Omake :

Naruto hanya bisa menundukkan kepalanya ketika omelan Tsunade mulai mengalun di telinganya, hal ini terjadi karena dirinya yang menetap lebih lama di negeri salju dari waktu yang ditentukan.

"Bukankah kubilang untuk berhati-hati saat pertarungan, Naruto? Beruntung aku memberimu sedikit chakraku untuk menyembuhkan lukamu. Dan apa yang kau lakukan berlama-lama disana, Naruto?!" Tanya Tsunade kesal, sebenarnya ia sudah mendeteksi sesuatu yang aneh sejak Naruto tiba, namun ia ingin menggali lebih dalam informasinya dari Naruto sendiri.

Naruto menggaruk belakangnya, tak tahu harus memulai darimana untuk menjelaskan kabar baru ini. "Uh, jadi begini, Baachan. Kau tahu aku dan putri Kazahana sudah saling mengenal cukup lama, bukan?"

Tsunade mengangguk, membuat Naruto melanjutkan bicaranya. "Kini kami resmi menjadi sepasang kekasih sejak seminggu yang lalu, kami bahkan sudah–yah, kau pasti mengerti maksudnya." Naruto membuat gerakan tangan yang tak asing di mata Tsunade, Wanita pirang itu membelalakan matanya tak percaya dengan apa yang didengarnya.

"K-kau.. Apa yang kau lakukan? Kau sudah melakukan 'itu' dengannya? Kau sadar apa yang sudah kau lakukan, bocah?! Dia itu seorang Daimyo, Naruto!" Ujar Tsunade penuh kekhawatiran, Naruto hanya berdehem pelan.

"Asal kau tahu, Baachan. Koyuki lah yang menginginkan hubungan kami terbuka, dan aku tak menemukan masalah apapun sejauh ini." Tsunade menghela nafasnya, dia benar-benar lemah pada bocah pirang kesayangannya ini.

"Baiklah, baiklah. Tapi kumohon untuk saat ini jangan sampai dewan desa mendengar kabar ini, aku tak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu, Naruto. Kau paham maksudku, kan?" Suara Tsunade penuh kekhawatiran, Naruto tersenyum penuh arti seraya menghampiri Tsunade dan memeluknya.

"Terima kasih sudah mengerti, Baachan. Aku memahami kekhawatiranmu padaku, aku akan menurut padamu. Terima kasih, Baachan. Aku menyayangimu." Ucap Naruto di sela peluka mereka, Tsunade pun membalas pelukan Naruto.

Wanita itu mengusap pelan surai pirang Naruto, "Naruto kecil yang kukenal sudah besar, kau bahkan berbicara seperti orang dewasa sekarang. Semoga beruntung, Naruto. Aku akan selalu berada di belakangmu dan mendukungmu." Keduanya bertatapan penuh arti, dan kemudian tertawa pelan.

Naruto kembali memeluk sayang Tsunade, begitupun Tsunade. Keduanya saling berbagi kasih layaknya ibu dan anak.

"Jangan lupa undang aku di pernikahanmu suatu saat nanti, Naruto." Ujar Tsunade, Naruto tersenyum lebar dan mengangguk.

"Tetaplah di Konoha sampai saat itu tiba, Baachan." Tsunade tertawa mendengarnya. Naruto hafal betul watak dirinya yang suka berkelana mencari kasino di berbagai belahan dunia untuk memuaskan hobi berjudinya.

"Baiklah, aku akan tetap disini, Naruto."

••

3 bulan kemudian.

Saat ini desa Konoha tengah mengadakan festival besar di dalam desa, Hokage mengundang beberapa petinggi negara lain untuk bergabung di dalam acara dengan dalih mempererat hubungan antara para pemimpin desa.

Namun hal itu tampaknya tak berlaku bagi Naruto dan Koyuki. Karena sekarang adalah waktu yang tepat bagi mereka untuk saling melepas rindu setelah tiga bulan lebih tak bertemu.

"Aku sangat merindukanmu, Naruto." Ucap Koyuki sembari memeluk erat Naruto, wanita itu menenggelamkan kepalanya di sela leher Naruto.

Naruto membalas pelukan Koyuki dengan tak kalah erat, ia mengelus punggung Koyuki. "Aku selalu ingin menemuimu, tapi aku selalu diberi misi oleh nenek Tsunade. Maafkan aku, Koyuki-chan."

Koyuki mengangguk mengerti, ia paham akan situasinya dan ia sudah mendengar penjelasan Tsunade. "Tak apa, Naruto. Aku yakin nona Hokage mempunyai alasan. Ia ingin melindungimu, dan hubungan kita tentunya." Ucap Koyuki seraya tersenyum hangat.

