Shinobi of Tempest
Bab 06: Orochimaru
Setelah mendengar permintaan langsung dari Treyni, Benimaru tidak bisa menahan rasa curiganya. Kehadiran mendadak dryad itu di desanya, membuatnya semakin waspada.
Rimuru, yang masih duduk dengan tenang, berdiri dan maju ke depan, mempertanyakan situasi ini dengan serius. "Mengalahkan Orc Lord. Aku?? Apa Anda yakin akan hal itu?" tanyanya, menatap Treyni dengan penuh perhatian.
"Ya, tepat sekali," jawab Treyni tanpa ragu.
Benimaru, yang tidak bisa lagi menahan perasaannya, maju ke depan Rimuru, tatapannya tajam, penuh kewaspadaan. "Bisa-bisanya kau muncul mendadak dan bicara seenaknya. Dryad, Treyni," ujarnya dengan nada tegas. "Kenapa kau datang ke desa ini? Bukankah ada ras lain yang lebih kuat dari Goblin?" Sekali lagi, pertanyaan Benimaru mengalir dengan kecurigaan yang semakin dalam.
Treyni hanya tersenyum tenang menanggapi kecurigaan Benimaru. Sebelum dia bisa menjawab, Naruto, yang berada dalam kendali Minato, angkat bicara, suaranya penuh dengan ketenangan yang bijak. "Benimaru, jangan meremehkannya. Meskipun dia jarang menampakkan diri, aku bisa merasakan bahwa ia bergerak dengan energi alam yang menyatu dengan Masouku di hutan Jura. Aku yakin dia tahu setiap detail yang terjadi di hutan ini. Artinya, dia memilih datang kemari karena menilai bahwa desa ini adalah yang paling berpotensi untuk menghadapi Orc Lord."
Perkataan Naruto yang penuh keyakinan membuat semua yang ada di sana terdiam, bahkan para Kijin, termasuk Benimaru, terkejut. Treyni kembali tersenyum dan menatap Naruto dengan tatapan puas. "Seperti yang kau katakan, Tuan Pirang," ucapnya lembut, menambahkan keheranan para Kijin yang kini mulai menyadari ada sesuatu yang lebih besar terjadi.
Namun, Benimaru masih belum puas. Wajahnya menunjukkan betapa dalam kemarahan yang dirasakannya, terutama ketika dia memikirkan nasib keluarganya. "Kalau begitu, kenapa kau tidak menyelamatkan keluarga kami sebelumnya?" tanya Benimaru, suaranya rendah namun penuh dengan kemarahan yang terpendam.
Treyni menatap Benimaru dengan tatapan yang dalam, menyadari luka yang ditanggung oleh Ogre yang satu ini. Dia diam sejenak, membiarkan kata-kata Benimaru menggantung di udara sebelum akhirnya menjawab. "Itu karena, aku sama sekali tidak pernah mengira kalau kalian akan kalah. Selain itu, keberadaan desa Ogre berada di dekat ujung hutan, jadi aku mengira saat itu hanyalah serangan Orc biasa yang tidak perlu dikhawatirkan. Siapa sangka desa Ogre akan hancur, dan aku tidak bisa menyadari itu dengan cepat. Sehingga, meskipun aku bertindak, bantuanku juga tidak akan sampai tepat waktu."
Penjelasan Treyni membuat suasana menjadi hening. Rimuru, yang sejak awal mengamati, mengerti rasa sakit dan frustrasi yang dirasakan Benimaru. "Benimaru," gumam Rimuru, mencoba menenangkan dirinya dan sahabatnya itu.
Benimaru menarik napas panjang, mencoba menahan emosinya. Meskipun jawabannya dari Treyni tidak memuaskan, ia mulai memahami situasi yang lebih besar. Sementara itu, Rimuru, yang merasa ada sesuatu yang lebih dalam sedang terjadi, berkata dengan sedikit kebingungan, "Begitu ya... sejujurnya aku masih mempertanyakan soal keberadaan Orc Lord, tapi..."
"Haaah... seperti yang dikatakan teman pirangmu itu," jawab Treyni, suaranya kembali tenang, "Kami para Dryad bisa memberikan informasi yang ada, selama berada di ruang lingkup hutan ini. Jadi, aku bisa menjamin, Orc Lord itu memang ada." Selesai berbicara, Treyni mengambil keripik kentang dan memakannya dengan santai, seolah tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Dengan situasi yang mulai jelas, meskipun dengan perasaan yang campur aduk, mereka semua menyadari bahwa pertempuran besar melawan Orc Lord akan segera dimulai. Setiap tindakan yang diambil saat ini akan menentukan nasib seluruh hutan Jura dan penghuninya.
