Shinobi of Tempest

Bab 18 : Murid-murid Shizu

"Pada umumnya, mereka tidak mungkin melakukan itu, karena, mereka sudah memberikannya pada kami, dan kalaupun mereka memaksakan diri, maka negara mereka akan mengalami kerugian karena ketahuan melakukan ritual pemanggian. Ah iya, karena kau datang sebaga pengganti Shizu-sensei. Maka, sebaiknya aku memberikan ini kepadamu," ucap Yuuki sambil menyerahkan kartu pengajar atas nama Rimuru.

Setelah diterima sebagai guru sementara. Rimuru pun dibawa ke bangunan dan ruang kelas di mana bocah didikan Shizu berada. Dalam perjalanan itu, ia kembali mengenakan topengnya.

Ketika Rimuru membuka pintu kelas dan melangkah masuk, secara tiba-tiba sihir api berbentuk tebasan melesat ke arah Rimuru.

RImuru yang melihat itu dengan cepat menghindari serangan itu, sambaran api itu meledak dan menghancurkan beberapa benda.

Sementara itu di ibu kota Rimuru.

Naruto, terlihat sedang melakukan latih tanding dengan Benimaru dengan Hakurou sebagai wasit. Karena ini latih tanding, maka Naruto tidak akan mengajari Benimaru jurus berpedangnya dan begitu juga sebaliknya, Benimaru tidak mengajari Naruto teknik berpedangnya. Latih tanding ini dilakukan untuk melatih pengalaman untuk mengatasi beberapa jurus dari lawan tanding dan melatih battle iq dan adaptasi.

Benimaru bersiap dengan gaya bertarung Kenjutsu Obororyu (Seni Pedang aliran arus air). Lalu Naruto dengan Kenjutsu, Konoharyu (Seni pedang aliran Daun).

Saat Hakurou memberikan tanda, Naruto melesat maju dengan kecepatan yang mengesankan. Gerakannya lembut namun tajam, pedangnya bergerak lincah seperti daun-daun yang jatuh, membingungkan lawan dengan arah yang sulit diprediksi. Setiap tebasan memiliki kekuatan tersembunyi di balik keanggunan gerakannya.

Benimaru dengan tenang mengamati gerakan Naruto, ia tidak terburu-buru untuk menyerang. Gaya bertarung Obororyu miliknya memungkinkan dia untuk membaca gerakan lawan seperti aliran air yang menyentuh setiap permukaan. Saat Naruto mendekat dan melakukan serangan pertama, Benimaru segera memutar tubuhnya dengan elegan, memblokir tebasan Naruto dengan pedangnya.

Clang!

Suara benturan pedang terdengar keras, getarannya terasa di sekitar arena. Meski berhasil memblokir, Benimaru merasakan kekuatan besar di balik setiap tebasan Naruto, sesuatu yang tidak bisa dianggap remeh.

"Gerakanmu cepat dan tidak terduga, Naruto-dono," ucap Benimaru sambil tersenyum, "Tapi aku juga punya kejutan."

Benimaru bergerak dengan aliran yang halus namun mematikan. Pedangnya mengikuti gerakan Naruto, mencoba mengimbangi serangan-serangan bertubi-tubi yang datang. Aliran Obororyu miliknya beradaptasi dengan kecepatan serangan lawan, seperti air yang mengalir di sekitar batu.

Naruto pun melesat dan memberikan tebasan yang mirip gerakan daun-daun yang berjatuhan dan melayang di udara ke arah Benimaru.

"Konoharyu Mikatsuki no Mai!" seru Naruto dengan gerakan cepat dan terkesan agak lambat membuat ilusi seolah pedang di tangannya mengeluarkan bayangan dan dilanjutkan dengan Naruto yang tiba-tiba ada di udara memberikan tebasan kuat hingga membentuk garis tebasan melengkung seperti cahaya bulan sabit.

Melihat itu Benimaru langsung menghindar dan memberikan serangan balasan berupa tebasan cepat dan ia juga memberikan kekuatan sihirnya pada pedangnya, hal itu membuat pedang Benimaru diselimuti api hitam. Dan tentunya Naruto langsung menghindar dengan teknik langkah kilat dan membuat tebasan dari Benimaru meleset.

"Api hitam? Sepertinya jutsu Amateratsu milik Itachi sudah tidak spesial lagi," ucap Naruto, ia tersenyum karena di dunia baru ini, sihir benar-benar lebih kuat dari pada Ninjutsu dan juga lebih fleksibel dalam penggunaannya.

