Chapter 14 : Gurun Sette

Note : Seluruh area map di fanfic ini memiliki ukuran lebih besar dari gamenya

Ostia, Ibu Kota Cora, 23 Juli 355 NE 08:00 A.M.

Sudah sekitar sebulan berlalu setelah menyelesaikan misi Pulau Misterius. Sekarang keadaan sudah berjalan seperti sedia kala. Kaya yang kemarin-kemarin, aku berolahraga pagi untuk menjaga kebugaranku. Oh iya semenjak hari itu aku mulai berpikir untuk mengganti gaya bertarungku menjadi warior pedang kembar. Pertarungan melawan Kaltran memberiku kesan unik melihat gaya bertarung dua pedang seperti Kaltran terlihat lain daripada yang lain. Selama sebulan ini aku membaca berbagai jurnal dan buku tentang aliran dua pedang. Meskipun tidak banyak yang memakai, tapi setidaknya ada beberapa jagoan pedang kembar di Cora. Meski bukan orang yang mencolok, tapi keahliannya cukup disegani. Aku mungkin bisa banyak belajar terlebih aku punya pedang Master of Mithril Katana hasil nemu di Ether. Sangat sayang jika dibiarkan nganggur.

''Kayanya abis misi di Gurun Sette aja deh belajarnya'' gumamku. Yup baru kemarin malam ada notifikasi yang masuk di ponselku. Aku diminta untuk berpatroli di sekitar Dataran Angin. Infonya ada monster yang diketahui terinfeksi virus yang berasal dari Cauldron Volcanic dan jika bisa aku diminta untuk mengambil sampel darah dan air liur miliknya. Selesai berolahraga aku kembali ke rumahku. Mandi, sarapan dan menyiapkan perbekalanku sebelum berangkat ke Gurun Sette. Setelah semua siap akupun segera berangkat di jam 9 pagi.

New Odin, Ibu Kota Bellato, 23 Juli 355 NE 07.40 A.M.

Seorang Bellato muda tertidur pulas diatas sofa empuk berwarna biru. Terlihat pules mungkin efek kecapekkan abis ngasih suprise ulang tahun buat kakaknya. Dia adalah Lech. Posisinya tidurnya tak beraturan, disampingnya terparkir moge superbike 1000cc berwarna biru tua yang sudah ganti knalpot racing. 5 menit kemudian alarm ponselnya berbunyi keras pakai banget.

KRIIIIIIINNNGGGG!

Lech bangun dengan kondisi setengah tak sadar Lalu mematikan alarmnya. Dia bangkit dan berdiri, namun saat berjalan Lech tidak sadar dirinya menginjak bantal sofa dan terjatuh.

"ADUHHH! OH MY GOD! Pagi-pagi udah apes aja, sih!" omel Lech. Belum selesai, mogenya juga ikutan ambruk efek jatuhnya Lech.

GUBRAK!

"WHAT THE HELL!? KENAPA SIH RUMAH SEMPIT AMAT!?" Lech mendirikan mogenya namun tanpa dia sadari oli mogenya menetes hingga tanpa sengaja Lech menginjaknya dan kembali jatuh. Mogenya mendarat di pahanya.

"ADUH DUH DUH! SIAL AMAT YA HARI INI!?"

Kasihan juga Lech hari ini. Yah apa mau dikata? Mungkin udah takdirnya pagi ini kena sial. Setelah membereskan semua perkara, Lech segera mandi. Setelah membersihkan rumah Lech menyantap sarapan yang sudah disiapkan kakaknya. Hari ini kak Lechia sedang keluar kota mengurus toko kuenya. Bilangnya sih mau ada perekrutan karyawan baru. Jadi mungkin pulangnya agak malam.

TOK TOK TOK

Terdengar suara ketukan pintu didepan. Lech membuka pintu. Didepannya berdiri seorang prajurit Bellato pria membawa sepucuk surat. Sosoknya memakai armor Warrior Double Core Full Set. Di dada kanannya ada lambang salib. Kemungkinan utusan dari katedral.

"Selamat pagi, Captain Lech. Aku membawa pesan dari Nona Theresia." Pria itu menyerahkan surat ke Lech. "Kayanya beliau memberi tugas untuk anda."