"Jika Dryad- sama, berkata demikian... maka hal itu sudah pasti terjadi," gumam pelan Rigurd yang mulai khawatir.
"Baiklah aku mengerti," ucap Rimuru sambil menatap Treyni. Namun, sebelum mengambil keputusan, aku harus berdiskusi dengan yang lain. Walau bagaimanapun, aku adalah pemimpin mereka semua," ucap Rimuru.
Treyni hanya mengangguk, ia paham akan hal itu dan duduk, lalu menunggu hasil diskusi dari Rimuru dan bawahannya. Treyni juga menatap ke arah Naruto.
Sementara itu di alam bawah sadar. Jiwa Naruto kembali bangun dan mengambil kendali setelah selesai istirahat, ia juga sudah mendapat beberapa informasi penting dari ingatan Minato dan semua keadarannya yang lain yang tersambung langsung dengan dirinya.
Naruto yang sadar kalau sedang ditatap oleh seseorang, ia langsung mengarahkan pandangannya pada Treyni. Treyni langsung mengalihkan wajahnya dan kembali fokus memakan kripiknya.
Naruto sedikit mengangkat alis matanya, karena ia tidak mengerti kenapa Treyni memperhatikannya.
"Apa sebenarnya tujuan dari Orc itu sebenarnya, apakah ada yang bisa memberikan pendapat?" tanya Rimuru.
Reika, yang merupakan bawahan sementara dari Naruto angkat bicara. "Ano, sebenarnya aku kepikiran akan beberapa hal."
"Umu, katakanlah," ucap Rimuru sambil menatap Kijin berambut merah muda itu.
Reika kemudian menatap ke arah Souei, "Souei, kamu sempat kembali ke desa bukan?" tanya Reika pada Kijin berambut biru yang jadi bawahannya Rimuru langsung.
"Ya." jawab singkat Souei.
Reika yang melihat ekspresi wajah Souei yang sedikit berubah langsung menebak, "Dari ekspresi wajahmu, sepertinya... kau tidak menemukan apapun-kan?"
"Ya," jawab singkat Souei, seketika Rimuru penasaran dan menatap Souei, begitu juga dengan Benimaru yang juga menatap ke arah Souei.
"Mau keluarga atau rekan kami sebagai Ogre, bahkan para Orc itu... semuanya hilang tanpa sisa," jawab Souei denga nada datar. Namun, Naruto yang cukup sensitif dengan emosi terpendam bisa tahu kalau para Kijin sedang bersedih.
"Apanya?" tanya Rimuru penasaran, mengenai apa yang hilang dari desa para Ogre.
"Mayatnya," ungkap Souei.
"Eh?" kaget Rimuru.
Benimaru kemudian angkat bicara."Kadang aku berpikir mengenai—bagaimana bisa mereka memberimakan pasukan Orc yang sebanyak dua ratus ribu pasukan itu, tapi... sepertinya itu sudah jelas sekarang."
"Jangan bilang?" Rimuru mulai berpirasat tidak enak.
Naruto pun angkat bicara, "Dari percakapan itu, aku rasa ... sudah jelas Rimuru, para Orc memakan musuh dan rekan mereka yang mati."
Mendengar penegasan dari Naruto. Nampak para monster dan Dwarf di sana merasa ngeri, karena para Orc bertarung dengan menghiraukan moral atau bisa dibilang, mereka berhadapan dengan monster yang sebenarnya monster.
"Itu pasti karena Skill uniknya yang bernama : Hasrat Lapar. Skill ini adalah skill khusus yang dimiliki Orc Lord, ia punya kemampuan untuk memakan segalanya, termasuk rasa takut dari bawahannya. Ketika ia dan bawahannya memakan sesuatu, ia akan mendapatkan kemampuan dari sesuatu yang ia makan. Namun, konsekuensinya, ia tidak akan merasa kenyang," jawab panjang Treyni, yang punya banyak pengetahuan mengenai skill. "Hampir mirip dengan skill Pemangsa milikmu-kan?" tambah Treyni lagi.