"Ada apa? Haruskah kita hentikan, jujur saja api hitam ini sangat panas dan akan melelehkan apapun yang di sentuhnya," ucap Benimaru yang mulai terbawa suasana dalam duel.

Naruto hanya tersenyum saja, "Menggunakan elemen pada pedang bukan hanya keahlianmu Benimaru, aku juga punya elemenku sendiri," ucap Naruto yang seketika pedangnya diselimuti energi berwarna biru yang tipis dan bergerak cepat menggesek pedangnya hingga memerah karena menjadi panas, yah Naruto menggunakan chakra angin yang ia kontrol hingga setipis mungkin dan ia gerakkan dengan kecepatan tingga membuat angin itu jadi sangat tajam seperti gergaji yang menggunakan partikel kecil di sekitarnya sebagai bilah seperti sand blaster.

"Aku juga punya jurus lain, yaitu pedang angin," ucap Naruto, sambil membuat chakranya bergesekan dengan bilah tajam pedang dan terus mengasah pedangnya hingga setajam mungkin dengan mengikis sang pedang menggunakan partikel kecil seperti debu dan partikel besi yang terkelipas dari pata pedangnya sendiri dan ia gesek maju mundur dengan chakra anginnya.

Di tengah arena latih tanding, Naruto dan Benimaru kini terlihat semakin serius dalam duel mereka. Keduanya menunjukkan keahlian Kenjutsu masing-masing dengan penuh ketenangan dan fokus, sementara Hakurou tetap mengawasi dari samping, tidak ingin melewatkan setiap gerakan dalam pertarungan itu.

Naruto, yang baru saja memperlihatkan jurus Konoharyu Mikatsuki no Mai, tampak lebih percaya diri setelah membuat Benimaru harus menghindar. Benimaru sendiri tidak tinggal diam. Dengan pedang yang diselimuti api hitam, dia memberikan tebasan kuat yang membuat udara di sekitarnya bergetar karena panasnya.

Namun, Naruto dengan gesit menggunakan langkah kilat untuk menghindari tebasan tersebut. Gerakannya begitu cepat hingga menciptakan ilusi bahwa dia menghilang, membuat serangan Benimaru meleset.

"Api hitam? Sepertinya jutsu Amaterasu milik Itachi sudah tidak begitu istimewa lagi di dunia ini," ucap Naruto dengan nada bercanda, namun dengan kesadaran bahwa di dunia baru ini, sihir dan elemen jauh lebih fleksibel dan beragam dibandingkan Ninjutsu yang ia kenal sebelumnya.

Benimaru tersenyum, sedikit terbawa suasana duel. "Api hitam ini sangat panas, Naruto-dono. Jika kita tidak berhati-hati, ia akan melelehkan apa saja yang tersentuh."

Naruto balas tersenyum, tidak terlihat sedikitpun niat untuk mundur. "Menggunakan elemen pada pedang bukan hanya keahlianmu, Benimaru. Aku juga punya elemennya sendiri."

Saat itu, pedang Naruto mulai bersinar dengan energi biru yang tipis namun jelas. Chakra angin yang ia kendalikan dengan luar biasa tipis kini menyelimuti pedangnya, bergerak dengan kecepatan tinggi, menciptakan suara tajam seperti gesekan angin kencang di udara. Angin tersebut bergerak begitu cepat dan terfokus, hingga bilah pedang Naruto mulai memerah karena panas yang dihasilkan oleh gesekan tersebut.

"Ini adalah pedang angin," ucap Naruto sambil menampilkan senyum penuh keyakinan. Chakra angin yang ia manipulasi berputar dengan begitu presisi, seperti gergaji halus yang memotong segala yang dilalui. Partikel kecil di udara, bahkan debu dan serpihan logam yang terlepas dari pedangnya sendiri, kini menjadi senjata mematikan yang terus mengasah bilah pedangnya hingga tajam luar biasa.

Melihat hal itu, Benimaru terkesima. "Menarik... Kau bisa membuat angin seolah menjadi bilah tajam yang memotong apapun."

Keduanya sekarang saling berhadapan, masing-masing dengan senjata yang diperkuat oleh elemen mereka sendiri. Api hitam milik Benimaru berhadapan dengan chakra angin milik Naruto, menciptakan aura yang mencekam di sekitar arena. Mereka tahu bahwa pertarungan ini sekarang mencapai titik puncak.

