Naruto by Masashi Kishimoto

Warning: Typo, Lemon, Smut, NC and etc.

Pairing: Naruto x Koyuki.

••

Yellow's Desire : Princess of Snow

Naruto berlari cepat menuju kantor Hokage karena ia baru saja menerima panggilan dari Tsunade yang kemungkinan akan memberi misi baru untuknya.

Ia bertanya-tanya tentang misi apa yang akan diberikan Tsunade padanya, karena akhir-akhir ini dia menerima banyak komplain karena ketidaktuntasan misinya yang membuat ia dibebastugaskan untuk sementara.

Naruto memasuki ruangan Hokage dengan mata yang berbinar dan wajah yang ceria seperti biasanya, manik birunya menangkap sosok Tsunade dengan raut wajah malasnya yang sudah menunggu pemuda pirang itu sedari tadi.

"Lama sekali! Kau terlambat tiga puluh menit, bocah!" Ujar Tsunade kesal, sedangkan Naruto hanya terkekeh pelan seraya menggaruk belakang kepalanya.

"Maafkan aku, Baachan. Kau tahu, aku butuh istirahat yang panjang karena latihan yang melelahkan semalam." Balas Naruto seraya tersenyum, Tsunade menghela nafasnya.

"Baiklah, baiklah. Tapi untuk sekarang, lupakan istirahatmu karena aku punya misi untukmu, Naruto." Naruto mengangguk cepat, perasaan tak sabar menanti dirinya.

Tsunade tersenyum kecil, "Ini misi pengawalan biasa." Seusai Tsunade mengatakannya, senyum berbinar Naruto langsung luntur, digantikan dengan erangan tak terima.

"Apa-apaan itu, Baachan?! Kukira aku cukup mampu untuk melakukan misi tingkat B atau A? Misi pengawalan hanya misi tingkat C, yang harus kulakukan hanyalah menolaknya." Ucap Naruto sombong, Tsunade mengepalnya kedua tangannya kesal.

"Kau itu Genin, kau tidak di dalam posisi bisa menolak perintahku, Naruto! Asal kau tahu, aku pun tak ingin memberimu misi, tapi ini permintaan khusus dari klien kita. Kau kerjakan saja misi ini dengan benar atau kubuat kau menyesali perbuatanmu!" Ucap Tsunade marah, sontak Naruto hanya bisa menunduk patuh dan menyanggupi perintah Tsunade.

"Ba-baiklah, a-aku menerimanya, Baachan." Ujar Naruto takut, Tsunade hanya berdecih pelan. "Lebih baik kau tak gagal di misi ini, atau kau akan kukirim lagi ke akademi, Naruto!" Ancam Tsunade, Naruto hanya bisa terdiam dengan nyali yang menciut.

"Sekarang, siapkan dirimu. Klien kita akan segera tiba." Perintah Tsunade, Naruto pun mengangguk dan segera merapihkan penampilannya.

Tak lama kemudian pintu ruangan Hokage terbuka, menampilkan seorang wanita dewasa berambut hitam legam dengan pakaian kimono khas kerajaan yang berjalan perlahan masuk ke dalam ruangan.

Naruto membelalakan matanya ketika ia melihat sosok itu, ia mengenalnya. "Pu-putri Kazahana?" Tanya pemuda itu terkejut.

Tsunade melirik Naruto sebentar, "Kau mengenalnya, Naruto?" Naruto membalas pertanyaan Tsunade dengan anggukan, "Tentu saja, dia adalah Daimyo negeri salju, aku pernah menjalani misi bersamanya waktu kecil."

Wanita berambut hitam itu pun tersenyum kecil mendengar perkataan Naruto, "Ara, ternyata kau masih ingat denganku, Naruto. Dan kumohon hentikan panggilan aneh itu, panggil saja aku Koyuki atau Yukie."

Naruto mengangguk, "Baiklah, baiklah, Koyuki-san." Setelah obrolan singkat itu berakhir, Tsunade langsung menepuk pundak Naruto dan menatapnya tajam.

"Kau, lakukan misi ini dengan baik, aku tak mau terima kabar buruk darimu, kau mengerti, Naruto?" Naruto mengangguk cepat, "Baiklah, Baachan. Aku takkan mengecewakanmu."

Kemudian Tsunade pun tersenyum, dan mempersilahkan Koyuki bersiap bersama Naruto untuk perjalanannya. Tsunade menatap kepergian keduanya dengan penuh harapan pada pemuda pirang favoritnya.

Aku akan mengawasimu melalui kalung itu, jadi kembalilah dengan selamat, Naruto. Batin Tsunade seraya menatap keluar jendela ruangannya.

••

Kini Naruto dan Koyuki sudah berada di gerbang utama desa Konoha, siap dengan kepergian mereka menuju negeri salju nan jauh disana. Tak lupa, Naruto juga berpamitan pada Izumo dan Kotetsu.

Keduanya berjalan berdampingan menyusuri hutan. Karena keheningan yang canggung diantara keduanya, Naruto pun memutuskan untuk memulai pembicaraan.

"Jadi Koyuki-san, katakan mengapa kau memilihku untuk melakukan misi ini?" Pinta Naruto dengan mata berbinar bak anak kecil yang baru saja diberi permen.

Koyuki menahan tawanya, "Kenapa, ya? Aku hanya ingin memilih Naruto, karena aku sudah kenal denganmu sejak lama."

Naruto yang merasa tak puas dengan jawaban Koyuki pun memutuskan untuk bertanya lagi, "Kenapa tidak memilih Kakashi-sensei? Kau juga mengenalnya, terlebih dia juga Jounin, dia lebih hebat dariku yang masih Genin ini untuk melindungimu." Ucap Naruto cemberut.

Pemuda pirang itu pun melanjutkan bicaranya, "Lagipula aku sedang dibebastugaskan untuk saat ini karena banyaknya komplain tentang diriku, apa nenek Tsunade tidak bilang itu padamu? Kenapa kau masih memilihku?"

Koyuki menghelas nafasnya, ia menatap Naruto serius. "Aku memilihmu karena aku percaya padamu, Naruto. Aku tak peduli kalau kau menerima banyak komplain atas kerjamu. Namun yang kurasakan ialah aku mengingat semua yang pernah kau lakukan untukku, kau bahkan pernah menyelamatkan dan mendukungku dulu disaat aku sudah menyerah dengan negeri salju."