"Kau benar, Koyuki-chan. Tapi lama tak bertemu denganmu, membuatku 'benar-benar' merindukanmu." Ujar Naruto dengan pandangan penuh harap akan sesuatu, Koyuki tersenyum jahil.

"Merindukanku, atau tubuhku?" Goda Koyuki seraya mengalungkan kedua tangannya di leher Naruto. Naruto menggeram pelan, "Keduanya, Koyuki-chan."

Naruto langsung menghujani Koyuki dengan ciuman lengket dan panas di bibirnya, Koyuki berusaha menahan hasratnya untuk tidak melakukannya disini karena mereka masih berada di sisi lain taman yang tak jauh dari tempat digelarnya festival itu.

"Mmph, Naruto.. Hentikan. K-kita bisa ketahuan nanti." Peringat Koyuki, namun tak didengar oleh Naruto. Pemuda pirang itu malah semakin memojokkan Koyuki ke pohon yang berada di belakangnya.

Ketika keduanya tengah asik berciuman, sesuatu mengejutkan mereka. Kehadiran dua orang yang familiar di mata Naruto dan Koyuki, tengah memergoki mereka berdua.

"Sakura-chan?! Kakashi-sensei?! A-apa yang kalian lakukan disini?!" Tanya Naruto panik.

Sakura terlihat marah pada Naruto, namun Kakashi tak menjawabnya. Tampaknya pria berambut perak itu benar-benar speechless dengan adegan panas antara Naruto dan Koyuki yang barusan dilihatnya.

Kakashi yang tampak terbengong, Sakura yang marah, dan Naruto yang panik. Koyuki hanya menonton mereka sembari tersenyum kecil.

"Dasar Naruto bodoh! Putri Kazahana itu Daimyo! Apa yang sudah kau lakukan padanya? Apa kau sudah gila, Naruto?!" Omel Sakura, kesal sekali dengan perlakuan Naruto.

Koyuki pun melerai mereka berdua, "Sudahlah, Sakura. Kurasa kalian juga harus tahu tentang ini, mengingat kalian rekan setim Naruto."

Sakura memasang perhatiannya, menunggu ucapan lain yang akan keluar dari mulut Koyuki. Begitupun Kakashi yang sudah sadar dari lamunannya.

"Aku dan Naruto, kita adalah sepasang kekasih!" Ucap Koyuki ceria, Naruto hanya menggaruk belakang kepalanya disertai cengiran tanpa dosanya. Sakura membelalakkan matanya karena saking terkejutnya, Kakashi menghela nafasnya.

"Apa?! Bagaimana mungkin.. kau dan Naruto?" Tanya Sakura skeptis, namun Koyuki menyakinkan Sakura bahwa hubungannya dengan Naruto itu benar adanya.

"Aku sudah menduga ini, aku sudah melihat gelagat aneh dari kalian berdua sejak putri Kazahana tiba disini." Celetuk Kakashi begitu saja, membuat Naruto dan Koyuki tersipu.

"Well, bagaimanapun aku tak ada hak untuk menentang. Aku hanya akan mendukung kalian berdua." Ujar Kakashi lagi, Sakura melihat Kakashi sebentar lalu menghela nafasnya.

"Karena Kakashi-sensei sudah setuju, kurasa yang perlu kulakukan adalah mendukung kalian juga." Pernyataan Sakura diakhiri dengan senyuman bahagia di wajah Naruto dan Koyuki.

Karena tak ingin menganggu momen kedua sejoli itu, Kakashi dan Sakura hendak pamit pergi, namun Koyuki mencegahnya.

"Tunggu sebentar, Kakashi-san. Ada sesuatu yang ingin kuberikan padamu." Kakashi mengangkat alisnya, terlihat bingung, namun ia mengangguk. "Baiklah, putri Kazahana."

Koyuki menyodorkan sebuah buku berwarna orange yang tampak dikenal oleh Kakashi, pria bersurai perak itu menganga ketika mengetahui buku miliknya dipegang oleh Koyuki.

"Maafkan aku, aku lupa mengembalikannya. Dan jika kau tak keberatan, maukah kau meminjamkan seri lanjutannya padaku?" Tanya Koyuki polos, dan di detik ini Kakashi mulai mimisan dan linglung, beberapa detik kemudian ia pun pingsan.

"Kakashi-sensei! Yang benar saja!" Teriak Naruto dan Sakura, sedangkan Koyuki hanya tertawa kecil ketika melihat lagi kekonyolan tim yang dulu mengawalnya.

••

End!

••