan Neville. Mereka dengan antusias berusaha meraih koran itu, namun Hermione merebutnya terlebih dahulu. " Perampok Membakar Rumah di Kawasan Malham, 6 keluarga tewas," Neville memicingkan mata membaca judul berita yang tercetak dengan tulisan hitam tebal di paling depan. Terdapat foto rumah rumah yang terbakar bergerak berulang ulang. " Itu kawasan tempat tinggal muggleborn. Terjadi lagi," Ginny menatap Neville dengan pandangan ngeri. " Lagi? " tanya Hermione bingung.
" Ini ketiga kalinya pemukiman Muggleborn diserang Hermione. Itu ada di Daily Prophet," jelas Ron dengan nada serius. Hermione mengernyitkan dahinya dengan kaget, " Apa? Mengapa aku tak tau hal ini? Apakah Harry tau hal ini? " tanyanya berggebu gebu.
" Sorry Hermione kami lupa memberitahumu. Kau sibuk di perpustakaan dan mengurus Jade Vine-mu. Dan ya, tentu Harry tau," jawab Ron. Dan seperti dipanggil namanya, laki laki berkacamata itu muncul di depan pintu Aula Besar. Ia berjalan ke arah teman temannya yang menatapnya dengan horror, membuatnya penasaran. " Harry! Darimana saja kau?!" tukas Hermione mengagetkan laki laki bermata hijau itu. " A-ada apa Hermione? Aku dari Dumbledore,"
Mereka melemparkan koran itu di depan Harry yang kemudian dibacanya dengan serius. Setelah ia selesai membaca paragraf di berita itu, ia mengintip teman temannya di balik Daily Prophet. " Ini bukan kebetulan lagi. Tiga kali? Perampok? Dan kawasan penyihir Muggle born? " Harry membuka pembicaraan.
Pelahap maut batin hermione. Ia merasakan gumpalan tersekat di tenggorokannya.
" Daily Prophet menutup nutupinya," sambung Ron, " tidak mungkin mereka tidak tau pelaku yang sebenarnya. Topeng dan jubah mereka terlalu ikonik," . Neville menggeleng gelengkan kepalanya, " Tapi mengapa? Jika kementrian mau mendukung Kau-Tau-Siapa, mereka tak perlu membuat berita seperti ini,"
Hermione berpikir, " Karena mereka masih belum tau mau berada di sisi mana. Dumbledore masih penyihir terkuat saat ini,"
" Itu bisa diperdebatkan," sahut Seamus, langsung ia dipelototi teman temannya yang lain.
" Maksudku Kau-Tau-Siapa 'mungkin' penyihir yang lebih- "
" Dumbledore penyihir paling hebat. Titik," potong Harry kesal dan dengan cepat mengalihkan pandangannya dari Seamus, " Kementrian sangat bodoh jika mereka memihak Voldemort, "
Hermione membuka mulutnya cepat, " Kau-Tau-Siapa,"
Ginny memandang pria itu dengan raut khawatir, " Lalu apa tindakan Dumbledore, Harry? Apakah ia mengatakan sesuatu padamu?"
Harry terdiam. Ia menatap meja didepannya cukup lama, " Untuk sekarang, Dumbledore menyuruh aku untuk tidak mengkhawatirkan tentangnya. Order akan mengurus penyerangan itu. Kemarin malam aku kembali melihat pensieve, mencari cari cara mengalahkan Voldemort,"
" Kau-Tau-Siapa," koreksi Hermione cepat dengan panik. " Oh ya ampun Hermione! Jika dia bisa membunuhku hanya dengan menyebut namanya, dia bisa lakukan dari bertahun tahun yang lalu! Selama kita ada Dumbledore dan berada di Hogwarts, kita akan baik-baik saja," sahut Harry dengan tidak sabar. Hermione terdiam dan menghindari tatapan kesal Harry. " Pagi ini, ia mendiskusikan Hocrux dan letaknya padaku. Kami akan pergi minggu ini," jelas Harry.