Naruto melangkah maju, pedangnya yang diselimuti chakra angin bergerak dengan presisi, memberikan tebasan cepat ke arah Benimaru. Setiap serangannya tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik, tetapi juga ketajaman chakra angin yang mampu memotong hampir apa saja. Namun, Benimaru tidak kalah sigap. Dengan gaya Obororyu miliknya, dia mengalir seperti air, menghindari setiap serangan dengan kelincahan yang luar biasa.

Saat Naruto melancarkan serangan terakhir, Benimaru memutar tubuhnya, menghindar dengan anggun, lalu balas menyerang dengan pedangnya yang diselimuti api hitam. Tebasan itu begitu cepat dan kuat, sehingga udara di sekitarnya terasa terbakar. Namun, Naruto dengan refleks luar biasa berhasil menangkis serangan itu menggunakan pedang anginnya.

CLANG!

Benturan kedua pedang menghasilkan getaran hebat, membuat percikan api dan angin bertebaran di udara. Kedua elemen, api hitam dan angin biru, bertarung memperebutkan dominasi. Panas dari api Benimaru terasa begitu intens, sementara angin tajam dari Naruto berusaha mengiris apapun yang disentuhnya.

"Aku harus akui, Naruto-dono," ucap Benimaru sambil menahan tebasan Naruto dengan kekuatan penuh, "Pertarungan ini jauh lebih menyenangkan daripada yang kuduga."

Naruto tersenyum, matanya fokus pada lawannya. "Aku juga merasa hal yang sama, Benimaru. Kau sangat kuat, tapi aku belum selesai!"

Dengan satu dorongan kuat, Naruto menggunakan chakra angin untuk menciptakan ledakan kecil di antara mereka, memisahkan kedua petarung sejenak. Naruto kemudian melompat mundur, mengambil napas dalam, sebelum kembali bersiap dengan posisi bertarung.

Benimaru, yang juga mundur sedikit, menyeka keringat di dahinya. "Baiklah, jika ini yang kau inginkan, mari kita lanjutkan!"

Pertarungan pun kembali dimulai, dengan kedua petarung kini semakin memahami kekuatan dan kelemahan lawan mereka. Hakurou, yang sejak tadi mengamati dengan seksama, tersenyum tipis. "Naruto dan Benimaru... Mereka berdua telah berkembang jauh, dan ini baru permulaan dari apa yang mereka bisa capai bersama."

Naruto terdiam dan menatap pedangnya yang terbakar karena melakukan kontak dengan pedang Benimaru dan nyala apinya begitu bergejolak karena aliran angin yang bergesek dan berlawanan arah dari pedang Naruto, 'Jika terus terjadi, pedangku mungkin akan melelh dan hilang,' batin Naruto melihat pedangnya yang terus memanas.

"Aku menyerah, sepertinya, pedangku tak akan mampu menahan panas api hitam yang menempel di bilahnya," ucap Naruto ambil menggenggam bilah pedangnya yang terbakar dan menggunakan Gakido untuk menyerap masoku yang tersimpan di api hitam milik Benimaru yang menempel di bilah pedangnya.

Perlahan api di pedangnya menghilang. Namun, telapak tangan Naruto tetap terbakar. Namun, luka bakar itu pulih secara perlahan, yah regenerasi sell hashirama membuatnya bisa pulih dari segala luka. Namun, kecepatannya tidak sehebat makhluk dari dunia itu, jadi regenerasi Naruto akan terlihat cepat jika yang melihatnya manusia. Namun, bagi monster, pemulihan yang Naruto miliki termasuk lambat.

"Kenapa kau tidak meminta bantuanku untuk mematikannya?" tanya Benimaru.

'Meskipun terdengar bodoh, aku punya harga diri untuk tidak meminta bantuan pada orang lain, karena walau bagaimanapun aku pasti akan kehilangan muka di hadapan Rimuru, jika aku tidak bisa mengatasi masalahku sendiri," ucap Naruto sambil menatap bilah pedangnya yang hampir meleleh. Naruto pun membuang pedang ditangannya karena menurutnya itu sudah rusak dan tidak akan bisa digunakan.

