Arah jam 8 di bagian belakang gereja itu seorang perempuan bergaun kuning pucat dengan motif floral sedikit berjongkok di hadapan anak anak yang sedang diajarinya, tangannya dengan lihai mengusap-usap rambut anak-anak baik yang bisa diatur dan menuruti arahan dari gadis itu untuk berbaris dengan rapi dan menempatkan diri sesuai urutan yang sudah disepakati.
Di bangku nomor dua dari depan Gaara melihat gadis itu penuh tanya, dia sering beribadah ke gereja ini karena neneknya merupakan donatur tetap di gereja ini sedari beliau masih muda.
Gaara bukanlah seseorang yang saleh, dia ada di sini hanya untuk menemani neneknya, itu merupakan agenda wajib yang dia lakukan sejak Gaara bisa menyetir dan kakaknya harus pindah dari kota ini dikarenakan pekerjaan barunya.
Oke, katakanlah Gaara berbohong. Dia sering ke sini tapi hanya mengantar sampai gerbang depan saja, kalaupun neneknya menyuruh Gaara untuk masuk dan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir dia hanya akan ikut ikut saja.
Disaat berdoa dia berdoa walau hanya doa sederhana seperti ingin makan apa setelah pulang gereja, disaat menyanyikan pujian dia akan ikut bersenandung walaupun tidak terlalu ingat bait bait lagunya, dan disaat khotbahpun Gaara hanya mendengarkan saja apa yang pendeta itu katakan, tidak terlalu didalami dan dipahami apa yang mereka sampaikan karena kembali lagi untuk apa Gaara di sini, hanya menemani neneknya saja.
Kembali lagi ke gadis bergaun kuning tadi, ini kali pertama Gaara melihat gadis itu, wajahnya tampak asing, walaupun Gaara tidak pernah fokus di gereja ini, tapi tetap saja dia akan mengingat wajah wajah yang sering ia lihat setiap minggunya ke sini.
Rasa penasaran ini sedikit mengebu-gebu, seperti melihat sesuatu yang asing, tentu saja hal-hal asing itu menarik perhatian bukan? Itu merupakan salah satu sifat dasar manusia.
Gadis itu masih dengan santainya berbicara atau bisa dibilang berdiskusi dengan anak anak itu melihat adanya timbal balik antar ia dan bocah kecil di sana.
Ah, Gaara tidak tahan, pepatah lama itu sampai saat ini masih berlaku kan? Peribahasa malu bertanya sesat dijalan itu akan Gaara gunakan sekarang, dengan sedikit bersemangat dia menyentuh ujung jari neneknya, menginginkan atensi dari wanita tua yang sedang berbicara dengan orang di sampingnya itu.
"Perempuan itu siapa, nana?"