"Dari penjelasanmu, bisa aku simpulkan, kalau para Orc sebenarnya hanya punya satu tujuan, yaitu bergerak dan memenuhi hasrat lapar mereka hingga tak ada lagi yang bsa dimakan. Sungguh makhluk pembawa bencana sejati," ungkap Naruto.
Mendengar terkaan Naruto, Treyni sedikit terdiam, ia kemudian menyeruput tehnya dan berkata, "Tuan pirang, tebakanmu 99% benar," ucap Treyni.
"Naruto. Namaku Uzumaki Naruto. Treyni- san. Terimakasih informasinya, meskipun tantangan ini terasa mengerikn, aku berharap ia hanya mendapatkan kekuatan Ogre saja untuk saat ini. Karena jika sampai ia sempat memakan makhluk lain selain Ogre, kita pasti akan kesulitan," gumam pelan Naruto.
Mendengar kesimpulan dari Naruto, Rimuru sedikit merasa ngeri dan ia yakin wilayahnya juga tidak akan aman. "Apa yang Naruto katakan, ada benarnya, desa kita benar-benar tidak aman. Hobogoblin, Tempest Wolf dan Kijin. Aku tidak tahu bagaimana rasanya. Namun, dari kekuatan yang akan mereka dapatkan sepertinya tempat ini akan jadi hidangan pembuka bagi mereka."
Benimaru sedikit menyindir Rimuru yang tidak peka akan kehadiran dirinya sendiri. "Apa Anda melupakan menu yang paling mereka ingin makan?" tanya Benimaru.
"Hmmmm?" Rimuru nampak mencoba memakan keripiknya jadi terpancing dengan perkataan Benimaru dan Reika juga hanya tersenyum saja melihat Rimuru ngemil.
"Ada bukan, Slime terkuat," tanggap Benimaru yang tentu saja merujuk pada Rimuru itu sendiri.
"Dimana?" tanya Rimuru yang masih tidak sadar.
Benimaru hanya tertawa melihat ketidakpekaan Rimuru. Sementara itu, Reika menahan senyum, merasa bahwa meskipun situasinya serius, Rimuru tetap memiliki sifat yang lucu dan santai.
Rimuru, yang akhirnya menyadari apa yang dimaksud Benimaru, segera berhenti mengunyah keripiknya. "Ah... maksudmu aku?" tanya Rimuru sambil menunjukkan wajah polosnya.
"Siapa lagi kalau bukan kau?" balas Benimaru, masih dengan tawa kecilnya.
Rimuru menyadari bahwa dia memang salah satu target paling potensial bagi para Orc karena kekuatan besar yang dia miliki. Hal ini membuat Rimuru sedikit merenung. "Hmm... aku memang harus berhati-hati," ucapnya sambil mengangguk setuju pada dirinya sendiri.
Namun, sebelum Rimuru bisa melanjutkan pemikirannya, Naruto menyela, suaranya serius. "Rimuru, kita perlu segera mengambil tindakan. Jika Orc Lord benar-benar memiliki kekuatan seperti yang Treyni jelaskan, dan dia memimpin pasukan Orc yang lapar tanpa henti, maka kita harus menghentikannya sebelum mereka mencapai desa ini."
Rimuru menatap Naruto, mengerti sepenuhnya pentingnya situasi ini. "Kau benar, Naruto. Kita harus bertindak cepat dan efektif. Tidak ada waktu untuk berleha-leha."
Treyni yang sejak tadi diam, kembali angkat bicara. "Lalu, kelahiran dari Orc Lord itu memiliki hubungan dengan Majin. Sepertinya itu bukan musuh yang bisa diabaikan."
"Iblis ya?" gumam pelan Rimuru yang teringat akan temannya Shizu yang mati dan kata-kata terakhir Shizu mengenai Maou, Leon Cromewell.
Treyni kembali berdiri dan berkata, "Tuan Rimuru Tempest. Sekali lagi, saya meminta Ada untuk mengalahkan Orc Lord itu. Sosok yang menerima berkat dari Naga Badai, Veldora, menaklukka Garou, serta menjadi tuan yang diikuti Kijin seperti Anda, tentunya tak akan mungkin kalah dari Orc Lord, kan?"
"Hmmmmm," Rimuru mulai berpikir keras dan bahkan sampai bertanya pada Daikenja.
"Daikenja bagaimana? Apa dia bisa dipercaya?" tanya Rimuru.