Naruto hanya terdiam sembari mencerna perkataan Koyuki, wanita itu pun melanjutkan bicaranya. "Kau berharga bagiku, Naruto. Kau bahkan lebih kupercaya dibanding pelayanku, karena aku bisa sampai di posisi ini karena bantuanmu juga."

"Kau berlebihan, tapi te-terima kasih, Koyuki-san." Naruto berkata dengan gugup karena tak tahu harus merespon apa, Koyuki tertawa kecil. "Sudah, sudah. Jangan tegang begitu, kau merusak suasana."

Naruto cemberut mendengar penuturan Koyuki, sedangkan wanita berambut hitam itu hanya tertawa pelan karena menemukan keseruan dari menjahili Naruto.

"Aku ingat kau pertama kali mengenalku melalui film, dan kau benar-benar jatuh cinta padaku karena film itu. Kau lucu sekali pada saat itu!" Kenang Koyuki disaat dirinya pertama kali bertemu Naruto, Naruto hanya tersipu malu.

"He-hentikan itu, jangan dibahas lagi." Naruto berkata dengan gugup karena malu, Koyuki menertawakannya kembali. "Aku ingat kau begitu mengagumiku waktu itu sampai kau berusaha untuk berfoto denganku dan mendapat tanda tanganku, tapi kau malah terbaring di ranjang rumah sakit karenaku."

Naruto cemberut lagi, kemudian Koyuki meneruskan bicaranya. "Pada akhirnya kau mendapatkan tanda tangan dan fotoku, kan? Aku berikan khusus padamu karena sudah menyelamatkanku, haha."

Naruto mendelik tak terima, "Tapi itu fotoku saat sedang pingsan! Ugh, aku bahkan tak ingin membayangkannya lagi!"

"Jangan begitu, Naruto. Kukira kau begitu menyukai foto itu sampai-sampai kau pajang di nakas dekat tempat tidurmu?" Goda Koyuki yang membuat wajah Naruto memerah seketika.

"Apa-apaan? Kenapa kau bisa tahu? Aish, sialan aku tak bisa mengelak lagi." Naruto langsung menunduk seketika, Koyuki akhirnya tertawa lepas melihat reaksi Naruto.

"Aku tahu dari Kakashi, kau tak perlu malu, Naruto." Ucap Koyuki setelah menenangkan dirinya, Naruto mengutuk gurunya.

Tak apa, bagaimana? Hancur sudah harga diriku, hiks. Batin Naruto tak karuan.

"Lebih baik kau jujur padaku, Naruto. Apa yang ingin kau lakukan denganku disaat kita bertemu lagi seperti ini?" Tanya Koyuki penasaran, Naruto menghela nafasnya sebelum menjawab.

"Aku ingin kita berfoto lagi suatu saat nanti, tapi dengan diriku yang sudah menjadi Hokage. Aku akan memajangnya di kamarku untuk selamanya!" Ucap Naruto gamblang, rona merah pun menghiasi pipi Koyuki.

"K-kau bodoh, bagaimana kalau kau sudah menikah? Istrimu akan marah jika kau memajang foto wanita lain di kamarmu." Koyuki berkata dengan gugup, ia berusaha tak menatap manik biru Naruto dengan melihat ke arah lain.

"Bagaimana kalau kau yang menjadi istriku? Kau takkan marah jika aku memajang dirimu di kamarku, bukan?" Tanya Naruto spontan, Koyuki membulatkan matanya.

"A-apa katamu?" Tanya Koyuki dengan raut wajah tak percaya dengan apa yang ia dengar, Naruto kemudian tertawa. "Hahaha, maaf. Aku hanya bercanda, aku hanya ingin menjahilimu."

Walau Naruto bilang begitu, perasaan Koyuki mengatakan bahwa ada sesuatu yang janggal, namun ia memutuskan untuk membiarkannya saja.

"Tapi aku sungguh-sungguh dengan permintaanku yang pertama, Koyuki-san. Berjanjilah padaku bahwa kita akan berfoto bersama setelah aku menjadi Hokage!" Pinta Naruto dengan wajah berbinar penuh harapan, Koyuki tak memiliki pilihan lain selain mengangguk dan tersenyum kecil.

"Baiklah, tetaplah hidup sampai saat itu terjadi, Naruto. Kau tidak boleh mati sampai hari itu tiba." Balas Koyuki seraya menatap lekat Naruto.

Naruto mengangguk dengan sombong, gaya kekanakannya belum hilang bahkan saat pemuda itu sudah tumbuh dewasa. Ini kembali mengingatkan Koyuki dengan sikap keras kepala yang dimiliki Naruto.

Ingin menjadi Hokage tapi tingkahnya masih seperti anak-anak, dasar Naruto.

Tak terasa setelah beberapa saat mereka berjalan, hari sudah mulai gelap. Naruto pun memutuskan untuk mendirikan tenda untuk beristirahat karena tak ingin mengambil risiko dengan melanjutkan perjalanan di malam hari.

"Aku tak tahu kau begitu handal, Naruto." Celetuk Koyuki disaat Naruto telah selesai merakit tendanya, Naruto hanya terkekeh pelan. "Kau tahu, ini tugas mudah. Aku tak perlu menjadi Shinobi jika tak bisa mendirikan tenda."

Koyuki memutar bola matanya malas, "Baiklah, baiklah. Dasar Naruto sombong." Naruto hanya menanggapi candaan Koyuki dengan tawa kecil sebelum menyuruh wanita itu untuk masuk ke dalam tenda.

"Kau akan tidur dimana?" Tanya Koyuki karena tak melihat tenda lain yang akan dibangun oleh Naruto. Naruto menggeleng pelan, "Aku harus berjaga disini, aku takkan mengacaukan misi ini lagi, Koyuki-san."

"Omong kosong! Kau juga butuh tidur, Naruto. Jangan paksakan dirimu, perjalanan kita masih panjang." Peringat Koyuki, Naruto hanya mengangguk.