Naruto kemudian menatap langit, ia kemudian berkata, "Jika aku memaksakan diri untuk melawanmu, sebenarnya itu bisa akan memakan waktu 5 hari baru ada pemenangnya. Namun, jika itu terjadi mungkin Kota ini akan hancur berantakan, karena ketika aku terlalu terbawa suasana, aku akan mengeluarkan kekuatan yang gila-gilaan dan bisa memberikan kerusakan area," ucap Naruto

"Kau benar," gumam Benimaru.

"Pemenang duel ini adalah Benimaru!" seru Hakurou.

Naruto dan Benimaru langsung bersalaman. Setelahnya, mereka saling menghormati satu sama lain. Setelah itu suara tepuk tangan beberapa orang terdengar. Naruto akhirnya menyerahkan keamanan pada Benimaru dan pengawasan pada Souei, hal ini karena Naruto ingin mengunjungi Abiru(Ayah dari Gabiru dan Souka).

Kembali ke Sekolah kota Kebebasan di Ingrasia. Terlihat Rimuru berdiri di halaman bersama Rangga dan anak-anak didikan Shizu. "Baiklah, sekarang saatnya kalian menunjukkan kekuatan kalian dalam duel 1 lawan 1 denganku. Jika aku menang, kalian harus memanggilku sebagai guru kalian. Lalu pertandingan juga akan dibatasi waktu 10 menit. Nah ada hal yang ingin disampaikan?" tanya Rimuru.

"Hanya itu saja?" tanya bocah berambut oranye.

"Ya," tanggap Rimuru.

"Sepuluh menit?" seorang bocah berambut coklat mempertanyakan waktu tanding itu.

"Ya," sahut Rimuru lagi.

"Hehei! Kalau dia tidak ikut campur, maka tidak akan butuh waktu 10 menit untuk mengalahkanmu!" seru bocah berambut pirang panjang bergelombang dengan mata merah sambil menunjuk ke arah Ranga.

"Itu tenang saja, Ranga tidak akan ikut campur," ucap Rimuru dengan santai, "Ranga, kamu cukup diam dan menonton saja, biar aku yang menghadapi mereka," pinta Rimuru pada Tenpest Wolf yang bersamanya.

"Baik!" seru Rangga dengan tenang.

"Heh! Aku jamin aku akan menang!" seru bocah lelaki berambut Oranye.

"Ryota jadilah wasit yang akan memberitahu kalau waktunya sudah selesai.

"Em!" ucapnya sambil menatap jam pasir yang akan dibalik ketika petarungan dimulai.

"Aku duluan!" seru bocah berambut Oranye dan mata kuning cerah dengan tatapan penuh percaya diri, ia maju sambil membawa sebilah pedang yang di sediakan di atas meja. "Apa boleh aku memakai ini?'

"Kalau begitu Kenya Misaki-kun duluan," gumam pelan Rimuru sambil tersenyum, "Dan kamu juga bebas memakainya, akan tetapi, ketika kau kalah kau harus bersikap hormat kepadaku, mengerti?"

"Heh, aku nggak akan kalah, karena aku nggak pernah kalah, selain dari Shizu-sensei," ucap Kenya Misaki sambil mengayunkan pedangnya dengan cepat kesana kemari.

"Kamu, bisa berbangga diri setelah menang dariku," ucap Rimuru sambil tersenyum, "Baiklah, apakah energi yang menghancurkan tubuh itu bisa berkurang setelah melakukan beberapa kali sparring," batin Rimuru, sambil memperhatikan Kenya Misaki

"Mulai!" seru Ryota.

Seketika itu juga Kenya mulai berlari ke arah Rimuru, lalu ia mencoba menebas Rimuru. Namun, Rimuru bergerak sangat cepat, membuat ia bisa menghindari setiap tebasan Kenya. Rimuru, terus-terusan mampu berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat. Rimuru dengan santainya.

"Sialan! Jangan hanya terus-terusan menghindar, hadapi aku!" seru Kenya sambilmenyelimuti pedangnya dengan api dan ia menyerang dengan sambaran api kuat dan sangat cepat dari ayunan pedangnya.

Namun, lagi-lagi Rimuru terus-terusan menghindar sambil menganalisa keadaan Kenya, "Hmm.. apinya sangat lemah," gumam pelan Rimuru sambil terus menghindar dan menepis serangan dengan tangannya. "Hei apa hanya ini yang kau punya?" tanya Rimuru.