"Lapor! Dryad adalah penjaga Hutan Besar Jura. Dikatakan, bahwa mereka adalah sosok yang bisa memberi hukuman kepada ancaman hutan." jelas Daikenja yang merupakan skill dari Rimuru.
Namun, disaat Rimuru sedang berpikir keras. Shion langsung mengambil alih keputusan. "Tentu saja! Bagi Tuan Rimuru, Orc Lord itu tidak ada apa-apanya."
"Waaah ternyata begitu ya?" ucap Treyni yang mulai lega sambil tersenyum.
Sementara Rimuru nampak kaget dan tidak tenang, karena sebenarnya ia masih ragu untuk menghadapi Orc Lord atau tidak.
"Rimuru, tenang saja, jika kondisinya tidak memungkinka, aku masih punya kartu andalan. Jika kita tidak bisa memusnahkannya, maka kita akan menyegelnya, dan aku punya satu fuin jutsu tingkat tinggi," jelas Naruto.
"Wah benarkah, apa itu?" tanya Rimuru.
" Shikifujin. Dengan teknik itu, aku akan memanggil Shinigami kemari dan membuatnya memakan jiwa dari Orc Lord, dan siapapun yang rohnya berada diperut Shinigami, ia tidak akan bisa dihidupkan kembali apapun yang terjadi," tanggap Naruto.
Rimuru terkejut mendengar penjelasan Naruto tentang teknik *Shikifujin*. Ini adalah teknik yang tampak sangat mengerikan dan efektif, tapi juga sangat berisiko.
"Kedengarannya sangat kuat, tapi apa tidak ada efek sampingnya?" tanya Rimuru, masih mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang ada.
Naruto mengangguk serius. "Benar, teknik ini sangat kuat, tapi tidak bisa digunakan sembarangan. Penggunanya harus menyerahkan nyawa mereka sebagai ganti untuk memanggil Shinigami. Itu adalah langkah terakhir jika semua cara lain gagal."
Rimuru merenung sejenak. Dia memahami betapa pentingnya situasi ini, tetapi dia juga tidak ingin Naruto mengorbankan dirinya. "Naruto, aku menghargai kesediaanmu untuk menggunakan teknik itu, tapi aku ingin kita mencari cara yang bisa menyelesaikan masalah ini tanpa harus ada yang mengorbankan nyawa."
Naruto tersenyum tipis, menghargai kekhawatiran Rimuru. "Tentu, Rimuru. Aku juga tidak ingin menggunakannya kecuali benar-benar terpaksa. Kita akan berusaha sebisa mungkin untuk mengalahkan Orc Lord tanpa menggunakan Shikifujin. Tapi, kau harus tahu bahwa kita punya opsi itu jika situasi memburuk."
Rimuru mengangguk, merasa sedikit lega tapi tetap tegang. "Baik, kalau begitu kita akan mencoba mengalahkan Orc Lord dengan kekuatan yang kita miliki. Aku akan memastikan kita semua siap untuk menghadapi pertempuran ini."
Treyni, yang mendengarkan percakapan mereka, tersenyum dan berkata, "Keputusan bijak, Tuan Rimuru. Saya yakin Anda dan orang-orang Anda memiliki kemampuan untuk menang. Saya akan melakukan apa yang saya bisa untuk membantu dari sisi saya."
Dengan perasaan yang campur aduk antara kekhawatiran dan tekad, Rimuru memutuskan untuk mengumpulkan semua pemimpin dan anggota desa untuk menjelaskan situasi dan rencana mereka. Sementara itu, Naruto, Benimaru, dan yang lainnya mulai mempersiapkan strategi pertempuran.
"Haaaa... Karena para Orc itu akan menyerang wilayah Lizardman, aku sempat berharap untuk bisa bekerja sama dengan mereka. Namun, utusannya kaya gitu.." ucap Rimuru yang agak bermasalah dengan Gabiru."Ah. Padahal aku ingin bernegosiasi dengan seseorang yang mudah diajak bicara dan berpikiran Rasional."
"Tuan Rimuru," panggil Souei.
"Hmmm," Rimuru kemudian menatap ke arah Souei.
"Jika Anda berkenan, saya bisa pergi ke tempat tinggal Lizardman untuk berdiskusi dengan mereka," ucap pelan Souei memberitahukan idenya.