"Kau bisa tidur lebih dulu, Koyuki-san. Aku akan tidur setelah memastikan situasi di sekitar kita aman." Balas Naruto yang masih sibuk mengurusi perapian, Koyuki menghela nafasnya pasrah.

"Kau memang benar-benar keras kepala, cepatlah tidur kalau sudah selesai." Pamit Koyuki sebelum menghilang masuk ke dalam tenda. Naruto menghela nafas lega setelah perapian kecil yang ia buat sudah menyala dengan sempurna.

"Kurasa ini cukup untuk menghangatkan kita sepanjang malam." Gumam Naruto pelan, ia beralih duduk di dekat perapian sembari memakan bekal yang dibawanya.

Naruto memakan ramennya dengan tenang, ia juga tak merasakan kehadiran musuh di dekatnya, membuat ia merasa aman untuk sementara dan ia pun melonggarkan kewaspadaaanya.

Namun sial bagi Naruto yang lengah, karena tiba-tiba kepalanya dipukul oleh benda tumpul sebanyak 2 kali hingga menyebabkan dirinya jatuh dan tak sadarkan diri.

••

Naruto membuka matanya, kepalanya terasa berat dan berdenyut, kedua tangan dan kakinya juga tak bebas bergerak, ia kemudian menyadari bahwa ia sedang dalam posisi duduk di kursi dan terikat kencang.

Ruangan dimana ia berada sekarang dalam keadaan remang-remang, namun iris mata biru langit itu melihat ke segala arah, berusaha mencari kliennya, Koyuki. Tiba-tiba ia mendengar suara tawa lelaki di ujung ruangan.

"Sialan! Siapa kau?! Tunjukkan dirimu!" Umpat Naruto kesal, tangannya bergerak-gerak berusaha membebaskan diri.

"Uzumaki Naruto, kita bertemu lagi. Tak kusangka, kau lagi yang mengawal Koyuki. Kau harusnya sadar bahwa kau itu bodoh dan lemah, tak pantas menjadi seorang Shinobi." Pria misterius itu berucap seraya mendekati Naruto perlahan.

Dengan penerangan yang minim dan penglihatan yang samar, Naruto terlonjak kaget ketika menemukan Koyuki berada bersama pria misterius itu dengan kunai yang kapan saja bisa menancap di lehernya.

Mata Koyuki tampak membengkak karena menangis, tubuh wanita itu bergetar hingga kakinya terasa lunglai. "Naruto.." Koyuki memanggil Naruto dengan gemetar, Naruto mengepalkan tangannya karena ia tak bisa berbuat apa-apa hingga saat ini.

"Kau masih hidup, dasar Doto sialan!" Teriak Naruto penuh amarah ketika melihat sosok pria misterius sudah berada di depannya.

Naruto mengenal pria itu, dia merupakan paman Koyuki yang merencanakan kudeta beberapa tahun yang lalu untuk menggulingkan pemerintahan ayah Koyuki. Naruto ingat betul bahwa ia sudah menghancurkan sumber kekuatan pria itu dengan Rasengan miliknya, namun tampaknya tak sepenuhnya berhasil karena nyatanya dia masih hidup dan sedang menyandera mereka.

"Kau mengingatku? Hahaha, dan tentu saja aku masih hidup. Aku berasal dari keluarga Kazahana, keluarga Daimyo. Aku takkan mati karena jurus payahmu, Uzumaki Naruto." Doto berkata dengan angkuh, ia melepaskan genggamannya pada pakaian yang dikenakan Koyuki, membuat wanita itu terjatuh ke tanah dengan kondisi terikat sama seperti Naruto.

"Niatku masih sama, karena hanya aku satu-satunya orang yang bisa memimpin negeri salju, dan kami akan melampaui lima negara besar lainnya! Negeri salju tak bisa dipimpin oleh seorang perempuan, apalagi dia adalah seorang artis. Lebih baik kau menjauh dari pemerintahan, bukan begitu, Koyuki?" Tanya Doto seraya meraih dagu Koyuki, dan menampar pipi wanita itu dengan kencang.

"Itu untuk menghalangi jalanku, Koyuki. Kau pantas mendapatkannya, karena kau tak lebih dari jalang payah yang sama seperti ayahmu." Ejek Doto sekali lagi, Koyuki hanya bisa terisak melihat keadaan mereka yang terjepit.

Namun tidak bagi Naruto, pemuda pirang itu berada di ambang batas kesabarannya. Amarahnya memuncak mendengar hinaan Doto yang ditujukan pada Koyuki dan dirinya.

"Sialan kau, Doto! Aku takkan memaafkanmu!" Teriak Naruto penuh amarah, matanya berubah warna menjadi merah darah dan chakra merah menguar dari dalam tubuhnya.

Perlahan, segala ikatan yang berada di tubuh Naruto terlepas begitu saja karena chakra kuat yang dihasilkannya. Doto menatap Naruto dengan seringai di wajahnya.

"Aku tersanjung bahwa aku akan berhadapan dengan monster di dalammu, Naruto! Dan kenapa kau meminta perlindungan dari sampah sepertinya, Koyuki? Kau tahu aku tak mungkin kalah lagi dari bocah payah sepertinya! Dia yang akan mati di tanganku sekarang." Ucapan Doto membuat Koyuki beralih menatap Naruto, ia benar-benar terkejut dengan apa yang dikatakan pamannya itu terhadap Naruto.

Naruto beralih menatap Koyuki dengan mata merah milik Kyuubi. Namun melihat Koyuki yang gemetar ketakutan, membuat pandangan Naruto melunak, dan matanya kembali ke bentuk semula.

"Maafkan aku, aku tak bermaksud menakutimu, Koyuki-san. Aku takkan memakai kekuatan Kyuubi untuk melindungimu." Ujar Naruto sembari bangkit dari kursinya, ia mempersiapkan posisi bertarungnya.

"Kau bukan apa-apa tanpa kekuatan ekor sembilan, bocah! Ada baiknya kau bergantung pada kekuatan itu agar kau tak mati konyol di tanganku!" Teriak Doto meremehkan pemuda pirang di hadapannya itu, Naruto hanya menyeringai kecil.

"Memang, aku belum menjadi Shinobi yang hebat. Tapi aku takkan mati sebelum menjadi Hokage, Doto!" Balas Naruto seraya menatap tajam pria bertubuh besar itu.