Ginny mengenggam tangan Harry, " Aku ikut," kemudian diikuti oleh Neville dan Seamus. " Tidak teman teman. Misi ini hanya boleh aku dan Dumbledore. Ia sudah menekankan bagian itu. Karna Ia yakin Hermione dan Ron akan memaksa ikut," terang Harry sambil meremas tangan kekasihnya. Ron menoleh singkat ke Hermione sebelum melihat sahabat laki lakinya didepan.
" Dan dia yakin itu cara mengalahkannya? Dengan menghancurkan Hocrux? " Tanya Ron dengan dahi berkerut. Harry menyadari teman temannya yang menatap dirinya dengan cemas. " Dari memori yang kita lihat. Ya, itu satu satunya cara,"
Ketika Hermione sampai di Hutan ia tidak menyangka menemukan Draco sudah berada disana. Lelaki itu tengah duduk menyandarkan tubuh dan kepalanya ke batang pohon dengan melipat kedua tangannya. Hermione berjalan kearahnya untuk mendapati ia sedang menutup kedua matanya dengan alis berkerut. Bahkan ketika gadis Gryffindor itu telah berdiri di sampingnya, ia masih tidak bergerak.
Mungkin ia tertidur
Rambut pirangnya terlihat sangat halus dan lembut ketika angin menerpanya. Jauh berbeda dengan rambut Hermione yang kembang dan bergelombang. Tak peduli seberapa banyak pelembab yang dia taruh di rambutnya. Terkadang Hermione merasa iri dengan rambut ferret brengsek ini. Gadis itu memperhatikan ketika raut wajahnya berubah tiba tiba menjadi tenang dan alisnya yang mengerut turun dengan perlahan. Hermione mengernyitkan keningnya ketika melihat kedua ujung bibir laki laki itu terangkat sedikit. Ia tersenyum. Ini pertama kali ia melihat lelaki itu tersenyum. Walaupun kedua matanya tertutup, ia masih terlihat sangat-erm-tampan.
Mimpi apa si bodoh ini
" EHEM!! " Hermione berdeham dengan keras dan pemuda di sampingnya langsung tersentak bangun dari duduknya. Ia mengacungkan tongkatnya dengan cepat dan siaga kepada Hermione. Draco mengedipkan matanya berkali kali mencerna apa yang yang sedang terjadi.
" What the fuck, granger. Kau tak bisa lebih kasar lagi? "
Hermione tertawa puas dalam hati sambil mengangkat kedua alisnya dengan ekspresi tak peduli. Ia mengalihkan perhatiannya kepada Jade Vine dan berjongkok di depannya. " Perhatikan dengan seksama, Malfoy," gadis itu menunggu pria pirang tersebut berdiri disampingnya dengan tidak sabar
Hermione kemudian merapalkan mantra sebelum kembali mengorek ngorek tanah di sekitar Jade Vine. Kali ini ia membuat lubang sekitar 3cm dan menaburkan pupuk yang sebelumnya telah ia buat ke lubang tersebut. Ia memberikan air aguamenti sebelum merapalkan mantra lainnya. Sambil ia melakukan tugasnya, mulutnya terus memberikan instruksi kepada Draco. Lelaki itu berkali kali mendengus dan memutar bola matanya dengan malas. Jade Vine terlihat bercahaya sejenak ketika Hermione menyelesaikan mantra terakhirnya. Gadis itu bangkit dari jongkoknya.
" Kau bawa pupuk yang kusuruh buat kemarin? "
Draco mengerling ke arahnya, " Tidak, "
" Apa? Kau- "
" Akan kubuat besok. Simpan ceramahmu, granger,"
Hermione melemparkan pandangan tajam.
" Sekarang waktunya menunggu 1 jam kan? Iya? Baiklah," Draco menjawab pertanyaannya sendiri dan kembali menuju posisi duduknya tadi. Hermione melongo.
Lagi lagi yang aneh dengan suasana hati laki laki ini. Ia yang biasanya sangat senang mengganggu ataupun menindas dirinya sekarang malah terlihat berbeda.
Mata Hermione mengikuti pergerakan laki laki itu yang kembali duduk, namun kali ini matanya menatap jauh ke danau.
Matanya terlihat aneh.