"Apa kau yakin bisa melakukan itu?" tanya Rimuru.
"Ya!" tegas Souei.
Rimuru, yang mendengar perkataan penuh percaya diri dari Souei, langsung menatap Souei dengan tagapan tak percaya dan membatin : "Apa-apaan kepercayaan diri itu!"
Naruto yang mendengar itu hanya diam saja. Ia sebagai petapa dari gunung Myoboku sekaligus seorang Shinobi, ia hanya pergi tanpa mengatakan apapun.
"Naruto, kau ingin kemana?" tanya Rimuru.
"Mempersiapkan diri. Ah iya, Reika apa kau ingin ikut? Atau memilih untuk diam melindungi desa bersama Rigurd, Kaijin dan Kurobe?" tanya Naruto.
"Jika aku diizinkan untuk ikut maka aku akan ikut," tanggap Reika.
Naruto kemudian menatap Benimaru, karena Benimaru adalah kakak dari Reika. Oleh karena itu ia ingin tahu apakah Benimaru memberikan izin atau tidak.
"Maaf, sebagai seorang kakak, aku tidak ingin melihat adikku terluka atau bahkan mati dalam perang," ucap Benimaru.
"Ya sudah kalau memang begitu," ucap Naruto dengan nada rendah. Naruto kemudian keluar ruangan. Naruto paham kekhawatiran Benimaru, oleh karena itu ia tidak akan memaksakan keinginannya, bahkan pada bawahannya sekalipun. Naruto berbaring diatas hamparan rumput.
Matanya memandangi langit, ia sedikit ketakutan, yah ia takut kalau kegagalannya terulang kembali. Meskipun sekarang ia punya banyak orang yang bisa menjadi penasehat serta pemberi ide atau strategi di dalam alam bawah sadarnya. Namun, ia masihlah tidak yakin kalau ia bisa melawan Orc Lord dengan dua ratus ribu pasukan.
Mengingat ia dengan ratusan ribu Shinobi yang bekerja sama, tidak mampu mengalahkan satu orang, yaitu Uchiha Madara. Bahkan ia kehilangan Kurama dan Nyawanya dalam perang. Naruto khawatir kalau ia hanya akan jadi beban dalam pertempuran nanti, ia sudah melihat kelebihan dari sihir dan skill yang terdapat di dunia baru.
"Kau di sini Naruto- sama," panggil seseorang.
Naruto yang mendengar suara itu menjawab panggilan itu, "Reika, ada apa?" tanya Naruto yang masih tetap menatap langit.
Hakurei Reika hanya diam dan berjalan mendekati Naruto. Gadis Kijin berambut merah muda itu, berjalan mendekati Naruto dan duduk di sampingnya. "Naruto- sama, aku sedikit khawatir ketika melihatmu keluar dari ruang rapat... aku bertanya-tanya, apakah anda baik-baik saja. Apalagi aku bisa meliht pandanganmu sudah tidak seperti biasanya," ucap pelan Reika.
Naruto, hanya diam dan duduk, ia kemudian menatap datar ke arah Reika. "Aku hanya..." Naruto kembali diam sambil menunduk beberapa saat, hingga akhirnya ia kembali angkat bicara. "Aku hanya khawatir kalau aku akan menjadi beban di pertempuran, aku punya pengalaman pahit, dimana aku yang dibantu oleh ratusan pasukan bertarung melawan satu orang kuat dan aku beserta pasukan yang berjuang bersamaku, mati terbunuh."
Reika terdiam mendengar cerita dari Naruto. Sementara Naruto kembali diam merenung, ia nampak masih trauma akan kejadian di PDS 4. Setelahnya, Reika menatap Naruto dengan rasa simpati yang mendalam. Ia bisa merasakan beban emosional yang sedang ditanggung oleh Naruto, seorang yang biasa terlihat kuat dan tak tergoyahkan, kini menunjukkan sisi rentannya. Perlahan, Reika mengulurkan tangan dan meletakkannya di pundak Naruto, mencoba memberikan sedikit kenyamanan.
"Naruto-sama," ujar Reika dengan lembut, "Kita semua memiliki masa lalu yang sulit, dan kadang-kadang kenangan itu menghantui kita. Tetapi, aku percaya bahwa pengalaman-pengalaman itulah yang membuat kita lebih kuat. Anda adalah seorang pemimpin yang luar biasa, dan meskipun masa lalu mungkin penuh dengan rasa sakit, itu tidak mengurangi kemampuan Anda untuk memimpin dan melindungi orang-orang yang Anda sayangi."