"D-Diam!" seru Kenya mengerahkan seluruh emosinya. Namun itu tidak ada artinya. Rimuru bisa dengan mudahnya menghindari itu dan akhirnya, jam pasir sudah berhenti berjatuhan, tanda waktu pertandingan selesai.

Ryota pun memberitahukan kalau pertandingan sudah selesai dan Rimuru langsung muncul di hadapan Kenya, "Kekuatan apimu bagus. Hanya saja, kau harus lebih banyak belajar lagi," ucap RImuru sambil menepuk dan mengelus kepala dari Kenya Misaki.

Kenya yang menyadari kekalahannya langsung berlari ke barisannya lagi sambil menangis karena tak bisa menerima kenyataan, karena gagal mengenai Rimuru dalam waktu 10 menit.

"Yosh, selanjutnya!" seru Rimuru sambil menatap barisan bocah lain yang belum maju.

Selanjutnya bocah perempuan berambut hitam panjang tergerai, ia berjalan maju sambil membawa buku bergambar di tangannya.

"Chloe Aubert-san" gumam Rimuru.

"Haaaaah, padahal aku hanya ingin membaca buku, tapi apa boleh buat," gumam pelan Rimuru sambil mengangkat bukunya ke atas.

"Huh? Apa dia sedang berniat untuk memukulku dengan buku?" pikir Rimuru sambil memiringkan kepalanya penasaran dengan tindakan selanjutnya dari Chloe.

Namun, Chloe ternyata membaca mantra dan seketika itu juga, air menyembur dari bawah kakinya dan mengurung Rimuru di dalam bola air yang terus berputar.

"Hmmm, sihir yang bagus," gumam Rimuru mengomentari sihir bola air yang mengurung dirinya dan berputar cepat, agar Rimuru tidak bisa memaksakan diri untuk keluar dengan mudah, karena arus kuat yang berputar.

"Itu bukan hanya penjara air biasa. Jika kau tidak segera menyerah, kau akan mati karena pisau air yang akan muncul," ucap pelan Chloe dan benar saja, saat itu di dalam bola air, muncul bilah-bilah tajam dari air berputar dan semakin mendekati Rimuru.

"Hei-hei-hei bukankah mereka hanya anak-anak? Bagaimana bisa mereka memiliki pemikiran mengerikan?" pikir Rimuru yang masih terkurung dalam penjara air yang memunculkan bilah air tajam yang mengelilingi dinding air dengan kecepatan tinggi dan akan mengoyak dan memotong apa saja yang bersentuhan dengannya.

"Ayo Chloe balaskan kekalahanku!" seru Kenya berteriak.

"Haha, sekarang kau tak akan bisa berbuat apapun!" seru bocah-bocah di sana.

"Kehehehe, ini memang sihir yang bagus, tapi sayangnya, karena akulah lawan kalian, ini tidak ada gunanya," ucap Rimuru.

Rimuru kemudian berjalan menembus kurungan air itu, ia menggunakan kemampuan manipulasi air untuk membuat bilah-bilah air tajam di dalam kurungan air itu tidak melukainya, lalu dinding air berputar itu jadi terbuka dan hancur saat Rimuru melewatinya.

Semua Murid Shizu yang melihat hal itu tentunya kaget melihat kejadian di depan matanya, Rimuru terus berjalan mendekati Chloe Aubert, dan akhirnya ia menepuk dan mengelus kepala gadis kecil itu dan berkata, "Sihir yang hebat, dengan sedikit pelatihan, kau pasti akan menjadi seorang penyihir kelas satu," ucap Rimuru.

"Pertandingan selesai!" seru Ryota yang melihat jam pasir berhenti bergerak.

Chloe hanya bisa kembali sambil menangis karena kalah dan terharu di saat yang bersamaan, setelahnya bocah berambut coklat dengan mata kuning cerah alis pendek dan punya ukuran tubuh yang sedikit lebih tinggi dan besar dari yang lain.

"Hoho, sekarang Gale Gibison hem..." gumam pelan Rimuru sambil menatap pemuda itu.

"Jangan menyalahkanku jika mati!" seru Gale sambil mengumpulkan Masoku di tangannya dan di arahkan ke arah Rimuru dan ditembakkan dalam bentuk bola cahaya berwarna putih.

"Maryukudan, sungguh kemampuan yang lumayan hebat, tapi..." Rimuru kemudian mengarahkan tangannya kedepan dan asap hitam muncul menelan sihir yang ditembakkan Gale dengan cepat dan membawahnya masuk ke tubuh Rimuru, "Hmm, Terima kasih makanannya!" seru Rimuru.