Doto tertawa ironis, "Bisa apa dirimu tanpa kekuatan ekor sembilan, Naruto? Lebih baik kau serahkan saja Koyuki dan aku akan membiarkanmu keluar dari sini hidup-hidup."

"Aku takkan mundur dari misi ini walau nyawaku taruhannya, dan asal kau tahu, aku tak selalu mengandalkan Kyuubi, akan kuberitahu jurus original milikku yang kukembangkan sendiri." Ujar Naruto dengan seringai di wajahnya.

Naruto mengangkat tangannya, terlihat sekumpulan chakra berbentuk bulat yang dilapisi oleh angin tengah berputar di tangannya, suaranya sangat bising seperti besi yang saling bergesekan satu sama lain.

"Hanya itu? Kau memang petarung yang ceroboh, Naruto." Seketika Doto muncul di dekat Naruto dan menaruh tangannya di tubuh pemuda itu, Naruto merasakan sesuatu memasuki tubuhnya, chakranya juga mulai terserap perlahan-lahan yang membuat jurusnya melemah.

"Sialan kau, Doto!" Umpat Naruto, Doto hanya tertawa jahat. "Bukankah sudah kubilang, bahwa aku takkan kalah untuk yang kedua kalinya?" Doto pun mengambil kunai yang tersimpan di sakunya dan menusuk dada Naruto.

Naruto merasa tubuhnya tak bisa bergerak, kepalanya juga masih terasa pusing akibat pukulan tadi. Naruto merasakan tubuhnya perlahan melemah dan pandangannya kabur.

Koyuki yang melihat adanya darah mengalir dari tubuh Naruto, langsung berteriak untuk menyadarkan pemuda itu. "Naruto! Sadarlah, jangan mati!" Teriakan samar Koyuki terdengar pelan, Naruto hanya menoleh dan tersenyum sebelum jatuh ke lantai.

"Tidak! Naruto, jangan pergi! Naruto.." Suara Koyuki memelan seiring matanya tak melihat respon dari pemuda yang dipanggilnya, Doto menatap Koyuki dengan senyum jahat.

"Lihatlah pengawalmu, mati konyol di tanganku, Koyuki. Aku ingin segera membunuhmu, namun aku akan membiarkanmu menangisi kepergiannya terlebih dahulu selagi aku mengurus sesuatu." Ucap Doto yang kemudian berjalan pergi meninggalkan ruangan remang-remang itu, menyisakan Koyuki dan Naruto yang sudah terbaring lemas disana.

Koyuki merangkak ke arah Naruto dengan susah payah dalam keadaan tubuhnya yang masih terikat, air matanya mengalir deras, suara isakan tak berhenti terdengar dari mulutnya. Ia melihat dada Naruto sudah terluka parah, darah terus bercucuran dari lukanya yang menganga.

Koyuki berusaha melepaskan dirinya dari ikatan itu dengan kunai yang terletak tak jauh darinya, setelah berhasil melepaskan tali yang mengikatnya, Koyuki langsung berhambur memeluk tubuh Naruto yang tak berdaya.

"K-kau bodoh! Kau berjanji tidak akan mati sebelum menjadi Hokage! Bangun kau, Naruto!" Panggil Koyuki sekali lagi seraya menepuk-nepuk pelan pundak Naruto, namun tak ada respon sama sekali dari pemuda bersurai pirang itu.

Koyuki pun menaruh kepala Naruto di pangkuannya. Sembari membelai sayang rambut Naruto, ia terus menangis. Tanpa ia sadari, air matanya jatuh tepat diatas kalung kristal milik Naruto yang diberikan oleh Tsunade.

Seketika kalung itu bersinar terang, hingga Koyuki yang berada disana tak dapat melihat apapun karena cahaya dari kalung itu menyilaukan matanya. Koyuki juga merasakan angin kencang berhembus di sekitarnya, wanita itu langsung memeluk lututnya, takut sesuatu akan terjadi.

Namun sesuatu yang tak disangka oleh Koyuki ketika ia membuka matanya adalah Naruto yang sudah berdiri sempurna di hadapannya, tanpa luka, bajunya pun terlihat baru, dan tersenyum manis padanya.

Koyuki merasa hatinya ingin melompat keluar saat ini juga, "Naruto! Kau masih hidup!" Wanita itu berlari ke arah Naruto dan memeluk pemuda pirang itu dengan erat, Naruto mengelus sayang surai hitam legam Koyuki.

"Sudah kubilang, aku takkan mati semudah itu, Koyuki-san. Karena kau masih punya janji yang harus kau tepati padaku." Naruto berkata dengan sumringah, Koyuki tersenyum kecil dan mengangguk. "Benar, tetaplah hidup sampai hari itu terjadi."

Ketika keduanya tengah saling menatap lekat, suara tepukan tangan dari ujung ruangan mengejutkan mereka. Perlahan sosok itu pun mendekati mereka ke tengah ruangan.

"Hebat sekali, Uzumaki Naruto. Kau masih hidup setelah kutusuk paru-parumu, pastilah ada sesuatu yang menarik darimu." Ucap Doto dengan seringai jahatnya.

Naruto tersenyum kecil, ia menjauhkan Koyuki dari radar Doto agar ia bisa melindungi wanita itu. "Kau benar, sesuatu yang menarik dariku adalah kekuatan dari orang-orang yang percaya padaku."

Doto berdecih, "Omong kosong, tak ada hal seperti itu di dunia ini. Kau terlalu banyak menonton film, Naruto."

Naruto tersenyum kecil, "Hal seperti itu ada, dirimulah yang menolak untuk percaya, Doto. Kau selalu berpikir bahwa kau bisa melakukan semuanya sendirian, nyatanya tidak. Untuk mencapai posisimu sekarang, kau mengorbankan ratusan orang demi kekuatan yang kau puja."

Koyuki merinding mendengar perkataan Naruto, ia bertanya-tanya darimana Naruto tahu sejauh ini. Naruto pun melanjutkan bicaranya.

"Orang sepertimu tak pantas hidup di dunia ini, Doto. Kau hanya menyengsarakan orang lain." Ujar Naruto sembari mengangkat tangannya, pusaran chakra yang sama berputar di tangannya, namun kali ini terlihat lebih besar.