Naruto tetap diam sejenak, merenungkan kata-kata Reika. Dia merasa sedikit lega mendengar suara lembutnya, yang seperti mengusir sebagian kecil dari awan kelabu di hatinya.
"Terima kasih, Reika," ucap Naruto akhirnya. "Kau benar. Aku tidak bisa terus membiarkan masa lalu menghalangi langkahku. Di dunia ini, aku telah diberi kesempatan kedua, dan aku harus memastikan bahwa aku tidak mengulang kesalahan yang sama."
Reika mengangguk, senang melihat sedikit cahaya kembali ke dalam mata Naruto. "Aku tahu Anda akan menemukan cara untuk mengatasi rasa takut itu, Naruto-sama. Dan kami semua di sini untuk mendukung Anda. Tidak ada yang berjuang sendirian."
Naruto menatap Reika dengan rasa terima kasih yang tulus. "Kau benar. Dan aku tidak akan membiarkan rasa takut ini menghentikanku. Kita akan menghadapi Orc Lord bersama-sama, dan aku akan memberikan yang terbaik. Terima kasih sudah mengingatkanku, Reika."
Reika tersenyum hangat. "Selalu, Naruto-sama. Anda telah membantu kami, dan kini giliran kami untuk mendukung Anda."
Naruto menghela napas dalam-dalam, merasa lebih tenang dan fokus. Lalu dengan senyum tipis di wajahnya, Naruto kemudian berkata. "Aku tak pernah membantu apapun, ingatlah, yang aku lakukan hanyalah bertani dan sedikit melatihmu saja. Aku tidak sehebat para Kijin(Keluarganya Reika) dan Rimuru."
"Tapi berkat Anda, kesalah pahaman kami pada Rimuru- sama, bisa berakhir dengan cepat," tanggap Reika sambil mengulurkan tangan pada Naruto. Dan ketika Naruto menerima uluran tangan Reika. Reika langsung membantu Naruto berdiri, "Ayo kembali. Kita punya banyak persiapan yang harus dilakukan, dan aku percaya, kalau Naruto- sama pasti bisa mengatasi masalah ini."
Singkat Cerita.
Terlihat Rimuru, Benimaru, Hakurou, Gobta, dan para Hobogoblin lain menaiki Rangga dan Tempest Wolf lain. Naruto dan Reika yang melihat itu langsung menyapa Rimuru.
"Oi Rimuru, Benimaru, Hakurou, Gobta dan lainnya, kalian mau kemana?" tanya Naruto
"Kami ingin segera menemui pemimpin Lizardman agar kerja sama bisa tercapai, kata Souei, kalau kepala desa Lizardman ingin bertemu denganku," jelas Rimuru.
"Kalau begitu, aku akan ikut," ucap Naruto, sambil memainkan handseal, yang terdiri dari segel : Boar, Dog, Bird, Monkey, dan diakhiri dengan segel tangan Ram dan seruan jutsu disertai gerakan menghentakkan tangan ketanah. " Kuchiyousei no jutsu!" tiba-tiba sebuah burung raksasa dengan mata rinnegan dan beberapa tancapan batang besi di tubuhnya, ia memiliki bulu berwarna hijau, paruhnya besar berwarna emas, dan memiliki empat kaki, muncul dan jadi tunggangan Naruto. Ya Naruto menggunakan Kuchiyosei dari Nagato Akatsuki.
"Wow monster apa yang kau panggil ini dan siapa namanya?" tanya Rimuru.
"Dia hanyalah mayat monster, namanya tidak ada, lagipula dia tidak punya kesadaran sendiri. Aku aan mengikuti kalian dari udara," ucap Naruto, terlihat burung itu menunduk dan membiarkan Naruto menaiki tubuhnya.
Akhirnya burung besar itu mengepakkan sayapnya dan terbang di udara dalam ketinggian 20 meter dari permukaan. Reika hanya diam dan tersenyum sambil melambaikan tangan, karena dilarang ikut oleh Benimaru. Rimuru akhirnya melesat dengan Tempest Wolf. Sementara Naruto mngikuti mereka dari udara.