"Apa-apaan itu? Bukankah itu curang!" seru Gale..

"Yang pentingkan hasilnya, begitulah orang dewasa bertarung. Lakukan apapun agar bisa menang," ucap Rimuru

Hingga akhirnya tibalah giliran Ryota Sekiguchi, bocah berambut hitam pendek, berwajah murung bermata biru maju.

"Ryouta Sekiguchi, dia terlihat begitu tenang sejauh ini, apa dia sangat berlawanan dengan Kenya?" batin Rimuru menganalisa Ryota.

"Ryota, balaskan kekalahanku!" seru Kenya.

Seketika itu, ledakan energi keluar, aura berwarna merah menyelimuti Ryota, dan terlihat Ryota yang begitu tenang kini memasang wajah mengerikan. Ryota kemudian meraung keras membuat kekuatannya semakin meluap.

"Oi-oi, apa tidak masalah mengorbankan kesadaran demi kekuatan, kemampuan ini punya banyak celah jika tidak dikontrol tahu," komen Rimuru.

Ryota tidak peduli, ia mulai menerjang Rimuru dengan kecepatan tinggi. Namun, Rimuru, dengan santainya menghindari setiap serangan Ryota dan membuat Ryota selalu menyerang benda-benda yang harusnya tidak ia serang, dan menghancurkan beberapa objek yang kena serangannya.

"Kemampuan yang bagus, jika lawanmu bukan aku, mereka pasti akan terluka berat," ucap Rimuru sambil terus menghindari terjangan Ryota yang mamu menumbangkan pohon di belakangnya dalam sekali terjang.

Ryota terus mengamuk tanpa tahu arah, hingga akhirnya. "Sayang sekali, menjadi orang yang bertarung diluar kendali dan hanya mengikuti insting liar, punya banyak celah," ucap Rimuru yang menghindari terjangan Ryota lagi,tapi kali ini ia menangkap kaki Ryota dan melemparnya hinga menghantam dinding sekolah dengan sangat keras dan membuat Ryota mendapatkan kesadarannya kembali. Namun, dalam keadaan lemas dan kesakitan, karena benturan keras.

"Akhirnya giliranku tiba! Heh! Karena kalian telah gagal, lihatlah aksi gemilang dari Alice Rondo ini!" seru gadis kecil berambut pirang dengan mata merah, penuh percaya diri dan terlihat, Kenya, Gale, Chloe dan Ryota hanya bisa diam pasrah karena mereka memang sudah kalah.

Akhirnya Alice mengeluarkan beberapa boneka kain dan menggerakkannya ke arah Rimuru. Rimuru yang melihat itu jadi sedikit terkesan dengan hal baru yang ia lihat.

"Ooooh, Pengendali boneka, atau mungkin Golem Master?" gumam pelan Rimuru.

Rimuru hanya diam dan terus bermain dengan tiga boneka milik Alice, seperti boneka kucing, kelinci dan Tedybear. Karena ketiga boneka itu dari kain, Rimuru tidak masalah terus menepisnya karena memang tidak ada impact serangan atau dampak apapun dari serangan yang dihasilkan boneka lemah itu.

"Kalau saja boneka ini punya kekuatan tempur yang hebat, saat dia meggunakan boneka kuat, itu bisa jadi senjata. Mungkin saja, diantara mereka berlima, dia memiliki potensi kekuatan yang terhebat." pikir Rimuru yang terus menepis boneka yang ada dan memperhatikan jari-jari Alice yang mengendalikan tiga boneka itu.

Namun, RImuru mulai bosan dan berpikir, "Ini menyebalkan juga kalau dibiarkan lama-lama, apa perlu kubakar semuanya?" batin Rimuru.

"Lapor, jika Anda melakukan itu, Alice Rondo akan menangis 100%," ucap Daikenja pada Rimuru.

Hingga akhirnya waktu pertandingan berakhir, mereka semua pun tidak ada yang bisa berkata apa-apa semuanya kalah di hadapan Rimuru, mereka semuanya menunduk dan tak ada yang bicara membantah Rimuru sebagai guru mereka. Rimuru terus memperhatikan mereka dengan penglihatan khusus miliknya.