"Sial, ada apa denganmu?! Aku sudah memberi obat untuk mematikan jalur chakramu, tapi kenapa kau–" Doto menatap Naruto dengan raut wajah ketakutan, Naruto menyeringai.

"Aku tahu sesuatu telah terjadi di tubuhku, dan disaat tubuhku menjadi lemah, aku tahu kau sudah memasukkan obat aneh ke dalam tubuhku sehingga aku tak bisa memakai jurusku." Jelas Naruto, badan Doto pun bergetar.

"Namun kau tak bisa membodohi chakra Kyuubi dan kalung kristal Nenek Tsunade, keduanya dengan cepat menghisap obat yang kau suntikkan ke tubuhku sebelum efek fatalnya mengenaiku." Ujar Naruto seraya berjalan menuju Doto dengan Rasenshuriken di tangan kanannya.

"Kau tak mati karena serangan Rasengan pertamaku, namun sekarang kupastikan kau takkan lolos dari Rasenshuriken." Naruto dengan cepat melancarkan serangannya, ia langsung mengenai dada Doto dan menembusnya.

Naruto segera menarik tangannya dari tubuh Doto dan melompat menjauh. Jurus Rasenshuriken miliknya dengan cepat menghunus habis seluruh bagian tubuh Doto, hingga pria itu terkapar diambang kematian.

"Si-sialan kau, Uzumaki Naruto." Begitulah ucapan terakhir Doto sebelum Rasengan terakhir dari Naruto mengenai tubuh Doto hingga benar-benar membunuh pria itu.

"Sudah berakhir, Koyuki-san." Ucap Naruto perlahan, Koyuki mengangguk. "Kau benar Naruto, ini semua sudah usai."

Setelah memastikan Doto benar-benar tewas, Naruto berjalan menghampiri Koyuki. Ia bisa melihat kulit putih wanita itu memerah akibat ikatan tali yang kencang di tubuhnya.

Naruto mengusap-usap pergelangan tangan Koyuki yang memerah, seraya membantu wanita itu untuk berdiri. Pipi Koyuki merona melihat perlakuan lembut Naruto padanya.

Keduanya berjalan keluar dari ruangan remang-remang itu dan menemukan bahwa mereka berada di sebuah bangunan kosong yang tak jauh dari wilayah negeri salju.

"Pamanmu memang merepotkan, tapi setidaknya kita sudah dekat dengan rumahmu, Koyuki-san." Ucap Naruto seraya menggaruk belakang kepalanya, Koyuki hanya tertawa pelan.

••

Naruto dan Koyuki sudah tiba di istana Daimyo negeri salju, Koyuki langsung memerintahkan pelayannya untuk merawat dan melayani Naruto walau pemuda pirang itu berkata bahwa ia tak membutuhkan apapun.

"Jangan paksakan dirimu! Bagaimanapun kau habis terluka, istirahatlah terlebih dahulu disini. Kau bisa pulang di akhir pekan, aku akan bilang pada nona Hokage." Perintah Koyuki tegas yang membuat Naruto mau tak mau menurut padanya.

Setelah menghabiskan makanannya, pelayan pun membereskan dan membawa nampan Naruto keluar dari kamar, meninggalkan Naruto dan Koyuki berdua saja di ruangan tersebut.

Naruto mulai merasakan kegugupan mulai menderanya, namun tampaknya Koyuki tak merasakan hal yang sama. Karena wanita itu mulai mendekat ke arah Naruto dan memegang dahi pemuda itu dengan tangannya, ia juga tampak memeriksa dengan seksama bagian tubuh Naruto yang lain karena ingin memastikan bahwa pemuda itu benar-benar sudah pulih.

"A-apa yang kau lakukan, Koyuki-san?" Tanya Naruto sembari menyembunyikan kegugupannya, Koyuki hanya mengangkat alisnya. "Memeriksa keadaanmu tentu saja, kenapa bertanya Naruto?"

Naruto menggeleng cepat, tak melanjutkan bicaranya. Ia berusaha menahan hasrat yang bangkit di dalam dirinya hanya karena melihat Koyuki dengan kimono tipis yang dikenakannya.

Sebenarnya kimono itu tidak menunjukkan bagian tertentu dari tubuh Koyuki, hanya saja dengan penerangan lampu kamar dan posisi Koyuki yang berada tepat di bawahnya, membuat Naruto dapat melihat jelas lekukan tubuh milik Koyuki.

Sialan, cepatlah pergi dari sini atau aku tak bisa menahannya. Batin Naruto berkecamuk, dia benar-benar tak ingin memperkosa wanita cantik ini begitu saja karena ia memiliki rasa sayang yang dalam terhadap wanita itu. Naruto takut dengan memperkosanya, hubungannya dengan Koyuki takkan sama lagi.

Memang hampir semua orang tahu kalau Naruto adalah fans berat Koyuki sejak kecil, pemuda pirang itu gemar sekali mengoleksi kaset film Koyuki dan memutarnya berulang-ulang. Namun tak semua orang tahu bahwa ia juga menyimpan rasa suka pada Koyuki sejak lama, bahkan rasa suka itu sudah ada semenjak ia menyelamatkan wanita itu dari pamannya untuk pertama kalinya.

Berada berdekatan dengan Koyuki yang notabenenya merupakan orang yang disukainya, membuat Naruto gugup tak karuan dan kegugupannya yang berlebihan pun menarik perhatian Koyuki.

"Ada apa, Naruto? Kenapa kau berkeringat?" Tanya Koyuki yang khawatir melihat Naruto, tangan mungil wanita itu bergerak menyentuh dan mengelus punggung tangan Naruto.

Tubuh Naruto bergetar, matanya menatap Koyuki sayu. "He-hentikan, lebih baik kau segera pergi dari sini, atau aku tak dapat menahannya lagi." Koyuki terkejut sekaligus bingung mendengar ucapan Naruto.

"Apa maksudmu, Naruto?! Apa tubuhmu sakit?" Koyuki memeriksa kembali tubuh Naruto dengan gegabah, tangannya menyentuh hampir seluruh bagian tubuh Naruto. Naruto menggeram pelan, ia benar-benar di ambang batas pertahanannya.