Lech menerima surat tersebut. Ia pun membuka isinya. Tertulis tentang tugasnya pergi ke Gurun Sette. "Menangkap seekor Trial Lunker di Gurun Sette. Menurut info beredar katanya monster tersebut telah terinfeksi semacam virus dari Cauldron Volcanic. Tangkaplah seekor untuk diteliti."

Lech menutup surat tersebut dan berkata "Sekarang juga, nih? Disana aman gak ya?"

"Menurut laporan sampai pagi tadi tidak dilaporkan adanya aktivitas bangsa Accretia dan Cora. Ah, Nona Theresia minta sekarang juga. Menurut beliau itu subjek penting penelitian untuk divisi Support. Lebih khususnya bagian medis." Jelasnya

"Yaudah, deh. Nanti ya aku bersiap dulu." Kata Lech

"Baik. Kalau begitu aku pamit dulu. Semoga Tuhan selalu memberkatimu." Pria itu pamit undur diri hingga sosoknya berjalan menjauh dari ujung jalan.

"Gurun Sette, lagi. Yah moga aja deh gak ketemu Cora Accretia." Hela Lech sambil mempersiapkan diri. Lalu diapun berangkat ke Gurun Sette.

Gurun Sette, 23 Juli 355 NE 09:40 A.M.

Terik mentari Nigger menyambut kedatangan Lech di portal Bellato Sette. Hamparan bukit padang pasir bersama terpaan angin gurun menjadi pemandangan pertama yang dilihatnya. Dari Portal, laki-laki berambut hitam bermata biru itu mengambil jalur lurus menurun. Lalu ia belok kekiri yang berujung ke bangunan kuil besar yang posisinya ada ditengah peta. Dia amati pemandangan di sekelilingnya. Pandangannya menangkap sosok dinosaurus mirip Bulky Lunker namun dengan ukuran lebih kecil. Dilihat ada air liur yang menetes dari rahangnya.

"Nah, gak salah lagi. Kayanya ini deh Trial Lunker yang dimaksud." Lech menarik Intense katana dari pinggangnya. Dia berjalan mendekati Trial Lunker. Namun ketika Lech beru berjaan sepuluh meter ada bayangan yang muncul dari atas menukik ke bawah

DUAR!

Kepulan asap bercampur debu gurun membuat area menjadi ngebul. Dibaliknya muncul sosok Accretia Warrior berarmor Top Alloy warna merah memegang Tombak trisula. Kemungkinann dia Assaulter. Di dada kanannya tertulis kode AF-91. Sementara tombaknya tidak diketahui namanya. Monster Trial Lunker yang diincar Lech kabur bersembunyi.

"I didn't expect to meet Bellato. It seems, you are also targeting the same monster as me." Accretia itu menodongkan tombaknya ke arah Lech. "I'm warning you. I found it first. You'd better go home or you'll be killed by my spear."

Lech sebenarnya tidak mengerti perkataan si Accretia. Tapi dia tahu kalau dia diancam untuk mundur. Tapi Lech tidak takut. Demi tugas dia akan nekat maju.

"Kayanya kau ingin ribut denganku. Oke aku layani setulus hati."

DASH!

Lech melompat cepat menyabet Intense Katana miliknya. Tebasannya masih bisa ditangkis.

TANG! TING! TING! TANG!

Semua serangan Lech bisa dimentahkan. Kali ini Lech melompat ke atas dan melancarkan skill elite.

"PRESSURE BOMB!"

BLENTANG!

Katana Lech tertahan disela-sela tombak trisula milik si Accretia. Pressure Bomb Lech rupanya bisa ditahan olehnya. Si Accretia lalu mendorong Lech dengan tombaknya. Saat Lech mendarat giliran si Accretia menyerang balik. Mereka pun saling beradu senjata dengan gerakan sangat cepat hingga hampir tak tertangkap mata.

TANG! TANG! TANG! TANG!

Disini Posisi Lech tidak menguntungkan, dengan posisinya yang bertahan membuat dia mundur perlahan. Sebaliknya, si Accretia yang berada diatas angin terus menerus melancarkan tusukkan dan tebasan membabi buta. Apalagi jangkauan tombaknya lebih jauh dibanding katana Lech.