Rimuru terus berpikir untuk mencari solusi untuk megatasi masalah dari tubuh para bocah yang dipanggil dengan ritual pemanggilan itu, "Sepertinya energi berlebihan yang ada di dalam diri mereka masih belum turun. Lalu, aku apa aku bisa memisahkan energinya ..."

"Jawab. Memisahkan energi yang menyatu dengan jiwa seseorang itu, mustahil." ucap Daikenja.

"Waktu yang tersisa tinggal sedikit, tapi aku harus mencari cara lain," batin Rimuru, hingga akhirnya Rimuru menepuk tangannya berkali-kali dan mulai berbicara, "Baiklah. Mohon perhatian!"

"Hmmm." para anak-anak itu langsung memperhatikan Rimuru.

"Seperti yang kalian lihat sendri, aku ini kuat!" seru RImuru menegaskan kembali posisinya sebagai seorang guru, dan para anak-anak itu hanya bisa diam sambil menggerutu dalam hati dan menunggu kata-kata selanjutnya dari Rimuru, "Maka dari itu aku berjanji,kalau aku akan menyelamatkan kalian."

"Menyelamatkan?" gumam tanya Kenya dengan sedikit ragu dan nampaknya ia tidak terlalu berharap dengan janji orang lain.

"Ya. Aku bersumpah atas topeng ini," ucap Rimuru sambil memperlihatkan topeng pemberian Shizu padanya.

"Ah, itu milik Guru Shizu?" kaget para murid yang memperhatikan topeng yang RImuru perlihatkan pada mereka.

"Benar. Saat aku menerima ini dari Shizu-san, aku merasa kalau dia sudah mempercayakan kalian kepadaku," ucap Rimuru.

Dan mulai saat itu para murid Shizu memberikan kepercayaan pada Rimuru dan menyambut Rimuru sebagai guru mereka. Namun, mereka tetap tidak begitu berharap bisa hidup lama, karena memang tak ada satupun catatan di dunia yang menulis mengenai cara menagatasi masalah mereka.

Hingga malam hari kemudian, Rimuru merenung di kamarnya dan akhirnya ia teringat kalau Shizu juga dulunya terpanggil sebagai anak-anak. Namun, Shizu bisa bertahan hidup hingga remaja dan jika diingat-ingat kembali, itu karena Leon Cromwell memberikan Ifrit pada Shizu dan membuat Ifrit merasuki Shizu.

'Apa mungkin itu karena... " Rimuru jadi kepikiran untuk melakukan hal yang sama, ia pun menggunakan portal warp yang diajarkan oleh Vesta ia pulang ke Tempest, tapi bukan dalam kota melainkan dibagian hutan, ia mencari Treyni hingga akhirnya ia melihat Treyni dan Naruto tengah berdiskusi.

"Rimuru, ada apa? Apakah terjadi sesuatu hingga membuatmu pulang cepat?" tanya Naruto.

"Bukan, apa-apa, aku hanya ingin bertanya sesuatu dengan Treyni, kamu sendiri kenapa ada di sini?" tanya Rimuru.

"Aku hanya berdiskusi dengan Treyni dalam masalah mata uang, apakah kita akan memakai uang dari Negri lain yang beraliansi dengan kita, atau membuat mata uang sendiri dan kalau pakai uang sendiri, kita harus menentukan harga tukarnya dengan uang negara lain, dan jika kita memakai uang dari Negara lain, maka kita tidak lebih dari Negri bawahan yang tunduk dengan pajak dan perekonomian negri lain," ucap Naruto.

"Naruto, kau berpikir terlalu jauh dan cepat, menurutku, soal mata uang kita pikirkan nanti saja, saat ini kita belum membutuhkannya, karena saat ini kita masih bermain barter dan juga belum ada pedagang asing di sini. Selain itu, tak ada salahnya memakai mata uang negara lain untuk sementara sambil membangun kekuatan kita," ucap Rimuru yang dalam bentuk slime dan menempel di punggung Ranga memberikan nasehat pada Naruto.

Naruto mendengarkan dengan seksama nasihat dari Rimuru dan akhirnya mengangguk, memahami situasi tersebut. "Kau benar, Rimuru. Aku memang terlalu terburu-buru memikirkan hal itu," jawab Naruto, sedikit tersenyum. "Mungkin memang sebaiknya fokus pada pengembangan lebih dulu daripada terlalu memusingkan hal yang belum mendesak."