"Maafkan aku, Koyuki-san." Seusai mengucapkan itu, Naruto menarik Koyuki dan membantingnya ke atas kasur. Pemuda pirang itu langsung mencium Koyuki dengan penuh nafsu sesaat tubuh mereka saling menghimpit satu sama lain.

Mata Koyuki membelalak kaget ketika menerima ciuman penuh nafsu dari Naruto, tangan mungil wanita itu berusaha mendorong dada bidang Naruto untuk melepaskan ciuman mereka.

Ciuman mereka pun terlepas, Koyuki menatap Naruto dengan pandangan tak percaya. "A-apa yang kau lakukan, Naruto?!" Seakan tertampar kenyataan, Naruto langsung bangkit berdiri dan membungkukkan badannya.

"Aku pasti sudah gila, putri Kazahana. Maafkan kelancanganku, aku akan segera pergi dari sini." Naruto berucap penuh sesal sembari membungkukan tubuhnya 90 derajat, ia juga mengutuk dirinya sendiri atas perbuatan itu.

Naruto mundur perlahan dan berbalik, hendak berjalan menuju pintu. Namun ia dikejutkan dengan sebuah pelukan hangat dari belakang punggungnya.

"Mau kemana dirimu, Naruto? Bukankah kau sudah kuperintahkan untuk tinggal disini sampai akhir pekan?" Tanya Koyuki pelan, Naruto hanya terdiam dan berusaha melepaskan tangan Koyuki dari tubuhnya, namun wanita itu malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Maafkan aku, putri Kazahana. Tetapi aku harus pergi sekarang, tak baik bagiku berlama-lama disini." Tolak Naruto sopan. Koyuki terlihat marah mendengar ucapan Naruto, ia segera membalikkan tubuh pemuda itu sehingga mereka berdua berhadapan.

"Ada apa denganmu, Naruto?! Bagaimana bisa kau bilang begitu padaku? Apa kau benar-benar ingin pergi dan tak ingin tinggal disini?" Suara Koyuki yang awalnya keras, perlahan melemah seakan menahan tangis.

"Bukan begitu, putri Kazahana. Aku–" Ucapan Naruto terpotong karena selaan Koyuki. "Kau bahkan memanggilku dengan sebutan putri, bukankah sudah kubilang aku tak suka dipanggil seperti itu olehmu? Ada apa denganmu, Naruto?"

Seusai mengatakan itu, sebuah isakan kecil terdengar dari mulut Koyuki. Naruto terkejut, ia benar-benar menyesali perbuatannya, ia sontak menarik tubuh Koyuki ke dalam pelukannya.

"Maafkan aku, kau tahu aku seorang pria sekarang. Melihatmu seperti itu membuatku tak bisa menahan hasratku padamu, kau tahu aku telah menyukaimu sejak lama." Kini Koyuki yang terkejut akan pengakuan Naruto, ia menatap mata biru itu lekat-lekat.

"Tapi kau juga tahu bahwa aku lebih tua darimu, Naruto. Aku–" Naruto menghentikan Koyuki yang berbicara dengan sebuah kecupan di bibirnya, Koyuki hanya mematung melihat pemuda pirang yang jauh lebih muda darinya itu telah mencium bibirnya.

Seakan tak terjadi apa-apa, Naruto tersenyum ceria dan mengelus pipi halus Koyuki. "Aku tahu, tapi aku tak peduli. Aku menyukaimu, dan aku menginginkanmu. Namun aku takkan memaksakan diriku padamu, aku tak ingin menyakitimu lebih jauh lagi. Maafkan aku atas semuanya, Koyuki-san. Ada baiknya aku pergi–" Ucapan Naruto terpotong begitu saja ketika bibir ranum Koyuki mendarat di mulutnya.

Naruto membelalak tak percaya akan situasi yang tengah dihadapinya sekarang, Koyuki yang didambakannya selama ini menciumnya terlebih dulu! Naruto merasa bahwa ia telah memenangkan sebuah lotre kehidupan yang sangat berharga.

Tak lama, Koyuki melepaskan ciuman mereka. Naruto bisa melihat benang saliva tercipta diantara mereka, membuat segalanya tampak erotis.

"Aku berusaha menahan perasaanku demi masa depanmu, Naruto. Aku hampir berhasil, kenapa kau mengacaukannya, Naruto?" Lirih Koyuki sembari menatap lekat Naruto, tangan wanita itu mengelus pipi Naruto.

Naruto hanya terdiam, berusaha memahami makna sebenarnya dari perkataan Koyuki barusan. Koyuki pun melanjutkan bicaranya.

"Mendengarmu menyatakan perasaanmu padaku, membuat perasaan yang sudah kututup rapat terbuka kembali. Aku berusaha menghilangkan rasa cintaku padamu, Naruto. Karena aku tahu aku tak pantas untukmu." Naruto menatap Koyuki lekat, tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.

Sontak saja, Naruto langsung menggendong tubuh mungil Koyuki dan mendudukkannya di pinggiran kasur. Koyuki sempat kaget, namun tak menolak perlakuan Naruto padanya.

"Kenapa kau bilang begitu? Jika ada yang tak pantas mendapatkanmu, maka itu adalah aku. Aku bukanlah Shinobi yang hebat dan pintar seperti kebanyakan orang, aku tak mengerti apa yang kau lihat dariku." Mendengar ucapan Naruto yang merendahkan dirinya sendiri, Koyuki langsung menggenggam erat tangan pemuda itu.

"Tidak, kau menyelamatkanku berkali-kali. Kau membuatku sadar akan makna kehidupan yang sebenarnya, kau sosok sempurna dimataku, Naruto. Karena itulah aku jatuh cinta padamu, namun aku menyadari usiaku yang terpaut jauh denganmu. Kau pasti lebih memilih gadis seusiamu, kan?" Ujar Koyuki yang diakhiri tawa, namun Naruto menatap Koyuki serius.

Tiba-tiba Naruto melakukan sesuatu yang diluar nalar, yaitu membuka celananya dan memperlihatkan kejantanannya yang telah tegang dan mengeras itu ke hadapan Koyuki.