Seperti campuran amarah, letih, dan... jika ia tidak salah lihat, ada sedikit pilu. Sangat sangat sedikit. Seperti kenestapaan akan sesuatu yang hilang. Mungkin ia berusaha menutupinya dengan emosi yang lain namun mata tidak bisa berbohong. Setidaknya mata kelabunya tidak bisa.
Hermione menghela nafas, bukan urusanku, batinnya, kemudian mengeluarkan sebuah buku tebal usang dari dalam tasnya. Ia melangkah menuju posisinya di bawah pohon biasa dan duduk. Gadis itu kemudian mulai membaca.
Basilisk pertama yang tercatat dibiakkan oleh Herpo the Foul, seorang penyihir Gelap Yunani dan Parselmouth, yang menemukan setelah banyak eksperimen bahwa telur ayam yang menetas di bawah katak akan menghasilkan ular raksasa yang memiliki kekuatan berbahaya yang luar biasa.
Hm...
Lahir sebagai Parselmouth, Herpo memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan ular. Dia menghabiskan hidupnya mempelajari Ilmu Hitam, menciptakan banyak kutukan keji. Pada titik tertentu dalam hidupnya, setelah banyak eksperimen, dia menciptakan Basilisk pertama yang dikenal, dan sebagai Parselmouth, dia dapat berkomunikasi dengan dan mengendalikannya.
Selain itu, ia memperoleh pemahaman yang besar tentang sifat jiwa, dan bagaimana pembunuhan mempengaruhinya. Berbekal pengetahuan dan kekejamannya, dia sengaja melakukan pembunuhan dengan maksud membelah jiwanya, dan kemudian menyegelnya di dalam objek dengan Sihir Gelap, menjadi penyihir pertama yang diketahui berhasil membuat Horcrux.
Hermione semakin tertarik dan mulai membaca dengan bersemangat. Ia menyelipkan rambut kecil kebelakang telinganya. Kekuatan sihirnya...kutukan hitam yang ia ciptakan...pengembang biakkan basilisk...
Gadis itu membalikkan halaman demi halaman hingga ia mencapai biografi orang lain. Ah, informasinya sangat sedikit. Lagi lagi tak ada yang tentang Hocrux. Ia menyipitkan matanya dengan tidak puas.
Aku harus mencari Dumbledore. Mungkin ia punya koleksi buku yang berhubungan dengan Hocrux.
Hermione menghela nafas kemudian mengerling ke arah samping. Laki laki slytherin itu sudah kembali menutup matanya. Hermione tak bisa menolong untuk tidak mencuri pandangan kearahnya. Tangannya terlipat di depan dada, sama seperti ketika Hermione menemukannya. Ia memakai sweater turtle-neck berwarna hitam yang kontras sekali dengan jari jarinya yang putih panjang.
Sebuah luka menjalar di leher sebelah kiri mengarah ke telinganya, mencuat keluar dari atas kerah sweaternya. Walaupun kecil dan hampir tertutup dengan kerah baju yang tinggi, namun Hermione menyadarinya. Gadis itu memiringkan kepalanya, untuk akses lebih jelas. Luka itu berwarna merah marun seperti baru semalam. Dan Hermione yakin itu baru semalam, karna siang kemarin luka itu tidak ada. Dan kemarin Malfoy memakai sweater kerah U, sehingga terlihat jelas lehernya.
Tiba tiba sesuatu menyambar dirinya seperti petir.
Penyerangan malam di Malham. Luka baru. Dan penyerangan sebelumnya di tanggal 3 hari Rabu, luka di pergelangan tangan Malfoy...
Kamis keesokan harinya.
Nafas berat masuk ke paru parunya saat kata kata itu meresap di kepalanya.
Hermione menggeleng gelengkan kepalanya.
Itu hanya kebetulan.
Tidak ada yang bisa keluar masuk dari Hogwarts. Kau paranoid Hermione.
Hermione kemudian kembali mengalihkan perhatiannya pada buku di pangkuannya, berusaha membuang jauh perasaan penasarannya. Ia membalikkan halamannya kembali kepada biografi Herpo the Foul, kalau kalau dia melewatkan sesuatu yang penting.