"MANGLE!" Si Accretia melancarkan combo enam tebasan

"PRESSURE BOMB!" Skill hantaman tanah membuat Lech terpukul mundur.

Lech kelelahan. Nafasnya mulai tak beraturan. Ini pertama kalinya Lech bertarung melawan Accretia. Awalnya Lech cukup percaya diri. Tapi sekarang mulai ada penyesalan dalam batinnya. Lawannya didepannya masih jauh diatasnya. Sementara si Accretia tampak diam sejenak. Lalu dia memasang kuda-kuda. Tangan kirinya diangkat sejajar dada, sedang tangan kanannya menggenggam erat tombak diposisi belakang kepala. Si Accretia berniat mengeluarkan skill terkuatnya.

"GAE...BOLG!" Aura merah muncul menyelimuti tombaknya. Kemudian Accretia tersebut melempar tombaknya.

Lech coba menahan tombak trisula tersebut. Namun hantaman yang kuat membuat katanya patah.

PRANG!

Dua mata tombak si Accretia menembus pundak Lech. Si Accretia bergerak cepat dan memegang tombak yang masih menancap di badan Lech. Lalu ia pun melempar Lech sejauh sepuluh meter mencium tanah

"ARGH!" teriak Lech.

Brukk!

Saat si Accretia akan menghabisi Lech, ia mendengar suara seperti batu yang jatuh.

"Who is there!?" sekilas matanya menangkap sosok Cora berambut cokelat. Diapun segera mencari sosok tersebut dan mengurungkan niatnya membunuh Lech.

.

.

Gurun Sette Portal Cora, 23 Juli 355 NE 10:10 A.M.

Sudah sepeluh menit aku berjalan-jalan di sekitar Portal Cora tapi aku tidak menemukan satupun patroli yang bertugas. Niatnya aku ingin bertanya-tanya dulu siapa tahu mereka tahu sesuatu. Kuputuskan untuk berjalan sendiri tanpa pikir panjang.

DUARR!

Tiba-tiba ada suara ledakkan. Kayanya ada pertempuran tapi dimana ya? Firasatku mengatakan di tengah map. Aku mengendap-endap menaiki bukit kecil. Benar saja disana ada Accretia dan Bellato lagi bertarung. Mereka saling beradu serangan cepat, tapi posisi Accretia lebih diuntungkan. Terlihat Accretia itu akan menghabisi Bellato lawannya dan bersiap mengakhiri duel hidup mati. Tapi sial tanpa sengaja aku menjatuhkan kerikil didekatku.

"Who is there?"

Oh gawat. Aku ketahuan. Buru-buru aku lari ke Goa Angin dan bersembunyi diantara gundukan pasir.

TAP! TAP! TAP!

Terdengar suara langkah kaki tidak jauh dari tempatku. Sekitar 30 menit aku bersembunyi dan suara itu sudah terdengar lagi. Aku pun keluar dari persembunyianku. Kuamati area sekitar, tidak ada siapa-siapa. Kayanya sih dia udah cabut, deh.

"Selamat selamat." Aku mengelus dada lega. Tapi tiba-tiba...

"Ciao, Cora." Accretia tadi muncul mendadak dibelakangku. Sepertinya dia pakai Stealth Potion. Dugaanku ternyata salah. Dia tidak pergi, hanya tak terlihat saja. Dia bersiap menyerangku.

"E arrivederci." .

.

To Be Continued.

" Semoga Tuhan selalu memberkatimu." Bellato Warrior.

A/N: Halo, para pembaca semua. Semoga kalian semua selalu diberikan rezeki dan kesehatan selamanya. Akhirnya chapter 14 selesai juga. Cuma sehari setelah chapter 13. Saya harap para pembaca bisa menikmatinya. Dan saya usahakan juga akan update secepatnya. Gak banyak sih yang bisa saya katakan. Cuma saya minta maaf di chapter ini Slask dan Lech masih belum bertemu. Kemungkinan sekitar chapter 15 atau 16 baru mereka saling bertatapan. Terima kasih untuk semuanya dan sampai jumpa di chapter berikutnya.

Regard's

Slask Wroclaw