Koyuki syok seketika, wanita itu tak bisa berkata-kata. Ia berusaha mengalihkan pandangannya ke arah lain. "A-apa yang kau lakukan, bodoh?! Pakai celanamu, Naruto!"

Naruto tak menghiraukan perintah Koyuki, ia memegang penisnya dan mengarahkannya ke wajah Koyuki. "Kau lihat, ini terjadi karenamu. Ini takkan terjadi jika aku tak memiliki perasaan yang sama sepertimu, Koyuki-san."

"Tapi, ini tidak benar, Naruto. Kita tak seharusnya.." Naruto pun menyela Koyuki, "Kau tak mau mengakuinya, kau tak mau mengakui bahwa perasaan kita sama."

Koyuki terlihat ragu, "Bukan begitu, Naruto. Hanya saja, apa kau yakin dengan perasaanmu? Kenapa kau begitu menginginkanku padahal aku jauh lebih tua darimu?"

"Kau merupakan salah satu wanita yang mendukung dan mempercayaiku sedari kecil, terlebih aku juga mengagumi karyamu, itu menambah rasa kecintaanku padamu, Koyuki."

Pandangan Koyuki semakin lunak terhadap Naruto, hatinya terasa penuh dengan bunga kebahagiaan yang mekar di dalamnya. "Dan sudah kukatakan, aku tak peduli dengan usia kita. Yang terpenting adalah perasaan kita, Koyuki-chan."

Koyuki-chan? Kau membuatku tak bisa menahannya lagi, Naruto. Batin Koyuki tak karuan.

Sesaat setelah mengatakan itu, Koyuki langsung mendorong tubuh Naruto untuk berbaring di kasur. Ia merangkak diatas tubuh pemuda itu dan beralih menciumnya penuh nafsu.

Tak butuh waktu lama, Naruto pun membalas ciuman itu. Tangan pemuda itu bergerak melepaskan ikatan yang melilit kimono tipis yang dikenakan Koyuki, Naruto bisa merasakan bahwa wanita yang tengah menindihnya ini tak mengenakan apapun dibalik kimononya. Setelah ciuman mereka terlepas, Naruto pun menggodanya.

"Kau sudah merencanakan ini sebelumnya, ya? Datang ke kamarku hanya dengan kimono tipis yang menutupi tubuh telanjangmu." Goda Naruto seraya mengelus punggung wanita itu, pipi Koyuki memerah mendengar godaan Naruto.

"Ti-tidak! Kau menuduhku, padahal kau yang memulainya, Naruto." Ucap Koyuki cemberut, Naruto tertawa pelan seraya mengelus surai hitam Koyuki dengan lembut, membuat wanita itu tersenyum.

"Kau indah sekali, aku bisa menghabiskan semalaman penuh hanya untuk menatapmu." Ujar Naruto yang lagi-lagi disinyalir sebagai godaan bagi Koyuki.

Koyuki memukul manja dada bidang Naruto, "Kau curang, kau tidak membuka bajumu. Kau hanya menatapku dari tadi, kau membuatku malu." Naruto menyeringai, pemuda itu menggeser perlahan tubuh mungil Koyuki dan mulai melucuti pakaian yang tersisa di tubuhnya.

Kini tak ada sehelai benang pun yang melekat di tubuh mereka, Naruto menatap tubuh molek Koyuki dengan penuh kekaguman. Sedangkan Koyuki yang ditatap dengan intens oleh Naruto, berusaha menutupi tubuhnya dengan bantal.

"Hentikan! Jangan melihatku seperti itu, aku malu, Naruto!" Pinta Koyuki sebal karena tatapan mesum Naruto. "Maaf, ini baru pertama kalinya aku melihat tubuh wanita. Tubuhmu sangat indah, aku menyukainya."

Pipi Koyuki lagi-lagi memanas karena pujian Naruto yang tak ada habisnya terhadap tubuhnya, namun disisi lain ia senang bahwa ini pengalaman pertama Naruto dengan wanita.

Melihat wajah Naruto yang menggemaskan, membuat Koyuki tak tahan untuk menciumnya. Koyuki juga menarik tangan Naruto untuk meraba dadanya.

"Koyuki-chan?" Naruto menatap Koyuki, seakan meminta persetujuan untuk melanjutkan lebih jauh, Koyuki mengangguk.

Naruto meremas payudara ranum milik Koyuki, sembari dirinya yang menerima ciuman panas dari Koyuki. Tak butuh waktu lama bagi mereka berdua untuk terangsang satu sama lain sehingga mereka tak memerlukan foreplay untuk menuju menu utama.

"Kau yakin ingin memberikan keperjakaanmu padaku, Naruto? Aku tak ingin kau menyesalinya." Tanya Koyuki sekali lagi, memastikan bahwa ini memang keinginan kedua belah pihak.

Naruto mengangguk mantap, "Aku yakin, Koyuki-chan. Apa sesuatu menganggumu? Jika kau tak ingin melakukannya, aku takkan memaksamu." Koyuki menggeleng mendengar pertanyaan Naruto. "Tidak, aku ingin melakukannya denganmu."

Naruto pun mengangguk paham, ia mulai mengarahkan penisnya ke liang senggama Koyuki. "Aku akan masukkan, ya?" Koyuki mengangguk, "Kumohon padamu, lakukan dengan perlahan, Naruto."

Kejantanan Naruto secara perlahan merangsek masuk ke dalam vagina Koyuki, dan pemuda pirang itu bisa merasakan sensasi menjepit yang hebat di penisnya, sehingga membuatnya lupa diri.

Melupakan pesan Koyuki padanya, Naruto langsung menghentak keras kejantanannya masuk jauh ke dalam vagina Koyuki. Koyuki yang merasakan gerakan tiba-tiba Naruto yang menghantamnya, hanya bisa merintih kesakitan.

Air mata keluar dari kedua mata indahnya, tangan Koyuki bergerak mencakar punggung tegap Naruto. Membuat Naruto tersadar, lagi-lagi pemuda pirang itu telah melakukan sesuatu yang buruk. Naruto semakin dibuat kaget ketika melihat adanya aliran darah yang berasal dari tempat penyatuan mereka.