Rimuru mengangguk dalam bentuk slime-nya yang masih menempel di punggung Ranga. "Tepat sekali. Ekonomi bisa kita bangun sambil jalan. Fokus utama kita sekarang adalah memperkuat fondasi Tempest secara keseluruhan, termasuk diplomasi dan aliansi dengan negara-negara lain."

Setelah memberikan sedikit nasihat kepada Naruto, Rimuru pun beralih ke Treyni. "Ngomong-ngomong, Treyni, ada sesuatu yang ingin kutanyakan. Ini cukup mendesak terkait dengan anak-anak yang tengah berada di Ingrasia. Mereka memiliki energi berlebihan dalam tubuh mereka yang bisa menghancurkan diri mereka sendiri jika tak terkendali."

Treyni, yang berdiri anggun di bawah sinar bulan, menatap Rimuru dengan penuh perhatian. "Energi berlebihan? Jika tidak ditangani dengan baik, itu bisa menjadi masalah serius, terutama bagi makhluk muda seperti mereka."

Rimuru kemudian menjelaskan lebih lanjut soal pemanggilan anak-anak tersebut dan bagaimana mereka tidak bisa bertahan lama karena energi besar yang mengalir dalam tubuh mereka. Ia juga menjelaskan bagaimana Shizu mampu bertahan karena Ifrit, roh api yang diberikan oleh Leon Cromwell, merasuki tubuhnya.

"Aku sedang berpikir," lanjut Rimuru, "Apakah mungkin untuk menggunakan roh kuat, seperti yang dilakukan Leon, untuk membantu anak-anak ini mengendalikan energi mereka? Mungkin jika mereka memiliki roh atau entitas yang bisa mengatur energi itu, mereka bisa bertahan hidup."

Treyni termenung sejenak, mempertimbangkan ide Rimuru. "Itu bisa menjadi solusi," kata Treyni akhirnya. "Namun, roh seperti Ifrit tidak mudah ditemukan, apalagi roh yang bisa menyesuaikan diri dengan tubuh manusia tanpa merusaknya. Kau harus sangat berhati-hati dalam memilih roh yang tepat."

Rimuru mengangguk. "Aku mengerti. Apa kau tahu di mana aku bisa menemukan roh yang sesuai dengan anak-anak itu?"

Treyni berpikir sejenak. "Di hutan ini, ada beberapa roh yang kuat, meski mungkin tidak sekuat Ifrit. Namun, ada satu tempat di luar sana, yang dikenal sebagai 'Kuil Roh'. Di sana, roh-roh agung bersemayam, dan beberapa di antaranya mungkin bersedia membantu anak-anak itu, jika kau bisa mendapatkan persetujuan mereka."

Mendengar itu, Rimuru menjadi semakin yakin dengan rencananya. "Kuil Roh, ya? Sepertinya itu tempat yang tepat untuk dikunjungi. Terima kasih atas bantuannya, Treyni. Aku akan mencoba menuju ke sana secepatnya."

Treyni langsung muram dan berkata, "Tapi, Rimuru-sama, sebelumnya, saya harus minta maaf. Karena saya sudah tidak bisa menghubungi Ratu Roh, hal ini membuat saya tidak bisa memberikan lokasi pastinya. Kami para Dryad bahkan sudah tidak tahu lagi, mengenai apakah Ratu Roh dan Roh tingkat tinggi lainnya bisa ditemui atau tidak, karena gerbang penghubung dunia Roh sudah tidak bisa kami rasakan."

Rimuru, ia terdiam untuk beberapa saat dan akhirnya ia menampakkan wujud humanoidnya tersenyum, "Tak apa-apa, setidaknya aku sudah dapat petunjuk. Dengan begitu, aku bisa tenang dan mencari petunjuk mengenai lokasi para Roh. Lalu, Naruto jaga Tempest baik-baik selama aku pergi."

Naruto mengangguk tegas. "Itu sudah kewajibanku, ah iya, kalau boleh tahu, seperti apa kemampuan bocah-bocah itu, aku ingin membuatkan senjata yang sesuai dengan mereka."

Rimuru hanya tersenyum dan memberitahukan semua kemampuan dari anak didiknya di Ingrasia kepada Naruto. Naruto yang mendengar itu hanya tersenyum dan mencatat semuanya, ia menggunakan semua pengetahuan Orochimaru untuk membantunya membuat sesuatu yang bisa membantu nantinya.

Bersambung