Naruto memejamkan matanya dan mencoba berkomunikasi dengan seseorang di dalam alam bawah sadarnya, "Itachi, karena ingatan kita semua bersatu, maka aku tahu kau sudah menyegel Orochimaru sebelumnya, apakah kau bisa melepaskannya?" tanya Naruto.
"Tentu, Tapi... apa yang sebenarnya kau inginkan?" tanya Itachi.
"Pengetahuan dan semua jutsu yang dimilikinya. Kekuatan ular itu benar-benar dibutuhkan," ucap Naruto dengan santai.
Itachi hanya diam, ia sejujurnya masih tidak mau mempercayai Orochimaru. Namun, karena Naruto mengatakan kalau mereka membutuhkan Orochimaru. Akhirnya ia mengeuarkan Sosano'o miliknya dan mengeluarkan Orochimaru yang terkurung di dalam botol sake dari Sosano'o Itachi kedalam alam bawah sadar Naruto dan mereka semua mulai melihat semua kenangan milik Orochimaru, karena ingatan mereka semua bercampur ketika berada di Mindscape Naruto. Hal ini membuat mereka bisa saling mengerti satu sama lain.
Orochimaru juga mendapatkan chakra dan ingatan semua orang yang ada di alam bawah sadar Naruto sama seperti yang lain.
"Well-well Jadi Naruto, kau mengeluarkanku dari ilusi hanya untuk mendapatkan pengetahuan dan semua jutsu milikku untuk menghadapi Orc Lord?" tanya Orochimaru.
Minato, Kushina, Hashirama, Zabuza, Haku, Nagato, Konan, Ashura dan Itachi langsung waspada, hal ini dikarenakan merekamelihat semua masa lalu Orochimaru, yang penuh kejahatan.
"Aku juga berencana menyeret Orc Lord itu kemari dan mendapatkan pengetahuan dan kekuatannya," jawab Naruto
"Kehehehehe. Apa kau tidak khawatir kalau aku akan mengambil alih tubuhmu dan melukai teman-temanmu?" tanya Orochimaru.
"Meskipun kau adalah yang terkuat karena pengalaman dan kecerdasanmu.Tapi di sini aku adalah orang yang memegang kontrol Dominan. Tanpa izinku kau dan yang lain tak akan bisa mengambil alih tubuhku," tanggap Naruto dengan berani.
Orochimaru hanya diam, karena hal itu memang benar, belum lagi Naruto punya orang-orang yang akan melindunginya dari dirinya di sini. "Baiklah aku mengerti... lagi pula aku tidak masalah terkurung bersamamu, selama aku bisa hidup abadi di sini dan tidak mati. Maka gunakan semua jutsu yang sudah aku punya dan pengetahuan yang aku miliki. Tapi aku tidak akan memaafkanmu jika kau mati!" seru Orochimaru.
Naruto tidak menanggapinya dan membuka matanya di dunia nyata, terlihat kelopak matanya berwarna oranye, yang artinya ia sedang mengaktifkan sage mode, saat matanya terbuka, mata kataknya berubah menjadi Sharingan dan Rinnegan karena ia meminjam kekuatan dari Itachi dan Nagato secara beramaan, ia juga meminta ayahnya(Minato) untuk mengumpulkan energi alam agar ia, bisa tetap berada dalam mode sage selama mungkin.
'Sepertinya para Orc ada di arah sana. Tapi aku rasa aku tidak boleh memulai perang duluan," gumam lembut Narto sambil menatap ke arah rawa yang cukup jauh. Meskipun tidak bisa melihat, ia bisa merasakan kehadiran para Orc melalui Sage mode atau Senjutsu yang ia punya.
Naruto hanya diam dan tak begitu peduli, karena ia merasa kalau ia harus bertindak atas izin dari Rimuru. Hal ini karena, Naruto mengakui kalau Rimuru lebih kuat darinya. Naruto tahu ia bukan siapa-siapa di dunia baru ini. Ia bahkan tidak bisa dibandingkan dengan para Kijin bawahan Rimuru, jika dihitung dengan kekuatan mentah yang mereka miliki.
"Naruto, tak usah berkecil hati, seorang Shinobi bertarung untuk melawan batasan mereka, jangan khawatir. Hanya karena musuhmu punya kekuatan yang sedikit lebih besar darimu, bukan berarti kau akan kalah bukan," tegur Haku.
"Terima kasih Haku, kau menenangkanku," ucap Naruto dengan nada lembut.
Bersambung