"Koyuki-chan.. Ma-maafkan aku, ada apa denganmu? Apa terasa sangat sakit? Kau mau aku berhenti?" Tanya Naruto panik, matanya menatap Koyuki penuh kekhawatiran.

Koyuki mengelus pipi Naruto pelan, "Kau nakal dan tidak sabaran, sudah kubilang untuk melakukannya dengan perlahan, kan?" Naruto menunduk, "Maafkan aku, Koyuki-chan. Aku menyesal, aku akan diam sampai kau menyuruhku bergerak."

Koyuki tak bisa menahan rasa gemasnya terhadap Naruto yang kekanakan, ia pun melanjutkan bicaranya. "Aku lupa memberitahumu sesuatu, Naruto."

Naruto menatap Koyuki dengan seksama, menunggu wanita itu melanjutkan bicaranya. "Itu berdarah karena ini juga pertama kalinya bagiku, maka dari itu sudah kubilang untuk melakukannya pelan-pelan." Naruto benar-benar tak berkedip ketika mendengar Koyuki bicara. Yang benar saja?

"Kau sangat terkejut begitu, pasti kau pasti bertanya-tanya mengapa wanita yang sudah dewasa sepertiku masih perawan." Naruto menatap Koyuki lekat, sebelum akhirnya wanita itu kembali berbicara.

"Itu karenamu juga, Naruto. Aku tak pernah bisa menjalin hubungan dengan pria lain sejak bertemu denganmu, hubungannya tak pernah bertahan lama. Kau pasti jijik ketika mengetahui wanita yang sudah dewasa sepertiku jatuh cinta padamu yang masih dibawah umur pada saat itu." Lirih Koyuki dengan kepedihan yang terdengar di suaranya yang bergetar.

Naruto langsung mengecup bibir Koyuki dan mengelus surai hitam wanita itu dengan sayang, "Tidak, Koyuki-chan. Aku justru senang sekali bahwa perasaan kita tumbuh disaat yang sama, aku harap aku bisa mengetahui ini lebih awal."

Naruto mencium dan melumat bibir Koyuki dengan lembut, dengan tangannya yang bergerak meremas payudara milik wanita itu. Setelah ciuman itu terlepas, tiba-tiba Koyuki bersuara. "Lakukan, Naruto! Bergeraklah."

Naruto mengangguk, ia mulai menggerakkan pinggulnya perlahan, yang kemudian intensitasnya bertambah seiring dengan ritme pinggul mereka yang bertabrakan.

Walau ini pengalaman pertamanya, Naruto melakukannya bak professional. Ia dengan cepat mengetahui titik sensitif Koyuki dan merangsangnya lebih jauh.

Seperti saat ini, yang dilakukan pemuda itu adalah melumat puting payudara Koyuki dengan penuh nafsu seraya menggerakkan pinggulnya kasar untuk menyodok titik sensitif yang membuat nikmat keduanya.

"Ahh, sial! Naruto, Naruto.. Aku mau keluar! Lebih cepat!" Rintih Koyuki ketika hampir mencapai klimaksnya, Naruto mengangguk patuh. "Aku juga, Koyuki-chan! Kita keluarkan bersama!"

Naruto langsung ambruk disamping Koyuki, keduanya terengah-engah seperti telah berlari maraton. Koyuki tersenyum menatap Naruto.

"Hebat sekali, Naruto. Kau membuat malam ini tak terlupakan untukku." Ucap Koyuki pelan, kepala wanita itu pun bersandar di tangan Naruto dengan tangannya yang memeluk tubuh tegap itu.

"Aku juga takkan melupakannya, Koyuki-chan. Malam ini adalah bukti dari perasaan kita, aku akan mengenangnya selamanya." Naruto membalas pelukan Koyuki dengan tak kalah erat.

Koyuki memejamkan matanya, ia ingin segera tidur setelah pergumulan panasnya dengan Naruto. Namun belum sempat pulas, sesuatu menganggunya.

"Uhm, Koyuki-chan.. Kau tahu, setelah ini apa yang terjadi pada kita?" Tanya Naruto polos, Koyuki mengangkat alisnya tanda bahwa ia butuh penjelasan.

"Apa maksudmu, Naruto? Aku tak mengerti." Bohong, sebenarnya Koyuki tahu kemana arah pembicaraan ini akan pergi, ia hanya ingin menjahili pemuda pirang kesayangannya terlebih dahulu.

Naruto terlihat gugup, "Uhm, hu-hubungan kita. Apa hanya sebatas ini? Maksudku–" Ucapan Naruto terpotong karena kecupan di bibirnya.

Koyuki tersenyum lebar, "Aku paham, Naruto. Kalau kau mau kita bisa menjadi sepasang kekasih sekarang." Mata Naruto berbinar senang mendengar penuturan Koyuki.

"Benarkah? Kita berpacaran sekarang? Aku senang sekali!" Naruto memeluk tubuh mungil Koyuki erat hingga tubuh keduanya terhimpit, pipi Koyuki memerah ketika ia merasakan benda besar menyentuh perutnya.

"Kau mengeras lagi hanya karena kita mulai berpacaran? Yang benar saja, Naruto! Menembakku di tempat tidur setelah melakukan seks, kau benar-benar payah!" Ujar Koyuki kesal, namun tak sepenuhnya karena lagi-lagi tatapan lembut pemuda pirang itu meluluhkan hatinya.

"Maafkan aku, Koyuki-chan. Aku akan menebusnya padamu nanti, sekarang bisakah kau membantu pacarmu, hum?" Tak tahan lagi, Koyuki langsung menaiki tubuh Naruto dan menungganginya.

"Sialan, aku akan membuatmu terjaga sepanjang malam, Naruto!" Naruto terkekeh pelan mendengar ucapan Koyuki yang putus asa. "Lakukan, sayang. Aku menantikannya."

Seakan tak ada hari esok, keduanya pun melanjutkan pergumulan mereka dengan penuh kasih sampai matahari menampakkan dirinya.

••

End!

••

Halo, ini seri keempat dari Yellow's Desire. Kurasa kali ini aku nulis terlalu panjang untuk satu bab, huhu. Anyway, feel free untuk menulis review apapun agar menjadi perbaikan buat author. Terima kasih buat yang sudah mengunjungi laman ceritaku.